• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember yang merupakan salah satu madrasah yang ada di Jalan puger No. 20 Kecamatan Balung Kabupaten Jember Jawa Timur. Sebelum melakukan penelitian ini, tahap yang paling awal dilakukan adalah melakukan survey.

Hal ini dilakukan dalam rangka ingin mengetahui permasalahan- permasalahan yang ada di lokasi tersebut, sehingga peneliti bisa memahami betul lokasi penelitian. Pertimbangan penulis melaksanakan penelitian di MA Wahid Hasyim Balung Jember karena sebelumnya masih belum ada yang

mengadakan penelitian tentang penggunaan bahan ajar modul mata pelajaran fiqih kelas X di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember Tahun Pelajaran 2017/2018.

C. Subyek Penelitian

Pada bagian ini dilaporkan jenis data dan sumber data. Data pada bagian ini menguraikan tentang data dan apa saja yang dikumpulkan, karakteristik, subyek penelitian, ciri-ciri informan dalam menyaring data hingga validitas data bisa terjamin.25

Untuk mendukung terhadap data yang diperlukan maka dalam penelitian ini pencarian data diperoleh dari informan dengan sedangkan yang peneliti tetapkan dalam subyek penelitian ini menggunakan teknik purpose sampling. Yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Adapun informan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah

Karena tugas dan peran kepala sekolah adalah bagian dari kepemimpinan atau bagian terpenting dalam menggerakkan dan meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Wakil Kurikulum

Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pembelajaran

25 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: STAIN Press, 2013), 47.

3. Guru Fiqih

Merupakan seorang pendidik, pengajar, dan pembimbing disekolah negeri ataupun swasta yang memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal yang minimal berstatus sarjana. Selain itu guru mengjarkan materi pembelajaran kepada para siswanya dari yang belum mengetahui, dari yang belum mengerti menjadi mengerti, dan dari yang belum bisa menjadi bisa.

4. Siswa

Siswa merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan informal, pendidikan formal, maupun pendidikan nonformal.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut :

1. Observasi

Secara bahasa observasi berarti memerhatikan dengan penuh perhatian seseorang atau sesuatu, memerhatikan dengan penuh perhatian berarti mengamati tentang apa yang terjadi. Dari pengertian lain observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis. Jadi observasi dapat

dilakukan hanya pada perilaku atau sesuatu yang tampak, sehingga potensi perilaku seperti sikap, pendapat jelas tidak dapat diobservasi.26

Untuk itu data yang diperoleh peneliti melalui observasi adalah:

a. Mengadakan peninjauan lokasi yang akan digunakan sebagai tempat observasi

b. Menyusun pedoman observasi yang sesuai dengan masalah yang akan dijadikan scop penelitian.

c. Mengadakan observasi secara langsung terhadap peristiwa obyek penelitian serta mencatat hasil yang diperoleh

d. Mengklasifikasikan hasil observasi sesuai dengan jenisnya.

2. Interview (Wawancara)

Merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Susan Stainback (1988) mengemukakan bahwa jadi dengan dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melauli tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.

26Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), 209.

a. Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seoerti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.27

b. Wawancara tidak Terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Wawancara baik yang dilakukan dengan face to face maupun yang menggunakan pesawat telepon, akan selalu terjadi kontak pribadi, oleh karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana

27Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: ALFABETA, 2011), 229.

harus melakukan wawancara. Pada saat responden sedang sibuk bekerja, sedang mempunyai masalah berat, sedang mulai istirahat, sedang tidak sehat, atau sedang marah, maka harus hati-hati dalam melakukan wawancara. Kalau dipaksakan wawancara dalam kondisi seperti itu, maka akan menghasilkan data yang tidak valid akurat.28

Metode interview dalam penelitian ini menggunakan metode interview tidak terstruktur. Dimana peneliti hanya membawa pedoman interview secara garis besarnya saja, kemudian dikembangkan pada saat melakukan wawancara, sehingga diharapkan dapat memperoleh hasil yang sesuai dengan keinginan peneliti.

