• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN APRIL 2019 PENGGUNAAN BAHAN AJAR MODUL MATA PELAJARAN FIQIH KELAS X DI MADRASAH ALIYAH WAHID HASYIM BALUNG JEMBER TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN APRIL 2019 PENGGUNAAN BAHAN AJAR MODUL MATA PELAJARAN FIQIH KELAS X DI MADRASAH ALIYAH WAHID HASYIM BALUNG JEMBER TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh : ANIS KURLY NIM. 084 121 287

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

APRIL 2019

(2)
(3)
(4)





















Artinya : “Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (QS. Al- Insyiroh 94: 5-6)

Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahan. QS. Al-Insyiroh: 5-6

(5)

1. Ayahanda tercinta (Muhammad Thohir) yang telah mengasuh, mendidik dan selalu memberikan semangat, dukungan serta mencurahkan kasih sayangnya serta selalu mendo’akanku.

2. Ibunda tercinta (Siti Amanah) yang selalu menjaga, mendidik, memberikan motivasi, dan selalu mendoakan dalam setiap langkahku.

3. Kelima saudaraku tercinta yaitu Ana Nashul Khilmi, Mubah Bahul Huso, Durrotul Mukhlishoh, Fitrotun Azizah, Ulin Ni’mah.

4. Para dewan pendidik di setiap jenjang yang takkan pernah bisa saya lupakan jasa-jasanya.

5. Segenap dosen-dosen IAIN Jember terutama kepada Dr. H. Mashudi, M.Pd

.,

selaku dosen pembimbing.

6. Segenap Civitas Akademika IAIN Jember

7. Sahabat- sahabatku Kelas L senasib dan seperjuangan yang saya cinta dan sayangi

8. Almamaterku tercinta

9. Dan kepada seluruh pejuang pendidikan Islam dan para intelektual di seluruh Tanah Air tercinta.

(6)

yang berjudul: “Penggunaan Bahan Ajar Modul pada Mata Pelajaran Fiqih kelas X di MA Wahid Hasyim Balung Jember” dapat terselesaikan dengan baik.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa Risalah Islam

Selanjutnya dengan selesainya skripsi ini, sudah menjadi keharusan untuk terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE, MM selaku Rektor IAIN Jember yang telah memberikan fasilitas pelayanan dan dukungan kepada semua mahasiswa termasuk kepada peneliti.

2. Dr. H. Abdullah, S.Ag., M.H.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember yang telah bekerja keras semoga dapat menghimpun dan memanfaatkan semua potensi demi kemajuan fakultas.

3. Dr. H. Mundir, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam FTIK IAIN Jember yang telah meluangkan waktunya untuk menyetujui hasil skripsi yang telah diselesaikan..

4. H.Mursalim, M.Pd selaku Ketua program Studi Pendidikan Agama Islam IAIN Jember yang telah memberikan wadah kepada kami untuk menggali pengalaman dan pengetahuan.

5. Dr. H. Mashudi, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan dan memotivasi dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

7. Karyawan perpustakaan yang banyak memberikan bantuan dalam pengorganisasian dan pelayanan peminjaman buku di perpustakaan.

8. Segenap Dewan guru dan kepala sekolah MA Wahid Hasyim Balung Jember yang meluangkan waktunya untuk memberikan informasi.

9. Semua pihak yang memberikan kontribusi dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga segala bantuannya mendapatkan pahala dari Allah SWT.

Penulis telah mengupayakan segenap tenaga dan fikiran agar penyusunan menjadi baik, namun peneliti menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dan membutuhkan penyempurnaanbahasa maupun teori yang tertuang di dalamnya.

Oleh karena itu diharapkan saran dan kritik konstruktif dari semua pihak demi kesempurnaan pada langkah yang selanjutnya. Harapan peneliti, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Jember, Oktober 2018

Penulis

(8)

Pelajaran 2017/2018.

Dalam dunia pendidikan terdapat dua unsur yang sangat berpengaruh, yaitu guru dan siswa. Antara keduanya kedudukan seorang guru merupakan komponen yang paling dominan dalam keberhasilan siswa, untuk itu dalam proses belajar mengajar guru dituntut untuk terampil dalam penggunaan bahan ajar, hal tersebut harus dilakukan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran, dengan maksud suasana pembelajaran tercipta lebih nyaman, praktis dan kondusif.

Rumusan masalah yang diteliti dalam skripsi ini yaitu (1) Bagaimana Aktivitas siswa Menggunakan Bahan Ajar Modul Mata Pelajaran Fiqih Kelas X di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember Tahun Pelajaran 2017/2018?. (2) Bagaimana Aktivitas Guru menggunakan Bahan Ajar Modul Mata Pelajaran Fiqih Kelas X di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember Tahun Pelajaran 2017/2018 ?(3) Bagaimana interaksi siswa dan guru dalam menggunakan Bahan Ajar Modul Mata Pelajaran Fiqih Kelas X di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember Tahun Pelajaran 2017/2018?

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam Menggunakan Bahan Ajar Modul Mata Pelajaran Fiqih Kelas X di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember Tahun Pelajaran 2017/2018. (2) Mendeskripsikan Aktivitas guru dalam menggunakan Bahan Ajar Modul Mata Pelajaran Fiqih Kelas X di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember Tahun Pelajaran 2017/2018. (3) Mendeskripsikan interaksi siswa dan guru dalam menggunakan Bahan Ajar Modul Mata Pelajaran Fiqih Kelas X di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember Tahun Pelajaran 2017/2018.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan dalam menentukan subjeknya, peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling.

Metode atau cara yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil temuan dari penelitian ini yaitu: 1.Aktivitas siswa mengunakan bahan ajar modul Mata Pelajaran Fiqih terlaksana dengan baik. Selain dapat meringankan beban guru, dengan modul siswa juga dapat belajar secara mandiri tanpa ada kehadiran pendidik. 2. Aktivitas guru dalam menggunakan modul yaitu tetap mendampingi belajar siswa, disamping itu pendidik juga memberikan evaluasi kepada siswa, bisa dalam bentuk tugas, praktik, hafalan, presentasi, serta bisa dalam bentuk ujian. 3.Interaksi siswa dan guru dalam menggunakan modul pada saat pembelajaran, siswa lebih senang mengerjakan soal-soal yang terdapat di modul, karena selain jelas pertanyaannya, juga sangat mudah dan cukup membantu siswa untuk menemukan jawabannya, sehingga untuk peserta didik sendiri tidak merasa kesulitan dengan soal-soal yang ada di modul fikih tersebut.

Keaktifan peserta didik menggunakan bahan ajar modul cukup efektif dan dapat menggugah rasa semangat siswa untuk mencapai pembelajaran yang baik.

