• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kasus Jakarta: Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pertunjukan Seni Budaya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

N/A
N/A
Muhammad Marzuki

Academic year: 2024

Membagikan "Studi Kasus Jakarta: Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pertunjukan Seni Budaya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Kasus Jakarta:

Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pertunjukan Seni Budaya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

Sejarah Singkat Pembentukan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Di tengah terpaan modernitas dan globalisasi yang kuat, terdapat perkampungan Budaya Betawi yang tengah di dirikan dan tetap dilestarikan dikawasan padat Jakarta, Setu Babakan. Setu Babakan merupakan salah satu perkampungan Budaya Betawi yang terletak di daerah Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa.

Kawasan Setu Babakan dahulu merupakan hanya sebuah Kawasan rawa dengan penampilan seperti daerah-daerah pinggiran di Jakarta lainnya, yang kemudian dialihfungsikan dan berkembang menjadi pemukiman Masyarakat Betawi untuk dijadikan sebagai ruang kreatif masyarakat Budaya Betawi yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi.

Sudah sejak lama masyarakat Betawi menginginkan didirikannya kampung budaya Betawi untuk melestarikan budaya Betawi. Salah satu yang memperjuangkan pembentukan kampung budaya Betawi adalah BAMUS BETAWI (Badan Musyawarah Masyarakat Betawi) yang menuangkan sebuah rancangan program kerja ”Membangun Pusat Perkampungan Budaya Betawi” (setubabakanbetawi.com).

Kemudian pada tahun 2000 Gubernur Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur No. 92 tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Berdasarkan SK tersebut akhirnya mulailah dibangun embrio PBB pada tanggal 15 September 2000.

Sebelumnya, Jakarta telah memiliki semacam kampung budaya Betawi, yakni Condet. Gubernur DKI Jakarta ke-7 periode 1966-1977, Ali Sadikin, menjadikan kawasan Condet menjadi kawasan cagar budaya, dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur No. D. IV-1511/e/3/74 tanggal 30 April 1974. Tetapi dikarenakan lingkungan Condet yang sangat berubah, muncul pemikiran untuk mencari alternatif

(2)

tempat lain yang cocok untuk menjadi cagar budaya Betawi. Hingga akhirnya pada tahun 2004 terbit SK Gubernur yang memerintahkan agar cagar budaya Betawi dipindahkan ke Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan. SK Gubernur tersebut kemudian diperkuat dengan Peraturan Daerah nomor 3 tahun 2005 tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan.

Mengenal Perkampungan Betawi Setu Babakan

Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan dengan cakupan luas 289 hektare, secara de jure dikelola oleh Unit Pengelola Kawasan (UPK) PBB Setu Babakan, Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Namun secara de facto, masyarakat pun menguasai kawasan. Oleh karena itu dikenal istilah kawasan statis dan kawasan dinamis.

Didaerah yang diapit oleh dua buah danau buatan ini, Situ Babakan dan Situ Mangga Balong, memang masih banyak terdapat banyak perkampungan asli Betawi. Tak hanya itu, masyarakat di sekitaran Setu Babakanpun memilih untuk tetap dengan gaya hidup mereka yang tradisional dan sangat sederhana.

Sebenarnya konsep ini sangat positif untuk keberlangsungan kehidupan budaya Betawi. Betapa tidak mereka tak hanya sekedar menjaga kelangsungan budaya dan tradisi Betawi namun juga turut melestarikan lingkungan hidup dengan tetap menjaga kehijauan lingkungan mereka.

Memiliki konsep yang unik, PBB Setu Babakan menjadi satu-satunya ikon Desa Wisata yang mempelopori Kampung Betawi di Jakarta bahkan berhasil meraih juara pertama sebagai desa wisata terbaik di ajang Anugrah Desa Wisata Indonesia 2021 dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk kategori CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety and Environmental Sustainbility). Dalam meningkatkan kesenian Budaya Betawi, PBB Setu Babakan sering menggelar acara-acara pertunjukan seni khas Budaya Betawi seperti musik Gambang Kromong, Lenong, Silat, dan tarian- tarian khas Betawi lainnya. Dibentuknya Perkampungan Budaya Betawi ini bukan semata-mata untuk tujuan wisata, tetapi lebih kepada pelestarian, pengembangan,

(3)

dan penataan Budaya Betawi sehingga mampu bertahan di era perkembangan teknologi masa kini.

Selain menampilkan pagelaran kesenian dari Budaya Betawi, PBB Setu Babakan juga menyuguhkan berbagai perayaan tradisi seperti upacara pernikahan, sunatan, akekah, hatam quran, nujuh bulan dan beberapa acara kegiatan bulan Juli di wilayah PBB Setu Babakan.