Metode interview ini nantinya digunakan untuk menggali data dari informan baik Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung, Wakil Kurikulum Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung, Guru fiqih Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung, dan siswa-siswi Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung. Adapun data yang peneliti dapatkan dalam metode interview ini adalah:

1) penggunaan bahan ajar modul mata pelajaran Fiqih kelas X di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember.

2) Data-data lain yang mendukung.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.

Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Adapun data yang peneliti peroleh dalam metode ini adalah:

a. Denah Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung

b. Sejarah berdirinya Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung

c. Data guru, staf, dan karyawan serta siswa-siswi Madrasah Aliyah Wahid Hasyim

d. Keadaan sarana dan prasarana

e. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung f. Dan hal-hal lain yang berkaitan dengan dokumentasi.29

E. Analisis Data

Bogdan menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

29 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,240.

Berdasarkan hal tersebut diatas dapat dikemukakan di sini bahwa, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit- unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mang penting dan yang akan dipelajari, dam membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.30

F. Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data atau validitas data dalam penelitian ini melalui triangulasi data. Triangulasi diartikan sebagai tehnik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Sedangkan teknik triangulasi yang banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lain.

Teknik triangulasi digunakan untuk menguji tingkat kepercayaan penelitian kualitatif. Teknik ini lebih mengutamakan efektifitas hasil penelitan. Dalam penelitian ini akan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi tehnik. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Sedangkan triangulasi tehnik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda- beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. 31

Jadi setelah data dianalisis, maka kemudian peneliti menguji keabsahan data tersebut menggunakan triangulasi sumber. Dalam triangulasi sumber

30 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 244.

31Ibid., 127.

peneliti untuk menguji keabsahan data tersebut dengan menggunakan wawancara kepada sumber atau informan yang dapat dipercaya seperti kepala madrasah, wakil kurikulum, guru fiqih, dan siswa.

Sedangkan untuk triangulasi tehnik peneliti mengecek data dengan sumber yang sama tetapi dengan cara yang berbeda. Hasil data yang diperoleh dari wawancara tersebut, kemudian di cek dengan observasi dan dokumentasi, sehingga dapat menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan fakta.

G. Tahap-tahap Penelitian

Proses ini menguraikan pelaksanaan penelitian, mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain, penelitian sebenarnya dan sampai pada penulisan laporan.

1. Tahap pra penelitian lapangan

a. Menemukan masalah di lokasi penelitian b. Menyusun rencana penelitian (proposal)

c. Pengurusan surat ijin menelitiMenyiapkan perlengkapan penelitian 2. Tahap penelitian lapangan

a. Memahami latar belakang dan tujuan penelitian b. Memasuki lokasi penelitian

c. Mencari sumber data yang telah ditentukan/obyek penelitian d. Mengumpulkan data

e. Menganalisa data dengan menggunakan prosedur penelitian yang diterapkan.

3. Tahap akhir penelitian lapangan a. Penarikan kesimpulan

b. Menyusun data yang telah ditetapkan c. Kritik dan saran.

BAB IV PENYAJIAN DATA

A. Gambaran Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Aliyah Wahid Hasyim

Yayasan Pendidikan Islam Abdul Wahid Hasyim Balung berdiri pada tahun 1957. Berawal pada tahun 1954 dimana para Ulama’ kota Balung mendirikan majlis ta’lim yang kegiatannya dilaksanakan rumah warga. Perkembangan selanjutnya majlis ta’lim tersebut mendirikan madrasah diniyah yang diselenggarakan di rumah salah satu warga NU Balung. Tahun 1956 madrasah diniyah tersebut dikembangkan menjadi madrasah ibtidaiyah NU dengan kurikulum pondok pesantren yang tenaga edukasinya sebagian besar pengurus MWC NU Balung.