(9)

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Istilah ... 7

F. Sistematika Pembahasan... 9

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 12

A. Penelitian Terdahulu ... 12

B. Kajian Teori ... 15

(10)

B. Lokasi Penelitian ... 32

C. Subjek Penelitian ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Analisis Data... 38

F. Keabsahan Data ... 39

G. Tahap-Tahap Penelitian ... 40

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 41

A. Gambaran Objek Penelitian ... 41

B. Penyajian Data dan Analisis ... 48

C. Pembahasan Temuan ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran-Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN-LAMPIRAN:

1. Surat Pernyataan Keaslian 2. Matrik Penelitian

3. Pedoman Penelitian

4. Surat Keterangan Penelitian dari IAIN Jember 5. Jurnal Penelitian

6. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung

7. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung 8. Denah Sekolah Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung 9. Biodata Penulis

(11)
(12)

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam rangka mengurangi kejenuhan belajar pada peserta didik adalah dengan mengembangkan sumber media kedalam berbagai bentuk bahan ajar, misalnya bahan ajar yang berupa modul. Bahan ajar memiliki banyak ragam/bentuk.

Salah satu bentuk bahan ajar yang paling mudah dibuat oleh guru adalah bahan ajar dalam bentuk cetak, misalnya modul. Mengembangkan bahan ajar sudah selayaknya merupakan kemampuan yang harus terus menerus ditingkatkan oleh guru.

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu pendidik atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan yang tidak tertulis. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah karena melalui bahan ajar yang baik diharapkan peserta didik menjadi lebih aktif dan guru berperan sebagai fasilitator.1

Secara garis besar, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu:

1. Bahan ajar cetak (printed), yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi. Contohnya, handout, buku, modul, lembar

1 Zulaichah Ahmad, Perencanaan Pembelajaran PAI (Jember: MC Press, 2008), 82.

(13)

kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, dan model atau maket.

2. Bahan ajar dengar atau program audio, yakni semua sistem yang menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat dimainkan atau didengar oleh seseorang atau sekelompok orang. Contohnya, kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.

3. Bahan ajar pandang dengar (audiovisual), yakni segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Contohnya, video compact disk dan film.

4. Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials), yakni kombinasi dari dua atau lebih media (audio teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunaannya dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah dan atau perilaku alami dari suatu presentasi. Contohnya, compact disk interactive.2

Keempat bahan ajar diatas, peneliti lebih fokus meneliti bahan ajar yang pertama, yaitu bahan ajar cetak yang berupa modul dengan materi Fiqih.

Jadi, dalam menyampaikan materi mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan sehingga akan tercipta interaksi antara guru dan siswa.

Dari pengamatan di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim balung jember pembelajaran fiqih menggunakan modulmasih banyak siswa yang belum memiliki atau buku pegangan modul sendiri, kelas X di Madrasah Aliyah wahid hasyim sebanyak 5 kelas yaitu, kelas X ICP (International Class Programe), X 2, X 3, X 4, X 5.Tetapi penelitian ini saya fokuskan pada kelas ICP (International Class Programe), X 2, X 3. Dari ketiga kelas tersebut masing-masing terdiri 37 siswa dan ada juga yang lebih, didalam kelas hanya ada 25 siswa yng memiliki pegangan buku modul, sedangkan 12 siswa tidak memiliki pegangan buku modul. Dikelas lainnya hampir sama yang memiliki dan tidak memiliki pegangan buku modul. Setelah peneliti wawancarai alasan

2Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (Jogjakarta: DIVA Press, 2015), 40-41.

(14)

yang peneliti dapat ialah mereka rata-rata lebih mengandalkan dari teman sebangkunya yng memilki buku modul, selain alasan itu ada juga yang karena masalah uang saku terbatas dan cukup meminjam atau melihat, mencatat materi dan soal dari teman sebangkunya. Padahal pendidik sering menegur dan memberikan sanksi bagi yang tidak memiliki pegangan buku modul. Hal ini terlihat pada saat berlangsungnya pembelajaran fiqih menggunakan modul.

Sementara, sebagian orang mungkin ada yang belum tahu apa itu modul. Atau, barangkali mereka pernah mendengar (sebatas mendengar saja) istilah modul, namun tidak tahu pasti seperti apa dan bagaimana bahan ajar yang disebut denagn modul. Sehingga, mereka kesulitan membedakan dan mengidentifikasikan mana bahan ajar berbentuk modul dan mana bahan ajar yang berbentuk lainnya.

Menurut Abdul Majid, modul adalah sebuah buku yang ditulis denagn tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang segala komponen dasar bahan ajar yang telah disebutkan sebelumnya.3 Sebuah modul akan bermakna jika siswa dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang siswa yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar dibandingkan dengan siswa lainnya.

Pembelajaran agama di madrasah aliyah terdiri dari empat mata pelajaran, yaitu Fiqih, Akidah Akhlak, Al-Qur’an Hadits, dan SKI. Ilmu Fiqih

3Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), 176.

(15)

merupakan ilmu yang mempelajari hukum-hukum syara’ yang praktis yang diambil dari dalil-dalil secara terperinci. Pembelajaran fiqih diberikan untuk mengenalkan siswa terhadap bagaimana sesungguhnya hukum Islam.

Sehingga dari pengenalan materi materi fiqih terhadap siswa tersebut diharapkan siswa mampu menerima materi-materi fiqih dan merangsang siswa untuk lebih aktif lagi dalam belajar dan mencari informasi.

Namun pada kenyataannya banyak para guru yang hanya mengandalkan buku-buku teks yang sudah tersedia. Begitu juga dengan para guru di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim. Pembelajaran masih terpaku pada buku-buku teks yang ada, tidak adanya buku pendukung atau sekunder berupa modul dan tampilan media yang kurang menarik perhatian bagi peserta didik.

Media yang telah difasilitaskan kepada peserta didik pada tiap kelas belum secara optimal dimanfaatkan oleh sebagian guru fiqih. Sehingga membuat siswa merasa jenuh ketika belajar, siswa cenderung cepat bosan dengan materi yang disampaikan, padahal Fiqih merupakan ilmu yang urgen untuk dipelajari, sedangkan Fiqih memiliki materi sangat luas.

Dari permasalahan yang telah dipaparkan diatas, perlu kirannya disusun atau dikembangakan suatu media pembelajaran terutama media cetak yang didesain khusus untuk mata pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim. Modul fiqih dikemas dengan tampilan menarik, bahasa yang jelas dan lugas, sehingga dengan adanya modul fiqih ini peserta didik tidak bosan dan jenuh ketika belajar. Selain itu dengan adanyan modul fiqih ini diharapkan mampu siswa terhadap mata pelajaran fiqih, yang mana hal tersebut akan

(16)

memberi pengaruh besar terhadap kualitas yang dihasilkan. Agar penelitian ini terarah, maka peneliti merumuskan judul penelitian sebagai berikut:

“Penggunaan Bahan Ajar Modul Mata Pelajaran Fiqih Kelas X di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember.”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan beberapa permasalahannya sebagai berikut :

1. Bagaimana Aktivitas Siswa dalam Menggunakan Bahan Ajar Modul Mata Pelajaran Fiqih Kelas X di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember tahun pelajaran 2017/2018?