Elemen-elemen Budaya dan Kesenian banyak terdapat di Kawasan PBB Setu Babakan yang memuat atraksi kesehariannya di Wilayah tersebut berdampak besar , berikut elemen-elemen dalam Perkampungan Budaya Betawi :

1. Zona A – Pelestaria Budaya Betawi

Wilayah yang satu ini telah dikembangkan sebagai tempat untuk pusat pelestarian pengembangan budaya dari khas Betawi. Zona satu ini menempati lahan seluas 3,2 ha. Fokus dari pengembangan di zona A ini berupa rumah-rumah adat khas Betawi seperti joglo, kebaya, bapang, pesisir rumah adat gudang, serta pulau seribu. Di kawasan zona ini telah dilengkapi juga dengan pendirian museum sejarah serta purbakala. Fasilitas yang diberikan berupa gedung teater dan gedung modern dengan nuansa Betawi.

Pada bulan Januari 2018, kawasan ini membuka gedung serbaguna yang dapat digunakan oleh masyarakat umum dipakai. Gedung tersebut bentuknya bulat dengan cat berwarna putih serta menggunakan kayu. Tempat satu ini pada umumnya dipakai sebagai tempat pagelaran teater tertutup, perpustakaan, serta galeri khas Betawi.

Dalam pelestarian kesenian, biasanya diadakan Latihan dan pergelaran Kesenian Budaya Betawi yang bisa dijumpai khusus di hari sabtu dan minggu di area terbuka oleh para sanggar-sanggar Betawi. Menjadi tempat untuk berlatih Silat Betawi Beksi bagi remaja setempat pada pagi hari di area Theater. Sementara pada pergelaran music kesenian Betawi lainnya ; Gambang Kromong, Gambus, Samrah, Hadroh, Qasidah, Keroncong Betawi serta Tanjidor dapat dijumpai pada siang hari. Pengunjung juga dapat melihat beberapa pergelaran kesenian Budaya Betawi lainnya yang dapat ditonton

(4)

secara gratis seperti: Lenong, Tari Renggong, Ondel-ondel, Wayang Kulit Betawi, dan Topeng Betawi.

2. Zona B – Pusat Kuliner Budaya

Zona wilayah ini berdiri berkisar seluas 3.700 meter persegi yang di dalam zona tersebut banyak berjejer pedagang kuliner khas Betawi yang tersedia lebih dari 250 pedagang kuliner.

Umumnya, para penjual makanan dan minuman dan berbagai jenis kue-kue khas Betawi tersebut sudah berjejer di pinggir danau dengan menggunakan baik gazebo maupun lesehan yang digunakan sebagai tempat untuk menyantap makanan sembari disuguhi dengan pemandangan danau.

Sementara itu ada juga penjual di seberang jalan yang menyediakan warung tenda serta meja kursi untuk menyantap makanan persis samping danau.

Beberapa makanan khas betawi yang dapat dijumpai disini yaitu: Kerak Telor, Tauge Goreng, Laksa, Soto Betawi, Soto Tangkar, Gado-gado, Asinan Betawi, Gabus Pucung, Semur Jengkol, Dodol Betawi, Kue Rangi, Es Selendang Mayang, Bir Pletok, dan sebagainya.

3. Zona C – Studi Budaya

Zona yang satu ini memang sudah dikembangkan untuk dijadikan sebagai kawasan komersial serta studi alam. Di dalam kawasan ini telah dibangun replika perkampungan Betawi. Replika itu telah dilengkapi dengan adanya rumah adat, sawah dan juga empang (danau kecil). Bahkan tepat di tengah – tengah Setu Babakan, juga dibangun suatu pulau buatan yang menjadi replika perkampungan Betawi. Pulau buatan tersebut mengisahkan kegiatan dari orang Betawi di dalam kesehariannya. Total memiliki 16 buah replika rumah tradisional Betawi yang telah dibangun di Zona C.

Dampak Pandemi Covid-19 di Setu Babakan

(5)

Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Warga Kampung Setu Babakan

Perkampungan Budaya Betawi ini memiliki 49 RT, terdiri dari seluruh RW 08 dan RW 07, sebagian RW 06 dan sebagian RW 05 dengan Jumlah warga 22.000 jiwa. Di dalam Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan terdapat 96 unit usaha yang berada di dalam lingkup RW 06. Jenis usaha yang dimiliki diantaranya adalah 73%

Usaha Kios Warung, 20,8% usaha makanan tradisional, dan 6,3% memiliki usaha souvenir. Dengan rata-rata pendapatan Rp. 2.088.541,- per bulan yang berarti berada di bawah UMR DKI Jakarta yang sebesar Rp. 4.416.186,- pada tahun 2021 (Pradini dkk, 2022).