Tahun 1960 Yayasan mendirikan PGA 4 tahun yang menempati tanah waqaf Nyai Hj.Zubaidah seluas 1,5 hektar di Jalan Puger desa Balung Lor, dan tanah sawah 1 hektar sebagai sumber dana di desa Balung Kulon kecamatan Balung. Tahun 1976 Yayasan meningkatkan jenjang pendidikan menjadi PGA 6 tahun. Pada tahun 1978 karena kebijakan pemerintah, Yakni Departemen Agama RI maka PGA 4 Tahun berubah menjadi MTs dan PGA 6 Tahun berubah menjadi MA Wahid Hasyim.

Pemberian nama Wahid Hasyim adalah sejak perubahan PGA menjadi Mts dan MA tersebut. Yayasan pendidikan Islam Abdul Wahid Hasyim Balung Tercatat pada notaries RJ.Boentaran Santoso,SH. No.24 Tanggal 7 Mei

1984 di Jember. Saat ini YASPI Abdul Wahid Hasyim Mengelola empat sekolah Yakni :

a. Madrasah Tsanawiyah Wahid Hasyim b. Madrasah Aliyah Wahid Hasyim c. SMP Satya Dharma

d. SMA Satya Dharma

Adapun tokoh pengajar dan perintis berdirinya YASPI Abdul Wahid Hasyim Balung adalah sebagai berikut :

1. K.Mudhar 10. H.Sonhaji

2. K.Hasan Basuni 11. H.Ahmad Supardi

3. Sayyid Abdul Qodir SAS 12. KH.Said

4. K.Hasyim 13. H.Hanan Nur

5. K.Jawahir 14. Hanan Marzuki

6. K.Abdul Barri 15. H.Syamsul Arifin

7. KH.Shodik Mahmud SH. 16. Isma’il

8. KH.Makmun 17. Muji

9. H.Dimyati 18. kohar

Madrasah Aliyah wahid Hasyim yang berdiri sejak 14 Juni 1978 tercatat sebagai sekolah berstatus terdaftar berdasarkan keputusan kepala kantor wilayah Departemen Agama propinsi Jawa Timur No.L.m./3/283- c/1983 pada tanggal 12 Agustus 1983, dengan nomor statistk madrasah 31.2.35.09.13.117.

Sementara keputusan Pimpinan Wilayah Lembaga Pendidikan Ma’arif Jawa Timur pada tanggal 20 Mei 1986, berdasarkan Surat Keputusan Pimpinan Pusat LP.Maarif no. PP/202/A-8/VII/1973 Tanggal 18 Juli 1973, setelahmenerima berkas laporan dari pimpinan cabang LP.Maarif Jember, Madrasah Aliyah Wahid Hasyim dinyatakan terdaftar sebagai anggota pada lembaga pendidikan Ma’arif wilayah Jawa Timur dengan nomor : B-403306.

Setelah proses akreditasi madrasah Aliyah Wahid Hasyim memperoleh status di akui berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI nomor E.IV/29/1994 pada tanggal 24 Maret 1994, dengan nomor Piagam Akreditasi B/E.IV/MA/0198/1994.32

Beberapa kepala sekolah yang memimpin PGA hingga MA Wahid Hasyim secara kronologis sebagai berikut :

1. Tahun 1960 – 1976 Sayyid Abdul Qodir SAS (PGA 4 th) 2. Tahun 1976 – 1980 KH.Abdul Latif (PGA 6 th dan MA) 3. Tahun 1980 -1984 Hamid Mustaqim

4. Tahun 1984 - 1788 Hamid Syueb 5. Tahun 1988 - 1998 Drs.Suhadak

6. Tahun 1998 - 2000 Drs M.Thoha Rohani 7. Tahun 2000 – 2008 Drs. Suhadak

8. Tahun 2008 – 2017 Mujammil, M.PdI

32 Dokumentasi, Profil MA Wahid Hasyim Balung Jember, 11 September 2017.

9. Tahun 2017- sekarang Suhik S.Pd 2. Visi Madrasah

Terdepan dalam prestasi, terampil dan mandiri berdasarkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah.

