• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP ESTIMASI RANKING BANK SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KINERJA INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP ESTIMASI RANKING BANK SKRIPSI"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

ANALISIS KINERJA

INTELLECTUAL CAPITAL

TERHADAP

ESTIMASI RANKING BANK

(Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 - 2010)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh : B. ANINDYA NANDI W

NIM. F0208050

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

(2)

commit to user

ABSTRAK

ANALISIS KINERJA INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP ESTIMASI

RANKING BANK

(Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 - 2010)

B. ANINDYA NANDI W F0208050

Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi dan menganalisis Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) yang dianggap sebagai BPI (Business Performance Indicator) untuk kemudian dibuat peringkat bank di Indonesia. Data yang digunakan adalah laporan tahunan, sampel dalam penelitian ini berjumlah 110 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama empat tahun (2007 - 2010). Metode analisis data yang digunakan adalah analisis VAIC™ (Value Added Intellectual Coefficient) dan pengujian regresi.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa secara keseluruhan, selama empat tahun perusahaan perbankan memiliki kinerja yang baik (54 Perusahaan Perbankan masuk ke dalam kategori “top performers”, 43 Perusahaan Perbankan

masuk ke dalam kategori “good performers”, dan 10 Perusahaan Perbankan

masuk ke dalam kategori “common performers”, sisanya hanya 3 Perusahaan

Perbankan saja yang masuk ke dalam kategori “bad performers”). Pengujian regresi menununjukkan bahwa CE (capital employed) memiliki kekuatan hubungan yang sama dengan HC (human capital), yaitu berkisar antara 62% - 72% terhadap VA (value added). Keterbatasan penelitian ini adalah periode pengamatan yang pendek (hanya 4 tahun), kurang tersedianya data laporan keuangan, dan hanya nilai VAICTM dari penelitian Ulum (2008) saja yang digunakan sebagai parameter.

Kata kunci: intellectual capital, bank, Value Added Intellectual Coefficient

(VAICTM), BPI (Business Performance Indicator), Human Capital (HC), Capital Employed (CE), Value Added (VA)

(3)

commit to user

ABSTRACT

INTELLECTUAL CAPITAL PERFORMANCE ANALYSIS TOWARD

ESTIMATE OF RANKING BANK

(Empirical Study on Banking Company in Indonesia Stock Exchange during 2007 - 2010)

B. ANINDYA NANDI W F0208050

The objective of this research is to estimate and analysis Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) which is considered as BPI (Business Performance Indicator), then be ranked bank in Indonesia. Data used are annual reports, samples in this study are 110 banking company that registered in Indonesia Stock Exchange during four years (2007 – 2010). Data analysis methods used are VAIC™ (Value Added Intellectual Coefficient) analysis and

regression test.

VAICTM calculation result showed that the overall banking company for four years have good performance (54 Banking Company into the category of “top performers”, 43 Banking Company into the category of “good performers”,

and 10 Banking Company into the category of “common performers”, remains

just 3 Banking Company are entered into the category “bad performers”).

Regression testing shows that the CE (capital employed) has the same strength of relationship with HC (human capital), it ranged between 62% - 72% to VA (value added). Limitations of this study are short observation period (only 4 years), lack of available financial statement data, and only the VAICTM value of Ulum research (2008) used as a parameter.

Keywords: intellectual capital, bank, Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM), BPI (Business Performance Indicator), Human Capital (HC), Capital Employed (CE), Value Added (VA)

(4)
(5)
(6)

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

*Almarhum Ayah Djoko Praptono,

*Ibundaku sang wonderwoman dan Adik tercinta,

*Yangti ku yang luar biasa yang telah bahagia disisiNya, *Penyemangatku calon Menteri Keuangan, Mardiansah yang selalu mendampingi Chunyung,

*Charolina yang setia setiap saat membantu dan menemani, *Sinta my old friend and the best friend i ever had,

*Hendriyani sahabatku yang berada nun jauh di sana, *Ibu Emi (IPOT) trimakasih atas bimbingan olah data,

*Bapak Profesor Hartono yang selalu bersedia dengan sabar menuntunku sampai terseleseikannya skripsi ini

*Bapak Harmadi, pembimbing akademikku yang sangat care dengan perkembangan studi anak didiknya,

*Meme, Aulia, Patria, Risma yang selalu siap antar jaga, *Sahabat-sahabatku tersayang Manajemen Angkatan 2008 (Susi, Dina, Ambar, Nunu, Juwi, Rhyka, Maria, Dewi, Tika, Andesthi, Silvi dan semuanya yg tak bisa ditulis satu-satu) yang selalu memberikan arti persahabatan di setiap hari-hariku.

(7)

commit to user

MOTTO

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita

adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba

itulah kita menemukan dan belajar membangun

kesempatan untuk berhasil

-

Mario Teguh

Jangan menolak perubahan hanya karena kita

takut kehilangan yang telah dimiliki, karena

dengannya kita merendahkan nilai yang bisa

kita capai melalui perubahan itu

-

Mario Teguh

-

“Menabung untuk hari esok yang lebih baik”

(8)

commit to user

KATA PENGANTAR

Segenap puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kinerja Intellectual Capital Terhadap Estimasi Ranking Bank (Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2010)”, yang merupakan sebagian persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat lepas dari bantuan banyak pihak. Dengan selesainya skripsi ini penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penelitian dan pemberian ilmunya baik akademis maupun non akademis.

2. Dr. Hunik Sri Rining S, M. Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Prof. Dr. Hartono, M.S., selaku pembimbing skripsi yang selalu meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberikan kritik, saran, nasehat dan bimbingan sejak awal hingga akhir penulisan skripsi. 4. Bapak dan Ibu Staff Pengajar Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan

(9)

commit to user

5. Staff dan Karyawan Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan kenyamanan dan kemudahan selama penulis menempuh proses studi. 6. Teman-teman Manajemen angkatan 2008, yang telah memberikan

semangat, bantuan dan doa.

Penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan ke depan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis dan semua yang membacanya.

Surakarta, 15 Maret 2012 Penulis,

(10)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Persembahan...iv

Halaman Motto... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... ix

Abstrak ... x

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II. LANDASAN TEORI A. DEFINISI INTANGIBLE ASSET ... 6

B. DEFINISI INTELLECTUAL CAPITAL ... 10

(11)

commit to user

D. VALUE ADDED INTELLECTUAL COEFFICIENT (VAICTM) ... 15

E. PENELITIAN TERDAHULU... 21

1. VAICTM Sebagai Ukuran Kinerja Intellectual Capital ... 21

a) Studi Mavridis (2004) ... 21

b) Studi Kamath (2007) ... 22

c) Studi Ulum (2008) ... 23

2. Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan ... 25

a) Studi Bontis (1998) ... 25

b) Studi Bontis et al. (2000) ... 25

c) Studi Astuti dan Sabeni (2005) ... 26

d) Studi Firer dan Williams (2003) ... 26

e) Studi Chen et al. (2005) ... 28

f) Studi Tan et al. (2007) ... 28

g) Studi Ulum (2008a) ... 29

i) Studi Ulum (2009) ... 30

F. KERANGKA PEMIKIRAN ... 34

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. RUANG LINGKUP PENELITIAN ... 35

B. POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL ... 35

1. Populasi sampel ... 35

2. Teknik pengambilan sampel... 36

(12)

commit to user

D. SUMBER DATA ... 41

E. METODE ANALISIS DATA ... 41

1. Tahapan Perhitungan VAICTM ... 43

2. Tahapan Peringkat Bank Berdasarkan Penelitian Ulum ... 46

3. Tahapan Perhitungan Regresi... 46

a) Uji Normalitas Data... 47

b) Uji Asumsi Klasik ... 48

i. Multikolinearitas ... 48

ii. Autokorelasi ... 48

c) Heteroskesdastisitas... 49

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. STATISTIK DESKRIPTIF ... 50

B. ANALISIS DATA ... 51

1. Peringkat Bank Berdasarkan Penelitian Ulum (2008) ... 51

2. Linier Regression dengan Ordinary Least Squares (OLS) ... 57

a) Uji Normalitas Data... 58

b) Uji Asumsi Klasik ... 59

i. Multikolinearitas ... 59

ii. Autokorelasi ... 60

c) Heteroskesdastisitas... 61

(13)

commit to user BAB V. PENUTUP A. KESIMPULAN ... 81 B. KETERBATASAN ... 82 C. SARAN ... 83 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(14)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Perbandingan Standar Akuntansi Aktiva Tidak Berwujud ... 6

Tabel II.2 Kronologi Konstribusi Signifikan terhadap Pengidentifikasian, Pengukuran dan Pelaporan IC ... 10

Tabel II.3 Perbandingan Konsep IC Menurut Beberapa Peneliti ... 13

Tabel II.4 Klasifikasi Intellectual Capital ... 15

Tabel II.5 Ringkasan Penelitian Empiris Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan... 31

Tabel III.1 Daftar Nama Perusahaan ... 36

Tabel IV.1 Descriptive Statistics ... 50

Tabel IV.2 Mean of VAHC, VACE and VAIC ... 51

Tabel IV.3 Tabel IV.4 (Perhitungan VAICTM Tahun 2007) ... 52

Tabel IV.4 Tabel IV.5 (Perhitungan VAICTM Tahun 2008) ... 54

Tabel IV.5 Tabel IV.6 (Perhitungan VAICTM Tahun 2009) ... 56

Tabel IV.6 Tabel IV.7 (Perhitungan VAICTM Tahun 2010) ... 57

Tabel IV.7 Regression Result – Overall Banking Sector ... 57

Tabel IV.8 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 58

Tabel IV.9 Uji Multikolinearitas ... 59

Tabel IV.10 Uji Autokorelasi ... 60

Tabel IV.11 Capital Employed Bank Mutiara...74

Tabel IV.12 Descriptive Overall of Ranking Bank...77

(15)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Kerangka Pemikiran ... 34 Gambar IV.1 Uji Heteroskedastisitas ... 61 Gambar IV.2 Rekapitulasi Ranking Perbankan...80

(16)
(17)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Secara umum, kekayaan perusahaan merupakan salah satu tolok ukur di dalam menilai keberhasilan di dalam dunia bisnis dan ekonomi. Oleh karena itu, setiap perusahaan selalu bersaing untuk mencari dan memiliki kekayaan sebanyak-banyaknya, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Seiring dengan perubahan ekonomi yang memiliki karakteristik berbasis ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan

(knowledge management) maka keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).

Kemampuan perusahaan untuk dapat terus berinovasi dan dapat mencapai tujuannya terwujud jika perusahaan tersebut secara efektif menggunakan sumber daya pengetahuan atau intellectual capital (Roos et al.,1997 dalam Sangkala 2006).

Menurut International Federation of Accountants (IFAC), Intellectual Capital memiliki sinonim dengan intellectual property (hak intelektual),

intellectual asset (aset intelektual), dan knowledge asset (asset pengetahuan), modal ini dapat diartikan sebagai saham atau modal yang berbasis pada pengetahuan yang dimiliki perusahaan.

(18)

commit to user

2 Stewart (2002) menjelaskan bahwa intellectual capital dapat dipahami dalam tiga hal. Pertama, keseluruhan dari apapun yang seseorang ketahui di dalam perusahaan yang dapat memberikan keunggulan bersaing. Kedua,

materi intelektual – pengetahuan, informasi, intellectual property,

pengalaman – yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan. Ketiga,

paket pengetahuan yang bermanfaat. Kelebihan dari perspektif intellectual capital adalah menyediakan kerangka kerja untuk menjelaskan proses penciptaan nilai (value creation process) dalam kaitannya antara sumber daya dengan shareholders value.

Selain itu intellectual capital memberikan pandangan menyeluruh mengenai perusahaan dan lebih bersifat praktik daripada konseptual, artinya

intellectual capital sangat praktis dan dapat dilakukan dari pendekatan manajerial Sangkala (2006).

Fenomena intellectual capital mulai berkembang di Indonesia terutama setelah munculnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud.

Menurut PSAK No.19, aktiva tidak berwujud adalah aktiva nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkanbarang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (IAI, 2002).

(19)

commit to user

3

Kesulitan terbesar dalam melaporkan Intellectual Capital, dan aktiva tidak berwujud lainnya adalah dalam penilaiannya. Untuk itu perusahaan perlu memberikan informasi non financial yang terkait dengan Intellectual Capital dan aktiva tidak berwujud.

Salah satu pengukuran kinerja intellectual capital adalah (Value Added Intellectual Coeficient - VAIC™). Metode VAIC™ dikembangkan oleh Ante

Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang

value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan (Ulum, 2009). Komponen utama dari VAIC™ dapat dilihat dari sumber daya perusahaan –

physical capital, human capital, dan structural capital. Penggunaan model Pulic (VAIC™) menunjukkan bagaimana kemampuan perusahaan dalam mengelola dan memaksimalkan kekayaan intelektualnya untuk menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). VA adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan dalam penciptaan nilai (value creation) suatu perusahaan (Ulum, 2008).

Penelitian ini mengukur kinerja intellectual capital pada perusahaan perbankan dan kemudian membuat peringkat bank berdasarkan Business Performance Indicator (BPI) yang diukur menggunakan VAIC™. VAIC™

(20)

commit to user

4 Menurut Ulum (2008), hasil perhitungan kinerja intellectual capital

berdasarkan model VAIC™ masing-masing bank selanjutnya diklasifikasikan ke dalam empat kategori yang didasarkan pada skor VAIC™ masing-masing bank (Ulum, 2008), yaitu:

(1) Top Performers – skor VAIC™ di atas 3;

(2) Good Performers – skor VAIC™ antara 2,0 sampai dengan 2,99;

(3) Common Performers – skor VAIC™ antara 1,5 sampai dengan 1,99;

(4) Bad Performers – skor VAIC™ di bawah 1,5.

Sektor perbankan secara umum adalah sektor yang ideal untuk penelitian IC, karena:

a. Tersedia data yang reliabel dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh masing-masing bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (yang dapat diperoleh dari neraca serta laporan laba/rugi)

b. Sektor perbankan adalah “intellectually” intensif (Firer dan William,

2003)

c. Secara keseluruhan karyawan di sektor perbankan “intellectually

lebih homogen dibandingkan dengan sektor yang lainnya (Kubo dan Saka, 2002)

Berdasarkan uraian sebelumnya maka dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Intellectual Capital Terhadap Estimasi Ranking Bank Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 - 2010.”

(21)

commit to user

5

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, dapat dirumuskan suatu masalah, yaitu :

“Bagaimana kinerja intellectual capital berdasarkan model Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) terhadap estimasi ranking bank perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang selanjutnya dijadikan sebagai peringkat bank.

