• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jaringan Sosial dan Moral Ekonomi Pedagang Pekan (Studi Kasus Terhadap Pedagang Etnis Minang yang berjualan di Perkebunan wilayah Kota Pinang, Labuhan Batu Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Jaringan Sosial dan Moral Ekonomi Pedagang Pekan (Studi Kasus Terhadap Pedagang Etnis Minang yang berjualan di Perkebunan wilayah Kota Pinang, Labuhan Batu Selatan)"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Perumusan Masalah

Bagaimana pola jaringan sosial yang terbentuk di kalangan pedagang makanan etnis Minang di Kota Pinang yang berjualan di perkebunan di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Bentuk moralitas ekonomi seperti apa yang dikembangkan di kalangan pedagang makanan etnis Minang di Kota Pinang yang berjualan di perkebunan di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Perayaan Idhul Adha juga dirayakan oleh para pedagang etnis Minang Kota Pinang yang berdomisili di Pancasila. Jaringan tersebut juga memudahkan pedagang etnis Minang untuk meminjam dan meminjam uang untuk menambah modal.

Defenisi Konsep

KAJIAN PUSTAKA

Trust (Kepercayaan)

Sedangkan pada tataran sistem sosial, kepercayaan merupakan suatu nilai yang berkembang sesuai dengan sistem sosial yang ada. Coleman menekankan dalam (Wafa, 2006:60) bahwa kelangsungan setiap transaksi sosial ditentukan oleh keberadaan dan terpeliharanya kepercayaan (atau kepercayaan) dari pihak-pihak yang terlibat.

Kelompok atau Group

Seseorang tergabung dalam beberapa kelompok, yang baginya merupakan kelompok dalam dan selebihnya baginya merupakan kelompok luar. Pada kelompok in-group terdapat perasaan persaudaraan, sedangkan pada kelompok out-group terdapat perasaan yang lebih dingin.

Aspek Moral Ekonomi Pedagang

Hal ini didasari karena pedagang tidak berpegang pada norma-norma yang ada di masyarakat. Dengan melihat kemunculan pedagang keranjang di Jawa, Evers menemukan bahwa pedagang keranjang tidak terlalu terkena tekanan solidaritas dibandingkan dengan pedagang besar.

Orientasi Subyektif dalam Hubungan Sosial: Variabel-variabel

Dalam penelitian ini, konsep dikotomi orientasi diri versus orientasi kolektif Parsons digunakan untuk melihat tindakan sosial para pedagang mingguan yang mengutamakan kepentingan kelompok atau komunal dalam aktivitas berdagangnya. Penelitian kualitatif digunakan untuk melihat individu secara keseluruhan dan berupaya menggambarkan fenomena yang terjadi.

Lokasi Penelitian

Unit Analisis dan Informan

Pembeli dan pelanggan yang membeli barang dari pedagang mingguan dapat memberikan informasi tentang pola jaringan sosial yang terbentuk antara pedagang dengan pembeli dan pelanggan. Pedagang grosir ini dapat memberikan informasi tentang pola jaringan sosial yang terbentuk antara pedagang mingguan dan pedagang grosir.

Teknik Pengumpulan Data

Informan kunci yaitu pedagang mingguan etnis Minang yang sudah berjualan minimal tiga tahun, kriteria ini bertujuan untuk menjawab dan menggali informasi mengenai pola jaringan sosial yang dibangun dan aspek moral yang terbentuk antar sesama pedagang mingguan. Pedagang grosir adalah tempat dimana pedagang mingguan membeli barang dengan harga lebih murah karena membeli dalam jumlah besar.

Interpretasi Data

Di bawah ini adalah matriks tingkat keeratan hubungan antara pedagang etnis Minang dengan pedagang etnis lainnya. Norma sosial pada masyarakat pedagang etnis Minang di Kota Pinang juga mempengaruhi kehidupan sosial ekonominya.

Jadwal Penelitian

Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini meliputi keterampilan dan pengalaman yang dimiliki peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah. Bahkan, peneliti harus menggunakan pendekatan melakukan wawancara dengan bekerja sama langsung dengan tenaga penjualan.

DESKRIPSI DAN PROFIL INFORMAN

Letak dan Batas Wilayah

Keadaan Penduduk

  • Komposisi Penduduk Berdasarkan Kecamatan
  • Komposisi Penduduk Berdasarkan Perbandingan Jenis
  • Laju Pertumbuhan Penduduk
  • Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa per
  • Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut
  • Penggunaan Lahan Menurut Jenis
  • Jumlah Tempat Berjualan Yang Terdapat Di Pasar atau
  • Perkembangan Jumlah Pedagang di Kabupaten
  • Jumlah Pedagang Di Pasar/Pekan Menurut Kecamatan

Secara keseluruhan, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Labuhanbatu Selatan per tahun selama sepuluh tahun terakhir berdasarkan data BPS Labuhanbatu Selatan hasil sensus penduduk tahun 2010 adalah sebesar 2,56%. Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Kampung Rakyat tertinggi dibandingkan kecamatan lain di Labuhanbatu Selatan yaitu sebesar 2,95%, sedangkan terendah terdapat di Kecamatan Silangkitang yaitu 2,05%. Sumber : Hasil Sensus Penduduk BPS Labuhanbatu Selatan Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Per.