a. Memperoleh nilai UAN diatas 7,5

b. Memiliki lulusan berstandart internasional

c. Memiliki Prestasi bidang Olah raga tingkat Jawa Timur.

d. Dapat melaksanakan ibadah sholat dengan baik dan benar.

e. Dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta hafal juz amma dan surat yasin.

f. Menguasai percakapan bahasa inggris dan arab sederhana.

g. Dapat memimpin Istighosah dan Tahlil.

h. Dapat menguasai Life Skill 3. Misi Madrasah

Untuk mencapai visi di atas, maka madrasah kami memiliki misi:

a. Melaksanakan bimbingan belajar secara teratur.

b. Meningkatkan pelatihan olah raga secara teratur.

c. Meningkatkan pembinaan praktik ibadah.

d. Meningkatkan kemampuan baca dan menghafal Al-Qur’an, Juz Amma dan surat Yasin

e. Meningkatkan kemampuan belajar bahasa inggris dan Arab.

f. Melaksanakan Istighosah dan Tahlil.

g. Mengoptimalkan Kecakapan Vokasional / Life Skill (Teknik Informatika, TOEFL, ENPRO, Bengkel, Tata Boga, Tata Busana, dan Sablon).

4. Tujuan Madrasah

Mengacu pada visi dan misi madrasah, serta tujuan umum pendidikan menengah, maka tujuan madrasah kami dalam mengembangkan pendidikan ini adalah sebagai berikut :

a. Tujuan umum

1) Melaksanakan sebagaian tugas pembangunan nasional di bidang Pendidikan.

2) Melaksanakan sebagaian tugas pembangunan Kementerian Agama, khususnya dibidang pendidikan

3) Melaksanakan tugas pembangunan Kanwil Kementerian Agama Propinsi Jawa Timur khusunya bidang Pendidikan di tingkat Madrasah Aliyah

4) Melaksanakan sebagaian program kerja Kementerian Agama Kabupaten Jember melalui pelaksanaan maksimal program kerja MA. WAHID HASYIM BALUNG

b. Tujuan Khusus

1) Meningkatkan prestasi lulusan secara kualitatif dan kuantitatif dalam bentuk tingginya NUN

2) Mengembangkan pembelajaran inovatif yang mampu mengeksplorasi potensi akademik siswa untuk semua bidang keilmuan/mata pelajaran dan bidang terapan/teknologi

3) Mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler berbasis life skill education yang sesuai dengan potensi, kebutuhan, bakat, dan minat peserta didik

4) Mengembangkan kemampuan guru dalam kegiatan penelitian baik PTK, eksperimen, maupun studi kasus

5) Mengembangkan kecintaan terhadap nilai-nilai kejujuran, keadilan, akhlakul karimah (nuansa religi), dan profesionalisme 6) Mengembangkan kelas khusus (bilingual) dengan standar

nasional dan internasional

7) Menerapkan Management Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah (MPMBM) berasaskan kejujuran, keterbukaan, dan profesionalisme

8) Mengembangkan layanan prima dengan mengutamakan kepuasan konsumen (siswa dan orang tua siswa)

9) Menciptakan sumberdaya manusia yang berakhlaqul Karimah berdasarkan ajaran Ahlus Sunnah Waljama’ah An-Nahdliyah.33 5. Guru di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Jember

Guru merupakan seorang pendidik, pengajar, dan pembimbing di sekolah negeri ataupun swasta yang memiliki kemampuan

33 Dokumentasi, Profil MA Wahid Hasyim Balung Jember, 11 September 2017.

berdasarkan latar belakang pendidikan formal minimal berstatus sarjana. Guru yang mengajarkan materi pembelajaran kepada para siswanya dari yang belum mengetahui menjadi mengetahui, dari yang belum mengerti menjadi mengerti, dan dari yang belum bisa menjadi bisa. Sedangkan jumlah guru di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung ada 45 guru. Sedangkan guru yang belum sarjana ada 6 guru.

