FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada tahun 2013-2017)
Devi Diana Putri1), Amir Hasan2), Al Azhar A2)
1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Riau 2) Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Riau
Email : [email protected]
Factors Affecting The Acceptence Of Going Concern Audit Opinion (Empirical Study on Manufacturing Companies Listed in The
Indonesia Stock Exchange Period 2013-2017) ABSTRACT
This study was aimed to examine the influence auditor reputation, debt default, disclosure, company size, and previous year’s audit opinion to the acceptance of going concern opinion.The population of this study are manufature companies listed on the Indonesian Stock Exchange period 2013 – 2017. The samples of the study are all companies were selected by purposive sampling method. Based on the criteria, 49 companies were chosen as the samples of this study. This study used logistic regression analysis was used to test whether the independent variables affect the dependent variable. Data analysis for hypothesis test was done with Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) ver. 24.
Result of this study give evidence that the auditor reputation, debt default, company size and previous year's audit opinion had a significant effect on the audit going concern opinion on manufacturing companies during the period 2013 to 2017. While the disclosure do not significantly effect on the going concern opinion. Value of Negelkerke R Square is 0.795, which means that the variability of the dependent variable can be explained by the independent variable as 79,5%, while the remaining variables 20,5% is explained by the variability of other variables outside the model study.
Keywords : Auditor Reputation, Debt Default, Disclosure, Company Size, Previous year’s Opinion, and Going Concern
PENDAHULUAN
Kondisi perekonomian Indonesia yang fluktuatif disebabkan oleh krisis ekonomi pada tahun 1998 memberikan pengaruh signifikan terhadap perekonomian di Indonesia.
Situasi perekonomian yang selalu berubah-ubah telah mempengaruhi kegiatan dan kinerja perusahaan,
sehingga banyak perusahaan yang kesulitan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya.
Kelangsungan usaha suatu perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen membawa perusahaan tersebut untuk bertahan dalam usahanya selama mungkin. Wajar jika tudingan pertama mengenai kelangsungan
hidup perusahaan ditunjukkan kepada manajemen. Namun tudingan itu juga berpotensi besar untuk melebar kepada auditor. Ketika kondisi ekonomi tidak stabil, para investor mengharapkan auditor untuk dapat memberikan semacam peringatan akan kelangsungan usaha (going concer) perusahaan. Menurut SA No. 30 Seksi 341 (IAPI,2013) going concern adalah kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas.
Di Indonesia, pentingnya opini audit going concern didasari oleh banyaknya perusahaan yang kelangsungan hidupnya diragukan.
Contohnya terjadi pada perusahaan sektor manufaktur Davomas Abadi Tbk. Pada 21 Januari 2015 perusahaan manufaktur Davo Mas Abadi Tbk secara resmi di didelisting secara paksa oleh BEI terkait masalah going comcern. Davomas Tbk mengalami gagal bayar (default) senilai US$ 238 Juta pada tahun 2009. Davomas tbk mengalami gagal bayar kembali pada tahun 2014 dengan gagal bayar senilai US$198 Juta. Selain itu pihak internal perusahaan juga tidak menujukkan adanya pengungkapan dalam laporan keuangan.
Reputasi sebuah kantor akuntan publik dan reputasi seorang auditor dipertaruhkan ketika opini yang diberikannya ternyata tidak sesuai demgan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah karena berkaitan dengan reputasi auditor, penghakiman terhadap akuntan publik sering dilakukan baik oleh masyarakat maupun pemerintah dilihat dari bangkrut atau tidaknya perusahaan
yang diaudit (Ningsih,2014). Junaidi dan Hartono(2010) berpendapat bahwa auditor berskala besar akan lebih indipenden. Artinya, auditor yang memiliki reputasi dan nama besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik, termasuk dalam masalah mengungkapkan masalah going concern demi menjaga reputasi mereka (Fadila,2015). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayanti (2014).
Faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi penerimaan opini audit going concern adalah debt default . Debt Default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaaan) dalam membayar utang pokok dan atau bunganya pada waktu jatuh tempo. Haris dan Merianto (2015) mengungkapkan bahwa ketika jumlah hutang perusahaan sudah sangat besar, maka aliran kas perusahaan tentunya banyak dialokasikan untuk menutupi hutangnya sehingga akan mengganggu kelangsungan usaha perusahaan. Namun hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Astari dan Latrini(2017).
Faktor lain yang berkaitan dengan penerimaan opini going concern adalah disclosure.
Disclosure adalah pengungkapan atau penjelasan, pemberian informasi oleh perusahaan, baik yang positif maupun yang negatif, yang mungkin berpengaruh atas suatu keputusan investasi. Komang Anggita (2013) mengungkapkan bahwa luasnya pengungkapan perusahaan akan memberikan tambahan bukti kepada auditor untuk memastikan bahwa terdapat masalah kelangsungan hidup yang dialami perusahaan. Namun
penelitian yang dilakukan oleh Astari dan Latrini (2017) menyatakan hal yang berbeda.
Faktor lain yang
mempengaruhi penerimaan opini going concern adalah ukuran perusahaan. Diyanti (2010) mengungkapkan bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut dianggap lebih mampu untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Namun penelitian yang dilakukan oleh Ginting dan Suryana (2014) menyatakan bahwa auditor dalam memberikan opini tidak terpengaruh pada ukuran perusahaan, melainkan tetap berpedoman pada standar yang telah ditetapkan.
Pemberian opini oleh auditor tidak terlepas dari pemberian opini audit yang diberikan tahun sebelumnya, opini audit tahun sebelumnya dapat dijadikan acuan oleh auditor yang sedang melakukan audit untuk melihat keadaan perusahaan secara garis besar.
Arsianto dan Rahardjo (2013) serta Astari dan Latrini (2017) menyatakan bahwa pemberian opini audit pada tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada tahun berjalan. Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Bernandus (2014) menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan madalah penelitian ini adalah:
1) Apakah reputasi auditor berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern?, 2) Apakah debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern?, 3) Apakah disclosure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern?, 4) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern?, 5) Apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern?
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Membuktikan secara empiris pengaruh Reputasi auditor terhadap penerimaan opini audit going concern, 2) Membuktikan secara empiris pengaruh Debt default terhadap penerimaan opini audit going concern, 3) Membuktikan secara empiris pengaruh Disclosure terhadap penerimaan opini audit going concern, 4) Membuktikan secara empiris pengaruh Ukuran perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern, 5) Membuktikan secara empiris pengaruh Opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern
TELAAH PUSTAKA
Teori Agensi ( Agency Theory) Teori agensi merupakan konsep yang menjelaskan hubungan
kontraktual antara
principals dan agents, teori ini pertama kali dikemukakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Prinsip utama teori ini adalah adanya hubungan keagenan yang merupakan hubungan kontrak antara principal dan agent dimana prinsipal dalam hal ini shareholder memberikan pertanggung jawaban atas decision making kepada agen (manajemen) sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati.
Opini Audit Going Concern
Going concern adalah suatu dalil yang menganggap bahwa entitas bisnis akan melanjutkan usahanya cukup lama untuk merealisasikan proyek, komitmen dan aktivitasnya yang berkelanjutan (Belkaoiu, 2011:271). Istilah going concern dapat diinterprestasikan dalam dua hal, yang pertama adalah going concern sebagai konsep. Sebagai konsep istilah going concern dapat dikatakan sebagai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka waktu yang panjang. Dan yang kedua adalah sebagai opini audit, istilah going concern menunjukkan auditor memiliki kesangsian mengenai kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya di masa mendatang.
Reputasi Auditor
Reputasi auditor merupakan pandang atas nama baik, prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki oleh auditor dan KAP tempat dimana auditor bekerja. Kantor Akuntan Publik menjaga reputasinya dengan cara memiliki tim auditor yang berkualitas, karena pendapat atas suatu laporan keuangan akan lebih bermanfaat bagi pengguna untuk pengambilan keputusan ekonomi jika pendapat tersebut diberikan oleh auditor yang berkualitas (Sinurat,2015:76).