D. MANFAAT

Adapun manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :

a. Bagi Peneliti: Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang intellectual capital dan metode pengukurannya yang diterapkan dalam perusahaan perbankan.

b. Bagi Perusahaan Perbankan: Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan untuk dapat lebih mengelola

intellectual capital untuk meningkatkan nilai perusahaan. c. Bagi Pihak Lain:

(i) Menambah dan memperluas wawasan tentang intellectual capital dalam meningkatkan nilai perusahaan.

(ii) Sebagai referensi tambahan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang lebih luas.

(22)

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Intangible Asset

Selama ini, terdapat ketidakjelasan perbedaan antara aktiva tidak berwujud IC. Intangibles telah dirujuk sebagai goodwill dan IC adalah bagian dari goodwill. PSAK 19 (revisi 2000) mendefinisikan aktiva tidak berwujud sebagai aktiva non-moneter yang dapat didefinisikan dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administrasi.

Tabel II.1 meringkas perbandingan diantara standar akuntansi tentang aktiva tidak berwujud.

Tabel II.1Perbandingan Standar Akuntansi Tentang Aktiva Tidak Berwujud

FRS 10 Goodwill dan Intangible Assets IAS 38 Intangible Assets APB 17 Intangible Assets PSAK 19 Aktiva Tidak Berwujud Definisi Intangible Assets Aktiva tetap non-keuangan yang tidak mempunyai wujud fisik tetapi dapat Aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik Tidak ada definisi yang eksplisit. Aktiva non moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk

(23)

commit to user

7

Tabel II.1Perbandingan Standar Akuntansi Tentang Aktiva Tidak Berwujud (lanjutan) FRS 10 Goodwill dan Intangible Assets IAS 38 Intangible Assets APB 17 Intangible Assets PSAK 19 Aktiva Tidak Berwujud diidentifikasi dan dikendalikan oleh entitas melalui penjagaan dan undang-undang. serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. Klasifikasi Intangible Assets Suatu kategori: aktiva tidak berwujud yang memiliki ciri, fungsi atau kegunaan yang sama di dalam bisnis perusahaan, misalnya Ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan Diklasifikasi kan berdasarkan beberapa dasar yang berbeda: dapat diidenti-fikasi, cara perolehan-nya, masa manfaat Ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan, intelektual, pengetahuan mengenai pasar

(24)

commit to user

8

Tabel II.1Perbandingan Standar Akuntansi Tentang Aktiva Tidak Berwujud (lanjutan) FRS 10 Goodwill dan Intangible Assets IAS 38 Intangible Assets APB 17 Intangible Assets PSAK 19 Aktiva Tidak Berwujud lisensi kuota, paten, hak cipta, franchises dan trademarks. mengenai pasar dan merek dagang. yang diharapkan, dapat dipisahkan dari keseluruhan perusahaan. dan merek dagang (termasuk merek produk/brand names). Pengakuan (recognition) Suatu aktiva tidak berwujud yang dikembang-kan secara internal mungkin dikapitalisasi hanya jika ia memiliki nilai pasar yang dapat diketahui. Aktiva tidak berwujud tidak diakui jika, dan hanya jika: kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aktiva tersebut; biaya perolehan Suatu aktiva tidak berwujud yang dikembang-kan secara internal harus diakui jika: (a)Secara khusus dapat diidenti-fikasi; (b)Memiliki umur jelas Aktiva tidak berwujud diakui jika, dan hanya jika: (a) Kemung-kinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aktiva tersebut; (b) Biaya perolehan aktiva

(25)

commit to user

9

Tabel II.1Perbandingan Standar Akuntansi Tentang Aktiva Tidak Berwujud (lanjutan) FRS 10 Goodwill dan Intangible Assets IAS 38 Intangible Assets APB 17 Intangible Assets PSAK 19 Aktiva Tidak Berwujud aktiva tersebut dapat diukur secara andal. (c)Dapat dipisah-kan dari keselu-ruhan entitas. dapat diukur secara andal.

Amortisasi Aktiva tidak berwujud yang memiliki masa manfaat ekonomis yang terbatas, maka aktiva tersebut harus diamortisasi secara sistematis selama masa manfaat tersebut. Sedangkan aktiva tidak berwujud Jumlah yang dapat diamortisasi dari aktiva tidak berwujud harus dialokasikan secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa manfaatnya. Aktiva tidak berwujud harus diatmortisasi melalui pembebanan secara sistematis selama periode pendapatan berdasarkan masa manfaat yang diperkirakan . Jumlah yang dapat diamortisasi dari aktiva tidak berwujud harus dialokasikan secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa manfaatnya. Pada umunnya masa manfaat suatu aktiva tidak berwujud tidak akan melebihi 20 tahun

(26)

commit to user

10

Tabel II.1Perbandingan Standar Akuntansi Tentang Aktiva Tidak Berwujud (lanjutan) FRS 10 Goodwill dan Intangible Assets IAS 38 Intangible Assets APB 17 Intangible Assets PSAK 19 Aktiva Tidak Berwujud yang masa manfaat ekonomisnya tidak dapat didefinisikan, maka aktiva tersebut tidak dapat diamortisasi Amortisasi harus mulai dihitung saat aktiva siap untuk digunakan

Sumber: Brennan dan Connell (2000); IAI (2002)

B. Definisi Intellectual Capital

Tabel II.2 Kronologi Konstribusi Signifikan terhadap Pengidentifikasian, Pengukuran dan Pelaporan IC

Periode Progress

Awal 1980-an Muncul pemahaman umum tentang intangible value

(biasanya disebut “goodwill”)

Pertengahan 1980-an

Era informasi (information age) memegang peranan, dan selisih (gap) antara nilai buku dan nilai pasar semakin tampak jelas di beberapa perusahaan.

(27)

commit to user

11

Tabel II.2 Kronologi Konstribusi Signifikan terhadap Pengidentifikasian, Pengukuran dan Pelaporan IC

(lanjutan)

Periode Progress

Akhir 1990-an Awal usaha para konsultan (praktisi) untuk membantu laporan/akun yang mengukur intellectual capital (Sveiby; 1988).

Awal 1990-an Prakarsa secara sistematis untuk mengukur dan melaporkan persediaan perusahaan atas intellectual capital kepada pihak eksternal (misalnya: Celemi and Skandia; SCI, 1995)

Pada tahun 1990, Skandia AFS menugaskan Leif Edvinsson sebagai “Directur Intellectual Capital”. Hal ini adalah untuk

kali pertama bahwa tugas pengelolaan intellectual capital

diangkat pada posisi formal dan mendapatkan legitimasi perusahaan.

Kaplon dan Norton memperkenalkan konsep tentang

balanced scorecard (1992). Pertengahan

1990-an

Nonaka dan Takeuchi (1995) mempersentasikan karya yang sangat berpengaruh terhadap “penciptaan pengetahuan perusahaan”. Meskipun buku ini berkonsentrasi pada „knowledge‟, pembedaan antara pengetahuan dan intellectual capital dalam buku ini cukup menunjukan bahwa mereka fokus pada intellectual capital.

Pada tahun 1994, suplemen laporan tahunan Skandia dihasilkan. Suplemen ini fokus pada penyajian dan penilaian persediaan perusahaan atas intellectual capital. Visualisasi IC menarik minat perusahaan lain untuk mengikuti petunjuk Skandia.

Sensasi lainnya terjadi pada tahun 1995 ketika Celemi menggunakan knowledge audit untuk menawarkan suatu taksiran detail atas pernyataan intellectual capitalnya.