2. Bagaimana Aktivitas guru dalam menggunakan Bahan Ajar Modul Mata Pelajaran Fiqih Kelas X di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember Tahun Pelajaran 2017/2018?

3. Bagaimana interaksi siswa dan guru dalam menggunakan Bahan Ajar Modul Mata Pelajaran Fiqih Kelas X di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember Tahun Pelajaran 2017/2018?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mendeskripsikan aktivitas siswa dalam Menggunakan Bahan Ajar

Modul Mata pelajaran Fiqih Kelas X di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember Tahun Pelajaran 2017/2018.

(17)

2. Untuk mendeskripsikan aktivitas guru dalam menggunakan Bahan Ajar Modul Mata Pelajaran Fiqih Kelas X di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember Tahun Pelajaran 2017/2018.

3. Untuk mendeskripsikan interaksi siswa dan guru dalam menggunakan Bahan Ajar Modul Mata Pelajaran Fiqih Kelas X di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember Tahun Pelajaran 2017/2018.

D. Manfaat Penelitian

Dalam suatu penelitian diharapkan mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Sebagai kontribusi didunia pendidikan terutama kajian tentang bahan ajar modul mata pelajaran Fiqih.

2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti

Sebagaimana sarana berproses untuk bisa berfikir analitis dan belajar untuk menulis karya ilmiah yang baik dan benarm serta untuk menambah wawasan keilmuan dalam memecahkan masalah yang berada di sekitar dunia pendidikan.

b. Bagi lembaga IAIN Jember

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan refrensi tentang kajian bahan ajar modul dalam kepustakaan dan berguan untuk mengembangkan keilmuan pendidikan.

(18)

c. Bagi lembaga Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk menambah wawasan dan kesadaran mengenai pentingnya bahan ajar modul dalam proses mata pelajaran Fiqih.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud peneliti.

1. Modul Pembelajaran

Menurut S. Nasution buku merupakan sumber belajar yang paling umum, dan modul merupakan salah satu bentuk buku pembelajaran.

Dalam modul substansi yang lebih ditekankan adalah kemandirian siswa (belajar sendiri pada jangka tertentu). “Modul dapat dirumuskan sebagai unit yang lengkap dan berdiri sendiri dan terdiri atas suatu unit rangkaian kegiatan yang disusun membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.” Sedangkan yang dimaksut dengan pengajaran modul adalah pengajaran yang sebagian atau seluruhnya didasarkan atas modul. Modul adalah suatu paket belajar yang berisi satu unit materi belajar, yang dapat dibaca atau dipelajari seseorang tanpa secara mandiri. Modul merupakan suatu unit pengajaran yang disusun dalam bentuk tertentu untuk keperluan belajar.

(19)

Salah satu tujuan pengajaran modul ialah membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Dianggap bahwa siswa tidak akan mencapai hasil yang sama dalam waktu yang sama dan tidak sedia mempelajari sesuatu padawaktu yang sama.4

2. Modul

Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena didalamnya telah dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung.5

Modul merupakan salah satu media pembelajaran yang berbentuk naskah atau media cetak yang sering digunakan oleh guru dan siswa dalam kegiatan belajar.

Menurut daryanto modul merupakan bahan ajar yang disusun oleh guru dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, memiliki tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru, petunjuk pembelajaran, ada banyak contoh yang dapat memperjelas uraian materi pelajaran serta penampilannya menarik.6

Dari beberapa definisi dapat disimpulkan Modul sebagai satu bentuk bahan ajar berbasis cetakan yang dirancang untuk belajar secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul merupakan bahan ajar yang

4 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar,( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), 205

5 Basyirudin Usman, Pembelajaran Modul, (Jakarta: Ciputat Pers, 2010), 63.

6 Daryanto, Menyusun Modul, ( Yogyakarta: Gava Media, 2014), 30.

(20)

disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, sesuai usia dan tingkat pengetahuan mereka agar mereka dapat belajar secara mandiri dengan bimbingan minimal dari pendidik.

3. Fiqih

fiqih adalah salah satu bagian dari Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang Fiqih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan taharah, shalat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan ibadah haji, minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.7

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa fiqih adalah ilmu yang menjelaskan tentang hukum syari’ah, yang berhubungan dengan segala tindakan manusia baik berupa ucapan ataupun perbuatan pembelajaran fiqih adalah sebuah proses belajar untuk membekali siswa agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil aqli atau naqli.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan deskripsi alur pembahasan yang dimulai dari bab pendahuluan hingga pada bab penutup.8 Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui secara global dari seluruh pembahasan yang ada.

Secara garis besar skripsi ini terdiri dari empat bab yaitu pendahuluan, kajian

7 Annurramadhani, “Karakteristik materi fiqih dan macam” namaku.heck.in.html (2 Oktober 2017)

8 IAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2016), 42.

(21)

pustakaan, penyajian data dan analisis serta penutup. Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:

Bab satu, berisikan tentang pendahuluan, bab ini meliputi latar belakang masalah, untuk memberikan penjelasan secara akademik mengapa penelitian ini dilakukan dan apa yang melatar belakanginya. Kemudian rumusan masalah yang bertujuan untuk mempertegas pokok-pokok masalah yang diteliti.

Setelah itu dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penelitian yang berisi mengenai apa tujuan peneliti mengadakan penelitian ini serta apa manfaat dari penelitian ini. Selanjutnya definisi istilah yang berisikan tentang istilah-istilah penting yang dijadikan titik perhatian di dalam judul penelitian ini. Setelah itu sistematika pembahasan yang merupakan deskripsi alur pembahasan di mulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup.

Bab dua, berisi tentang kajian kepustakaan yang berisikan tentang penelitian terdahulu, yang mana di dalamnya membandingkan antara skripsi peneliti dengan penelitian yang sejenis dengan judul yang berbeda. Kemudian kajian teori yang membahas tentang teori yang dijadikan perspektif dalam penelitian ini.

Bab tiga, metode penelitian, yang berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, yang mana di dalamnya dijelaskan tentang pendekatan apa yang digunakan dalam penelitian ini serta jenis penelitian apa yang digunakan oleh peneliti, selanjutnya lokasi penelitian yang mana didalamnya menunjukkan lokasi yang dijadikan tempat penelitian, setelah itu dilanjutkan dengan subjek penelitian yang di dalamnya dibahas tentang teknik yang digunakan peneliti

(22)

dalam pengambilan sample. Selanjutnya teknik dan instrumen pengumpulan data, subyek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, yang di dalamnya dibahas tentang teknik-teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Kemudian analisis data yang mana data yang telah terkumpul di analisis untuk mengetahui arti, makna, dan nilai yang terkandung dalam data.

Bab Empat penyajian data dan analisis, yang berisi tentang Gambaran Objek Penelitian yang meliputi sejarah singkat berdirinya Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember, visi misi Madrasah, Tujuan Madrasah, Keadaan guru dan Siswa di Madrsah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember serta keadaan sarana dan prasarana Madrsah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember. Selanjutnya pembahasan temuan yang mana di dalamnya dibahas tentang temuan- temuan peneliti pada saat penelitian.

Bab lima penutup atau kesimpulan dan saran- saran, yang berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian serta saran- saran untuk dipertimbangkan demi kebaikan lembaga Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember ke depannya.

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Terdahulu

Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah terpublikasikan atau belum terpublikasikan (skripsi, tesis dan sebagainya). Dengan melakukan langkah ini, maka akan dapat dilihat sampai sejauh mana orisinilitas dan posisi penelitian yang hendak dilakukan.

1. Peneliti Aprisa Dwi Fitriana, tahun 2015, Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul skripsi “Pengembangan Modul Fiqih Sebagai Bahan Ajar Untuk Siswa Kelas XI Di Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta”. Dalam penelitian tersebut menggunakan metode penelitian pengembangan (Research and Development). Prosedur penelitian pengembangan modul meliputi tahap analisis, perencanaan, pengembangan, validasi desain, revisi desain, uji coba produk dan revisi produk. Instrumen penilaian kualitas modul berdasarkan pada kriteria isi/materi, penyajian, dan bahasa/keterbacaan. Penilaian produk pengembangan bahan ajar ini desain analisis deskriptis kualitatif.

Persamaan dalam penelitian tersebut sama-sama menggunakan deskriptif kualitatif. Perbedaan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini lebih memfokuskan pada pengembangan modul fiqih sebagai bahan ajar untuk siswa kelas X.

(24)

2. Peneliti Muhammad Bakhri Jurjani, Pengembangan Bahan Ajar Modul Akidah Kelas IX Semester Genap Di SMP Muhammadiyah 1 Klaten,

“(Tesis, Universitas Sunan Kalijaga,Yogyakarta, 2016). Dalam penelitian tersebut menggunakan metode penelitian Research and Development.

Jenis data menggunakan data Primer. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumenter, quesioner dan tes.

Persamaan penelitian terdahulu adalah dalam teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumenter. Perbedaan dalam penelitian ini adalah bahan ajar modul pada mata pelajaran Akidah.

3. Peneliti Mar’atus Solikhah, tahun 2013, Skripsi, Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul “ Pengembangan Modul Fiqih Untuk Siswa Kelas XI Semester II Di Madrasah Aliyah Wahid HasyimYogyakarta. Dalam penelitian tersebut metode yang digunakan adalah metode penelitian Research and development. Analisis data dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mengolah data, menganalisis data, dan mengubah data kuantitatif menjadi kualitatif, kemudian mengambil kesimpulan. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, observasi dan wawancara.

Persamaan penelitian terdahulu adalah sama-sama meneliti tenteng pengembangan modul fiqih untuk MA. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian yang akan dilakukan fokus pada pengembangan modul fiqih kelas X.

(25)

Tabel 2.1

Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu No

. Nama Judul Skripsi Persamaan Perbedaan 1 Aprisa

Dwi Fitriana

“Pengembangan Modul Fiqih Sebagai Bahan Ajar Untuk Siswa Kelas XI Di Madrasah Aliyah Negeri

Yogyakarta”

Sama-sama menggunaka n deskriptif kualitatif.

Pada

penelitian ini lebih

memfokuska n pada pengembang an modul fiqih sebagai bahan ajar untuk siswa kelas XI sedangkan penelitian yang akan dilakukan lebih

memfokuska n pada pengembang an bahan ajar modul pada mata pelajaran fiqih siswa kelas X.

2 Muhamma d Bakhri Jurjani,

“Pengembangan Bahan Ajar Modul Akidah Kelas IX Semester Genap Di SMP

Muhammadiyah 1 Klaten,(Tesis, Universitas Sunan Kalijaga,Yogyakar ta, 2016)”.

Sama –sama menggunaka n teknik pengumpulan data

menggunaka n observasi, wawancara, dokumenter.

Pada

penelitian ini fokus pada bahan ajar modul pada mata pelajaran Akidah sedangkan penelitian yang akan dilakukan lebih

memfokuska n pada

(26)

No

. Nama Judul Skripsi Persamaan Perbedaan pengembang an bahan ajar modul siswa pada mata pelajaran fiqih.

3 Mar’atus Solikhah,

“Pengembangan Modul Fiqih Untuk Siswa Kelas XI Semester II Di Madrasah Aliyah Wahid

HasyimYogyakart a”.

Sama-sama meneliti tenteng pengembang an modul fiqih untuk MA.

Pada

penelitian ini lebih

menekankan kepada pengembang an modul fiqih untuk siswa kelas XI Semester II sedangkan penelitian yang akan dilakukan lebih

memfokuska n pada pengembang an bahan ajar modul pada mata pelajaran fiqih untuk siswa kelas X.

Sumber : Skripsi Universitas Islam Yogyakarta & Tesis.

B. Kajian Teori

1. Teori Penggunaan Bahan Ajar Modul a. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

(27)

dikelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Jenis-jenis bahan ajar seperti bahan cetak (printed) diantaranya buku dan modul, bahan ajar dengar (audio), bahan ajar pandang dengar (audio visual), dan bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching materials).9

Dari beberapa pandangan mengenai pengertian bahan ajar , dapat kita pahami bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Misalnya buku pelajaran, modul, handout, LKS, model atau maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan sebagainya.10

b. Macam-Macam Bahan Ajar

Menurut bentuk bahan ajar. Dari segi bentuknya, bahan ajar dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

1) Bahan cetak (printed) adalah sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi. Contohnya: handout, buku, modul, lembar kerja siswa, broser,foto atau gambar dan model atau maket.

2) Bahan ajar dengar (audio) adalah semua sistem yang menggunakan sinyal radio secara langsung yang dapat dimainkan atau didengar

9Suyatman, Pengembangan Bahan Ajar (Surakarta: FATABA Press, 2013), 20.

10Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, 16-17

(28)

oleh seseorang ataun sekelompok orang. Contohnya: kaset, radio, dan piringan hitam.

3) Bahan ajar pandang dengar (audiovisual) adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Contohnya: video compact disk dan film.

4) Bahan ajar interaktif adalah kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks grafik, gambar, animasi, dan video)yang oleh penggunanya dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah dan atau perilaku alami dari suatu presentasi. Contohnya: compact disk interaktif.11

c. Ciri-Ciri Bahan Ajar

Bahan ajar yang di gunakan dalam proses pembelajaran harus dapat mencapai tujuan yang di harapkan, sehingga di perlukan bahan ajar yang baik.

