86 BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari penelitian ini, penulis memperoleh pokok-pokok pikiran tentang
penerapan kode etik jurnalistik pada kedua wartawan siber sekaligus media
SuaraMerdeka.com . SuaraMerdeka.com hadir untuk mempersiapkan koran
masa depan sesuai dengan perkembangan tekonologi yang pesat ini.
SuaraMerdeka.com telah melaksanakan kegiatan jurnalistik berlandaskan
Kode Etik Jurnalistik dan Pedoman Media Siber. Kegiatan jurnalistik tersebut
meliputi mencari, menulis, memperoleh, menyimpan, dan menyampaikan
informasi dalam bentuk berita tulis, gambar, suara, video,data, grafik, dan
multimedia lainnya. Konten-konten yang disajikan bertujuan untuk menjadi
sebuah portal berita lokal jawa tengah yang kompeten dan mampu
menyiarkan berita nasional bahkan internasional.
Kode Etik Jurnalistik dibuat untuk ditaati oleh para wartawan. Kode
Etik Jurnalistik berfungsi untuk mengatur etika para wartawan secara tertulis.
Menurut Pimpinan Redaksi SuaraMerdeka.com mengatakan bahwa “Hasil
penelitian ini mampu membantu kedua wartawan yang diteliti untuk mengisi
ulang kembali pengetahuan dasar seorang wartawan dan meyakinkan mereka
bahwa seorang wartawan harus beretika dan menjunjung tinggi kaidah-kaidah
moralnya.” 1 Kedua wartawan memang tidak hafal setiap butir pasal dan
penafsiran Kode Etik Jurnalistik namun telah menjadi pedoman arah mereka
dalam melakukan kegiatan jurnalistiknya. Tidak dipungkiri pasti mereka lupa
dan melakukan kesalahan seperti, menggunakan tanda pengenal wartawannya
87
supaya tidak ada jalur hukum saat terkena razia tilang, atau kesalahan tidak
mencantumkan sumber, sampai kekeliruan pemberian judul.
Menurut hasil penelitian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa praktik
penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam kegiatan jurnalistik telah dilakukan
oleh wartawan siber di Suara Merdeka.com. Kedua wartawan yang di teliti
telah mempelajari kode etik yang berfungsi untuk mengatur etika wartawan
secara tertulis. Pelaksanaan penerapan kode etik secara nyata juga terlihat saat
menjalankan profesinya di SuaraMerdeka.com . Kedua wartawan ini mampu
menjalankan profesinya walaupun tidak menghafal keseluruhan butir Kode
Etik Jurnalistik. Setiap kegiatan jurnalistik yang dilakukan mulai dari
pemilihan narasumber, wawancara, menulis berita dan melakukan penanganan
khusus ketika terjadi kesalahan pemberitaan berlandaskan pedoman Kode Etik
Jurnalistik.
Kedua wartawan ini memiliki tanggung jawab yang berbeda kepada
media SuaraMerdeka.com. Phutut memiliki kewajiban penuh mencari berita
tentang pendidikan,ekonomi dan politik. Topik berita tersebut merupakan
topik yang ia pilih sesuai hati nuraninya. Sehingga tidak ada paksaan atau
tekanan dari atasannya untuk menjalankan profesinya yang harus siap sedia
selama 24 jam untuk peliputan berita. Berbeda dengan Phutut, Adib
memegang penuh tanggung jawab segmen ‘Ekspresi’yang berisikan artikel
-artikel kesehatan psikologi,percintaan dan liputan hiburan, selebritis, acara
yang ada dikalangan anak muda. Adib merangkap sebagai editor dan
penanggung jawab konten anak muda ini. Setiap harinya, ia membuat berita
dan artikel sekaligus. Adib juga menjalankan liputan travel, event-event hotel
dan kuliner.
