• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: ANALISIS YURIDIS TENTANG POLIGAMI YANG DILAKUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL TANPA IZIN ISTRI PERTAMA (STUDI PUTUSAN NOMOR 149/PDT.G/2019/PA Mtr)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: ANALISIS YURIDIS TENTANG POLIGAMI YANG DILAKUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL TANPA IZIN ISTRI PERTAMA (STUDI PUTUSAN NOMOR 149/PDT.G/2019/PA Mtr)"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

Termasuk yang dilakukan pejabat dalam hal ini juga harus memenuhi syarat dan tata cara poligami sesuai peraturan perundang-undangan. Kasus yang berlangsung di Pengadilan Agama Mataram ini merupakan kasus permohonan izin poligami yang dilakukan oleh seorang PNS.

Rumusan Masalah

Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan dari peneliti ini, yaitu

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan hukum dalam hal reformasi hukum, penegakan hukum, dan budaya hukum atau kesadaran hukum terkait pemberian izin poligami bagi PNS.

Kerangka Teori dan Konsep 1. Kerangka Teori

Konsep

Untuk menghindari perbedaan pemahaman terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu adanya definisi terhadap istilah-istilah tersebut yaitu. Poligami adalah poligami dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka yang berarti “suatu sistem perkawinan dimana salah satu pihak mempunyai atau mengawinkan beberapa orang yang berlainan jenis dalam waktu yang bersamaan”.24. 5 Tahun 2014, Pasal 1 angka 3 adalah “Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi persyaratan tertentu, diangkat menjadi pegawai ASN untuk jangka waktu tidak terbatas oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.”

Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam menentukan terwujudnya nilai putusan hakim, yang mengandung keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, di samping mengandung kemanfaatan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, sehingga kesejahteraan hakim dapat terjamin. pertimbangan. hendaknya ditangani dengan hati-hati, baik dan hati-hati. Apabila pertimbangan hakim tidak lengkap, sehat dan hati-hati, maka putusan hakim yang timbul dari pertimbangan hakim tersebut akan dikesampingkan oleh Mahkamah Agung atau Mahkamah Agung.

Keaslian Penelitian

“Poligami yang dilakukan PNS tanpa persetujuan istri pertama (kajian putusan nomor 149/Pdt.G/2019/PA Mtr)”. Penelusuran dilakukan dengan cara pencarian data menggunakan sistem komputerisasi yang dilakukan oleh pustakawan sehubungan dengan penelitian terdahulu seperti skripsi Program Studi Magister Hukum (Magister Hukum) Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara pada tahun 2017-2022, tidak terdapat judul penelitian serupa. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan kaidah keilmuan yang harus dijaga yaitu kejujuran, rasionalitas, objektivitas dan keterbukaan.

Hal ini merupakan implikasi etis dari proses pencarian kebenaran ilmiah agar penelitian ini beralasan secara ilmiah dan terbuka terhadap kritik yang membangun (membangun).

Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian

  • Jenis Penelitian
  • Alat Pengumpulan Data
  • Jalannya Penelitian
  • Analisis Data

Metode ini dipilih untuk menemukan kaidah-kaidah hukum, asas-asas hukum dan doktrin-doktrin hukum untuk menjawab permasalahan hukum yang mereka hadapi, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. 26 Aspek hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah peraturan-peraturan yang berkaitan dengan poligami yang dilakukan oleh seorang PNS tanpa izin istri pertama. Penelitian yang dilakukan penulis disini merupakan suatu bentuk penelitian hukum normatif yang bertujuan untuk mengkaji kepastian hukum berdasarkan literatur dan kajian hukum positif yang ada.27. Alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Library Research.

Jalannya penelitian diawali dengan pengumpulan data terkait pengumpulan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu kumpulan buku-buku terkait poligami yang dilakukan oleh PNS tanpa izin istri pertama, peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait hal tersebut. yang diteliti (hukum positif), serta tambahan bahan hukum primer dan sekunder yang berkaitan dengan subjek penelitian, seperti kamus hukum dan ensiklopedia, serta pencarian data yang dilakukan melalui internet terkait dengan subjek penelitian sebagai acuan. Analisis data yang digunakan adalah melalui penggunaan metode kualitatif, yaitu suatu proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis yang diungkapkan secara tertulis atau lisan dan juga diamati dalam kehidupan nyata, yang diteliti dan dipelajari secara utuh dengan pemahaman akan kebenarannya.