(28)

commit to user

12

Tabel II.2 Kronologi Konstribusi Signifikan terhadap Pengidentifikasian, Pengukuran dan Pelaporan IC

(lanjutan)

Periode Progress

Para pioner intellectual capital mempublikasikan buku-buku laris dengan topik IC (Kaplan dan Norton, 1996; Edvinsson dan Malone, 1997; Sveiby, 1997). Karya Edvinsson dan Malone lebih banyak mengupas tentang proses dan bagaimana pengukuran IC.

Akhir 1990-an Intellectual capital menjadi topik populer dengan konferensi para peneliti dan akademik, working paper, dan publikasi lainnya menemukan audiens.

Pada tahun 1999, OECD menyelenggarakan simposium internasional tentang intellectual capital di Amsterdam. Sumber: Petty dan Guthrie (2000)

Sementara itu Williams (2001) mendefinisikan intellectual capital

sebagai berikut:

The enhanced value of a firm attributable to assets, generally of an intangible nature, resulting from the compony’s organization function, process and infomation technology networks, the competency and efficiency of its employees and its relationship whit its customers. Intellectual capital assets are developed from (a) the creation of new knowlage and innovation; (b) application of present knowlage to present issues and concerns that enchanceemployees and customers; (c) packaging, processing and transmission of knowlage; and (d) the acquisition of present knowlage created through research and learning.

(29)

commit to user

13 Tabel II.3 merangkum dan membandingkan beberapa konsep IC menurut para peneliti.

Tabel II.3Perbandingan Konsep IC Menurut Beberapa Peneliti

Brooking (UK) Roos (UK) Stewart (USA) Bontis (Kanada)

Human-centered assets

Skill, abilities and expertise, problem solving abilities and leadership styles Human capital Competence, attitude, and intellectual agility Human capital Employees are an organization’s most importanr assets Human capital The individual level knowlage that each employee processes

Infrastructure assets All the technologies, process and methodologhies that enable company to function Organizational capital Organizational, innovation, processes, intellectual, property, and cultural assets Structural capital Knowledge embedded, information teknologi Structural capital Non-human assets or organizational capitabilities used to meet market requitments Intellectual property Know-how, trademarks and patents Renewal and development capital New parents and training efforts

Structural capital All parents, plans and trademarks Intellectual property Unlike, IC, IP is a protected a legal definitional Market assets Brands, customers loyality and distribution channels Relational capital Relationship which include internal and external

stakeholders

Customer capital Market information used to capture and retain customers

Relational capital Customer capital is only one future of the knowledge embedded in organizational relationship Sumber: Bontis et al,. (2000)

(30)

commit to user

14

C. Komponen & Klasifikasi Intellectual Capital

Konsep-konsep tentang intellectual capital tersebut di atas kemudian telah mengarahkan beberapa peneliti untuk mengembangkan komponen spesifik atas IC. Leif Edvisson misalnya, menyatakan bahwa intellectual capital suatu perusahaan adalah jumlah dari human capital dan structural capital perusahaan tersebut (Edvinsson and Malone (1997). Penelitian yang lain, seperti Brinker (1997) dan Skyrme and Associaties (2000) memperluas kategori yang telah diidentifikasi oleh Edvinsson dengan memasukan kategori ketiga, yaitu customer capital. Brooking (1996) menyatakan bahwa IC merupakan fungsi dari empat tipe aset, yaitu: (1) market assets, (2)

intellectual property assets, (3) human-centered assets, dan (4)

infrastructural assets.

Lebih lanjut, Draper (1997) menyajikan suatu skema klasifikasi yang lebih luas. Draper menyatakan bahwa komponen utama dari intellectual capital terdiri dari enam kategori yaitu: (1) human capital, (2) structural capital, (3) customer capital, (4) organizational capital, (5) innovation capital, dan (6) process capital.

IFAC (1998) mengklasifikasikan intellectual capital dalam tiga kategori, yaitu: (1) Organizational Capital, (2) Relational Capital, dan (3) Human Capital. Organizational Capital meliputi a) intellectual property dan b)

infrastructure assets.

Tabel II.4 menyajikan pengklasifikasian tersebut berikut komponen-komponennya:

(31)

commit to user

15

Tabel II.4 Klasifikasi Intellectual Capital

Organizational Capital Relational Capital Human Capital

Intellectual Property  Patents  Copyrights  Design right  Trade secret  Trademarks  Service marks  Brands  Customers  Customers loyalty  Backlog orders  Company names  Distribution channels  Business  Know-how  Education  Vocational qualificational  Work-related knowledge Infrastructure Assets:  Management philoshopy  Corporate culture  Manajemen processes  Information system  Networking system  Financial relations Collaborations  Licencing agreements  Favourable contracts  Franchising agreements  Work-related competencies  Enterpreneurial spirit, innovatineveness, proactive and reactive abilities, changeability

 Psychomatric valuation

Sumber: IFAC (1998)

D. Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)

Metode Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang

value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan. (VAICTM) merupakan instrumen untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. Pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan, karena dihitung dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan (neraca, laba rugi).

(32)

commit to user

16 Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan menciptakan value added (VA). Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai (value creation). VA dihitung sebagai selisih antara output

dan input.

Output (OUT) mereprensentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue.

Hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalan IN. Karena peran aktifnya dalam proses value creation, intellectual potential (yang direpresentasikan dengan labor expenses) tidak dihitung sebagai biaya (cost) dan tidak masuk dalam komponen IN. Karena itu, aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan nilai (value creating entity).

VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC) dan Structural Capital (SC). Hubungan lainnya dari VA adalah Capital Employed (CE), yang dalam hal ini dilabeli dengan VACA.

Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE menghasilkan

return yang lebih besar daripada perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya. Dengan demikian, pemanfaatan CE yang lebih baik merupakan bagian dari IC perusahaan.

(33)

commit to user

17 Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC. Value Added Human Capital

(VAHU) menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan. Konsisten dengan pandangan para penulis IC lainnya, Pulic berargumen bahwa total salary dan wage cost adalah indikator dari HC perusahaan.

Hubungan ketiga adalah Structural Capital Coefficient (STVA), yang menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. SC bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, ia dependen terhadap

value creation (Pulic, 1999). Artinya, semakin kecil kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC.

Kemudian menghitung kemampuan intelektual perusahaan dengan menjumlahkan koefisien-koefisien yang telah dihitung sebelumnya. Hasil penjumlahan tersebut diformulasikan dalam indikator baru yang unik, yaitu VAICTM (Tan et al., 2007).

Secara lebih ringkas, formulasi dan tahapan perhitungan VAICTM adalah sebagai berikut:

Tahap Pertama: Menghitung Value Added (VA)

VA dihitung sebagai selisih anntara output dan input (Pulic, 1999).

(34)

commit to user

18 Dimana:

a. OUT = Output (total penjualan pendapatan lain).

b. IN = Input (beban penjualan dan biaya-biaya lain, selain beban karyawan).

Value Added (VA) juga dapat dihitung dari akun-akun perusahaan sebagai berikut:

VA = OP + EC + D + A

Dimana:

a. OP = operating profit (laba operasi) b. EC = employee cost (beban karyawan) c. D = depreciation (depresiasi)

d. A = amortization (amortasi)

Tahap Kedua: Menghitung Value Added Capital Employed (VACA)

VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital.