Debt Default
Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitur (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan atau bunganya pada waktu jatuh tempo sesuai dengan perjanjian utang piutang yang
dibuatnya. Dalam pernyataan Standar Auditing “SA” Seksi 570 (IAPI,2013) mengatakan bahwa peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan tentang asumsi kelangsungan usaha salah satunya adalah ketidakmampuan untuk melunasi kreditur pada tanggal jatuh tempo dan ketidakmampuan untuk mematuhi persyaratan perjanjian pinjaman.
Disclosure
Disclosure atau pengungkapan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti tidak
menutupi atau tidak
menyembunyikan. Pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan dan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen keuangan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung definisi bahwa laporan keuangan perusahaan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha atau entitas.
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan (Firm Size)
merupakan skala yang
menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukan pada total aktiva, jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar (Riyanto, 2010:299). Jika semakin besar total aset, penjualan, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu .
Opini Audit Tahun Sebelumnya Opini audit tahun sebelumnya dalam penelitian kali ini merupakan
opini audit yang diterima oleh perusahaan satu tahun sebelum tahun penelitian dilakukan . Pemberian opini oleh auditor tidak terlepas dari pemberian opini audit yang diberikan oleh auditor pada tahun sebelumnya, opini audit tahun sebelumnya dapat dijadikan acuan oleh auditor yang sedang melakukan audit mengenai keadaan perusahaan secara garis besar.
Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis
Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Berdasarkan teori agensi auditor dibutuhkan untuk memastikan laporan keuangan yang dibuat oleh agen sudah sesuai dengan kondisi perusahaan seutuhnya dan tidak ada yang ditutup-tutupi.
Auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang berkualitas tinggi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan.
Menurut Junaidi dan Hartono (2010) kualitas auditor meningkat sejalan dengan skala besarnya Kantor Akuntan Publik, semakin besar reputasi Kantor Akuntan Publik maka semakin baik kualitas audit yang diberikannya.
Auditor yang memiliki reputasi dan nama besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik, termasuk dalam mengungkapkan masalah going concern demi menjaga reputasi mereka. Ketika sebuah Kantor Akuntan Publik mengklaim dirinya sebagai Kantor Akuntan Publik besar seperti yang dilakukan oleh big four, maka mereka akan berusaha keras untuk menjaga nama besar tersebut,
mereka menghindari tindakan- tindakan yang dapat mengganggu nama besar mereka. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono (2010), Astuti dan Darsono (2012) serta Ningsih (2014) .
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Reputasi Auditor berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
Pengaruh Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Dalam pernyataan Standar Auditing “SA” Seksi 570 ( IAPI, 2013) mengatakan bahwa kondisi yang dapat menyebabkan keraguan tentang asumsi kelangsungan usaha
salah satunya adalah
ketidakmampuan untuk melunasi kreditur pada tanggal jatuh tempo dan ketidakmampuan untuk mematuhi persyaratan perjanjian pinjaman.
Berdasarkan teori agensi, principal menilai kinerja agen menggunakan pihak ketiga ,yaitu auditor. Auditor akan memeriksa kesehatan keuangan perusahaan terutama pada bagian utang untuk mengetahui keadaan perusahaan (Harris dan Merianto, 2015). Ketika jumlah utang perusahaan sudah sangat besar maka aliran kas perusahaan akan dialokasikan untuk menutupi utangnya sehingga akan mengganggu kegiatan operasional perusahaan. Apabila utang tersebut tidak mampu dilunasi, maka pihak kreditor akan memberikan status default . Ketika perusahaan sudah mendapatkan status default maka auditor akan lebih cenderung untuk
mengeluarlan opini going concern.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
Pengaruh Disclosure terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Dalam kaitannya dengan teori agensi pengungkapan yang dilakukan oleh agen akan membantu auditor untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan perusahaan.
Disclosure yang memadai atas informasi keuangan perusahaan yang disajikan oleh agen akan menjadi salah satu dasar pertimbangan auditor dalam memberikan opininya.