Adapun ciri-ciri bahan ajar antara lain:

1) Menimbulkan minat baca

Biasanya dengan menyisipkan gambar, table, dan dengan menggunakan warna. Sehingga siswa akan tertarik membaca bahan ajar tersebut.

11Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik Tinjauan Teoretis dan Praktik, 147-148

(29)

2) Ditulis dan dirancang untuk siswa

Bahan ajar yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan kondisi psikologis siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Misalnya, untuk siswa MI (Madrasah Ibtidaiyah) bahan ajarmya mengandung unsure permainan dan ilustrasi yang menarik agar siswa tersebut dapat memahami materi dengan baik.

3) Menjelaskan tujuan instruksional

4) Disususn berdasarkan pola belajar yang fleksibel

Maksudnya adalah bahwa bahan ajar yang di susun dapat diterapkan atau digunakan sesuai dengan kondisi sekolah maupun kelas.

5) Struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai

6) Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih 7) Mengakomodasikan kesulitan siswa

Didalam bahan ajar tersebut hendaknya dapat mencakup semua materi dengan lengkap agar siswa dapat menemukan jawaban dari pertanyaan dan kesulitan yang dihadapi.

8) Memberikan rangkuman

Rangkuman merupakan ringkasan pokok-pokok pembahasan atau materi agar dapat memudahkan siswa dalam mengulas kembali materi yang telah ada.

(30)

9) Gaya penulisan komunikatif dan semi formal

Hal ini menjadikan siswa tertarik untuk membaca dan tidak bingung dalam memahami materi.

10) Menjelaskan cara mempelajari bahan ajar.12 d. Fungsi Bahan Ajar

Berdasarkan pihak-pihak yang menggunakan bahan ajar, fungsi bahan ajar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi bagi pendidik dan fungsi bagi peserta didik.

1) Fungsi bahan ajar bagi pendidik, antara lain:

a) Menghemat waktu pendidik dalam mengajar

b) Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator

c) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif

d) Sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dala proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetesi yang semestinya diajarkan kepada peserta didik serta e) Sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil

pembelajaran.

2) Fungsi bahan ajar bagi peserta didik antara lain:

a) Peserta didik dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman peserta didik yang lain.

12 Aida Rahmi dan Hendra Harmi, Pengembangan Bahan Ajar MI, (Curup: Lp2 STAIN Curup, 2013), 45

(31)

b) Peserta didik dapat belajar kapan saja dan dimana saja ia kehendaki

c) Peserta didik dapat belajar sesuai kecepatan nya masing-masing d) Peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya

sendiri

e) Membantu potensi peserta didik untuk menjadi pelajar yang mandiri

f) Sebagai pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasai.13

e. Pengertian Modul

Modul diartikan sebagai sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Sementara dalam pandangan lainnya, modul dimaknai sebagai seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis, sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator atau guru. Dengan demikian, sebuah modul harus dapat dijadikan bahan ajar sebagai pengganti fungsi pendidik. Jika pendidik mempunyai fungsi menjelaskan sesuatu, maka modul harus mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya.14

13Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, 24-25

14.Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, 207-208.

(32)

f. Fungsi, Tujuan, dan Kegunaannya 1) Fungsi Modul

Sebagai salah bentuk bahan ajar, modul memiliki fungsi sebagai berikut:

a) Bahan ajar mandiri. Maksudnya, penggunaan modul dalam proses pembelajaran fungsi meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik.

b) Pengganti fungsi pendidik. Maksudnya, modul sebagai bahan ajar yang harus mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka. Sementara fungsi penjelas sesuatu tersebutjuga melekat pada pendidik. Maka dari itu, penggunaan modul bisa berfungsi sebagai pengganti fungsi atau peran fasilitator atau pendidik

c) Sebagai alat evalusai. Maksudnya, dengan modul, peserta didik dituntut untuk dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaaannya terhadap materi yang telah dipelajari. Dengan demikian, modul juga sebagai alat evaluasi.

d) Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik. Maksudnya, karena modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik, maka modul juga memilih fungsi sebagai bahan rujukan bagi peserta didik.

(33)

2) Tujuan Pembuatan Modul

Adapun tujuan penyusunan atau pembuatan modul, antara lain:

a) Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan pendidik (yang minimal).

b) Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran.

c) Melatih kejujuran pendidik.

d) Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta didik. Bagi peserta didik yang kecepatan belajarnya tinggi, maka mereka dapat belajar lebih cepat serta menyelesaikan modul dengan lebih cepat pula. Dan, sebaliknya bagi yang lambat, maka mereka dipersilahkan untuk mengulanginya kembali.

e) Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari.

3) Kegunaan Modul bagi kegiatan pembelajaran

Kegunaan modul dalam proses pembelajaran antara lain sebagai penyedia informasi dasar, karena dalam modul disajikan berbagai materi pokok yang masih bisa dikembangkan lebih lanjut;

serta sebagai bahan pelengkap dengan ilustrasi dan foto yang komunikatif. Di samping itu, kegunaan lainnya adalah menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi pendidik serta menjadi bahan

(34)

untuk berlatih bagi pesera didik dalam melakukan penilaian sendiri (self assesment).15

g. Jenis-jenis Modul

Ada beberapa macam jenis modul yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Ada dua klasifikasi modul, yaitu menurut penggunanya dan tujuan penyusunannya. Dari segi penggunanya, modul dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : modul untuk siswa dan pendidik. Pertama, modul untuk siswa. Modul yang ditujukan untuk siswa berisi kegiatan belajar yang dilakukan siswa. Kedua, modul untuk pendidik. Modul yang ditujukan untuk pendidik berisi petunjuk pendidik, tes akhir modul, dan kunci jawaban tes akhir modul.

Jenis modul lainnya, yakni menurut tujuan penyusunannya, Vembriarto membedakan modul menjadi dua macam, yaitu:

1) Modul inti

Merupakan modul yang disusun dari kurikulum dasar, yang merupakan tuntutan dari pendidikan dasar umum yang diperlukan oleh seluruh warga indonesia. Modul pengajaran ini merupakan hasil penyusunan dari unit-unit program. Adapun unit-unit program disusun menurut tingkat (kelas) dan menurut bidang studi (mata pelajaran).

15Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, 109.

(35)

2) Modul pengayaan

Salah satu bentuk modul yang merupakan hasil dari penyusunan uint-unit program pengayaan yang berasal dariprogram pengayaan yang bersifat memperluas (dimensi horizontal) dan atau bersifat memperdalam (dimensi vertikal) program pendidikan dasar yang bersifat umum tersebut. Ini disusun sebagai bagian dari usaha untuk mengakomodasi siswa yang telah menyelesaikan dengan baik program pendidikan dasarnya mendahului teman-temannya.

h. Unsur-unsur Modul

Sementara itu secara teknis, modul tersusun dalam empat unsur, sebagai berikut:

1) Judul Modul. Judul ini berisi tentang nama modul dari suatu mata kuliah tertentu

2) Petunjuk Umum. Unsur ini membuat penjelasan tentang langkah- langkah yang akan ditempuh dalam pembelajaran, sebagai berikut:

pertama, kompetensi dasar; kedua, pokok bahasan; ketiga, indikator pencapaian; keempat, referensi (diisi petunjuk dosen tentang buku-buku referensi yang digunakan); kelima, strategi pembelajaran; keenam, menjelaskan pendekatan, metode, langkah, yang digunakan dalam proses pembelajaran; ketujuh, lembar kegiatan pembelajaran; kedelapan, petunjuk bahi mahasiswa untuk

(36)

memahami langkah-langkah dan materi perkuliahan; dan kesembilan, evaluasi.

