• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU "

Copied!
107
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Identifikasi Masalah

Batasan Masalah

Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Bimbingan Keagamaan pada Anak Tunagrahita di SLB Negeri 4 Kota Bengkulu.

Rumusan Masalah

Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi mendalam mengenai “Sinergi Orang Tua dan Guru Keagamaan dalam Mempromosikan Pengalaman Keagamaan Anak Penyandang Disabilitas Mental di SLB Negeri 4 Kota Bengkulu”. Berikut uraian hasil penelitian “sinergi orang tua dan guru agama dalam pendidikan agama anak tunagrahita di SLB Negeri 4 Kota Bengkulu. Sinergi orang tua dan guru agama dalam pembinaan agama anak tunagrahita di SLB Negeri 4 Kota Bengkulu. SLB N 4 Kota Bengkulu.

Penerapan metode yang digunakan orang tua dan guru agama (metode pembiasaan, metode keteladanan, metode reward) dalam pengembangan keagamaan anak tunagrahita di SLB 4 Kota Bengkulu. Metode pembinaan orang tua dan guru agama dalam meningkatkan pembinaan keagamaan anak tunagrahita di SLB 4 Negeri Kota Bengkulu menggunakan tiga metode, antara lain: Pertama, metode keteladanan.

Tujuan Penulisan

Manfaat Penelitian

LANDASAN TEORI

Sinergitas Orang Tua dan Guru Agama

Penelitian ini mengkaji sinergitas orang tua dan guru dalam pembinaan anak tunagrahita dan metode pembinaan anak tunagrahita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sinergi antara orang tua dan guru agama dalam pembinaan agama pada anak tunagrahita cukup baik. Metode yang digunakan oleh orang tua dan guru agama adalah metode keteladanan, metode pembiasaan dan metode pahala.

Arum Trini Wahyuni, Februari 2021, Sinergi Orang Tua dan Guru Agama dalam Bimbingan Keagamaan Bagi Anak Tunagrahita di SLB Negeri 4 Kota Bengkulu, Tesis : Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyaah dan Tadris IAIN Bengkulu : Dr Dosen Pembimbing. Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis meneliti tentang sinergitas orang tua dan guru dalam pembinaan anak tunagrahita dan metode pembinaan anak tunagrahita.

Pembinaan Agama

Mengembangkan bidang ilmu keilmuan mengenai sinergitas orang tua dan guru agama dalam memajukan amalan keagamaan bagi anak tunagrahita. Bagi para orang tua, penulis berharap hasil penelitian ini nantinya dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan atau dapat dijadikan pedoman bagi orang tua dalam melakukan bimbingan peningkatan amalan keagamaan pada anak tunagrahita. Kedua orang tua hendaknya mempunyai tingkat kedewasaan yang cukup tinggi dalam hubungannya dengan anaknya.

Ini adalah bentuk tanggung jawab paling sederhana dari setiap orang tua dan keinginan alami untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, model pembinaan keagamaan tidak hanya mengikuti keinginan orang tua atau guru saja, tetapi harus banyak variasinya agar anak tidak cepat bosan.

Penerapan Metode

Doa-doa ini ada yang dilakukan karena alasan tertentu, namun ada pula yang dilakukan tanpa alasan apa pun. Metode pembiasaan merupakan suatu cara yang dilakukan orang tua untuk membiasakan anaknya berulang kali melakukan suatu kebaikan, sehingga kebiasaan tersebut nantinya menjadi suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan oleh anak. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa metode pemberian “reward” merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk menyikapi baik buruknya reaksi peserta didik dalam proses pendidikan.

Reward sendiri digunakan sebagai alat pendidikan yang bersifat preventif dan represif yang menyenangkan dan dapat menjadi penggerak atau motivasi belajar siswa.34. Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa metode parental coaching adalah cara yang digunakan oleh orang tua untuk memberikan bantuan atau usaha. Jika seorang pendidik yang selalu terlibat dalam proses belajar mengajar sangat menginginkan tujuannya tercapai secara efektif dan efisien, maka penguasaan materi saja tidak cukup.

