Antisipasi kejahatan dan pelanggaran tersebut mencakup berfungsinya instrumen peradilan pidana secara efektif dan tepat oleh penegak hukum.4. Penegakan hukum merupakan suatu proses mewujudkan keinginan-keinginan dalam hukum agar menjadi kewajiban dan ditaati oleh masyarakat.19. Semua sistem penegakan hukum tersebut masing-masing didukung dan dilaksanakan oleh peralatan negara atau aparat penegak hukum yang mempunyai peraturan tersendiri.26.
Dalam hal ini hukum yang dilanggar harus ditegakkan, melalui penuntutan hukum menjadi kenyataan. Dalam penuntutan pidana harus selalu diperhatikan tiga unsur, yaitu kepastian hukum, kepatutan, dan keadilan.
Kerangka Konseptual
Waris ialah orang yang mempunyai pertalian darah atau perkahwinan dengan ahli waris ketika meninggal dunia, dan mestilah juga seorang muslim yang tidak dihalang oleh undang-undang untuk menjadi ahli waris dan juga tidak disekat kerana ada waris yang lain. Oleh itu, ahli waris adalah mereka yang, pada masa kematian ahli waris, mempunyai pertalian dengan ahli waris melalui darah atau perkahwinan. KHI juga menetapkan waris mestilah beragama Islam dan undang-undang tidak menghalangnya untuk menjadi waris.
Asumsi
Pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap ahli waris yang menggunakan tanah warisan sebagai jaminan kredit tanpa persetujuan ahli waris adalah bahwa perbuatan terdakwa menimbulkan keresahan masyarakat luas dan terdakwa tidak menemukan alasan yang dapat mengecualikan pertanggungjawaban pidana, baik pembenaran maupun alasan. bahwa ia dianggap mampu mempertanggungjawabkan kesalahannya, oleh karena itu tersangka dipidana dengan tindak pidana yang sebanding dengan kesalahannya.
Keaslian Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membandingkannya dengan beberapa penelitian yang juga membahas tentang pertanggungjawaban pidana ahli waris yang menggunakan tanah warisan sebagai jaminan kredit tanpa persetujuan ahli waris. Disertasi Andi Asmaraeni yang berjudul: Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Pemalsuan (Studi Kasus Putusan Nomor 755/Pid.B/2015/PN.MKS)”, dengan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan dalam putusan nomor 755/Pid.B/2015/PN.Mks.
Tesis Diploma Tyas Arum Samodro berjudul: Tinjauan Hukum Tindak Pidana Pemalsuan (Analisis Putusan No. 98/Pid.B/2019/PN Sgn), dengan permasalahan sebagai berikut. Bagaimana pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Sragen dalam memutus perkara pemalsuan (Putusan No. 98/Pid.B/2019/PN Sgn). Tesis Astrid Azizy yang berjudul Faktor-Faktor Penyebab Pemalsuan dan Upaya Penanggulangannya, dengan permasalahan sebagai berikut.
Walaupun ketiga penelitian di atas termasuk dalam bidang penelitian pemalsuan, namun penelitiannya tidak sama karena penelitian ini fokus pada pertanggungjawaban pidana ahli waris yang menggunakan tanah warisan sebagai jaminan kredit tanpa persetujuan ahli waris. Hal ini membuktikan bahwa teks dalam penelitian ini bukan merupakan plagiarisme dari teks penelitian sebelumnya.
Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian
- Metode Pendekatan
- Alat Pengumpulan Data
- Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
- Analisis Data
Penelitian yang menggunakan metode hukum normatif adalah dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan,46 merupakan penelitian hukum doktrinal yang mengacu pada norma-norma hukum,47 oleh karena itu penelitian ini menekankan pada sumber-sumber bahan sekunder, baik berupa peraturan perundang-undangan maupun teori-teori hukum, dengan fokus pada pengumpulan seluruh hukum terkait dalam buku. , tinjauan terhadap peraturan perundang-undangan terkait peraturan hukum dan akibat penerapannya di Indonesia, serta peraturan perundang-undangan yang diambil dalam proses penelitian. Pendekatan konseptual,49 dilakukan dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin dalam ilmu hukum, yang akan menemukan gagasan-gagasan yang dapat menimbulkan pemahaman hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Pengumpulan data merupakan bagian penting dalam penelitian, karena melalui pengumpulan data kita memperoleh data-data yang diperlukan untuk dianalisis lebih lanjut sesuai keinginan.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data kepustakaan.50 Data sekunder digunakan dalam pencarian dan pengumpulan data yang diperlukan untuk penulisan skripsi. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui literatur dari arsip, bahan pustaka, data resmi instansi pemerintah, undang-undang, dokumen yang berkaitan dengan permasalahan yang kita teliti. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang berkaitan dan mengikat yaitu KUHP.
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang berasal dari buku-buku teks yang memuat pokok-pokok fikih dan pandangan klasik para ulama yang berkualifikasi tinggi.53 Bahan hukum sekunder terdiri atas segala terbitan tentang hukum yang bukan merupakan dokumen resmi yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer sebagaimana dimuatnya. dalam kumpulan literatur pendukung bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder ini dapat berasal dari buku, hasil penelitian dan karya ilmiah dari kalangan hukum. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum.
Analisis bahan hukum dalam penelitian ini akan dilakukan secara kualitatif yang berarti “menggambarkan bahan hukum secara berkualitas dengan bentuk kalimat yang teratur, runtut, logis, tidak tumpang tindih dan efektif, sehingga memudahkan dalam menafsirkan bahan hukum dan memahami hasil. dokumen hukum." analisisnya." .57 Ekstensif artinya "dilakukan secara mendalam dan dari berbagai aspek, tergantung pada ruang lingkup penelitiannya". 58 Analisis bahan hukum dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik.
Harta Warisan Sebagai Jaminan Kredit
Disahkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah dan segala sesuatu yang berkaitan dengan tanah memberikan kepastian hukum mengenai pengikatan agunan. Undang-undang nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah dan hal-hal yang berkaitan dengan tanah mengatur tentang lembaga penjaminan yang disebut hak tanggungan. Lembaga penjaminan hak tanggungan digunakan untuk melekatkan obyek jaminan hutang berupa tanah atau benda-benda yang berkaitan dengan tanah tersebut.
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah dan benda-benda yang berhubungan dengan tanah mengenal beberapa asas hak tanggungan. Perihal hak tanggungan diatur dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah dan benda-benda yang berkaitan dengannya. 72 Herowati Poesoko, Parate Eksekusi Objek Hak Tanggungan (Inkonsistensi, Pertentangan Norma dan Kesalahan Penalaran dalam UUHT), LaksBang PRESSind, Yogyakarta, 2008, hal.
Membutuhkan penunjukan khusus oleh undang-undang. 75 Hak atas tanah yang dapat dibebani dengan Hak Gadai adalah: 1. Mengenai pokok Hak Gadai diatur dalam Pasal 8 dan Pasal 9 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Gadai Atas Tanah dan Benda. Terkait dengan Tanah, dari ketentuan kedua pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa memang demikian. Menurut Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Gadai Atas Tanah dan Benda-Benda Yang Berhubungan Dengan Tanah disebutkan apa saja yang harus dicantumkan.
Uraian yang jelas mengenai objek hak tanggungan (Pasal 11 ayat (1) Undang-undang nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan).88. Janji-janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan tidak bersifat membatasi. Menurut pasal 13 ayat (1) undang-undang no. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, penetapan hak tanggungan bersifat wajib.
Menjaminkan Tanah Warisan Tanpa Persetujuan Ahli Waris
Alasan hapusnya hak tanggungan adalah hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan, tidak lebih dari tidak terpenuhinya syarat-syarat obyektif sahnya akad, terutama yang berkaitan dengan kewajiban memiliki suatu benda tertentu. , diantaranya adalah adanya tanah tertentu yang terjamin. Apabila hak guna usaha, hak pakai suatu bangunan, atau hak pakai yang menjadi obyek hak tanggungan telah habis masa berlakunya dan diperpanjang masa berlakunya berdasarkan permohonan yang diajukan sebelum berakhirnya jangka waktu itu, maka hak tanggungan yang bersangkutan tetap melekat pada tanah tersebut. hak yang dimaksud. Sesuai dengan Pasal 22 UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, kantor pertanahan setelah menghilangkan hak tanggungan, mencoret catatan hak tanggungan pada bukti kepemilikan dan sertifikat.98.
99Eko Irawan, Peralihan Hak Atas Tanah Warisan yang Dihipotekkan Jurnal Al-Qānūn, Vol. Selain dapat dipindahtangankan, hak milik juga dapat dibebani dengan hak tanggungan atau dijadikan jaminan pelunasan utang. Hak Tanggungan menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, Hak Tanggungan atas Tanah dan Benda-Benda Yang Berhubungan Dengan Tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan adalah hak-hak tambahan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud. dalam UUPA, baik termasuk benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan tanah maupun tidak, untuk pelunasan utang-utang tertentu yang memberikan kedudukan lebih diutamakan kepada kreditur-kreditor tertentu terhadap kreditur-kreditur yang lain.
Berdasarkan penjabaran Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, dapat diketahui bahwa pada dasarnya hak tanggungan adalah suatu bentuk jaminan pelunasan utang, dengan hak didahulukan, dengan obyek penjaminan hak atas tanah. . sebagaimana diatur dalam UUPA. 109. Sejak lahirnya Hak Tanggungan, pemegang Hak Tanggungan telah memperoleh hak khusus yang diberikan oleh Undang-Undang Hak Tanggungan, yaitu kreditor mempunyai kedudukan yang diutamakan atau droit de preferen. Sesuai dengan hukum adat, Pasal 25 UUPA yang mengatur bahwa hak milik atas tanah dapat dijadikan jaminan utang gadai.
Kemudian pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan dibuatnya Akta Pemberian Hak Tanggungan oleh Pejabat Pembuat Akta Pengadaan Tanah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pemalsuan Akta Tanah Warisan Dijadikan Jaminan Kredit Tanpa Persetujuan Ahli Waris
Tindak pidana yang sering terjadi terkait dengan Pasal 263 KUHP (membuat surat palsu atau memalsukan surat); dan Pasal 264 (pemalsuan surat otentik) dan Pasal 266 KUHP (memerintahkan pencantuman keterangan palsu dalam surat otentik).117. Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang atau diwajibkan oleh undang-undang dan apabila dilakukan atau diabaikan maka orang yang melakukan atau mengabaikannya diancam dengan pidana. Perbuatan melawan hukum yang merugikan masyarakat belum tentu merupakan tindak pidana, selama tidak ada larangan atau hukum pidana (Pasal 1 KUHP) yang mengancam pelakunya.
Suatu perbuatan termasuk tindak pidana atau tidak harus dilihat pada ketentuan hukum pidana yang berlaku (hukum pidana positif). Jadi tindak pidana itu dilakukan dengan melakukan perbuatan yang dilarang sebagaimana tercantum atau dirumuskan dalam ketentuan undang-undang (penal). Tindak pidana substantif adalah tindak pidana yang rumusannya menitikberatkan pada akibat yang dilarang (dalam suatu undang-undang).
Oleh karena itu, tindak pidana ini baru selesai apabila akibat-akibat yang dilarang (dari suatu perbuatan) telah terjadi. Delik komisi adalah tindak pidana berupa pelanggaran terhadap aturan yang ditetapkan undang-undang. Tindak pidana kelalaian adalah tindak pidana yang berupa pelanggaran terhadap tata tertib yang ditetapkan undang-undang.
Dalam hal ini tindak pidana yang dilakukan hanya dapat dituntut jika ada upaya banding.