Dan yang S1 ada 37 guru, S2 ada 2 guru. Untuk tabel daftar nama guru MA Wahid Hasyim Balung ada dilampiran.

6. Siswa di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung

Siswa merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan informal, pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Pendidikan informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Dan pendidikan nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang seperti kursus, pondok pesantren, dan sebagainya. Sedangkan pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SMP-SMA), dan pendidikan atas (perguruan tinggi).

Jumlah siswa di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung secara keseluruhan berjumlah 516 siswa yang terdiri dari 186 siswa

kelas X, 178 siswa kelas XI, 152 siswa kelas XII. Yang mana secara rinci lebih rinci dipaparkan dalam lampiran.

7. Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung

Salah satu penunjang terlaksananya kegiatan pembelajaran adalah sarana dan prasarana. Untuk lebih jelasnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung dapat dilihat dilampiran.

B. Penyajian Data dan Analisis Data

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, interview, dan dokumentasi sebagai alat untuk mendapatkan data sebanyak mungkin terhadap berbagai hal yang berkaitan dan mendukung untuk mengeksplorasi dan mengumpulkan data dalam ,penelitian.

1. Aktivitas Siswa dalam Menggunakan Bahan Ajar Modul Mata Pelajaran Fiqih Kelas X di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember Tahun Pelajaran 2017/2018

Proses belajar dan hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya yaitu faktor dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor- faktor yang ada dalam diri siswa yaitu berupa latar belakang siswa diantaranya aktifitas belajar, umur, jenis kelamin, motivasi, fasilitas belajar, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang berasal dari luar

diri siswa berupa bahan pelajaran, sumber belajar, bahan ajar, guru, dan lingkungan. Jadi dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu pembelajaran tergantung pada bahan ajar yang digunakan, karena hal tersebut dapat memudahkan siswa dalam belajar.

Salah satu bahan ajar tersebut di atas yaitu bahan ajar modul.

Modul merupakan salah satu bahan ajar yang hampir digunakan di seluruh tingkat pendidikan formal.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di Madrasah Aliyah Hasyim Balung Jember, sekolah tersebut menggunakan bahan ajar modul sebagai sarana dalam proses pembelajaran di dalam kelas.34

Gambar 1:

Kondisi ruang kelas X pada saat pembelajaran Fiqih dengan modul Sebagaimana terlihat pada gambar di atas bahwasannya di kelas X Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung seluruh siswa menggunakan modul pada saat pembelajaran, selain itu, suasana kelas juga terlihat lebih ramah dan kondusif, dikarenakan pada saat pembelajaran tersebut guru

34 Observasi pembelajaran fiqih kelas X di MA Wahid Hasyim Balung, Jember, 13 September 2017

menjelaskan materi yang terdapat pada modul, sedangkan siswa mendengarkan serta menyimak apa yang dijelaskan oleh guru.35

Sebagaimana disampaikan oleh Mariatul Awaliyah selaku guru mata pelajaran Fikih di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung menambahkan bahwasannya:

Dengan modul anak-anak lebih mudah memahami materi, karena dengan modul mereka dapat belajar secara mandiri dimanapun dan kapanpun meskipun tidak diruang kelas.36

Senada hal tersebut Siti Maisyaroh selaku waka kurikulum di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung menambahkan bahwa:

Dengan menggunakan modul pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif. Adanya bahan ajar maka pembelajaran akan lebih efektif karena guru memiliki banyak waktu untuk membimbing siswanya dalam memahami suatu topik pembelajaran, dan juga metode yang digunakannya lebih variatif dan interaktif karena guru tidak cenderung berceramah.37

Dengan menggunakan modul secara tidak langsung guru akan mengetahui kemampuan serta gaya belajar masing- masing siswa, karena pada dasarnya kemampuan dan cara belajar masing- masing siswa itu berbeda. Dalam pengajaran modul guru bukan lagi sebagai pemberi informasi seperti pada pengajaran konvensional, tetapi tugas guru sebagai pengelola kegiatan belajar- mengajar. Guru mengawasi kegiatan belajar- mengajar agar para siswa dapat belajar secara tepat sekaligus memberi bimbingan kepada mereka yang mengalami hambatan atau kesulitan.

