• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

(Penelitian terhadap Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010)

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

OLEH: AMIRUDDIN

B200 090 135

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

(2)

PENGESAHAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (Penelitian terhadap Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010)

Yang ditulis oleh:

AMIRUDDIN NIM: B200 080 116

Penandatangan berpendapat bahwa naskah publikasi tersebut memenuhi syarat untuk diterima.

Surakarta, Juli 2013 Pembimbing

(Fauzan, SE, M.Si)

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta

(3)

ABSTRAKSI

Amiruddin, 2013. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (Penelitian terhadap Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Going concern merupakan tujuan utama dari suatu entitas bisnis, sejak

berdirinya entitas tersebut. Opini going concern dibutuhkan oleh shareholder sebagai referensi untuk mengambil keputusan dalam menginvestasikan dananya terhadap suatu entitas bisnis, sehingga Pendapat auditor tentang going concern sangatlah penting untuk diperhatikan, apakah ada kecurangan atau informasi yang menyesatkandaripendapat auditor tersebut, hal tersebut digunakan oleh

shareholder sebagai acuan untuk mengambil keputusan dengan benar.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt default, kualitas auditor, dan opini shopping terhadap kemungkinan penerimaan opini going

concern.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010, dengan populasi sebanyak 148 perusahaan. Berdasarkan metode purposive sampling dengan periode pengamatan selama 3 tahun, terdapat 18 perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini dan metode analisis menggunakan metode regresi logistik.

Berdasarkan penelitian ini dapat diambil sebuah simpulan bahwa debt

default signifikan secara statisik terhadap penerimaan opini audit going concern,

kualitas auditor tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, dan opini shopping tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern

Kata kunci: debt default, kualitas auditor, opini shopping, opini going concern

(4)

A. LATAR BELAKANG

Kelangsungan hidup usaha (going concern) suatu perusahaan adalah tujuan utama dari suatu entitas bisnis dari sejak berdirinya entitas bisnis tersebut, kelangsungan hidup dari suatu entitas bisnis sangat berhubungan erat dengan bagaimana manajemen mengelola perusahaan baik dari faktor keuangan maupun faktor non keuangannya.

Dari tahun 2001 hingga sekarang, telah banyak perusahaan besar di Amerika yang mengalami kebangkrutan dikarenakan kasus manipulasi laporan keuangan, seperti yang dilakukan oleh perusahaan Enron, Worldcom, Xerox, General Motors dan lain-lain yang mengakibatkan banyak kritik kepada profesi akuntan. Sebagian besar dari perusahaan bangkrut tersebut tidak memperoleh paragraf penjelas yang merefleksikan terdapat masalah keberlangsungan hidup (going concern) dalam laporan opini audit sebelum mengalami kebangkrutan (Geraldina dan Roesita, 2011). Peran utama dari seorang auditor adalah mencegah diterbitkannya suatu laporan keuangan yang menyesatkan, sehingga dengan menggunakan laporan yang telah diaudit, para pengguna laporan keuangan dapat mengambil keputusan dengan benar, auditor juga bertanggungjawab untuk menilai apakah ada kesangsian terhadap perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit (SPAP Seksi 341, 2001).

Dari uraian diatas maka penelitian bertujuan ini untuk menguji dan mendapatkan bukti empiris apakah variabel debt default, kualitas audit, opini

(5)

B. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA 1) Opini Going Concern

Berkaoui (1997 : 135) mengemukakan going concern adalah suatu dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab serta aktivitas-aktivitasnya yang tidak berhenti.

2) Debt Default dan Opini Going Concern

Pada SAS 59 menyatakan bahwa default utang dan restrukturisasi utang sebagai indikator potensial dalam hubungannya dengan dikeluarkannya opini going concern. Chen dan Church (1992) dalam Mirna dan Januarti ( 2003 ) mendefinisikan debt default sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan atau bunganya pada waktu jatuh tempo. Seperti yang tercantum dalam PSA 30, bahwa indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang (default).

H1: Debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going

concern.

3) Kualitas Audit dan Opini Going Concern

De Angelo (1981) dalam Oktorina dan Suharli (2007) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi dengan pengetahuan dan keahlian auditor. Kualitas audit merupakan probabilitas seorang auditor dapat menemukan

(6)

dan melaporkan penyelewengan dalam sistem akuntansi klien (Christina, 2003 dalam Haris, 2011).

H2: Kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.

4) Opini Shopping dan Opini Going Concern

Menurut security exchange commission (SEC) dalam Astuti (2012) mendefinisikan opini shopping sebagai aktivitas mencari auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan pelaporan perusahaan.