Guru agama juga harus menguasai berbagai teknik atau metode penyampaian materi dan mengetahui cara menggunakan metode yang tepat dalam proses pembelajaran, tergantung materi yang diajarkannya dan kemampuan siswa yang menerima.35. Metode ini merupakan pedoman tindakan dalam mewujudkan tujuan pendidikan baik secara institusional maupun nasional. Metode ini hanyalah sebuah cara untuk memberikan contoh yang baik, tidak hanya di dalam kelas, namun juga dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan cara ini siswa meniru dan meneladaninya tanpa ragu, seperti berdoa bersama, melakukan bakti sosial, dan mengikuti kegiatan masyarakat.37 2) Metode rujukan. Jadi sesuatu yang dilakukan siswa hari ini akan terulang pada esok harinya dan seterusnya. Reward sendiri digunakan sebagai alat pendidikan preventif dan represif yang menyenangkan dan dapat menjadi penggerak atau motivasi siswa untuk belajar.39.

Tunagrahita

Permasalahan anak yang tidak mampu mengikuti sistem pengajaran klasik mendorong adanya solusi komprehensif terhadap permasalahan tersebut. Untuk memahami anak tunagrahita, ada baiknya kita mengkaji definisi anak yang dikembangkan oleh AAMD (American Association of Mental Disorders) sebagai berikut: “keterbelakangan mental menunjukkan dengan jelas fungsi intelektual di bawah rata-rata disertai dengan ketidakmampuan dalam menyesuaikan perilaku dan terjadi pada masa perkembangan. Menurut Emma Dasiema tahun 2007, anak tunagrahita adalah mereka yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata atau mungkin di bawah rata-rata.

Dari berbagai istilah mengenai anak tunagrahita, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai kecerdasan di bawah rata-rata atau anak yang mempunyai IQ dibawah rata-rata sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus untuk dapat mengembangkan potensi atau bakatnya. Kebanyakan anak yang mengalami gangguan sensorimotor dapat belajar dan bersekolah seperti halnya anak yang tidak mengalami gangguan. Dari berbagai pernyataan mengenai ciri-ciri anak tunagrahita dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita memiliki tingkat kemampuan beradaptasi yang rendah terhadap kebutuhannya sendiri, dimana anak tunagrahita membutuhkan bantuan orang lain baik dalam keluarga, sosial, dan masyarakat. lingkungan. ...

Kelemahan yang dialami anak tunagrahita antara lain adalah kemampuan berkomunikasi, kemampuan menjaga atau mengurus diri sendiri, kemampuan sosial, kemampuan membaca dan berhitung, kemampuan motorik rendah, kemampuan mengerjakan pekerjaan rumah, kemampuan mengembangkan pengetahuan abstrak. . sangat rendah. Anak tunagrahita ringan dapat dilatih menjadi pekerja semi terampil seperti buruh laundry, buruh tani, buruh peternakan, pekerja rumah tangga, bahkan jika dilatih dan diinstruksikan dengan baik, anak tunagrahita ringan dapat bekerja di pabrik dengan sedikit pengawasan. Anak tunagrahita sangat kesulitan bahkan tidak mampu belajar secara akademis seperti belajar menulis, membaca dan berhitung, padahal mereka masih bisa menulis secara sosial, misalnya menulis nama, alamat rumah, dan lain-lain.

Anak tunagrahita berat memerlukan bantuan perawatan total dalam hal berpakaian, mandi, makan, dan lain-lain. Disebut anak tunagrahita tipe ini karena memiliki ekspresi wajah yang mirip dengan orang Mongolia dengan mata sipit dan. Guru selalu mempunyai orientasi untuk berpikir bahwa anak yang dihadapinya adalah anak yang mempunyai kemampuan kognitif terbatas dan berada di bawah rata-rata anak di kelasnya, sehingga harus mendapat perlakuan yang berbeda.

Penelitian Terdahulu

50 Jeli Novita Sari, “Peran Orang Tua Dalam Mengembangkan Potensi Anak Tunagrahita Di Desa Pasar Tais Kab. Harus ada kerjasama yang baik antara orang tua dan ustadz untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sumber data primer adalah sumber data yang memberikan langsung data untuk pengumpulan data.3 Sumber data utama adalah orang tua dan guru agama yang mengajar anak tunagrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Negeri 4 Kota Bengkulu.

Orang tua dan guru selalu berusaha mendidik anaknya hingga menjadi anak mandiri. Dalam menganalisis hasil penelitian, peneliti akan menjelaskan hasil wawancara peneliti dengan informan mengenai “sinergi orang tua dan guru agama dalam pembinaan agama anak tunagrahita di SLB Negeri 4 Kota Bengkulu, setelah itu data yang diperoleh akan digunakan karenanya sedang dijelaskan. Kerjasama antara orang tua dan guru untuk mengembangkan pengalaman keagamaan anak cukup baik.