Perkawinan

Pengertian Perkawinan

Dasar Hukum Perkawinan

1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Perkawinan adalah suatu ikatan jasmani dan rohani antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam (selanjutnya disebut KHI), perkawinan merupakan akad yang sangat kuat (mistaqan ghalidan) untuk menaati perintah Allah dan pelaksanaannya merupakan ibadah. Teks Pasal 28B Ayat 1 berbunyi “Setiap orang berhak membentuk keluarga dan meneruskan keturunannya melalui perkawinan yang sah.”

1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang diundangkan pada tanggal 2 Januari 1974 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober 1975 merupakan suatu bentuk unifikasi dan kodifikasi hukum di Indonesia mengenai perkawinan dan akibat-akibat hukumnya. Kompilasi Hukum Islam melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 1991 tanggal 10 Juni 1991 dan secara organik diatur dengan Keputusan Menteri Agama Nomor.

Rukun dan Syarat Sahnya Perkawinan

Apabila dalam satu kelompok wali perkawinan terdapat beberapa orang yang mempunyai hak yang sama untuk menjadi wali, maka yang mempunyai hak yang paling besar sebagai wali adalah orang yang paling dekat derajat kekerabatannya dengan calon mempelai.” Pasal yang lebih menjelaskan tata cara perkawinan bagi calon pengantin yang menderita cacat atau kekurangan jasmani terdapat dalam Pasal 2 KHI, yaitu menyatakan: “Jika wali nikah mempunyai hak yang paling banyak, perintahnya tidak memenuhi syarat. sebagai wali nikah atau karena wali nikah tersebut menderita gangguan bicara, tuli, atau telah mencapai umur dewasa, maka hak menjadi wali beralih kepada wali nikah yang lain menurut derajat berikutnya.” Akad nikah tertuang dalam Pasal 27, 28, dan Pasal 29 KHI, yaitu Pasal 27 KHI yang menyatakan bahwa “persetujuan dan penerimaan antara wali dan calon mempelai laki-laki harus jelas berurutan dan tidak bersifat sementara.”

Dalam hal-hal tertentu, sumpah perkawinan dapat diwakili oleh laki-laki lain, dengan syarat calon mempelai laki-laki memberikan kuasa tertulis secara tegas bahwa penerima akad nikah adalah untuk mempelai laki-laki. “Jika calon mempelai atau walinya berkeberatan dengan perwakilan calon mempelai laki-laki, maka akad nikah tidak boleh dilangsungkan.”

Poligami

Pengertian Poligami

Jadi, poligami berarti perkawinan ganda atau seorang laki-laki yang mempunyai banyak isteri dalam waktu yang bersamaan seorang laki-laki menikah dengan lebih dari satu isteri.35. 36 M. Anshary, Hukum Perkawinan di Indonesia: Isu Krusial, Pustaka Mahasiswa, Yogjakarta, 2010, hal. 85..sebagai bentuk ikatan perkawinan dimana laki-laki memperistri lebih dari satu perempuan dalam waktu yang bersamaan, sehingga perkawinan tersebut dinamakan poligami.38. Lebih lanjut menurut Sudarsono, poligami adalah perkawinan antara satu laki-laki dengan dua sampai empat perempuan.

Setiap pelaku poligami harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu laki-laki dapat berlaku adil terhadap cinta, persetubuhan, dan dukungan istrinya.39. Pada dasarnya Islam tidak melarang perkawinan poligami, namun Islam memberikan ruang bagi laki-laki untuk melakukan perkawinan poligami, namun harus sesuai dengan aturan yang ada.

Dasar Hukum Poligami

Artinya: “Dan jika kamu takut tidak dapat menghormati (hak-hak) perempuan yatim (jika kamu mengawininya), maka nikahilah perempuan (lainnya) yang kamu sukai: dua, tiga atau empat. Ketika dia masih jahil , dia mempunyai sepuluh istri, istri-istrinya ikut masuk Islam, kemudian Rasulullah SAW memerintahkannya, karena jika masalah jiwa seperti ini membuat sangat mustahil bagi seorang suami untuk memperlakukan semua istrinya dengan adil, faktor kecantikan, Penampilan fisik, cara bersosialisasi dan hal-hal lain termasuk usia istri biasanya menjadi penyebab ketidakmampuan suami bersikap adil terhadap istri.40.

Dasar hukum poligami juga terdapat dalam ketentuan KHI tentang poligami, yaitu pada bab IX KHI pasal 55 ayat Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa landasan hukum melakukan poligami terdapat dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, baik dalam Al-Quran, hadis maupun KHI.