Menurut hasil wawancara dengan kedua wartawan tersebut, adib dan
88
Contohnya saja, saat rekan akrab bos media tersangkut korupsi sama sekali
tidak diliput dan diberitakan. Mereka berada dinaungan sebuah perusahaan
sehingga terdapat ketentuan-ketentuan yang harus mereka taati dalam
menjalankan kegiatan-kegiatan jurnalistik. Adip dan Phutut juga memiliki
pendapat yang sama untuk mengutamakan keakuratan dan keberimbangan
berita. Selama melakukan observasi, adib dan phutut menuliskan berita sesuai
fakta dilapangan sehingga tidak muncul sikap beretikad buruk.
Menurut hasil Observasi yang dilakukan peneliti, wartawan Adib dan
Phutut memiliki wadah opini jurnalis sendiri yang telah disediakan oleh
SuaraMerdeka.com . sehingga, berita yang diunggah berisikan fakta lapangan.
Menurut hasil wawancara, kedua wartawan ini menerapkan asas praduga tak
bersalah ke berberapa kasus, khususnya, kriminal dan politik. Kedua
wartawan ini saat observasi memperlihatkan bahwa mereka begitu
menghargai hak privasi narasumber, menjalankan sistem off the record ,dan
menjalankan kesepakatan dengan narasumber dengan baik. Bagi Phutut,
melindungi narasumber adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh seorang
wartawan professional. Begitu pula dengan Adib yang mampu menahan diri
untuk menyamarkan identitas diri narasumber investigasinya.
Adib dan Phutut menjalankan profesi ini sesuai hati nurani mereka,
menjaga reputasi media siber SuaraMerdeka.com , mereka pernah
menghadapi dilema dengan situasi lapangan dan memerlukan pertimbangan
pimpinan redaksinya. Mereka merasa kehadiran Kode Etik Jurnalistik sebagai
pedoman yang sangat penting saat menjalankan profesi di media siber yang
memang seringkali terjadi kesalahan pemberitaan sampai ke pelanggaran.
Adib dan Phutut telah melakukan uji kompetensi wartawan atau
UKW. Mereka memiliki perbedaan tingkatan kompetensi yang cukup
89
adalah wartawan muda. Perbedaan yang signifikan adalah besaran tanggung
jawab dan kewajiban sebagai seorang wartawan. Setiawan Hendra Kelana
selaku Pimpinan Redaksi menyampaikan bahwa “Menurut saya mas Phutut,
cukup berpengalaman, relasi yang luas, dia sudah sangat berpengalaman di
bidang ini karna sudah pernah di media lain, pandai menggunakan ponsel
cerdas, dia sangat mempertimbangkan keputusan atau sebuah persoalan yang
bisa dirundingkan dengan saya. Sudah memenuhi kriteria sebagai wartawan
siber SuaraMerdeka.com. dia sangat nyaman dengan ponsel cerdas sehingga
berita yang diunggah memiliki ketepatan waktu yang pas. Berhenti menulis
berita sudah diunggah langsung.” 2
Setiawan Hendra Kelana juga menyampaikan pendapatnya tentang Adib “Mas adib sangat cocok dengan segmen yang dia pegang entertainment dan remaja. Adib memang sangat paham tentang perkembangan dunia remaja
dan anak muda. Dia komunikatif dan taat dengan kewajibannya ya. Dia tidak
punya pemikiran yang dia paksakan, barang kali usia bertambah dia masih
bisa memerankan segmen remaja dengan baik. Dia juga sering jadi pembicara
tentang anak mudah dan bahasanya gaul. Dia sangat pantas dan menjiwai
segmen anak muda. Jadi, saya punya kanal remaja sekitar tahun 2011 , saya
dititipi mas adib dan kawan-kawannya untuk menggarap segmen anak muda.