3) Materi Modul. Berisi penjelasan secara perinci tentang materi yang dikuliahkan pada setiap pertemuan.

4) Evaluasi Semester. Evaluasi ini terdiri dari tengah dan akhir semester denagn tujuan untuk mengukur kompetensi mahasisiwa sesuai materi kuliah yang diberikan.16

2. Teori Mata Pelajaran Fiqih a. Pengertian Fiqih

fiqih adalah salah satu bagian dari Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang Fiqih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan taharah, shalat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan ibadah haji, serta ketentuan tentang makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Mata pelajaran fiqih sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada peserta didik demi mendukung kemampuan seseorang dalam hal hukum islam. Fiqih berfungsi sebagai landasan seorang muslim apabila akan melakukan praktek ibadah. Oleh karena itulah mata pelajaran fiqih penting mendapat perhatian yang besar bagi seorang anak, agar ke depannya dia akan

16Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, 212-214

(37)

terbiasa menjalankan kehidupan sesuai dengan hukum islam yang ada.17

Fiqih secara bahasa Arab berasal dari kata FAQIHA,FAQOHA, YAFQOHU, artinya faham betul tentang sesuatu Fiqih secara istilah Mengandung dua arti yaitu:

Pertama, artinya penegtahuan tentang hukum-hukum syari’at yang berkaitan dengan perbuatan dan perkataan Mukallaf (mereka yang sudah terbebani menjalankan syari’at agama), yang diambil dari dalil-dalilnya yang bersifat terperinci, berupa nash-nash Al-Quran dan As Sunnah serta serta yang bercabang darinya yang berupa ijma’ dan ijtihad.

Kedua, Hukum-hukum syariat itu sendiri. Jadi perbedaaan antara kedua definisi tersebut bahwa yang pertama digunakan untuk mengetahui hukum-hukum (seperti seorang ingin mengetahui apakah suatu perbuatan itu wajib atau sunnah, haram atau makruh, ataukah mubah, ditinjau dari dalil-dalil yang ada). Sedangkan yang kedua adalah untuk hukum-hukum syariaf itu sendiri (yaitu hukum apa saja yang terkandung dalam shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syariat-syariat, rukun-rukun, kewajiban-keajiban atau sunnah- sunnahnya).18

17 Annurramadhani, “Karakteristik materi fiqih dan macam” namaku.heck.in.html (2 Oktober 2017)

18https://muslim.or.id/83-fiqih-islam.html, di akses pada hari Jum’at, 10 Oktober 2017, jam 20.16

(38)

b. pengertian ilmu fiqih

kata fiqih dalam al-qur’an disebut sebanyak 20 kali dalam bentuk kata kerja (fi’il) dan berbagai derefiasinya.19 Fiqih menurut bahasa artinya pengetahuan dan pemahaman yang mendalam.

Sedangkan pengertian fiqih menurut istilah adalah sebagaimana yang telah dikemukakan oleh para fuqoha’ ialah:

1) Abdul wahab kholaf

Fiqih ialah ilmu tentang hukum syara’ yang bersifat praktis (amaliyah) yang diperoleh melalui dalil-dalilnya yang terperinci.20 disebut ilmu fiqih karena merupakan garapan manusia dengan mempergunakan metode-metode tertentu, seperti qiyas lain-lain.

disebut praktis karena fiqih berisi pedoman bagi kaum muslimin dalam melakukan segala aktifitas ibadah maupun mu’amalah.

Dengan demikian, hukum-hukum syara’ yang diambil dari proses istinbat dan nadzar (analisis) dari sumber-sumber ini bersifat tafsili (terperinci).

2) Ahmad Bin Muhammad Dimyati

Mengemukakan pengertian fiqih ilmu tentang hukum-hukum syara’ dengan menggunakan jalan ijtihad.21

Dari definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu fiqih adalah ilmu yang berbicara tentang hukum-hukum syar’i amli

19 Sutrisno, Nalar Fiqih Gus Mus (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2010), 10

20Alaudin koto, ilmu fiqih dan ushul fiqih (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2011), 44-48

21 Abdul Hamid Hakim, Ushul Fiqih ( Jakarta: Maktabah Sa’diyah Putra, 2010), 5

(39)

yang diambil dari dalil-dalil yang tafsili yang terdapat dalam al- qur’an dan hadits Nabi Muhammd SAW.

Para ulama’ sependapat bahwa setiap perkataan dan perbuatan manusia, baik yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhannya, ataupun yang menyangkut dengan sesamanya, semuanya telah diatur oleh syara’. Maka berdasarkan petunjuk itu para mujtahid menetapkan hukumnya. Semua ketentuan-ketentuan hukum baik yang ditetapkan melalui nash atau ijtihad para mujtahid pada bidang yang tidak ada nashnya, dinamakan fiqih.

3. Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran

Guru merupakan seseorang yang paling berpengaruh dalam pendidikan. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan suatu pendidikan banyak orang mengatakan “cintai dulu gurunya baru pelajarannya”, dalam artian seorang guru harus memiliki sifat atau karakteristik tersebut di atas, agar antara guru dan siswa tidak terdapat jarak yang membuat siswa takut dan sungkan untuk berinteraksi terkait hal pelajaran atau hal pribadi mereka. Dengan begitu siswa akan merasa nyaman serta bebas bertanya sehingga apa yang disampaikan oleh guru dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa tanpa suatu paksaan.

Disamping itu ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk dapat meningkatkan pemahaman pesera didik terhadap materi yang telah di ajarkan, yaitu:

(40)

a. Guru sebagai Fasilitator

Sebagai fasilitator guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam proses pembelajaran.22 Adapun tahapan yang dapat dilakukan oleh pendidik sebagai fasilitator dalam pembelajaran, yaitu: 23

1) Kemampuan untuk mengakomodasi gaya belajar setiap siswa.

Artinya, tugas guru disini adalah bagaimana seorang guru dalam meramu sebuah metode pembelajaran yang tepat dan dapat mengakomodasi berbagai macam gaya belajar siswa tersebut, karena masing- masing siwa mempunyai pribadi yang unik dan gaya belajar yang berbeda.