Semakin tinggi disclosure level yang dilakukan perusahaan, maka akan semakin banyak pula informasi yang terkandung, sehingga auditor dapat memprediksi pemberian opini audit going concern sesuai dengan informasi yang terkandung.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Disclosure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Berdasarkan teori agensi menjelaskan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka akan berpengaruh terhadap pemilihan agen karena perusahaan yang besar cenderung akan menjadi subjek pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat.
Perusahaan berukuran besar akan
mencari manajer yang dapat dipercaya dan memiliki kualitas yang memadai terhadap pengendalian internal perusahaan sehingga agen tersebut dapat mengelola perusahaan dengan baik. Ketika manajemen perusahaan dikelola dengan baik maka perusahaan akan terhindar dari berbagai permasalahan termasuk masalah dalam kelangsungan usaha.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh secara terhadap penerimaan opini audit going concern
Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan dianggap memiliki masalah pada kelangsungan usaha perusahaannya, sehingga semakin besar kemungkinan bagi auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun berjalan berikutnya (Annisa,2013).
Hal ini dikarenakan perusahaan yang menerima opini going concern pada periode sebelumnya akan mengalami kemunduran harga saham dan kesulitan dalam meningkatkan modal pinjaman. Ketika perusahaan mendapatkan opini going concern pada tahun sebelumnya, maka kepercayaan public akan kelangsungan hidup atas usaha perusahaan akan hilang termasuk kepercayaan dari investor dan kreditor.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
H5 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2013-2014.
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel penilitian ini adalah metode purposive sampling, dengan sampel sebanyak 49 perusahaan.
Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
Variabel Dependen
Opini Audit Going Concern (Y) Opini audit modifikasi going concern merupakan opini audit yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya pada kurun waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (SPAP, 2013) .
Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy.
Opini going concern (GCO) diberi kode 1 sedangkan opini audit non going concern (NGCO) diberi kode 0.
Variabel Independen 1. Reputasi Auditor (X1)
Reputasi auditor adalah pandangan atas nama baik,prestasi dan kepercayaan public yang disandang auditor dan KAP tempat dimana auditor bekerja. Reputasi auditor dalam penelitian ini diproksikan dengan skala besarnya Kantor Akuntan Publik .
Variabel reputasi auditor diukur dengan menggunakan variabel dummy, apabila perusahaan diaudit oleh KAP termasuk kedalam KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four, maka akan diberikan kode 1, sedangkan apabila KAP tidak berafiliasi dengan KAP Big Four diberi kode 0 .
2. Debt Default (X2)
Debt default merupakan kegagalan debitur (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan atau bunganya pada waktu jatuh tempo sesuai dengan perjanjian hutang piutang yang dibuatnya.
Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy, dengan memberikan 1 untuk keadaan utang dalam kondisi default, dan 0 untuk keadaan utang dalam kondisi tidak default.
3. Disclosure (X3)
Disclosure adalah
pengungkapan atau penjelasan, pemberian informasi oleh perusahaan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung definisi bahwa laporan keuangan perusahaan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha atau entitas (Harris dan Merianto, 2015).
Variabel ini diukur dengan menggunakan indeks sesuai dengan Keputusan Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor :KEP-134/BL/2006 Peraturan Nomor X.K.6. Setelah melakukan scoring terhadap pengungkapan yang dilakukan perusahaan, disclosure level dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut (Cooke,2012:230):
4. Ukuran Perusahaan (X4)
Ukuran perusahaan adalah suatu skala pengukuran di mana perusahaan dapat dikategorikan menjadi perusahaan yang besar atau kecil menggunakan beberapa cara pengukuran. Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat ukuran perusahaan menggunakan total aset. Variabel ukuran perusahaan disajikan dalam bentuk logaritma natural, dengan rumus sebagai berikut (Jogiyanto, 2013:282):
5. Opini Audit Tahun Sebelumnya (X5)
Opini audit tahun sebelumnya dalam penelitian kali ini merupakan opini audit yang diterima oleh perusahaan satu tahun sebelum tahun penelitian dilakukan .