Berdasarkan data Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2010, penggunaan lahan menurut jenis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah sebagai berikut. Berdasarkan data Dinas Pasar dan Kebersihan Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2009, jumlah outlet yang terdiri dari lapak, los, toko dan lapak terbuka per kecamatan adalah sebagai berikut. Berdasarkan data Dinas Pasar dan Kebersihan Kabupaten Labuhanbatu Selatan pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2009, perkembangan jumlah pedagang di Kecamatan Labuhanbatu Selatan adalah sebagai berikut.

Berdasarkan data Dinas Pasar dan Kebersihan Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2009, jumlah pedagang pasar atau bazar yang tersebar di setiap kecamatan adalah sebagai berikut.

Daerah Pekanan yang Didatangi Pedagang Minang Pancasila…

  • Sidodadi
  • Simpang Kanan
  • Aek Roso
  • Lohsari
  • Tanjung Medan
  • Ujung Gading
  • Langkiman
  • IP
  • Trans

Pekan ini terdapat sekitar 100 lapak dan 250 tenda atau PKL, jumlah pedagang yang berjualan di sini mencapai 350 orang. Pada minggu ini terdapat sekitar 75 lapak dan 100 PKL, jumlah pedagang yang berjualan pada minggu ini sebanyak 170 pedagang. Pekan ini berlokasi di Kelurahan Kampung Rakyat dan merupakan kawasan PT.

Pekan ini terdapat sekitar 150 lapak dan 75 PKL, jumlah pedagang yang berjualan pada pekan ini mencapai 225 pedagang. Pekan ini berlangsung di Kecamatan Kampung Rakyat dan merupakan bagian dari kawasan perkebunan kelapa sawit penduduk. Pedagang meninggalkan Kota Pinang pada pukul 7 pagi dan tiba di kota pada pukul 9 pagi dan minggu ini mereka tutup pada pukul 17.00 sore.

Pembeli minggu ini adalah pekerja perkebunan yang terdiri dari 70% etnis Nias, 25% etnis Batak, dan 5% etnis.

Profil Informan

Adanya unsur identitas etnik antar pedagang dalam hal ini adalah sama-sama pedagang Minang maupun anak buah kapal, sehingga terjadilah hubungan yang erat antar pedagang etnik Minang lainnya yang ada di Kota Pinang. Pak Sudirman Pili dianggap sebagai tokoh terkemuka dalam komunitas pedagang etnis Minang di Kota Pinang karena beliau sudah lama berjualan dan paling berpengalaman berjualan di bazar. Pola jaringan yang terbentuk antar pedagang etnis Minang lainnya di Kota Pinang adalah jaringan desa, hal ini terjadi karena semua orang.

Padahal, pada awalnya para pedagang Minang harus berebut dengan pedagang etnis lain untuk mendapatkan tempat atau tempat. Terbangunnya rasa percaya di kalangan pedagang etnis Minang tercermin dari sikap mereka dalam sehari-hari berinteraksi dengan pedagang Minang lainnya. Bagi para pedagang etnis Minang, manfaat tersebut merupakan modal berharga untuk menopang usaha dagang yang mereka rintis bersama.

Konsep kepercayaan juga tertanam dalam perilaku perekonomian antara pedagang besar Minang dengan pedagang etnis. Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan terhadap pedagang etnis pada Pekan Raya Minang Kota Pinang, terdapat dua motivasi berjualan pada pekan raya tersebut, yaitu motivasi ekonomi dan motivasi non ekonomi.

TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA

Awal Pedagang Minang Berjualan Ke Pekan

Jika dilihat dari hasil wawancara dengan para informan, mereka sepakat bahwa pedagang Minang di Pinang yang pertama kali berjualan di pekan raya tersebut adalah Pak Sudirman Pili yang sudah berjualan sejak 17 tahun yang lalu tepatnya pada tahun 1995. Khusus untuk kru di kota ini. Saya pastikan yang pertama kali menjual ke Poken adalah Dirman (Sudirman Pili). Hal senada juga diungkapkan salah satu informan yang merupakan pedagang Minang yang sudah lama berkecimpung di bidang penjualan.