VACA = VA/CE

Dimana:

a. VACA = Value Added Capital Employed (rasio dari VA terhadap CE). b. VA = Value Added

(35)

commit to user

19

Tahap Ketiga: Menghitung Value Added Human Capital (VAHU)

VAHU menunjukkan baerapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja.

VAHU = VA/HC

Dimana:

a. VAHU = Value Added Human Capital b. VA = Value Added

c. HC = Human Capital (beban karyawan).

Tahap Keempat: Menghitung Structural Capital Value Added (STVA)

Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA.

STVA = SC/VA

Dimana:

a. STVA = Structural Capital Value Added b. SC = Structural Capital (VA – HC) c. VA = Value Added.

(36)

commit to user

20

Tahap Kelima: Menghitung Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)

VAICTM mengidentifikasikan kemampuan intelektual organisasi yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance Indicator). VAICTM merupakan penjumlahan dari 3 komponen sebelumnya, yaitu: VACA, VAHU, dan STVA.

VAICTM = VACA + VAHU + STVA

Keunggulan metode VAICTM adalah karena data yang dibutuhkan relatif mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan. Data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka keuangan yang standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan perusahaan.

E. PENELITIAN TERDAHULU

1. VAICTM Sebagai Ukuran Kinerja Intellectual Capital

Penggunaan VAICTM sebagai alat untuk mengukur kinerja intelektual capital telah diaplikasikan untuk kali pertama oleh Pulic dengan sample 30 perusahaan (diambil secara acak) yang terdaftar di FTSE 250 London, Inggris. Penelitian ini menghasilkan sebuah deskripsi tentang efisiensi pengguna sumber daya dalam penciptaan nilai bagi perusahaan (Ulum, 2009).

(37)

commit to user

21 Di tahun-tahun berikutnya, VAICTM telah digunakan sebagai salah satu ukuran untuk menilai kinerja modal intelektual perusahaan. Beberapa diantaranya adalah yang dilakukan oleh Mavridis di Jepang, Kamath di India, dan Ulum di Indonesia.

a. Studi Mavridis (2004)

Mavridis (2004) menggunakan VAICTM sebagai instrumen untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan di sektor perbankan di Jepang. Dalam penelitian ini, Mavridis menggunakan VAICTM untuk melakukan perangkingan terhadap 141 bank yang terdiri dari: City Banks (9 bank), RegionalBanks (64 bank), Members of the Second Association of Regional Banks (57 bank), Trust Banks

(8 bank), dan Long Term Credit Banks (3 bank). Menurutnya, sektor perbankan dipilih karena:

1. Data yang dibutuhkan tersedia pada laporan-laporan yang dipublikasikan (neraca, laba rugi)

2. Bisnis di sektor perbankan secara intelektual lebih intensif (intellectually intensive)

3. Keseluruhan staf di sektor perbankan secara intelektual lebih homogen.

(38)

commit to user

22 Hasil perhitungan dengan menggunakan VAICTM kemudian disebut sebagai Business Performance Indicator (BPI). Dalam konteks ini, kinerja bank dikelompokkan dalam 4 (empat) kategori, yaitu: “Top ten performers” (BPI-1) mencakup 10 bank dengan nilai BPI 2.02

sampai dengan 7.48.

Good performers” (BPI-2) mencakup 91 bank dengan nilai BPI antara

1.04 sampai dengan 1.97.

Common performers” (BPI-3) mencakup 21 perusahaan dengan nilai

BPI antara 0.03 sampai dengan 0.97.

“Bad performers” (BPI-4) meliputi 18 perusahaan terakhir dengan nilai BPI negative antara -20.13 sampai dengan -28.47.

b. Studi Kamath (2007)

Hampir sama dengan penelitian Mavridis di Jepang, Kamath (2007) juga membuktikan bahwa VAICTM dapat dijadikan sebagai instrument untuk melakukan pemeringkatan terhadap sektor perbankan di India berdasarkan kinerja IC-nya.

Dalam hal ini, Kamath menggunakan data 98 bank di India yang terdiri: 8 State Bank of India and Associates, 19 Nationalized banks, 41 Foreign Banks, dan 30 Private Sector Domestic Banks.

(39)

commit to user

23 Seperti halnya Mavridis, Kamath juga mengelompokkan kinerja bank berdasarkan IC ke dalam 4 (empat) kategori, perbedaannya terletak pada nilai VAICTM yang dijadikan dasar untuk mengelompokkan bank, yaitu:

Top ten performers” – bank dengan nilai VAICTM diatas 5; “Good performers” – bank dengan nilai VAICTM antara 4 dan 5; “Common performers” – bank dengan nilai VAICTM antara 2.5 dan 4;

“Bad performers” – bank dengan nilai VAICTM dibawah 2.5.

Salah satu temuan ini adalah bahwa bank-bank asing mendominasi di urutan teratas dalam pemeringkatan. Artinya, kinerja IC bank-bank regional dan bank nasional India berada dibawah kinerja IC bank-bank asing. Justifikasi yang dinyatakan Kamath adalah bahwa di India, bank-bank asing relatif memiliki sumber daya baik manusia, infrastruktur, maupun jaringan yang lebih baik dan memadai dibandingkan dengan bank-bank regional dan nasional.

c. Studi Ulum (2008)

Hal serupa telah dilakukan oleh Ulum dengan melibatkan seluruh perusahaan perbankan di Indonesia, baik yang go public

maupun tidak. Data yang digunakan adalah laporan keuangan periode 2004-2006.

(40)

commit to user

24 Berdasarkan data BI, jumlah bank di Indonesia per Desember 2006 adalah 130 bank yang terdiri dari bank persero (5), bank umum swasta nasional (BUSN) devisa (35), BUSN non-devisa (36), BPD (26, bank campuran (17), dan bank asing (11).

Pemilihan sektor perbankan sebagai objek penelitian mengacu pada penelitian Firer dan William (2003) yang menyebutkan sektor perbankan sebagai salah satu sektor yang merupakan IC intensive industry sector. Selain itu, sektor perbankan dipilih karena dari aspek intelektual secara keseluruhan, karyawan di sektor perbankan lebih homogen dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya (Kubo dan Saka, 2002).

Homogenitas ini penting untuk memastikan bahwa seluruh karyawan memiliki tingkat pengetahuan yang tidak terlalu beragam (heterogen), sehingga perlakuan terhadap human capital-nya menjadi lebih objektif.

Menggunakan basis skor VAICTM dalam pengelompokan kinerja bank seperti yang dibuat oleh Mavridis dan Kamath, Ulum menemukan bahwa secara umum, kinerja IC perusahaan perbankan di Indonesia tahun 2004 masuk dalam kategori “top performers”.

Berbeda dengan temuan Kamath di India yang menyebutkan bahwa bank-bank asing mendominasi di rangking teratas, bank asing yang beroperasi di Indonesia tidak mendominasi di urutan teratas.

(41)

commit to user

25 Bahkan, dari 11 bank asing, hanya 2 bank yang masuk dalam 10 besar di tahun 2006, yaitu Deutsche Bank dan The Bank of Tokyo Mitsubishi

masing-masing diurutan ke-7 dan ke-9 dengan skor VAICTM 7.460 dan 6.004. Sementara Standart Chartered Bank (4.715) dan Bank of America (4.438) menyusul posisi ke-14 dan 18.

2. Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan

Hubungan intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan telah dibuktikan secara empiris oleh beberapa peniliti dalam berbagai pendekatan di beberapa Negara.

a. Studi Bontis (1998)

Bontis (1998b) mengawali penelitian tentang IC dengan melakukan eksplorasi hubungan diantara komponen-komponen IC (human capital, customer capital, dan structural capital). Penelitian tersebut menggunakan instrumen kuesioner (Bontis, 1998a) dan mengelompokkan industri dalam kategori jasa dan nonjasa.

b. Studi Bontis et al. (2000)

Penelitian sejenis kemudian dilakukan di Malaysia pada tahun 2000 oleh Bontis et al. Sample penelitian ini adalah mahasiswa MBA

part-time di Kuala Lumpur dan Seremban. Jumlah respondennya sebanyak 107 mahasiswa, 60% responden bekerja di industri jasa dan 40% di industri nonjasa.

(42)

commit to user

26 Penelitian ini menggunakan instrumen questionnaire yang disusun oleh Nick Bontis (1998a) dan telah digunakan kali pertama di Kanada (1998b).

c. Studi Astuti dan Sabeni (2005)

Astuti dan Sabeni (2005) yang menguji hubungan IC terhadap kinerja perusahaan di Jawa Tengah dengan menggunakan instrument kuesioner yang dibangun oleh Bontis (1998a). hasil penelitian ini membuktikan bahwa (1) Human Capital berhubungan positif dan signifikan dengan Customer Capital; (2) Human Capital berhubungan positif dan signifikan dengan Structural Capital; (3) Customer Capital

berhubungan positif dan tidak signifikan dengan Business Performance; dan (4) Structural Capital berhubungan positif dan signifikan dengan Business Performance.

d. Studi Firer dan Williams (2003)

Penelitian lainnya yang menguji hubungan IC dengan kinerja perusahaan dilakukan oleh Firer dan Williams (2003). Mereka menguji hubungan VAICTM dengan kinerja perusahaan di Afrika Selatan. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

physical capital merupakan faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di Afrika Selatan.

(43)

commit to user

27 Ada beberapa hal yang menarik dari penelitian Firer dan Williams ini. Pertama, temuan ini menunjukkan bahwa pasar di Afrika Selatan memberikan perhatian dan penekanan lebih pada return dari aset-aset sumber daya fisik (physical resource assets). Konsekuensinya, perusahaan-perusahaan yang mengindikasikan bahwa aset fisiknya dikelola secara efektif dalam menghasilkan return

akan dinilai lebih tinggi oleh pasar.

Kedua, meskipun tampak bahwa pasar memberikan apresiasi terhadap aset sumber daya manusia (human resource assets), temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pasar mungkin akan bereaksi negatif jika perusahaan berkonsentrasi pada pengembangan SDM yang membebani sumber daya fisik perusahaan.

Ketiga, temuan empiris menunjukkan bahwa pasar Afrika Selatan tampak memberikan perhatian yang kurang signifikan terhadap structural capital resource dibandingkan dengan physical capital dan human capital resources.

Secara keseluruhan penelitian menunjukkan bahwa secara umum pasar Afrika Selatan lebih memberikan perhatian dan penilaian terhadap aset fisik perusahaan daripada sumber daya intellectual capital.

(44)

commit to user

28

e. Studi Chen et al. (2005)

Chen et al. (2005) menggunakan model Pulic (VAICTM) untuk menguji hubungan antara IC dengan nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan sampel perusahaan Pulic di Taiwan. Kinerja keuangan yang digunakan adalah market-to-book value ratios of equity, return on equity (ROE), return on assets (ROA), growth in revenue (GR), dan employee productivity (EP).

Hasilnya menunjukkan bahwa IC berpengaruh secara positif terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan. Bahkan, Chen et al. (2005) juga membuktikan bahwa IC dapat menjadi salah satu indikator untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa mendatang.

Selain itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa investor mungkin memberikan penilaian yang berbeda terhadap tiga komponen VAICTM (yaitu physical capital, human capital, dan structural capital).

f. Studi Tan et al. (2007)

Tan et al. (2007) menggunakan 150 perusahaan yang terdaftar di bursa efek Singapore sebagai sampel penelitian untuk melihat pengaruh IC terhadap kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan yang digunakan adalah ROE, earning per share (EPS), dan annual stock return (ASR).

(45)

commit to user

29 Hasilnya konsisten dengan penelitian Chen et al. (2005) bahwa IC berhubungan secara positif dengan kinerja perusahaan. IC juga berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. Penelitian ini juga membuktikan bahwa rata-rata pertumbuhan IC suatu perusahaan berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. Selain itu, penelitian ini mengindikasikan bahwa kontribusi IC terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya.

g. Studi Ulum (2008a)

Di Indonesia, penelitian yang menggunakan instrument VAICTM untuk melihat hubungan/pengaruh IC terhadap kinerja perusahaan dilakukan oleh Ulum pada tahun 2007 (Ulum, 2008a).

Hipotesis Pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa IC (VAICTM) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dalam konteks ini, IC diuji terhadap kinerja keuangan perusahaan pada tahun yang sama. Berdasarkan hasil pengujian dengan PLS diketahui bahwa terbukti terdapat pengaruh IC (VAICTM) terhadap kinerja keuangan perusahaan selama tiga tahun pengamatan 2004-2006. Sehingga dengan demikian maka berarti H1 diterima.

Hipotesa Kedua adalah bahwa IC (VAICTM) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan. Dalam konteks ini, IC diuji terhadap kinerja keuangan perusahaan dan output PLS

(46)

commit to user

30 mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh IC (VAICTM) terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan, baik untuk periode 2004-2005, maupun 2005-2006. Sehingga dengan demikian maka berarti H2 diterima.

Secara umum, hasil pengujian terhadap H1 dan H2 penelitian ini relatif sama dengan temuan Firer dan Williams (2003) dalam hal: (1) tidak seluruh komponen VAICTM Memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, dan (2) bahwa tidak semua ukuran kinerja keuangan yang digunakan berkolerasi dengan komponen-komponen VAICTM.

IC (VAICTM) tidak hanya berpengaruh secara positif terhadap kinerja perusahaan tahun berjalan, bahkan IC (VAICTM) juga dapat memprediksi kinerja keuangan masa depan.

h. Studi Ulum (2009)

Pengelolaan customer capital yang baik akan menyebabkan kompetensi dalam aktivitas organisasi atau respon terhadap perubahan pasar dapat dikembangkan.

Penelitian ini menguji dan memodifikasi model yang disarankan Bontis (1998b) yang disebut sebagai diamond specification. Dalam model ini, customer capital tidak berhubungan dengan structural capital, melainkan langsung berhubungan dengan business

(47)

commit to user

31

performance. Modifikasi yang Ulum lakukan adalah dengan menguji model hubungan semua komponen IC dengan kinerja keuangan.

Menggunakan instrument kuesioner yang dikembangkan oleh Bontis (1998), penelitian ini mengambil sampel karyawan dan/atau manajer perusahaan di Jawa Timur yang tengah menempuh studi lanjut (master) di kelas eksekutif (akhir pekan) pada PTN/PTS di Malang. Analisis data menggunakan partial least square (PLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa human capital (HC) berhubungan dengan structural capital (SC) dan customer capital

(CC), CC berhubungan dengan SC. Sementara SC dan CC berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini konsisten dengan kajian Bontis (2008b).

Tabel II.6 Ringkasan Penelitian Empiris Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan

Peneliti Negara Metode Hasil

Bontis (1998b) Kanada Kuesioner, PLS

HC berhubungan SC dan CC; CC berhubungan dengan SC; CC dan SC berhubungan dengan kinerja industri. Bontis et al. (2000) Malaysia Kuisioner, PLS HC berhubungan dengan SC dan CC; CC berhubungan dengan SC; SC berhubungan dengan kinerja industri.

(48)

commit to user

32

Tabel II.6 Ringkasan Penelitian Empiris Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan (lanjutan)

Peneliti Negara Metode Hasil

Firer dan Williams (2003)

Afrika Selatan VAICTM, Regresi linier

VAICTM berhubungan dengan kinerja

perusahaan (ROA, ATO, MB).

Astuti dan Sabeni (2005)

Indonesia Kuesioner, AMOS

HC berhubungan dengan SC dan CC; CC dan SC berhubungan dengan kinerja industri.

Mavidris (2004) Jepang VAICTM, Regresi

VAICTM digunakan merangking perusahaan perbankan di Jepang berdasarkan kinerja IC.

Chen et al. (2005) Taiwan VAICTM, Korelasi, Regresi

IC berpengaruh terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan; R&D berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Kamath (2007) India VAICTM , Regresi

VAICTM digunakan untuk merangking perusahaan perbankan di India berdasarkan kinerja IC. IC berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, baik masa kini maupun masa mendatang; rata-rata pertumbuhan IC berhubungan positif

(49)

commit to user

33

Tabel II.6 Ringkasan Penelitian Empiris Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan (lanjutan)

Sumber: Diolah dari beberapa hasil penelitian, 2011

Peneliti Negara Metode Hasil

Tan et al. (2007) Singapore VAICTM, PLS dengan kinerja perusahaan di masa mendatang; kontribusi IC terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis

industrinya.

Ulum (2008c) Indonesia VAICTM, regresi

VAICTM digunakan untuk merangking 130

perusahaan perbankan di Indonesia berdasarkan kinerja IC.

Ulum (2008a,b) Indonesia VAICTM, PLS

IC berpengaruh positif terhadap kinerja

perusahaan, baik masa kini maupun masa mendatang; rata-rata pertumbuhan IC berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang.

Ulum (2009) Indonesia Kuesioner, PLS

HC berhubungan dengan SC dan CC; CC

berhubungan dengan SC; SC dan CC berhubungan dengan kinerja perusahaan.

(50)

commit to user

34

F. KERANGKA PEMIKIRAN

Suatu indikator yang dapat digunakan dalam menghitung efisiensi nilai yang dihasilkan dari perusahaan, yaitu VAIC™ (Value Added Intellectual Coefficient) yang didapat dengan menggabungkan VACA (Value Added Capital Employed), VAHU (Value Added Human Capital ), dan STVA (Structural Capital Value Added). VAIC™ adalah suatu

indikator intellectual capital yang menitikberatkan pada efisiensi total perusahaan.

Hasil perhitungan dengan menggunakan VAIC™ kemudian disebut sebagai Business Performance Indicator (BPI) yang dikelompokkan dalam 4 kategori, yakni top performers, good performers, common performers,

dan bad performers (Ulum, 2008).

Sumber: Pulic (1999) dan Ulum (2008)

Gambar II.1 : Kerangka Pemikiran

Penentuan Peringkat Bank (Business Permormance

Indicator - BPI)

VAIC™ (

Value Added Intellectual

Capital

)

V A C A (V a l u e A d d e d C a p i t a l E m p l o y e d) V A H U (V a l u e A d d e d H u m a n C a p i t a l) S T V A (S t r u c t u r a l C a p i t a l V a l u e A d d e d)

(51)

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang berupa data laporan keuangan tahunan. Data sekunder juga dapat diperoleh dari media internet, jurnal, dan buku-buku referensi. Data laporan keuangan tersebut diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan website masing-masing bank yang digunakan untuk sampel. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil periode waktu 4 tahun, antara periode tahun 2007 hingga 2010.

B. POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

1. Populasi dan sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode judgement sampling, yaitu sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Salah satu jenis purposive sampling adalah judgement sampling, yaitu memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai information rich”.

(52)

commit to user

36 2. Teknik pengambilan sampel

Sampel ditentukan dengan metode purposive sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria sampel yang ditentukan. Kriteria yang digunakan:

a. Perusahaan yang bergerak di sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan yaitu tahun 2007 – 2010. b. Tersedia data yang reliabel dari laporan keuangan yang diterbitkan

oleh masing-masing bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (yang dapat diperoleh dari neraca serta laporan laba/rugi).

Dari purposive sampling diperoleh data sebanyak 110 perusahaan perbankan pada tahun 2007 – 2010 yang masuk dalam kriteria, yaitu:

Tabel III. 1

Daftar Nama Perusahaan dari tahun 2007 – 2010

NO NAMA PERUSAHAAN TAHUN

1 Bank Agroniaga Tbk 2007

2 Bank Agroniaga Tbk 2008

3 Bank Agroniaga Tbk 2009

4 Bank Agroniaga Tbk 2010

5 Bank Artha Graha Internasional Tbk 2007 6 Bank Artha Graha Internasional Tbk 2008 7 Bank Artha Graha Internasional Tbk 2009 8 Bank Artha Graha Internasional Tbk 2010

9 Bank Bukopin Tbk 2007

10 Bank Bukopin Tbk 2008

11 Bank Bukopin Tbk 2009

(53)

commit to user

37

Tabel III. 1

Daftar Nama Perusahaan dari tahun 2007 – 2010

(lanjutan)

NO NAMA PERUSAHAAN TAHUN

13 Bank Bumi Arta Tbk 2007

14 Bank Bumi Arta Tbk 2008

15 Bank Bumi Arta Tbk 2009

16 Bank Bumi Arta Tbk 2010

17 Bank Capital Indonesia Tbk 2007 18 Bank Capital Indonesia Tbk 2008 19 Bank Capital Indonesia Tbk 2009 20 Bank Capital Indonesia Tbk 2010 21 Bank Central Asia Tbk 2007 22 Bank Central Asia Tbk 2008 23 Bank Central Asia Tbk 2009 24 Bank Central Asia Tbk 2010

25 Bank CIMB Niaga Tbk 2007

26 Bank CIMB Niaga Tbk 2008

27 Bank CIMB Niaga Tbk 2009

28 Bank CIMB Niaga Tbk 2010

29 Bank Danamon Indonesia Tbk 2007 30 Bank Danamon Indonesia Tbk 2008 31 Bank Danamon Indonesia Tbk 2009 32 Bank Danamon Indonesia Tbk 2010 33 Bank Ekonomi Raharja Tbk 2008 34 Bank Ekonomi Raharja Tbk 2009 35 Bank Ekonomi Raharja Tbk 2010 36 Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 2007 37 Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 2008 38 Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 2009

(54)

commit to user

38

Tabel III. 1

Daftar Nama Perusahaan dari tahun 2007 – 2010

(lanjutan)

NO NAMA PERUSAHAAN TAHUN

39 Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 2010 40 Bank ICB Bumiputera Tbk 2007 41 Bank ICB Bumiputera Tbk 2008 42 Bank ICB Bumiputera Tbk 2009 43 Bank ICB Bumiputera Tbk 2010 44 Bank Internasional Indonesia Tbk 2007 45 Bank Internasional Indonesia Tbk 2008 46 Bank Internasional Indonesia Tbk 2009 47 Bank Internasional Indonesia Tbk 2010