Opini auditor dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan variabel Dummy, perusahaan yang mendapatkan opini audit going concern pada tahun sebelum tahun penelitian dilakukan diberi nilai 1 dan perusahaan yang mendapatkan opini audit non going concern pada tahun sebelum tahun penelitian dilakukan diberi nilai 0.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata- rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum. Berikut ini adalah hasil pengujian statistic deskriptif:
Tabel 1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Min Maximum Mean Std.
Deviation
GC 245 .00 1.00 .1918 .39455
RA 245 .00 1.00 .3959 .49005
DEBT 245 .00 1.00 .1510 .35880
DL SIZE
245 245
.73 22.76
1.00 31.65
.9374 27.7607
. 06021 1.91620
OAU 245 .00 1.00 .1796 .38463
Valid N (listwise) 245
Sumber: Data Olahan, 2019
Pengujian Hipotesis
Karena variabel independen bersifat dummy, maka pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik.
Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik dapat dijelaskan sebagai berikut:
Menilai Keseluruhan Model Fit (Overall Model Fit)
Pengujian kesesuaian keseluruhan model (overall model
fit) dilakukan dengan
membandingkan antara -2 Log Likelihood pada awal (Block Number=0) dengan nilai -2 Log Likelihood pada akhir (Block Number=1). Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
Ho : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Dari hasil perhitungan analisis ini menghasilkan nilai -2 log likelihood sebesar 239.549 yang terlihat pada iteration history pada step 0 (block number = 0). Hasil dari -2 log likelihood dapat dilihat dalam table 2 berikut:
Tabel 2
Ketepatan Model dalam Memprediksi Opini Going Concern
(Block Number=0)
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood Coefficients Constant
Step 0
1 241.220 -1.233
2 239.554 -1.427
3 239.549 -1.438
4 239.549 -1.438
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 239.549
c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Sumber: Data Olahan, 2019
Kemudian hasil perhitungan nilai -2 log likelihood pada blok kedua (block number = 1) atau pada step 1 terlihat bahwa nilai -2 log likelihood sebesar 71.832. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan nilai -2 log likelihood pada blok kedua (block number = 1), hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3
Ketepatan Model dalam Memprediksi Opini Going Concern
(Block Number=1)
Iteration History Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients
Constant RA DEBT DL SIZE OAU
Step 1
1 114.642 -2.826 -.293 1.500 -.437 .053 2.327 2 83.363 -5.800 -.747 2.507 -
1.064 .154 3.331
3 74.013 -10.424 -
1.343 3.318 -
1.727 .325 4.170
4 71.979 -15.002 -
1.806 3.831 -
2.038 .489 4.768
5 71.833 -16.882 -
1.967 4.002 -
2.083 .554 4.984
6 71.832 -17.060 -
1.981 4.017 -
2.083 .560 5.004
7 71.832 -17.061 -
1.981 4.018 -
2.083 .560 5.004
8 71.832 -17.061 -
1.981 4.018 -
2.083 .560 5.004 a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 239.549
d. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than .001.
Sumber: Data Olahan, 2019
Diketahui nilai -2 Log Likelihood awal (Block Number=0) (239,549) > nilai -2 Log Likelihood akhir (Block Number=1) (71,832).
Penurunan nilai -2 Log Likelihood ini dapat diartikan bahwa penambahan
variabel bebas ke dalam model dapat memperbaiki model fit serta menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
Uji Nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test (Menilai Kelayakan Model Regresi)
Menilai kelayakan dari model regresi dapat dilakukan dengan memperhatikan Goodness of fit yang diukur dengan chi-square pada kolom Hosemer and Lemeshow’s.
Nilai signifikansi yang tertera kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikasi (α) sebesar 5%.
Tabel 4
Hasil Uji Chi Square Hosmer and Lemeshow
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 8.030 8 .069
Sumber: Data Olahan, 2019
Tabel 4 menunjukkan hasil pengujian Hosmer and Lemeshow’s Test. Dengan probabilitas signifikasi menunjukkan angka 0,69 yang lebih besar dari 0,05. Dapat dikatakan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya. Dengan demikian maka model regresi layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya.