Kalau orang Minang atau ABK di Pinang, yang berjualan di akhir pekan adalah Pak Man (Sudirman Pili). Menurut cerita pedagang lain yang saya dengar, Pak Man (Sudirman Pili) adalah anak buah kapal yang pertama kali berjualan poken-poken. Dari hasil wawancara dengan Bapak Sudirman Pili diketahui juga bahwa pedagang Minang mulai berjualan Pekan-pecan pada tahun 1995, pada saat itu Pak Sudirman Pili merupakan seorang pedagang Minang di Pinang yang pertama kali menjual Pekan-pecan.

Berdasarkan hasil wawancara informan terdapat kesamaan tanggapan yang menyatakan bahwa pedagang etnis Minang pertama di Kota Pinang yang pertama kali berjualan pada pekan raya tersebut adalah pada tahun 1995, saat itu pedagang etnis Minang pertama yang berjualan adalah Bapak. Sudirman Pili. .

Unsur Perekat Keterlekatan Hubungan Sesama Pedagang Pekan

  • Aspek Ekonomi
  • Aspek Nilai Sosial dan Kemasyarakatan
  • Adanya Figur Pemersatu yang Kharismatik

Unsur pengikat antar pedagang etnis Minang di Kota Pinang dapat dilihat dari tiga aspek yaitu: ekonomi, sosial dan kemasyarakatan serta hadirnya sosok pemersatu yang kharismatik. Dalam aspek ekonomi, ikatan antar pedagang etnis Minang lainnya di Kota Pinang merupakan identitas umum masyarakat Minang yang merantau ke kota ini sebagai pedagang. Pada aspek sosial dan kemasyarakatan, ikatan antar pedagang etnis Minang di Kota Pinang dapat dilihat dari tiga unsur, yaitu identitas satu etnis yang berasal dari desa yang sama dan agama yang sama.

Hal ini yang sudah mendarah daging dalam diri setiap pedagang etnis Minangkabau di Kota Pinang agar mereka menyadari bahwa sebagai sesama perantau harus tegas, saling membantu dan menjaga hubungan baik antar sesama. Selain itu, unsur pengikat hubungan sesama pedagang etnis Minang di Kota Pinang adalah mereka berasal dari kota yang sama, dalam hal ini sebagian besar pedagang berasal dari Pariaman Sumatera Barat. Begitu pula ketika acara pengajian dan pengajian diadakan sebulan sekali di Mushalla Pancasila, para pedagang etnis Minang akan datang dan mengikuti acara pengajian tersebut.

Dari pengakuan para pedagang setempat dan pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa Pak Sudirman merupakan sosok yang dapat mempersatukan para pedagang etnis Minang di Kota Pinang karena dianggap sebagai pemimpin komunitas pedagang tradisional Tionghoa.

Jaringan Sosial Pedagang Pekan Etnis Minang

  • Jaringan Antara Sesama Pedagang Pekan Etnis Minang 100
  • Jaringan Antara Pedagang Pekan dengan Pedagang
    • Sistem Pembayaran Barang Pedagang Etnis
  • Jaringan Antara Pedagang Pekan dan Pelanggan
  • Jaringan dan Hubungan Antara Pedagang Pekan Etnis

Selain itu, pedagang grosir juga akan memperluas jaringan langganannya karena akan mengundang pedagang akhir pekan. Pedagang etnis Jawa lebih nyaman bergaul dengan pedagang etnis Minang di lokasi kota karena bahasanya tidak lantang dan kasar seperti pedagang etnis Batak. Salah satu bentuk modal sosial yang ada di kalangan pedagang etnis Minang di Kota Pinang adalah sistem pinjam meminjam uang yang terjadi antar pedagang lain.

Sistem pinjam meminjam antar pedagang lain ini merupakan salah satu bentuk modal sosial yang muncul akibat adanya kendala usaha yang dialami pedagang etnis Minang. Bagi para pedagang etnis Minang, keuntungan tersebut merupakan modal berharga untuk mempertahankan usaha dagang yang mereka rintis. Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, berikut diagram jaringan hubungan dagang antara pedagang etnis Minang di Kota Pinang dengan pedagang grosir di Medan.

Dalam menentukan harga jual barang kepada pembeli, ada dua hal yang menjadi motivasi pedagang etnis Minang, yaitu motivasi ekonomi dan motivasi non ekonomi. Dengan menentukan harga jual suatu barang yang bermotif non-ekonomi, sebagian pedagang etnis Minangkabau di Kota Pinang menyesuaikan harga jualnya dengan daya beli masyarakat perkebunan. Selain itu, pedagang etnis Minang juga biasanya memberikan kredit barang kepada pembeli yang sudah menjadi pelanggannya untuk membantu pelanggan tersebut memenuhi kebutuhannya.

Referensi

Dokumen terkait

TRUON6 OAI HOC NONC L,iI"ITPHCM PHONGDAOT4O fldn Ho adn I reudn id lzBr

Usefulness AIS terhadap BIRMS Bandung Integrated Resources Management System information system acceptance di Pemerintahan Kota Bandung .... Ease of use AIS terhadap BIRMS