Pengakuan keberhasilan dalam pengembangan keagamaan anak adalah karena adanya kerjasama yang baik antara guru dan orang tua. Sinergi antara orang tua dan guru agama dalam pembinaan keagamaan anak tunagrahita di SLB 4 Negeri Kota Bengkulu dilakukan dengan beberapa cara, pertama dengan melakukan kunjungan rumah yang dilakukan oleh guru agama apabila siswanya tidak dapat bersekolah, namun berlaku bagi siswa yang rumahnya terjangkau. Jadi kerjasama orang tua dan guru untuk mengembangkan pengalaman keagamaan anak cukup baik.

Kerangka Berfikir

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Sumber Data

Untuk mengetahui dan memilih sumber data dalam penelitian ini, penulis melakukan beberapa penilaian untuk mempertimbangkan apakah sumber tersebut layak dijadikan sumber data atau tidak.

Instrumen Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Sedangkan wawancara tidak terarah adalah wawancara tidak terarah, teknik ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi mengenai penelitian-penelitian yang terjadi pada masyarakat setempat, dengan menggunakan informasi tersebut melalui wawancara langsung sehingga permasalahan yang ada dapat digali. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara (data yang diperoleh dan diperoleh adalah foto hasil wawancara) Jenis data yang dikumpulkan penelitian dengan menggunakan teknik dokumentasi ini adalah data sekunder. Penulis menggunakan metode ini untuk memperoleh data jumlah anak tunagrahita di SLB Negeri 4 Kota Bengkulu, serta data dokumenter lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

Teknik Keabsahan Data

Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh informasi dari responden yaitu kepala sekolah, guru agama, guru kelas dan orang tua anak tunagrahita. Hasil wawancara yang diperoleh berupa wawancara berupa tanya jawab atau jawaban atas pertanyaan peneliti guna memperoleh informasi yang diinginkan peneliti tentang sinergitas orang tua dan guru agama dalam pendidikan agama anak tunagrahita di SLB Negeri 4 Kota Bengkulu, Efektivitas metode yang digunakan orang tua dan guru agama dalam pendidikan agama anak tunagrahita di SLB 4 Kota Bengkulu, Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan agama anak tunagrahita di SLB Negeri 4 Kota Bengkulu, . Selain orang tua di rumah yang merupakan pendidik utama, guru juga memegang peranan yang sangat penting ketika anak belajar di sekolah.

Faktor pendukung pelaksanaan bimbingan keagamaan anak tunagrahita di SLB N 4 Kota Bengkulu adalah adanya fasilitas yang memadai, bimbingan keagamaan anak cukup baik, tingkat pengetahuan anak tentang pengalaman keagamaan sudah baik di sekolah. ,orang tua cukup baik, dukungan pihak sekolah terhadap guru dalam meningkatkan kualitas guru melalui pelatihan. Faktor pendukung dalam pembentukan keagamaan anak tunagrahita di SLB N 4 Kota Bengkulu ada tiga, yaitu adanya fasilitas yang memadai, pendidikan agama anak yang cukup baik, tingkat pengetahuan anak tentang pendidikan agama dari sekolah orang tua yang cukup baik. cukup baik, dukungan pihak sekolah terhadap guru dalam meningkatkan kualitas guru melalui pelatihan. Sinergi Guru dan Orang Tua dalam Pengembangan Pendidikan Akhlak Akhlak Kelas VII di Mts Yaspuri Malang.

Analisis Kendala yang Dihadapi Orang Tua Dalam Pembinaan Semangat dan Disiplin Belajar Siswa Madrasah Darussalam Kota Bengkulu, al Bahtsu: Jurnal, 1 (1).

Tabel Siswa Tingkat SD  Tahun
Tabel Siswa Tingkat SD Tahun

Gambar

Tabel 3.4  Instrumen Penelitian
Tabel Siswa Tingkat SD  Tahun
Tabel Siswa Tingkat SMP  Tahun
Tabel 4.4  Tabel Tingkat SMA  Tahun
+2

Referensi

Dokumen terkait

Selepas dari itu peran orang tua yang juga ikut serta dalam membimbing dan membina anak dirumah”.56 Hal senada juga disampaikan Ikhsan Jamad Akbar, S.Pd.I selaku guru SKI yang