Uji Nilai Nagelkerke R2 (Koefisien Determinasi)
Nilai Cox & Snell R Square adalah sebesar 0,496 yang berarti bahwa variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 49,6%. Kelemahan mendasar yang dimiliki Cox & Snell R Square adalah bias terhadap jumlah variabel
independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka nilai R2 maupun Cox & Snell R Square akan mengalami peningkatan tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh atau tidak berpengaruh secara signifikan. Oleh karena itu, Negelkerke R Square digunakan untuk mengevaluasi mana model regresi yang terbaik karena nilai yang dihasilkan dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model (Ghozali, 2018:238). Berdasarkan tabel 4.6 dibawah ini, nilai Negelkerke R Square sebesar 0,795, yang berarti persentase pengaruh variabel indpenden terhadap variabel dependen adalah sebesar 79,5 %, sedangkan sisanya sebesar 20,5 % dipengaruhi oleh variabel lain.
Tabel 5
Koefisien Determinasi
Model Summary
Step -2 Log
likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 71.832a .496 .795
a. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than .001.
Sumber: Data Olahan, 2019
Hasil Uji Koefisien Regresi
Berdasarkan uji wald hasil regresi logistik di atas, dapat terlihat bagaimana pengaruh variabel- variabel independen terhadap penerimaan opini audit going concern, hal ini dapat dilihat dari table dibawah ini:
Tabel 6
Variables in the Equation
B S.E. Wal
d Df Sig. Exp
(B)
Step 1a
Reputas i_Audit or
-1.981 0.79 4
6.21
6 1 0.01
3 0.13 8 Debt_D
efault 4.018 0.83
1 23.3
95 1 0 55.5
65 Disclos
ure -2.083 6.82
9 0.09
3 1 0.76 0.12
5
Ukuran _Perusa haan
0.56 0.26
7 4.41
3 1 0.03
6 1.75 2 Opini_
Audit_
Tahun_ 5.004 0.83
3 36.0
93 1 0 149.
Sebelu 08 mnya Consta
nt -17.061 8.96 3.62
6 1 0.05
7 0
a. Variable(s) entered on step 1: Reputasi_Auditor, Debt_Default, Discloure, Ukuran_Perusahaan, Opini_Audit_Tahun_sblmnya.
Sumber: Data Olahan, 2019 PEMBAHASAN
Berdasarkan uji wald hasil regresi logistik di atas, dapat terlihat bagaimana pengaruh variabel- variabel tersebut terhadap penerimaan opini audit going concern, sekaligus menjawab permasalahan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Koefisien variabel reputasi auditor -1.981 dengan p- value=0,013<=0,05
(signifikan lebih kecil dari 0,05), maka variabel reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
2. Koefisien variabel debt default
4.018 dengan p-
value=0,000<=0,05
(signifikan lebih kecil dari 0,05), maka variabel debt default berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
3. Koefisien variabel disclosure -
2.083 dengan p-
value=0,760>=0,05
(signifikan lebih besar dari 0,05), maka variabel disclosure tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
4. Koefisien variabel ukuran perusahaan 0,560 dengan p- value=0,036<=0,05
(signifikan lebih kecil dari 0,05), maka variabel ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
5. Koefisien variabel opini audit tahun sebelumnya 5.004 dengan p-value=0,000<=0,05 (signifikan lebih kecil dari 0,05), maka variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa variabel reputasi auditor berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini membuktikan bahwa reputasi auditor yang selalu dihubungkan dengan kualitas audit dapat mempengaruhi kemungkinaan penerimaan opini audit going concern, karena penetapann status going concern adalah hal yang sulit sehingga harus dilakukan oleh auditor yang berkualitas pula. Auditor yang memiliki reputasi yang baik akan memiliki spesialiasasi yang lebih baik serta memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentang perusahaan yang akan diaudit sehingga dapat mempertahankan kualitas kerjanya serta berusaha keras untuk menjaga nama besar atau reputasi mereka dan akan menghindari tindakan-tindakan yang dapat mengganggu nama besar mereka.
2. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa variabel
debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Ketika sebuah perusahaan telah mendapatkan status debt default maka kondisi keuangan perusahaan akan
terganggu dan akan
mengakibatkan kelangsungan usaha perusahaan akan terganggu pula sehingga akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerim opini audit going concerm.
3. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa variabel disclosure tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan atau disclosure level yang diukur menggunakan indeks tidak dapat mempengaruhi perusahaan dalam menerima opini audit going concern, karena luasnya pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan tidak akan memperngaruhi auditor dalam memberikan opininya.
Auditor akan tetap melakukan pemeriksaan atau audit terhadap kondisi perusahaan yang sesungguhnya, tidak hanya berdasarkan apa yang tercantum didalam laporan keuangan saja.
4. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Semakin besar ukuran suatu perusahaann maka akan semakin kecil pula peluang perusahaan tersebut menerima opini audit going concern, karena perusahaan besar mempunyai manajemen yang lebih baik
dalam pengelolaan perusahaannya dan lebih mampu dalam meghadapi kondisi keuanganyang tidak stabil sehingga akan terhindar dari permasalahan going concern.
5. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima opini audit going concern pada tahun berjalan jika perusahaan menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya.
Penerimaaan opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan publik akan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya sehingga hal ini akan semakin mempersulit perusahaan untuk bangkit sari kesulitan yang dialami.
Saran
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas
penelitian dengan
menambahkan jumlah sampel yang tidak terfokus hanya pada perusahaan manufaktur saja, sehingga dapat diperoleh hasil penelitian dengan tingkat generalisasi yang lebih tinggi.
2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
independen mampu
mempengaruhi variabel dependen sebesar 79,5%
sedangkan sisanya sebesar
20,5% dijelaskan oleh faktor- faktor lain di luar penelitian ini. Sehingga disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat menambahkan variabel lain untuk dapat mengetahui faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi penerimaan opini going concern.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A, (2012), Auditing Assurance Services (An Integrated Approach), Edisike-15, Prentice-Hall International.Inc, United States of America
Arsianto,Maydica R dan Rahardjo, Shiddiq N, 2013. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern. Journal of Acounting Volume 2 Nomor 3.Universitas Diponegoro, Semarang.
Astari, Putu Wasita dan Latrini, Made Yeni, 2017. Faktor- Faktor yang mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern. E- Jurnal Akuntansi ISSN:
2302-8556. Vol.19.3.
Universitas Udayana, Bandung.
Riyanto,Bambang, 2010. Dasar- Dasar Pembelanjaan Perusahaan, ed. 4, YOGYAKARTA.
Belkaoui, Ahmed Riahi, 2011.
AccountingTheory5th ed, Salemba Empat, Jakarta.
Carl S. Warren, et al. 2017.
Accounting Indonesia Adaptation. Jakarta.
Salemba Empat
Cooke, T. E. 2012. The Impact of Size, Stock Market Listing and Industry Type on Disclosure In The Annual Report of Japanese Listed Corporasions. Accounting and Bussiness Research 22 (summer) : 229-237
Evans, James R, James W Dean Jr.
2013. “Total Quality (Management,Organization and strategy), 34th, ,Ohio.
Ghozali, Imam, 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25”. Edisi 9. Badan Penerbit Universitas Diponegoro:
Semarang.
Harahap, Sofyan Syafri. 2011.
Analisis Krisis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Haron, et al,2009. Factors influencing auditor’s going concern opinion. Asian
Academy of Management Journal, Vol. 14 No.1: 1-19.
Hartono, Jogiyanto. 2013. “Teori Portofolio dan Analisis
Investasi”, BPFE
Yogyakarta, Edisi Kedelapan, Yogyakarta.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2013. Standard Profesional Akuntan Publik SA Seksi 341. Salemba Empat. Jakarta.
Junaidi, dan Jogiyanto Hartono.
2010. Faktor Non Keuangan Pada Opini Going Concern.
Jurnal SNA III, Simposium Nasional Akuntansi III Purwokerto 2010. 1-23.
Mulyadi, 2015. Auditing. Edisi Enam, Salemba Empat, Jakarta.
Siagian, Sondang P. (2011).
Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta