• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip dan Sifatnya

N/A
N/A
Indah Muqarramah

Academic year: 2023

Membagikan " Prinsip dan Sifatnya"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

Perlindungan hukum atas kepemilikan hak merek yang mempunyai kesamaan dengan merek lain (Studi Keputusan No. 15/Pdt/Sus-Brand/2015/PN.Niaga.Jkt)”. Perlindungan hukum atas kepemilikan hak merek yang mempunyai kesamaan dengan merek lain (Studi Keputusan No. 15. Merek/2015/PN.Niaga.Jkt) bukanlah hal yang baru.

Metode Penelitian

Bunyi pasal tersebut mempunyai arti bahwa Undang-Undang Merek Dagang yang berlaku saat ini memberikan perlindungan terhadap merek dagang yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek Dagang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek Dagang dan Indikasi Geografis, yaitu selama sepuluh (10) bertahun-tahun. Bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah KUH Perdata, Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Sistematika Penulisan

Data yang dianalisis secara kualitatif akan disajikan dalam bentuk uraian yang sistematis, kemudian seluruh data akan diseleksi, diolah dan kemudian diungkapkan secara deskriptif sehingga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dimaksud. 15/Pdt/Sus-Brand/2015/PN.Niaga.Jkt tentang kepemilikan hak merek sejenis dengan merek lain yang terdiri dari posisi perkara, pertimbangan hakim dalam putusan no.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEPEMILIKAN HAK MEREK YANG MEMILIKI KESAMAAN DENGAN MERK

LAINNYA

Perkembangan Pengaturan Hukum Hak Kekayaan Intelektual

Selanjutnya pada tahun 1997 dilakukan penyempurnaan lebih lanjut terhadap Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992, dengan diundangkannya dan diundangkannya Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997. Undang-undang Paten Indonesia yang pertama baru ada pada tahun 1989 dengan diundangkannya dan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997. 6 Tahun 1989.

Bentuk Pelanggaran Serta Perlindungan Hukum atas Hak Kekayaan Intelektual di Bidang Merek

Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu adanya peraturan yang memberikan perlindungan terhadap karya intelektual baik hak cipta maupun hak kekayaan intelektual lainnya, termasuk upaya mendorong berkembangnya karya intelektual yang berasal dari keanekaragaman seni dan budaya masyarakat Indonesia. Pemalsuan dapat terjadi ketika produk palsu atau kualitasnya lebih rendah ditempel dengan merek terkenal. Barang siapa secara melawan hukum menggunakan Merek yang sama sekali sama dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak. Rp dua miliar rupiah).

Barangsiapa secara tidak wajar menggunakan merek yang pada pokoknya mirip dengan merek terdaftar milik orang lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda. berjumlah paling banyak Rp dua miliar). Barangsiapa secara tidak wajar menggunakan tanda yang sama sekali mirip dengan indikasi geografis asing untuk barang dan/atau produk yang identik atau serupa dengan barang dan/atau produk tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama satu tahun. 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp dua miliar). Barangsiapa secara tidak wajar menggunakan tanda yang isinya serupa dengan indikasi geografis asing untuk barang dan/atau produk yang identik atau mirip dengan barang dan/atau produk tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama satu tahun. 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp dua miliar).

Setiap orang yang menjual barang dan/atau jasa dan/atau produk yang mengetahui atau mempunyai dugaan yang wajar bahwa ia mengetahui bahwa barang dan/atau jasa dan/atau produk tersebut merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 dan Pasal 101, akan dihukum. dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak dua ratus juta rupee.

Sistem Perlindungan Hukum Terhadap Kepemilikan Hak Merek Yang Memiliki Kesamaan Dengan Merk Lainnya

Perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang menggunakan HKI dilarang dan dapat dihukum oleh undang-undang. Penggunaan HKI dilakukan dalam jangka waktu perlindungan yang ditetapkan oleh undang-undang atau perjanjian atau lisensi tertulis. Jadi, semua elemen di atas memudahkan untuk memahami konsep perlindungan HKI di Indonesia.

Entitas tersebut antara lain adalah pemilik atau pemegang hak, aparat penegak hukum, petugas pendaftaran, dan pelanggar hukum. 23 Hery Firmansyah, Perlindungan Hukum Merek Dagang Panduan Memahami Dasar Hukum Penggunaan dan Perlindungan Merek, Pustaka Yustisia, 2011, hal. Hanya hak kekayaan intelektual yang terdaftar dalam daftar merek umum dan dibuktikan dengan sertifikat pendaftaran yang dilindungi, kecuali undang-undang menentukan lain.

Istilah yang dimaksud adalah jangka waktu perlindungan HKI menurut Undang-Undang Merek selama 10 (sepuluh) tahun, hak cipta seumur hidup ditambah 50 (lima puluh) tahun setelah mati, hak paten selama 20 (dua puluh) tahun, desain industri selama 10 (dua puluh) tahun. sepuluh) tahun, Varietas tanaman baru berumur 20-25 (dua puluh sampai dua puluh lima) tahun.

AKIBAT HUKUM TERHADAP KEPEMILIKAN HAK MEREK YANG MEMILIKI KESAMAAN DENGAN MERK LAINNYA

Penyelesaian Pelanggaran Hukum Terhadap Kepemilikan Hak Merek Yang Memiliki Kesamaan Dengan Merk Lainnya

  • Perlindungan Hukum Atas Merek Secara Preventif
  • Perlindungan Hukum atas Merek secara Resprensif

Tujuan dari UU No. 20 Tahun 2016 adalah untuk memberikan perlindungan hukum yang lebih besar bagi pemegang hak merek terkenal luar negeri. Permohonan tersebut harus ditolak apabila merek tersebut pada pokoknya atau seluruhnya serupa dengan merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa serupa. Yang dimaksud dengan perlindungan hukum represif adalah perlindungan yang dilaksanakan untuk menyelesaikan atau menjembatani suatu peristiwa atau fenomena yang terjadi, yaitu berupa pelanggaran hak merek.

Hak atas merek dagang adalah hak individu, tetapi hal ini tidak berarti penghapusan proses pidana atas pelanggaran hak atas merek terdaftar. Yang dimaksud dengan kata tanpa hak dalam Pasal 100 adalah merek yang digunakan “tidak terdaftar” dan seluruhnya sama dengan merek terdaftar milik seseorang untuk barang dan/atau jasa sejenis. Hal ini sesuai dengan sistem konstitusi yang menyatakan bahwa hak atas merek diberikan kepada pemilik merek terdaftar, bukan kepada merek yang tidak terdaftar.

Untuk penyidikan tindak pidana diatur dalam Pasal 99 Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis Nomor 20 Tahun 2016.

Upaya Hukum Bagi Pemegang Hak ata Merek Terhadap Perbuatan Pelanggaran Merek

PPNS telah menyampaikan hasil penyidikannya kepada jaksa penuntut umum melalui Penyidik ​​Polri. Sesuai ketentuan Pasal 107 KUHAP, pelaku delik diancam apabila terjadi delik pelanggaran hukum merek. dengan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 100 Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis Nomor 20 Tahun 2016. Perbuatan pelanggaran merek selain diatur dalam Undang-Undang Merek juga dapat dikenakan sanksi yang dapat direvisi dari pidana. hukum perdata dan administrasi. Perlindungan hukum terhadap pemegang hak merek dilakukan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis dimana hak atas suatu merek diperoleh setelah merek tersebut didaftarkan (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis) dan pemberian hak kepada pemegang merek yang dilanggar haknya untuk mengadili baik secara pidana maupun perdata pelanggar hak atas merek tersebut (Pasal 83 ayat (1) dan ayat (2) UU Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dan Indikasi Geografis (geografis).

Selain itu, Kantor Merek sebagai tempat pendaftaran merek akan membantu pemilik merek untuk membuktikan haknya dengan memberikan segala bantuan administratif yang diperlukan untuk membuktikan merek terdaftar. Dasar hukum yang akan digunakan oleh Kantor Merek dalam pendaftaran merek adalah Pasal 20 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, yang menyatakan bahwa suatu merek tidak dapat didaftarkan apabila merek tersebut mengandung salah satu unsur berikut. Permohonan pendaftaran ditolak karena Badan Merek tidak menghendaki pihak yang didaftarkan kemudian mempunyai itikad buruk sebagaimana dimaksud pada pasal 21 ayat berdasarkan permohonan yang diajukan oleh pelamar yang mempunyai itikad buruk.

Itikad buruk yang dimaksud di sini adalah pemilik suatu merek yang akan didaftarkan dengan sengaja membuat suatu merek yang hampir sama dengan merek yang sudah terkenal, dengan tujuan untuk menumpang dan meningkatkan popularitas merek lain. . merek suatu pihak demi kepentingan usahanya sehingga menimbulkan kerugian bagi pihak lain atau menimbulkan persaingan tidak sehat; menipu atau menipu konsumen.

Akibat Hukum Terhadap Kepemilikan Hak Merek Yang Memiliki Kesamaan Dengan Merk Lainnya

  • Sanksi Pidana
  • Sanksi Perdata

Barangsiapa tanpa hak menggunakan Merek yang sama persis dengan Merek terdaftar pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun. dan/atau denda paling banyak dua miliar rupiah). Barangsiapa tanpa hak menggunakan merek yang pada pokoknya sama dengan merek terdaftar pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, akan dikenakan sanksi. Barang siapa tanpa hak menggunakan tanda yang sepenuhnya sesuai dengan indikasi geografis Pihak lain untuk barang dan/atau produk yang sama atau serupa dengan barang dan/atau produk tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun. dan/atau denda paling banyak Rp dua miliar rupiah).