Perusahaan biasanya menggunakan pergantian auditor (auditor switching) untuk menghindari penerimaan opini going concern dengan dua cara (Teoh, 1992 dalam Praptiorini dan Januarti, 2007), yaitu (1) Perusahaan dapat mengancam melakukan pergantian auditor. Kekhawatiran untuk diganti mungkin dapat mengikis independensi auditor, sehingga tidak mengungkapkan masalah going

concern. Argumen ini disebut ancaman pergantian auditor. (2) Ketika auditor

tersebut independen, perusahaan akan memberhentikan akuntan publik (auditor) yang cenderung memberikan opini going concern, atau sebaliknya akan menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini going concern.

(7)

C. RERANGKA PENELITIAN

GambarRerangka Pemikiran

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu didasarkan pada maksud dan tujuan peneliti, pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel Seleksi Sampel Penelitian

NO KRITERIA JUMLAH AKUMULASI

1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 - 148

2 Auditee terdaftar di BEI sebelum 1 januari 2008 - 148 3 Auditee tidak keluar (delisting) dari daftar di BEI selama periode

penelitian 2008-2010 (6) 142

4 Tidak mengalami laba bersih setelah pajak negative selama

periode 2008-2010 sekurang-kurangnya dua periode pengamatan (116) 26

5 Tidak memiliki laporan keuangan auditan berturut-turut selama

periode pengamatan (tahun 2008-2010) dan data tidak lengkap (9) 18

Jumlah perusahaan sampel 18

Tahun pengamatan 3

Jumlah sampel total tahun pengamatan 54

Sumber: www.idx.co.id, dan ICMD , 2013 Manajemen Auditor

Laporan keuangan/Analisis laporan keuangan

Kualitas Auditor

Opini Shopping Debt Default Debt Default Kualitas Auditor Opini Shopping Opini

Going Concer/Tidak Going Concern

Penelitian Terdahulu

Januarti (2007)

Tamba (2010)

(8)

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer maupun oleh pihak lain (Umar, 2001: 69). Data penelitian yang meliputi laporan keuangan yang telah dipublikasikan yang diambil dari data base Bursa Efek Indonesia, dan data dari Indonesian Capital Market

Directory selama tahun 2008 sampai 2010 yang meliputi laporan auditor

independen dan laporan keuangan perusahaan. F. HASIL DAN PEMBAHASAN

1) Menguji Kelayakan Model Regrasi

Pertama analisis yang dilakukan adalah dengan menguji kelayakan model regresi dalam penelitian ini menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness

of Fit Test. Hasil pengujian ditunjukan pada tabel berikut:

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square Df Sig.

1 4.910 5 .427

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS 17.0, 2013

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s

Goodness of Fit Test adalah sbesar +0.427 yang berarti H0 tidak dapat ditolak (diterima), hal tersebut dikarenakan nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari +0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan pula model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya.

(9)

2) Menguji Model fit (Overall Model Fit Test)

Pengujian selanjutnya adalah overall model fit test terhadap data penelitian, hasil pengujian dapat dilihat ditabel berikut:

Overall model fit test

Keterangan Nilai

-2 Log L Awal (Block Number =0) +68.744

-2 Log L Akhir (Block Number =1) +55.616

Sumber: Hasil pengolahan data dangan SPSS 17.0, 2013.

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa perbandingan nilai antara -2Log

Likelihood (-2LogL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2LogL Akhir (Block Number = 1) adalah sebesar +68.744 untuk nilai awal, dan setelah

dimasukan empat variabel independen, maka nilai akhir dari -2LogL adalah sebesar +55.616. Berartibahwa nilai -2LogL mengalami penurunan, sehingga dapat dikatakan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data.

3) Menganalisis Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan dengan nilai Nagelkerke R square adalah sebesar +0,300 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 30,0 persen, sedangkan sisanya sebesar 70,0 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian.

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 55.616a .216 .300

(10)

4) Matriks Klasifikasi Model

Matriks klasifikasi model menggambarkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going

concern pada perusahaan manufaktur di BEI.nilai klasifikasi model dapat

dilihat dari tabel Classification Table yang ada pada tabel IV.9 berikut ini:

Classification Tablea Observed Predicted GCO 0 1 Percentage Correct Step 1 GCO 0 9 9 50.0 1 5 31 86.1 Overall Percentage 74.1

a. The cut value is .500

Sumber: Hasil pengolahaan data dengan SPSS17.0, 2013.

Dari tabel klasifikasi tersebut menunjukan bahwa kekuatan prediksi model regresi untuk mempredeksi kemungkinan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia akan menerima opini going concer adalah sebesar 86.1%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan, terdapat sebanyak 37 laporan keuangan yang diberi opini audit going concern dari total 54 laporan keuangan yang seharusnya diberi opini audit going concern. Kekuatan prediksi model perusahaan yang tidak menerima opini audit going concern adalah sebesar 50,0%, yang berarti bahwa dengan model regresi yang digunakan ada sebanyak 17 laporan keuangan yang diberi opini non-going concern dari total 54 laporan keuangan yang seharusnya diberi opini audit non-going concern. Tabel tersebut menunjukkan bahwa tingkat prediksi model adalah sebesar 74,1%, di mana 86,1% going concern dan 50,0% non going concern telah mampu diprediksi

(11)

oleh model. Artinya kemampuan prediksi dari model dengan variabel debt

default, kualitas auditor, dan opini shopping secara statistik dapat memprediksi

sebesar 74,1%. G. Interprestasi Hasil

Hasil dalam penelitian ini dapat dilihat dari ringkasan hasil pengujian hipotesis pada tabel berikut ini:

Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

No Hipotesis Hasil

Nilai koef regresi (B) dan nilai Signifikansi (sig)

1 Pengaruh debt default terhadap kemungkinan

penerimaan opini going Concern Diterima

β = +2.124 sig = +0.002 2 Pengaruh kualitas auditor terhadap kemungkinan

penerimaan opini going concern Ditolak

β = +1.331 sig = +0.118 3 Pengaruh opini shopping terhadap kemungkinan

penerimaan opini going concern Ditolak

β = +0.611 sig = +0.103

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS 17.0, 2013.

1) Pengaruh debt default terhadap penerimaan opini audit going concern. Dari hasil pengujian terhadap variabel debt default yang ditunjukan pada tabel IV.10 dapat dilihat memiliki nilai koefisien regresi adalah sebesar +2.124 serta tingkat signifikansi sebesar +0,002, lebih kecil dari α=5%. Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis 1 diterima, oleh karena itu terbukti bahwa secara statistik debt default signifikan secara statistik berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.

2) Pengaruh kualitas auditor auditor terhadap penerimaan opini going concern.

Dari hasil pengujian terhadap variabel kualitas auditor yang ditunjukan pada tabel IV.10 dapat dilihat memiliki nilai koefisien regresi adalah sebesar +1,331 serta tingkat signifikansi sebesar +0,118, lebih besar dari α=5%. Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis 2 ditolak. Hal

(12)

tersebut menunjukan bahwa perusahaan yang diaudit oleh auditor skala big

for belum tentu mendapatkan opini audit going concern yang lebih besar.

Hasil pengujian hipotesis 2 Kualitas auditor diproksikan dengan skala KAP

big four dan KAP non big four tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern, tetapi menunjukkan hubungan yang searah karena

koefisiennya (beta) positif.

3) Pengaruh opini shopping terhadap penerimaan opini going concern. Dari hasil pengujian terhadap variabel opini shopping yang ditunjukan pada tabel IV.10 dapat dilihat memiliki nilai koefisien regresi positif adalah sebesar +0,732 serta tingkat signifikansi sebesar +0,103, lebih besar dari α=5%. Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis 3 ditolak. Hasil pengujian hipotesis 3 memberikan hasil bahwa opini shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur yang yang terdaftar di BEI tetapi menunjukkan hubungan yang searah karena koefisiennya (beta) positif. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Praptiorini dkk, (2007), dan Susanto (2009) yang juga mendapatkan hasil bahwa opini shopping tidak memiliki pengaruh terhadap pemberian opini going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

H. SIMPULAN

Dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh yang diberikan oleh variabel debt default, kualitas audit, dan opini shopping terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

(13)

Indonesia, setelah dilakukan uji analisis data serta pembahasan terhadap variabel-variabel tersebut, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Keadaaan debt default pada suatu perusahaan signifikan secara statistik berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.

2. Kualitas auditor yang diproksikan dengan skala KAP (big four dan non big

four) tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.

3. Opini shopping atau belanja opini yang diproksikan dengan pergantian auditor yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.

I. SARAN

Melihat dari begitu banyak keterbatasan tersebut maka, penulis memberikan saran kepada peneliti yang akan datang untuk:

1. Menambahkan atau memperluas obyek penelitian yang digunakan seperti, menambahkan perusahaan selain perusahaan manufaktur (perbankan, asuransi, transportasi, dan lain-lain) kedalam obyek penelitian.

2. Memperpanjang periode pengamatan, sehingga dapat mengetahui trend penerbitan opini audit going concern dalam jangka panjang.

3. Menambahkan variabel lain kedalam penelitian seperti ukuran perusahaan, audit lag, dan lain sebagainya, agar lebih bisa digunakan untuik memprediksi penerimaan opini audit going concern.

4. Kualitas auditor sebaiknya diukur dengan menggunakan auditor industry

specialization, mungkin akan memberikan pengaruh yang lebih kuat terhadap

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Anggita, 2011, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern”. Skripsi

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Astuti, Istanti Retno, 2012.”Pengaruh Faktor Keuangan dan Non Keuangan

terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern”. Skripsi Universitas

Diponegoro, Semarang.

Geraldina dan Rossieta. 2011. Eksposur Resiko Instrumen Deriatif, Votalitas Nilai

Perusahaan, dan Opinion Audit Going Concern. Materi Simposium

Nasional Akuntansi XIV. Aceh 2011.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, Damondar, 1978. “Ekonometrika Dasar”. Edisi Indonesia. Jakarta. Penerbit: Erlangga.

Haron Hasnah, Bambang Hartadi, Mahfooz Ansari and Ishak Ismail, 2009.”Factors

Influenching Auditors Going Concern opinion”. Asian Academi of Management Journal Vol. 14, No. 1, 1-19, January 2009.

Hartas, M Haris Raedy, 2011. “Pengaruh Kualitas Audit,Kondisi Keuangan,

Manajemen Laba dan Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Opini Audit Going Concern”. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. “Standar Profesional Akuntan Publik”. Jakarta. Penerbit: Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. “Standar Akuntansi Keuangan”. Jakarta. Penerbit: Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. “Standar Profesional Akuntan Publik”. Jakarta: Penerbit: Salemba Empat.

Junaidi dan Jogiyanto Hartono. 2010. Faktor Non Keuangan pada Opini Going

Concern. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto 2010.

Karyanti dan Suryo Pratolo. 2009. Pengaruh Kualitas Auditor, Kondisi Keuangan

Perusahaan, Opini Audit TahunSebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan dan Debt Default Terhadap kemungkinan Penerimaan Opini Audit Going Concern. Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol X No. 1, Januarti, hal 16-29.

Mayangsari, sekar. 2003. Analisis pengaruh inpendensi,kualitas audit,serta

mekanisme corporate governance terhadap intergritas laporan keuangan.Universitas Trisakti Jakarta.

(15)

Munawir. 1996. Auditing Modern. Edisi Pertama. Yogyakarta : Badan Balai Penerbitan Fakultas Ekonomi UGM

Ningtias, Suprobo, 2011. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan

Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Skripsi Universitas Diponegoro, Semarang.

Praptitorini, Januarti, 2007. “Analisis Pengauh Kualitas Audit, Debt Default Dan

Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern”. Simposium Nasional Akuntansi X.

Santosa, Arga Fajar & Linda Kusumawaning W. 2007. Analisis Faktor yang

Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern.

Jurnal Balance 141 – 158.

Setyarno, Januarti, dan Faisal, 2006. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan

Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertembuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern”. Simposium Nasional Akuntansi IX. Tamba, Revol Ulung Bisara dan Siregar, Hasan Sakti. 2010. Pengaruh Debt Default,

Kualitas Audit, dan Opini Audit terhadap Opini Going Concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal

akuntansi Mei 2010.

Susanto, Yulius Kurnia, 2009. “Faktor-faktor yang memepngaruhi Penerimaan

Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur”.

Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.11, No.3, Desember 2009, Hal.155-173. Sugiyono, 2010. “Metode Penelitian Bisnis”. Jakarta Badan Penerbit: Alfabeta. Surbakti, Meliyanti Yosephine, 2011. “Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan

Opini Audit Going Concern”. Skripsi Universitas Diponegoro, Semarang.

Widyantari, A.A.Ayu Putri, 2011. “Opini Going Concern dan Faktor-faktor yang

mepengaruhinya: Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia” Tesis Universitas Udayana, Denpasar.

Zubaidah, Siti, 2012. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Opini Audit

Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI.

Skripsi Universitas STIKUBANK, Semarang.

www.bppk.depkeu.go.id/bdk/palembang/attachments/180_Berbelanja%20%20Op ini.pdf

Gambar

Tabel Seleksi Sampel Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Malcollm Brownlee yang dikutip oleh Inu Kencana Syafiie, menerangkan bahwa etika, moral, atau akhlak dalam Islam itu adalah berbuat baik, seperti menolong, mencintai,

PEMERINTAH KABUPATEN MUARA ENIM DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. SMPN 3

KESATU : Membentuk Tim Pengarah/Penasehat Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasar Desa dan Kantor Desa di Kabupaten Bantul Tahun Anggaran 2008 dengan susunan

Tidak termasuk dalam jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto adalah penyerahan barang dan/atau jasa yang tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai (non BKP/non JKP).

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI JAWA TENGAH PADA BALAI PELAKSANA TEKNIS BINA MARGA WILAYAH WONOSOBO.. DANA APBD TAHUN

Sebagai badan hukum, perusahaan jasa penilai mempunyai tanggung jawab hukum atas hasil penilaian yang dilakukan oleh penilai yang ditunjuknya baik kepada kliennya maupun

Gantry crane has been developed to transfer heavy load as fast as possible or in a short period of time without causing any excessive swing at the desired