IRAC
Kelompok Jurnalis :
Adinda Januarizki Simorangkir 200200002 Hana Renita Salsalina Br. Sembiring 200200362
Isu Tinjauan Yuridis Pencemaran Nama Baik yang Melanggar Kode Etik Jurnalistik Dalam Karya Jurnalistik (Studi Putusan Nomor 46/Pid.Sus/2021/PN. Plp)
Regulasi 1. Pasal 1 Kode Etik Jurnalistik
“Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk”
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
4. Putusan Nomor 46/Pid.Sus/PN. Plp
Analisis Berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers disebutkan bahwa ”Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia”. Kemudian berdasarkan Pasal 1 Ayat (4) disebutkan bahwa ”Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik”.
Walaupun diberikan kebebasan dalam menyampaikan informasi atau berita di media, pers harus tetap berpedoman pada kode etik jurnalistik yang berlaku.
Untuk memperjelas batasan-batasan atas hak dan kewajiban, Kode Etik Jurnalistik dibentuk oleh Dewan Pers membuat sebagai pedoman dalam membuat berita, demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti adanya pihak- pihak yang tidak setuju dan keberatan dengan adanya berita tersebut. Salah satunya adalah untuk menghindari penyampaian berita palsu atau menyesatkan.
Penyebaran kabar berita yang salah dan masih simpang siur kerap hanya membuat kepanikan pada masyarakat yang dikhawatirkan dapat memperkeruh keadaan.
Melihat putusan Nomor 46/Pid.Sus/2021/PN.Plp yang telah terjadi, berita yang ditulis oleh M. Asrul sebagai terdakwa tanpa adanya klarifikasi ataupun konfirmasi kepada korban Farid Kasim Judas dan telah disebarkan bahwa berita tersebut bukanlah berdasarkan fakta. Maka itu, M. Asrul dapat dikatakan tidak dapat membela diri di persidangan. Farid Kasim Judas yang merasa bahwa nama baiknya dicemarkan, maka memiliki hak atau berhak untuk melaporkan tersangka
kepada pihak yang berwajib atas apa yang telah menimpanya. Ditambah lagi bahwa korban telah meminta hak jawab dan hak koreksi, namun tidak dilakukan oleh berita.news.
Pertimbangan hakim dalam kasus tersebut menyatakan bahwa berita yang ditulis oleh M. Asrul melanggar kode etik karena memuat berita yang tidak akurat, tidak berimbang, tidak ada konfirmasi, dan berisikan opini yang cenderung memojokkan saksi korban. Hal ini tentunya tidak memenuhi Pasal 1 Kode Etik Jurnalistik yang mana M. Asrul mengolah berita yang tidak akurat dan beritikad buruk. Padahal dalam ketentuan Jurnalistik, seorang wartawan harus disiplin diri untuk memeriksa ulang keterangan dan fakta yang ditemuinya di lapangan. M. Asrul tidak menguji kembali informasi yang diterimanya yang mana informasi tersebut pun ia peroleh dari satu narasumber ke narasumber lainnya.
Tentunya, selain melanggar dari Kode Etik Jurnalistik, hal ini juga menunjukkan sebuah tindakan pencemaran nama baik karena telah memberitakan hal yang tidak benar dan mencemarkan nama saksi korban, Farid Kasim Judas.
Sebelumnya, pihak saksi korban telah mencoba melakukan upaya hukum seperti yang diatur dalam Undang-Undang Pers, yaitu dengan menggunakan hak jawab. Namun, pada nyatanya saksi korban Farid Kasim Judas belum menggunakan hak jawabnya bukan karena tidak ingin menggunakannya, namun karena penggunaan hak jawab tersebut tidak ditanggapi oleh berita.news. Maka dari itu, dengan hak koreksi yang merupakan inisiatif pihak media setelah menemukan kekeliruan yang seharusnya telah diketahui olehnya, namun ternyata juga tidak ada dilakukan. Sehingga dalam hal ini telah beberapa upaya hukum yang dilakukan namun tidak ditanggapi oleh pihak berita.news. maka menurut majelis hakim penegakan hukum pidana terhadap pemberitaan M.Asrul telah melanggar asas praduga tak bersalah yang telah diterapkan, dimana pidana yang dijatuhkan kepada M. Asrul merupakan pidana mengenai pencemaran nama baik dengan penjatuhan pasal 27 ayat (3) UU ITE. Terlebih yang dilindungi pada Pasal 27 ayat (3) merupakan orang perseorangan yang mana dalam hal ini ialah Farid Kasim Judas dan telah memenuhi syarat sebagai subjek yang telah dilindungi oleh Pasal 27 ayat (3) UU ITE. Apabila ditinjau dari segi Kode Etik Jurnalistik yang berlaku, tindakan Para Penggugat telah melanggar Pasal 4 Kode Etik Jurnalistik yang berbunyi, “Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.” Selain itu, tindakan tersebut juga turut melanggar Pasal 6 huruf c Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers yang berbunyi, “Pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut : mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar”. Berita yang diterbitkan oleh Para Tergugat dinilai sebagai berita bohong karena telah bertentangan dengan fakta yang sebenarnya. Pada kasus ini dapat dilihat bahwa,
berita yang ditulis oleh M. Asrul melanggar kode etik karena memuat berita yang tidak akurat, tidak berimbang, tidak ada konfirmasi, dan berisikan opini yang cenderung memojokkan saksi korban. Hal ini tentunya tidak memenuhi Pasal 1 Kode Etik Jurnalistik yang mana M. Asrul mengolah berita yang tidak akurat dan beritikad buruk. Padahal dalam ketentuan Jurnalistik, seorang wartawan harus disiplin diri untuk memeriksa ulang keterangan dan fakta yang ditemuinya di lapangan. M. Asrul tidak menguji kembali informasi yang diterimanya yang mana informasi tersebut pun ia peroleh dari satu narasumber ke narasumber lainnya.
Kesimpulan 1. Maka atas tindakan tersebut, Terdakwa terbukti telah melakukan tindak pidana pencemaran nama baik sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang berbunyi “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”.
2. Akibat tindakan Terdakwa, perusahaan pers tempat Terdakwa bekerja yaitu PT. Aurora Media Utama dikenakan pidana denda sebesar Rp. 500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah) karena telah memuat berita yang tidak menghormati asas praduga tidak bersalah.