Barang siapa secara tidak wajar menggunakan tanda yang pada hakikatnya mirip dengan indikasi geografis asing untuk suatu barang dan/atau produk yang sama atau mirip dengan barang dan/atau produk tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun. denda paling banyak Rp dua miliar). Setiap orang yang memperdagangkan barang dan/atau jasa dan/atau produk yang diketahui atau patut diduga mengetahui bahwa barang dan/atau jasa dan/atau produk tersebut merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal. Dengan demikian, meskipun terdapat perbedaan yang kecil, namun tetap dapat dikenakan sanksi terhadap pelanggaran yang berkaitan dengan pelanggaran hak indikasi geografis dan hak penunjukan asal, yang semuanya didefinisikan sebagai pelanggaran dengan pelanggaran kumulatif.

Hakim dalam masa penyidikan dapat memerintahkan terdakwa untuk menghentikan produksi, peredaran, dan/atau perdagangan barang atau jasa yang menggunakan Merek tersebut tanpa hak.

JKT TERHADAP KEPEMILIKAN HAK MEREK YANG MEMILIKI KESAMAAN DENGAN MERK LAINNYA

Posisi Kasus

  • Tentang Penggunaan Kata dalam Merek PIERRE CARDIN
  • Tentang Persamaan Merek PIERRE CARDIN
  • Tentang Keterkenalan PIERRE CARDIN Paris
  • Tentang Pendaftaran dengan Itikad Tidak Baik

Bahwa tanda PIERRE CARDIN pada dasarnya mirip dengan tanda PIERRE CARDIN dalam bunyi ucapannya; Dimana merek PIERRE CARDIN milik penggugat dan merek PIERRE CARDIN milik tergugat I mempunyai tulisan yang sama. Merek PIERRE CARDIN milik tergugat I mempunyai keseluruhan suku kata yang sama dengan unsur huruf yang sama persis dengan merek penggugat yaitu.

Persamaan antara merek PIERRE CARDIN milik penggugat dengan merek PIERRE CARDIN milik tergugat dapat menyesatkan masyarakat atau konsumen. Mengenai logo PIERRE CARDIN, penulis berpendapat terdapat persamaan antara logo PIERRE CARDIN penggugat dan PIERRE CARDIN tergugat I. Jika dilihat dari logo PIERRE CARDIN tergugat I terdapat persamaan yaitu keduanya menyerupai huruf P yang melengkung.

Logo merek tergugat sekilas mirip dengan logo merek PIERRE CARDIN penggugat, sehingga dapat menyesatkan dan menyesatkan konsumen. Merek PIERRE CARDIN milik penggugat merupakan merek yang terkenal karena PIERRE CARDIN milik penggugat telah dipromosikan secara besar-besaran dan telah didaftarkan di berbagai negara. Yang patut menikmati kreasi brand PIERRE CARDIN adalah PIERRE CARDIN Paris, bukan PIERRE CARDIN karya Alexander Satryo.

PENUTUP

Kesimpulan

Selain menggunakan hukum perdata, arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa, pelanggaran merek dapat diselesaikan melalui hukum pidana. UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis pada Pasal 100, Pasal 102, dan Pasal 103 mengatur perbuatan yang didefinisikan sebagai tindak pidana di bidang merek, yang juga memuat ancaman hukuman dan denda bagi pelanggar merek terdaftar. Pertimbangan hakim Pengadilan Niaga Pusat Jakarta dalam memutus perkara antara merek PIERRE CARDIN milik penggugat dan PIERRE CARDIN milik tergugat I adalah tidak tepat.

Saran

Referensi

Dokumen terkait

Hukum matrial hukum yg memuat peraturan Hukum matrial hukum yg memuat peraturan yg mengatur kepentingan atau hubungan. yg mengatur kepentingan

Mengatur dan Menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orang dengan hutan, serta mengatur perbuatan perbuatan hukum menge-nai kehutanan (4/2c).. Mengatur dan menetapkan

- Hukum perdata formil : hukum acara perdata : hukum yang mengatur cara mempertahankan atau melaksanakan hak dan kewajiban para pihak dalam hubungan

Dokumen ini membahas tentang berbagai topik terkait ekonomi, termasuk pembagian kasta dalam masyarakat Hindu, abrasi, erosi, dan ekonomi

Dokumen ini membahas tentang beberapa prinsip fisika yang terkait dengan gaya, usaha, dan

Dokumen ini membahas manajemen proyek yang meliputi organisasi, pengendalian, dan

Pengertian hukum dan sistem Hukum: Hukum adalah sistem aturan yang ditetapkan oleh pemerintah atau otoritas untuk mengatur perilaku dan hubungan dalam masyarakat, dengan tujuan

Kontrak kerja konstruksi adalah dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam pelaksanaan pekerjaan