Saat pandemi Covid-19 kunjungan wisatawan ke Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan menurun sangat drastis. Pelarangan berkegiatan di tempat publik dan pembatasan interaksi sosial membuat tempat-tempat wisata di semua tempat sepi, termasuk di Setu Babakan. Padahal sektor pariwisata di Setu Babakan memiliki dampak langsung dalam perekonomian warga. Warga yang mengandalkan penghasilan dari berdagang di kawasan Setu Babakan sangat terpukul akibat penutupan tempat-tempat wisata.

Kemudian pada tahun 2022, setelah bencana nasional pandemi Covid-19 dicabut oleh pemerintah, Setu Babakan masih sepi pengunjung. Hal ini disebabkan antara lain oleh:

- Masih adanya rasa takut wisatawan untuk berkunjung ke tempat-tempat wisata.

- Agenda pertunjukan seni budaya Betawi di Setu Babakan yang masih sedikit sehingga kurang menarik minat wisatawan untuk berkunjung.

Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pelaku Seni di Setu Babakan

Sebelum pandemi Covid-19, jadwal pertunjukan seni budaya Betawi di Setu Babakan cukup padat. Hampir setian minggu terdapat pertunjukan seni dengan menampilkan berbagai jenis seni budaya Betawi. Ketika pandemi Covid-19 terjadi sepanjang tahun 2020 hingga tahun 2021, jadwal pertunjukan seni mengalami

(6)

penurunan drastis, walau sudah diantisipasi dengan bentuk pertunjukan virtual.

Sebagai ilustrasi, gambaran perbandingan jumlah pertunjukan sebelum dan saat pandemi Covid-19 seperti tabel di bawah ini:

Tabel xx. Jumlah Pertunjukan Seni Budaya di Setu Babakan Sebelum dan Saat Pandemi Covid-19

Tahun Jumlah Pertunjukan

2019 58

2020 8

2021 5

2022 12

(Sumber: dokumentasi akun Instagram UPK PBB Setu Babakan @ upkpbb_setubabakan) Pelaku seni budaya Betawi yang biasa tampil di Setu Babakan mengakui sangat terpukul dengan pandemi Covid kemarin. Beberapa agenda pertunjukkan yang sudah dijadwalkan dibatalkan oleh penyelenggara. Padahal para pelaku seni belum mendapatkan uang muka dari penjadwalan tersebut.

Berdasarkan wawancara langsung dengan pelaku seni budaya Betawi pada tanggal 17 November 2023 di Setu Babakan, dampak ekonomi yang dirasakan berbeda- beda. Menurut pengakuan Bang Andi Kubil, pemimpin Sanggar Tari Setu Babakan, pandemi Covid-19 membuatnya hilang pekerjaan karena pertunjukan seni adalah satu-satunya penopang hidup.

Jadi berkesenian itu menjadi salah satu bagian dari hidup saya, jadi kalau gak berkesenian ya saya gak dapet duit tapi kalau saya untuk kerja saya kerja apaan.”. (Narasumber 1: Andi Kubil)

Sedangkan Bang Firmansyah Jali, pemimpin Sanggar Puja Betawi, menyatakan bahwa pandemi Covid-19 tidak terlalu memukul perekonomian keluarganya, karena dia memiliki penghasilan lain di luar pertunjukan seni sebagai seorang guru SMA.

(7)

“…saya sekarang seorang guru di SMA Negeri 105 Jakarta dan sebagai seniman kalau ada jobnya.”. (Narasumber 2: Firman Jali).

Berbeda dengan Babeh Yahya Andi Saputra, seorang seniman dan penyair Betawi, mengakui tidak terlalu terpukul karena memiliki istri yang bekerja sehingga untuk kebutuhan hidup sehari-hari masih terpenuhi.

“Kalau saya kebetulan istri bekerja, masih bisa lah kalau untuk makan” (Narasumber 3: Yahya Andi Saputra).

Banyak juga pelaku seni budaya Betawi yang memiliki kerja serabutan. Pagi hingga siang bekerja sebagai pedagang, sedangkan malamnya berlatih kesenian. Mereka ini merasa tidak bisa menggantungkan hidupnya dari pertunjukan seni saja, karena tidak akan mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Dari keterangan ketiga narasumber tersebut, kita mendapat gambaran kalau pelaku seni budaya Betawi itu ada terbagi dalam dua kelompok, yaitu: Pertama, pelaku seni yang penghasilan hidupnya sangat tergantung dari pertunjukan seni budaya, dan Kedua, pelaku seni yang tidak menggantungkan hidupnya dari seni karena memiliki perkerjaan tetap, pekerjaan serabutan, dan memiliki anggota keluarga yang menopang kebutuhan hidup sehari-hari.