Dipihak lain, bagi siswa diharuskan mempelajari petunjuk atau pedoman

35 Observasi pembelajaran fiqih kelas X di MA Wahid Hasyim Balung, Jember 13 September 2017

36 Mariatul Awaliyah, Wawancara, Jember, 20 September 2017.

37 Siti Maesyaroh, Wawancara, Jsember, 22 September 2017.

siswa secara cermat sehingga tiap langkah yang harus dilakukan tidak lagi menjadi hambatan baginya untuk menyelesaikan modul tepat pada waktunya. Dengan mempelajari petunjuk tertulis tersebut siswa akan terdorong untuk berkreasi melakukan tugas- tugasnya sesuai dengan maksud dan tujuan modul itu sendiri.

2. Aktivitas Guru dalam Menggunakan Bahan Ajar Modul Mata Pelajaran Fiqih Kelas X di Madarsah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember Tahun Pelajaran 2017/2018

Peran pendidik dalam proses pembelajaran merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan. Peran pendidik sebagai fasilitator maka harus memfasilitasi kebutuhan peserta didik. Pendidik tidak boleh mendikte peserta didik untuk menyukai satu pelajaran akan tetapi pendidik harus memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih pelajaran yang mereka sukai sehingga peserta didik akan menemukan potensi dalam dirinya.

Gambar 2:

Kondisi ruang kelas X pada saat guru memberikan tugas berkelompok

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, bahwasnnya pada saat proses pembelajaran dikelas dengan menggunakan modul, seorang guru tetap menjelaskan materi yang terdapat dalam modul dengan menggunakan bahasanya sendiri agar siswa mudah memahami makna dari materi yang dijelaskan, selain itu guru juga menambahkan materi terkait yang tidak dijelaskan dalam modul, seperti halnya niat- niat shalat.38

Menurut Mariatul awaliyah selaku guru fikih di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung mengatakan bahwa peran seorang guru dalam penggunaan modul yaitu:

“Pada saat proses pembelajaran berlangsung, saya akan menjadi fasilitator di sini tetap mendampingi belajar siswa, menjawab pertanyaan siswa, dan mengklarifikasi pendapat siswa. Alasan saya menjadi fasilitator karena siswa saya wajibkan untuk belajar dirumah, dengan demikian siswa akan lebih mengerti dan paham meski tanpa penjelasan dari guru. Siswa yang sudah belajar di rumah, akan cenderung aktif dikelas. Sedangkan siswa yang tidak belajar dirumah akan hanya mendapat informasi dari guru dan tidak akan aktif didalam kelas. Dan siswa yang belajar akan menanyakan hal-hal yang tidak ada di modul. Saat proses pembelajaran berlangsung saya akan membahas materi yang ada dimodul.39

Sebagaimana telah disampaikan oleh kepala sekolah Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung, Suhik mengatakan:

Pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, sekalipun pedoman guru tidak memberikan petunjuk secara rinci mengenai peranan guru dari waktu- kewaktu, secara garis besar ada beberapa petunjuk bahwa guru dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan apa yang digariskan dalam pedoman guru. Guru harus menegaskan hal- hal khusus yang terdapat di dalam modul kepada

38Sumber data: Observasi, Jember, 02 Oktober 2017.

39 Mariatul Awaliyah, Wawancara, Jember, 02 Oktober 2017.

Dokumen terkait