48 Bank Kesawan Tbk 2007

49 Bank Kesawan Tbk 2008

50 Bank Kesawan Tbk 2009

51 Bank Kesawan Tbk 2010

52 Bank Mandiri (Persero) Tbk 2007 53 Bank Mandiri (Persero) Tbk 2008 54 Bank Mandiri (Persero) Tbk 2009 55 Bank Mandiri (Persero) Tbk 2010 56 Bank Mayapada Internasional Tbk 2007 57 Bank Mayapada Internasional Tbk 2008 58 Bank Mayapada Internasional Tbk 2009 59 Bank Mayapada Internasional Tbk 2010

60 Bank Mega Tbk 2007

61 Bank Mega Tbk 2008

62 Bank Mega Tbk 2009

63 Bank Mega Tbk 2010

(55)

commit to user

39

Tabel III. 1

Daftar Nama Perusahaan dari tahun 2007 – 2010

(lanjutan)

NO NAMA PERUSAHAAN TAHUN

65 Bank Mutiara Tbk 2008

66 Bank Mutiara Tbk 2009

67 Bank Mutiara Tbk 2010

68 Bank Negara Indonesia Tbk 2007 69 Bank Negara Indonesia Tbk 2008 70 Bank Negara Indonesia Tbk 2009 71 Bank Negara Indonesia Tbk 2010 72 Bank Nusantara Parahyangan Tbk 2007 73 Bank Nusantara Parahyangan Tbk 2008 74 Bank Nusantara Parahyangan Tbk 2009 75 Bank Nusantara Parahyangan Tbk 2010

76 Bank OCBC NISP Tbk 2007

77 Bank OCBC NISP Tbk 2008

78 Bank OCBC NISP Tbk 2009

79 Bank OCBC NISP Tbk 2010

80 Bank Pan Indonesia Tbk 2007 81 Bank Pan Indonesia Tbk 2008 82 Bank Pan Indonesia Tbk 2009 83 Bank Pan Indonesia Tbk 2010 84 Bank Pembangunan Daerah Jabar dan Banten Tbk 2010

85 Bank Permata Tbk 2007

86 Bank Permata Tbk 2008

87 Bank Permata Tbk 2009

88 Bank Permata Tbk 2010

89 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 2007 90 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 2008

(56)

commit to user

40

Tabel III. 1

Daftar Nama Perusahaan dari tahun 2007 – 2010

(lanjutan)

NO NAMA PERUSAHAAN TAHUN

91 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 2009 92 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 2010

93 Bank Sinarmas Tbk 2010

94 Bank Swadesi Tbk 2007

95 Bank Swadesi Tbk 2008

96 Bank Swadesi Tbk 2009

97 Bank Swadesi Tbk 2010

98 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 2009 99 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 2010 100 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 2008 101 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 2009 102 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 2010 103 Bank Victoria International Tbk 2007 104 Bank Victoria International Tbk 2008 105 Bank Victoria International Tbk 2009 106 Bank Victoria International Tbk 2010 107 Bank Windu Kentjana International Tbk 2007 108 Bank Windu Kentjana International Tbk 2008 109 Bank Windu Kentjana International Tbk 2009 110 Bank Windu Kentjana International Tbk 2010

(57)

commit to user

41

C. METODE PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan melalui dua tahap, yaitu:

1. Tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka, yaitu dengan mengumpulkan data pendukung berupa literatur jurnal penelitian-penelitian, serta laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapatkan masalah yang akan diteliti.

2. Tahap kedua dilakukan dengan mengumpulkan data-data sekunder yang diperlukan berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

D. SUMBER DATA

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi laporan keuangan saham perusahaan perbankan yang memenuhi kriteria sampel penelitian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010. Penentuan sampel berdasarkan kriteria sampel yang telah ditentukan.

E. METODE ANALISIS DATA

Penelitian ini menggunakan model Pulic (VAICTM) untuk menyusun ranking perbankan di Indonesia. Metode Value Added Intellectual Coefficient

(VAICTM) dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud

(tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan. (VAICTM) merupakan instrumen untuk mengukur kinerja

(58)

commit to user

42 Pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan, karena dikonstruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan (neraca, laba rugi). Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan menciptakan value added (VA). Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai (value creation).

VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC) dan Structural Capital (SC). Hubungan lainnya dari VA adalah Capital Employed (CE), yang dalam hal ini dilabeli dengan VACA. VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital.

Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya. Dengan demikian, pemanfaatan CE yang lebih baik merupakan bagian dari IC perusahaan.

Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC. Value Added Human Capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan. Konsisten dengan pandangan para penulis IC lainnya, Pulic berargumen bahwa total salary and wage cost adalah indikator dari HC perusahaan.

(59)

commit to user

43 Hubungan ketiga adalah “structural capital coefficient” (STVA), yang

menunjukkan kontribusi Structural Capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, SC dependen terhadap value creation (Pulic, 1999). Artinya, semakin kecil kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC, yang hal ini telah diverifikasi melalui penelitian empiris pada sektor industri tradisional (Pulic, 2000).

Rasio terakhir adalah menghitung kemampuan intelektual perusahaan dengan menjumlahkan koefisien-koefisien yang telah dihitung sebelumnya. Hasil penjumlahan tersebut diformulasikan dalam indikator baru yang unik, yaitu VAICTM (Tan et al., 2007). Proses analisis dilakukan dalam dua tahap berikut:

1. Tahapan Perhitungan VAICTM

Pertama: Menghitung Value Added (VA) :

VA dihitung sebagai selisih anntara output dan input (Pulic, 1999).

VA = OP + EC + D + A

Dimana:

Gambar

Gambar II.1  Kerangka Pemikiran .................................................................
Tabel II.1 Perbandingan Standar Akuntansi Tentang Aktiva Tidak Berwujud
Tabel  II.2  Kronologi Konstribusi  Signifikan terhadap Pengidentifikasian,  Pengukuran dan Pelaporan IC
Tabel II.3 Perbandingan Konsep IC Menurut Beberapa Peneliti  Brooking (UK)  Roos (UK)  Stewart (USA)  Bontis (Kanada)  Human-centered
+7

Referensi

Dokumen terkait

BKM “MARIANA” KELURAHAN MARIANA 37 Mengadopsi dari skenario fokus pembangunan kota dalam RPJM Kota Pontianak tahun 2015-2019 fokus pembangunan pada tahun

Terdapat perbedaan-perbedaan sudut pandang dalam mengulas tema kerusakan hutan yang dapat dilihat dari masing- masing media dalam menyqiikan gaya bahasa, judul, tokoh yang

Hal ini dapat dilihat dari prosentase pengaruh variabel manajemen SDM terhadap kinerja perusahaan yang menunjukkan angka lebih dari 50%, artinya bahwa manajemen

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT KAMPUNG. Daerah adalah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : Tidak ada pengaruh pengembangan cuff ETT menggunakan spuit dan cuff inflator terhadap denyut nadi

Penelitian mengidentifikasi 10 tema yaitu perubahan yang dialami akibat DM dan komplikasinya, respon terhadap diagnosis dan manajemen perawatan, manajemen diit, manajemen

Petani dengan status kepemilikan lahan sendiri memi- liki 13 responden yang memiliki koefisien b 2 negatif dengan 2 orang responden yang memi- liki koefisien b2 negatif

Dalam Artikel 4, 1 dinyatakan bahwa Semua negara harus mengadakan tindakan yang efektif untuk mencegah dan menghapus diskriminasi atas dasar agama atau kepercayaan