2) Menciptakan suasana belajar yang menggairahkan. Menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya menggunakan presentasi pengajaran yang lebih hidup dan menarik bagi setiap siswa. Untuk keterlibatan keaktifan siswa, itu poin penting yang harus diperhatikan oleh seorang guru karena disinilah peran penting seorang guru yang menjadi fasilitator siswa untuk menumbuhkan rasa ingin tahu, menjelajahi ilmu lebih dalam, dan menggali lebih banyak informasi yang ada.

22Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2006), 23.

23Jamal Makmur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif (Yogyakarta: Diva Press, 2010), 28.

(41)

3) Kemampuan menanamkan nilai dan keterampilan hidup dengan kapasitas yang benar bagi siswa. Disinilah pentingnya mengajar dengan keteladanan. Sehingga penerapan nilai dan pribadi guru menjadi utama, karena guru adalah model atau contoh bagi peserta didiknya.

4) Menghilangkan segala hambatan dalam belajar dengan membangun interaksi, kedekatan, dan komunikasi dengan siswa, baik secara verbal maupun non verbal.

b. Guru sebagai mediator

Sebagai media guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media Pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran disekolah.

c. Guru sebagai evaluator

Kalau kita perhatikan dunia pendidikan, akan kita ketahui bahwa setiap jenis Pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu- waktu tertentu selama satu periode pendidikan orang selalu mengadakan evaluasi, artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik.

(42)

Demikian pula dalam satu kali proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.24

24Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2010), 9-11

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode dan prosedur penelitian merupakan suatu cara untuk melakukan sebuah penelitian ilmiah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dalam penelitian. Dengan menggunakan metode yang tepat, maka akan menghasilkan suatu penelitian yang maksimal. Adapun metode dan prosedur penelitian yang peneliti ambil sebagai berikut.

A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam hidupnya, berinteraksi untuk mengetahui tentang kehidupan mereka. Dalam penelitian ini peneliti melakukan studi langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang konkrit mengenai Penggunaan Bahan Ajar Modul Pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas X di MA Wahid Hasyim Balung Jember.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember yang merupakan salah satu madrasah yang ada di Jalan puger No. 20 Kecamatan Balung Kabupaten Jember Jawa Timur. Sebelum melakukan penelitian ini, tahap yang paling awal dilakukan adalah melakukan survey.

Hal ini dilakukan dalam rangka ingin mengetahui permasalahan- permasalahan yang ada di lokasi tersebut, sehingga peneliti bisa memahami betul lokasi penelitian. Pertimbangan penulis melaksanakan penelitian di MA Wahid Hasyim Balung Jember karena sebelumnya masih belum ada yang

(44)

mengadakan penelitian tentang penggunaan bahan ajar modul mata pelajaran fiqih kelas X di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember Tahun Pelajaran 2017/2018.

C. Subyek Penelitian

Pada bagian ini dilaporkan jenis data dan sumber data. Data pada bagian ini menguraikan tentang data dan apa saja yang dikumpulkan, karakteristik, subyek penelitian, ciri-ciri informan dalam menyaring data hingga validitas data bisa terjamin.25

Untuk mendukung terhadap data yang diperlukan maka dalam penelitian ini pencarian data diperoleh dari informan dengan sedangkan yang peneliti tetapkan dalam subyek penelitian ini menggunakan teknik purpose sampling. Yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Adapun informan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah

Karena tugas dan peran kepala sekolah adalah bagian dari kepemimpinan atau bagian terpenting dalam menggerakkan dan meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Wakil Kurikulum

Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pembelajaran

25 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: STAIN Press, 2013), 47.

(45)

3. Guru Fiqih

Merupakan seorang pendidik, pengajar, dan pembimbing disekolah negeri ataupun swasta yang memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal yang minimal berstatus sarjana. Selain itu guru mengjarkan materi pembelajaran kepada para siswanya dari yang belum mengetahui, dari yang belum mengerti menjadi mengerti, dan dari yang belum bisa menjadi bisa.

4. Siswa

Siswa merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan informal, pendidikan formal, maupun pendidikan nonformal.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut :

1. Observasi

Secara bahasa observasi berarti memerhatikan dengan penuh perhatian seseorang atau sesuatu, memerhatikan dengan penuh perhatian berarti mengamati tentang apa yang terjadi. Dari pengertian lain observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis. Jadi observasi dapat

(46)

dilakukan hanya pada perilaku atau sesuatu yang tampak, sehingga potensi perilaku seperti sikap, pendapat jelas tidak dapat diobservasi.26

Untuk itu data yang diperoleh peneliti melalui observasi adalah:

a. Mengadakan peninjauan lokasi yang akan digunakan sebagai tempat observasi

b. Menyusun pedoman observasi yang sesuai dengan masalah yang akan dijadikan scop penelitian.

c. Mengadakan observasi secara langsung terhadap peristiwa obyek penelitian serta mencatat hasil yang diperoleh

d. Mengklasifikasikan hasil observasi sesuai dengan jenisnya.

2. Interview (Wawancara)

Merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Susan Stainback (1988) mengemukakan bahwa jadi dengan dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melauli tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.

26Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), 209.

(47)

a. Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seoerti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.27

b. Wawancara tidak Terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Wawancara baik yang dilakukan dengan face to face maupun yang menggunakan pesawat telepon, akan selalu terjadi kontak pribadi, oleh karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana

27Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: ALFABETA, 2011), 229.

(48)

harus melakukan wawancara. Pada saat responden sedang sibuk bekerja, sedang mempunyai masalah berat, sedang mulai istirahat, sedang tidak sehat, atau sedang marah, maka harus hati-hati dalam melakukan wawancara. Kalau dipaksakan wawancara dalam kondisi seperti itu, maka akan menghasilkan data yang tidak valid akurat.28

Metode interview dalam penelitian ini menggunakan metode interview tidak terstruktur. Dimana peneliti hanya membawa pedoman interview secara garis besarnya saja, kemudian dikembangkan pada saat melakukan wawancara, sehingga diharapkan dapat memperoleh hasil yang sesuai dengan keinginan peneliti.

Metode interview ini nantinya digunakan untuk menggali data dari informan baik Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung, Wakil Kurikulum Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung, Guru fiqih Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung, dan siswa-siswi Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung. Adapun data yang peneliti dapatkan dalam metode interview ini adalah:

1) penggunaan bahan ajar modul mata pelajaran Fiqih kelas X di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember.

2) Data-data lain yang mendukung.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

(49)

dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.

Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Adapun data yang peneliti peroleh dalam metode ini adalah:

a. Denah Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung

b. Sejarah berdirinya Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung

c. Data guru, staf, dan karyawan serta siswa-siswi Madrasah Aliyah Wahid Hasyim

d. Keadaan sarana dan prasarana

e. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung f. Dan hal-hal lain yang berkaitan dengan dokumentasi.29

E. Analisis Data

Bogdan menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

29 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,240.