Syarat-Syarat Poligami

Selain itu, pada ayat pertama Pasal 56 disebutkan bahwa suami yang ingin beristri lebih dari satu harus mendapat izin Pengadilan Agama. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa landasan hukum praktik poligami terdapat dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, baik dalam Al-Quran, Hadits maupun KHI. hanya untuk melakukan poligami bagi PNS, namun ada aturan tambahan yang harus dipenuhi jika ingin melakukan poligami bagi PNS yaitu PP no. 45 Tahun 1990 Perubahan PP No. 10 Tahun 1983. Dalam aturan tersebut, ketentuan atau syarat yang mengatur poligami ada pada Pasal 4 dan Pasal 10 PP No. 45 Tahun 1990 Perubahan PP No. 10 Tahun 1983. Syarat mengenai poligami diatur dalam Pasal 4 UU No. 1 Tahun 1974 sebagai berikut.

1 Tahun 1974 yaitu pada pasal 4 disebut syarat alternatif yang artinya harus mempunyai dan dapat mengajukan poligami. Pasal 5 merupakan syarat kumulatif yang harus dipenuhi oleh pasangan yang hendak melakukan poligami. 42.

Prosedur Poligami Bagi Pegawai Negeri Sipil 1. Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Hak dan Kewajiban Pegawai Negeri Sipil

Seorang pegawai dalam melaksanakan tanggung jawabnya tentu mempunyai hak dan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Sebagai seorang PNS tentunya harus menjaga hak dan kewajiban yang dibebankan kepadanya seperti yang tertuang dalam UU No.

Pengaturan Poligami Bagi Pegawai Negeri Sipil

Demikian pula karena perkawinan adalah suatu ikatan jasmani dan rohani antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan untuk membangun keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974), maka mempunyai lebih dari sekedar perkawinan. satu istri dan perceraian (ayat 1 dan 2 Pasal 39) sedapat mungkin dihindari, dan hal ini hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang benar-benar diperlukan. 1 Tahun 1974 menyatakan dalam penjelasannya bahwa “pengadilan dapat memperbolehkan seorang suami mempunyai isteri lebih dari satu apabila yang berkepentingan menghendaki”. Apabila seorang suami bermaksud beristri lebih dari satu, maka ia wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan di wilayah tempat tinggal tetapnya.

Kemudian pengadilan hanya memberikan izin kepada seorang laki-laki untuk menikahi lebih dari satu perempuan jika ada alasan sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 4 Ayat (1) dan (2) UU No. 1 Tahun 1974 diatas dalam hal poligami. 9 Tahun 1975 bahwa “pegawai pencatat dilarang mencatatkan perkawinan seorang laki-laki yang beristri lebih dari seorang sebelum mendapat izin pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43”.

Prosedur Poligami Bagi Pegawai Negeri Sipil

Pada prinsipnya Indonesia menganut asas monogami terbuka, yaitu tidak menutup kemungkinan dalam keadaan dimana pihak laki-laki terpaksa melakukan poligami tertutup atau poligami yang tidak dapat dibuka begitu saja tanpa pengawasan hakim. a) Pejabat yang ingin beristri lebih dari satu harus mendapat izin tertulis terlebih dahulu dari pejabat tersebut. Pejabat yang bersangkutan tidak akan memberikan izin mengawini lebih dari satu isteri apabila bertentangan dengan ajaran/sila agama pejabat yang bersangkutan, tidak memenuhi syarat-syarat alternatif dan ketiga syarat kumulatif tersebut di atas, bertentangan dengan kewajaran dan/ atau mempunyai kesanggupan untuk ikut campur dalam pelaksanaan tugas kedinasan 47. Setelah mendapat izin dari atasan/pejabat sebagaimana telah dijelaskan di atas, pejabat yang hendak melakukan poligami mengajukan permohonan poligami ke Pengadilan Agama, harus diproses dan diadili di depan pengadilan sambil mereka menunggu hakim memutuskan apakah akan mengabulkan permintaan mereka atau tidak. .

Adapun persetujuan atasan atau pejabat Pengadilan Agama hanya sebatas anjuran saja, karena persetujuan atasan/pejabat di Lingkungan Kepegawaian bukan menjadi syarat utama untuk mengajukan perkara di Pengadilan Agama. 48 Eko Wahyu Budiharjo, Praktik Poligami PNS Ditinjau dari Sistem Hukum Pernikahan, Pandecta, Vol.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kasus yang seperti ini seorang suami yang berpoligami tanpa izin istri pertamanya di Desa Pataonan Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan ini telah melanggar hukum islam