Mereka mampu menjadikan segmen ini menjadi majalah remaja siber. Saya
berikan kebebasan di kanal itu mereka berkreasi . saya berikan keleluasan
pada adib dengan akomodasi kanal yang mereka”3
2 Wawancara dengan Pimpinan Redaksi Online Bapak Iwan Kelana, tanggal 6 Mei 2017
90 1.2 Saran
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan informasi dalam
bidang ilmu jurnalistik, terutama dalam praktik penerapan Kode Etik
Jurnalistik pada wartawan siber bukan pada hasil karyanya saja. Hal ini
menjadi sangat perlu diteliti untuk mengetahui seberapa pantaskah seorang
wartawan memberitakan suatu peristiwa tanpa mempertimbangkan etika dan
hati nuraninya.
Selain itu, mematuhi kode etik wajib dilakukan seluruh wartawan yang
ini meningkatkan mutu jurnalisme, kejujuran karya jurnalistik dan tidak
sewenang-wenang dalam memberitakan peristiwa. Etika profesi seorang
wartawan hanya diukur dari hati nuraninya. Banyak wartawan yang butuh
diteliti mengenai penerapan yang dia lakukan dari mulai Hukum Pers, Kode
Etik Jurnalistik, ditambah lagi dengan Pedoman Media Siber.
Setelah melihat hasil penelitian, peneliti menyampaikan saran kepada
wartawan sesuai dengan deskripsi hasil penelitian dan wawancara perihal
pasal di Kode Etik Jurnalistik perlu diperhatikan lebih detail oleh wartawan
sebagai berikut :
Pasal 1 : Wartawan mampu mengekspersikan diri mereka dengan hasil
karya jurnalistiknya sesuai segmen yang diambil. Pada pasal ini, Perusahaan
perlu mengedepankan kebebasan seorang wartawan mencari berita sesuai hati
nurani mereka. Nyatanya, hingga detik ini masih banyak wartawan yang tidak
dapat menyuarakan isi hati lewat karya jurnalistiknya dikarenakan banyak
pemilik kekuasaan di perusahaan media masih ikut campur berkaitan dengan
berita yang akan diunggah.
Pasal 2 : Wartawan media siber sangat membutuhkan berbagai
91
dengan landasan-landasan professional wartawan lewat organisasi yang akan
dibangun oleh PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) dan AJI (Aliansi Jurnalis
Indonesia). Hal tersebut diperlukan karena wartawan yang menjadi
narasumber peneliti masih sering mengalami kesalahan berkaitan kode etik
walaupun sebelumnya sudah ada pemberitahuan. Maka tak jarang mereka
justru memahami kode etik ketika melanggar pasal-pasalnya.
Pasal 3, 4, 5, 7, 8, 9,10 dan 11 : Wartawan media siber memiliki etika
profesi dalam menyajikan hasil karya yang tepat dan pantas sesuai hati nurani
serta kondisi lapangan. Wartawan media siber disarankan mempelajari
kembali berbagai hak-hak yang ada di profesi jurnalis sehingga mampu
menyajikan berita secara netral tanpa berpihak, tidak ada unsur yang beritikad
buruk, dan menjaga nama baik atau identitas narasumber.
Pasal 6 : Wartawan media siber disarankan paham dan taat akan
hukum, sehingga tidak lagi terjadi penyalahgunaan kartu pengenal wartawan.
Kegunaan kartu tanda pengenal hanya digunakan saat bertemu dengan
narasumber bukan lagi dengan polisi untuk lolos operasi razia. Sehingga,
tidak ada lagi kasus wartawan yang menggunakan kartu identitasnya ketika
masuk dalam operasi tilang polisi.
Setiawan Hendra Kelana menyampaikan bahwa penelitian ini sangat
bermanfaat bagi wartawan yang menjalankan kegiatan jurnalistiknya di media
siber “Banyak sekali wartawan yang perlu mengisi kembali pengetahuan yang
mendasar sebagai seorang wartawan. Apalagi, mbak Stefani melakukan
penelitian secara personal ke wartawan siber SuaraMerdeka.com. disini akan
terlihat, Apakah dia sudah memahami peraturan, kewajiban bahkan haknya.
92
sendiri bukan untuk menyuguhkan berita yang baik dan menjunjung
kebenaran sebagai seorang wartawan.” 4