(50)

Berdasarkan hal tersebut diatas dapat dikemukakan di sini bahwa, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit- unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mang penting dan yang akan dipelajari, dam membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.30

F. Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data atau validitas data dalam penelitian ini melalui triangulasi data. Triangulasi diartikan sebagai tehnik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Sedangkan teknik triangulasi yang banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lain.

Teknik triangulasi digunakan untuk menguji tingkat kepercayaan penelitian kualitatif. Teknik ini lebih mengutamakan efektifitas hasil penelitan. Dalam penelitian ini akan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi tehnik. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Sedangkan triangulasi tehnik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda- beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. 31

Jadi setelah data dianalisis, maka kemudian peneliti menguji keabsahan data tersebut menggunakan triangulasi sumber. Dalam triangulasi sumber

30 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 244.

31Ibid., 127.

(51)

peneliti untuk menguji keabsahan data tersebut dengan menggunakan wawancara kepada sumber atau informan yang dapat dipercaya seperti kepala madrasah, wakil kurikulum, guru fiqih, dan siswa.

Sedangkan untuk triangulasi tehnik peneliti mengecek data dengan sumber yang sama tetapi dengan cara yang berbeda. Hasil data yang diperoleh dari wawancara tersebut, kemudian di cek dengan observasi dan dokumentasi, sehingga dapat menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan fakta.

G. Tahap-tahap Penelitian

Proses ini menguraikan pelaksanaan penelitian, mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain, penelitian sebenarnya dan sampai pada penulisan laporan.

1. Tahap pra penelitian lapangan

a. Menemukan masalah di lokasi penelitian b. Menyusun rencana penelitian (proposal)

c. Pengurusan surat ijin menelitiMenyiapkan perlengkapan penelitian 2. Tahap penelitian lapangan

a. Memahami latar belakang dan tujuan penelitian b. Memasuki lokasi penelitian

c. Mencari sumber data yang telah ditentukan/obyek penelitian d. Mengumpulkan data

e. Menganalisa data dengan menggunakan prosedur penelitian yang diterapkan.

3. Tahap akhir penelitian lapangan a. Penarikan kesimpulan

b. Menyusun data yang telah ditetapkan c. Kritik dan saran.

(52)

BAB IV PENYAJIAN DATA

A. Gambaran Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Aliyah Wahid Hasyim

Yayasan Pendidikan Islam Abdul Wahid Hasyim Balung berdiri pada tahun 1957. Berawal pada tahun 1954 dimana para Ulama’ kota Balung mendirikan majlis ta’lim yang kegiatannya dilaksanakan rumah warga. Perkembangan selanjutnya majlis ta’lim tersebut mendirikan madrasah diniyah yang diselenggarakan di rumah salah satu warga NU Balung. Tahun 1956 madrasah diniyah tersebut dikembangkan menjadi madrasah ibtidaiyah NU dengan kurikulum pondok pesantren yang tenaga edukasinya sebagian besar pengurus MWC NU Balung.

Tahun 1960 Yayasan mendirikan PGA 4 tahun yang menempati tanah waqaf Nyai Hj.Zubaidah seluas 1,5 hektar di Jalan Puger desa Balung Lor, dan tanah sawah 1 hektar sebagai sumber dana di desa Balung Kulon kecamatan Balung. Tahun 1976 Yayasan meningkatkan jenjang pendidikan menjadi PGA 6 tahun. Pada tahun 1978 karena kebijakan pemerintah, Yakni Departemen Agama RI maka PGA 4 Tahun berubah menjadi MTs dan PGA 6 Tahun berubah menjadi MA Wahid Hasyim.

Pemberian nama Wahid Hasyim adalah sejak perubahan PGA menjadi Mts dan MA tersebut. Yayasan pendidikan Islam Abdul Wahid Hasyim Balung Tercatat pada notaries RJ.Boentaran Santoso,SH. No.24 Tanggal 7 Mei

(53)

1984 di Jember. Saat ini YASPI Abdul Wahid Hasyim Mengelola empat sekolah Yakni :

a. Madrasah Tsanawiyah Wahid Hasyim b. Madrasah Aliyah Wahid Hasyim c. SMP Satya Dharma

d. SMA Satya Dharma

Adapun tokoh pengajar dan perintis berdirinya YASPI Abdul Wahid Hasyim Balung adalah sebagai berikut :

1. K.Mudhar 10. H.Sonhaji

2. K.Hasan Basuni 11. H.Ahmad Supardi

3. Sayyid Abdul Qodir SAS 12. KH.Said

4. K.Hasyim 13. H.Hanan Nur

5. K.Jawahir 14. Hanan Marzuki

6. K.Abdul Barri 15. H.Syamsul Arifin

7. KH.Shodik Mahmud SH. 16. Isma’il

8. KH.Makmun 17. Muji

9. H.Dimyati 18. kohar

Madrasah Aliyah wahid Hasyim yang berdiri sejak 14 Juni 1978 tercatat sebagai sekolah berstatus terdaftar berdasarkan keputusan kepala kantor wilayah Departemen Agama propinsi Jawa Timur No.L.m./3/283- c/1983 pada tanggal 12 Agustus 1983, dengan nomor statistk madrasah 31.2.35.09.13.117.

(54)

Sementara keputusan Pimpinan Wilayah Lembaga Pendidikan Ma’arif Jawa Timur pada tanggal 20 Mei 1986, berdasarkan Surat Keputusan Pimpinan Pusat LP.Maarif no. PP/202/A-8/VII/1973 Tanggal 18 Juli 1973, setelahmenerima berkas laporan dari pimpinan cabang LP.Maarif Jember, Madrasah Aliyah Wahid Hasyim dinyatakan terdaftar sebagai anggota pada lembaga pendidikan Ma’arif wilayah Jawa Timur dengan nomor : B-403306.

Setelah proses akreditasi madrasah Aliyah Wahid Hasyim memperoleh status di akui berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI nomor E.IV/29/1994 pada tanggal 24 Maret 1994, dengan nomor Piagam Akreditasi B/E.IV/MA/0198/1994.32

Beberapa kepala sekolah yang memimpin PGA hingga MA Wahid Hasyim secara kronologis sebagai berikut :

1. Tahun 1960 – 1976 Sayyid Abdul Qodir SAS (PGA 4 th) 2. Tahun 1976 – 1980 KH.Abdul Latif (PGA 6 th dan MA) 3. Tahun 1980 -1984 Hamid Mustaqim

4. Tahun 1984 - 1788 Hamid Syueb 5. Tahun 1988 - 1998 Drs.Suhadak

6. Tahun 1998 - 2000 Drs M.Thoha Rohani 7. Tahun 2000 – 2008 Drs. Suhadak

8. Tahun 2008 – 2017 Mujammil, M.PdI

32 Dokumentasi, Profil MA Wahid Hasyim Balung Jember, 11 September 2017.

Gambar

Gambar 1.8  Buku Modul Kelas X

Referensi

Dokumen terkait