Dampak ekonomi terbesar akibat pandemi adalah pada kelompok pertama yang mengandalkan hidupnya dari pertunjukan seni budaya. Saat pandemi mereka baru mencoba pekerjaan-pekerjaan serabutan lain. Kebanyakan nasib mereka menyedihkan karena tidak terbiasa dengan pekerjaan tersebut.

“ …. anggota yang lain kegiatannya ada yang nge grab, gojek, ada yang masih kerja… ada ngontak yang kagak bayar terus bingung dinamikannya macam-macam zaman covid.”. (Narasumber 2: Andi Kubil).

Selain mengalami dampak ekonomi, pandemi Covid-19 juga memberikan dampak psikologis yang cukup berat bagi pelaku seni. Kebiasaan mereka mementaskan kesenian yang hilang selama pandemi membuat mereka bingung mau melakukan apa. Bagi mereka selain untuk mencari nafkah, berkesenian adalah jiwa mereka.

(8)

“ …. kalau kita ngga ada kegiatan kesenian bakalan sakit, emang seniman hidupnya tuh begitu harus mengeksplor sesuatu kan ketika covid mati semua nih ngga bisa ngapa-ngapain..”

(Narasumber 2: Firman Jali)

Untuk mengatasi kejenuhan, para pelaku seni pertunjukan membuat konten seni untuk diposting ke Youtube. Motivasi utama mereka membuat konten youtube bukan pada monetizing-nya, tetapi lebih pada upaya agar tetap dapat mengeskpresikan diri melalui kesenian.

“Setelah beberapa bulan saya bikin youtube yaitu tentang gambang rancak, jadi daripada kosong kita ngoceh pakai gambang sambil mantun, jadi saya bernyanyi, berpantun, bermain gamng nah itu namanya gambang rancak, saya membuat sebisa saya. Saya rasa para seniman pada waktu itu larinya ke youtube, walaupun sebenernya bukan sasaran kita untuk banyaknya iklan segala macam, daripada kita ngga ada kegiatan.”. (Narasumber 2:

Firman Jali).

Bantuan Pemerintah Saat Pandemi Covid-19

Saat pandemi Covid-19 para pelaku seni budaya Betawi mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa uang tunai (BLT) dan beras. Selain itu pemerintah juga memberikan BPJS ketenagakerjaan. Harapan dari para pelaku seni adalah mereka mendapatkan gaji atau uang bulanan saat pandemi Covid-19 kemarin. Bantuan BLT, beras, dan BPJS Ketenagakerjaan dirasa masih sangat kurang. Terlebih bagi mereka yang sangat menggantungkan hidupnya dari pertunjukan seni.

Pemerintah juga membantu dengan menyelenggarakan pertunjukan secara virtual, agar para pelaku seni budaya masih dapat mengekspresikan diri sekaligus mendapatkan honor dari kegiatan tersebut. Dari 8 event pada tahun 2020 di Setu

(9)

Babakan, 6 event dibuat secara virtual, sisanya yang 2 sempat dilakukan sebelum pandemi Covid-19. Sayangnya event-event virtual yang dibuat pemerintah juga masih kurang, kurang kegiatan tersebut belum memberikan dampak yang signikan bagi pelaku seni budaya.

Referensi

Dokumen terkait

Pada Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan dengan area lingkar danau dan sepuluh pekarangan sampel sebagai batasan studi pada penelitian ini, ditemukan terdapat 8 jenis

PARTISIPASI MASYARAKAT PENDATANG DALAM MELESTARIKAN RUMAH TRADISIONAL BETAWI (Studi Deskriptif pada Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan,.. Kelurahan

Nilai-Nilai Budaya Gotong Royong Etnik Betawi Sebagai Sumber Pembelajaran IPS (Penelitian Verifikatif Kualitatif Di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

menggunakan jalur Pegawai Negeri Sipil atau melalui mekanisme Pemda sehingga masyarakat merasa kesulitan menjadi pegawai di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan,

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa dari 10 studi kasus fasad rumah Betawi yang berada di area Setu Babakan, keempat unsur fasad yang dinilai (atap,

Tradisi Malem Negor pada Masyarakat Betawi dan Relevansinya Terhadap Perkawinan dalam Islam (Studi di Perkampungan Budaya Betawi, Setu Babakan, Jagakarsa,

Fathur Rahman, 2023 EKSISTENSI KESENIAN LENONG BETAWI DI SETU BABAKAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Studi Deskriptif pada Nilai-Nilai Kesenian Lenong Betawi di Perkampungan Budaya

Peneliti melakukan penelitian yang membahas “Eksistensi Kesenian Lenong Betawi Di Setu Babakan Sebagai Sumber Belajar IPS” Studi Deskriptif pada Nilai-Nilai Kesenian Lenong Betawi di