• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Perlu Dipertimbangkan

N/A
N/A
perijinan rimbaria

Academic year: 2023

Membagikan " Faktor-Faktor yang Perlu Dipertimbangkan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Setiap jenis industri mempunyai karakteristik limbah cair yang spesifik, yang berbeda dengan jenis industri lainnya, walaupun mungkin suatu jenis industri mempunyai beberapa parameter pencemar yang sama dengan industri lainnya. Perbedaan karakteristik limbah cair industri akan menyebabkan proses pengolahan limbah cair industri tersebut berbeda antara satu industri dengan industri lainnya. Limbah cair industri harus diolah sedemikian rupa sehingga tidak akan mencemari badan air setempat dimana limbah cair tersebut akan dibuang.

Pemilihan suatu proses pengolahan limbah cair industri tergantung dari:

1. Karakteristik limbah cair industri yang bersangkutan. Dalam hal ini penting dipertimbangkan bentuk dari zat pencemar, misalnya materi tersuspensi, koloid atau terlarut, kemampuan polutan tersebut untuk dapat terurai secara biologis (biodegradability); dan toksiksitas senyawa organik dan inorganik.

2. Kualitas efluen yang diinginkan. Perlu dipertimbangkan pula kemungkinan dilakukannya batasan di masa yang akan datang, seperti misalnya batasan toksisitas kehidupan perairan bioassay efluen.

3. Biaya dan ketersediaan lahan yang tersedia. Satu atau lebih kombinasi pengolahan dapat menghasilkan efluen yang diinginkan. Akan tetapi hanya satu dari alternatif tersebut yang paling efektif biayanya.

Seberapa jauh kualitas effluent yang diharapkan juga akan menentukan jenis dan tingkat pengolahan yang akan dilakukan. Semakin baik kualitas effluent yang diharapkan yang akan dibuang ke badan air penerima, semakin tinggi tingkat pengolahan yang harus dilakukan, yang pada akhirnya membuat biaya pengolahan akan semakin tinggi.

Sebelum menentukan jenis pengolahan yang akan digunakan, pertamakali harus dilakukan karakterisasi limbah cair industri,sehingga dapat diketahui jenis pencemar yang dominan (priority pollutants) pada suatu jenis industri . Secara umum limbah cair industri tersebut dapat dikelompokkan menjadi:

1. Polutan anorganik: TSS, Cl2 tersisa (khlor), Sulfida (sbg S), Zat padat terlarut*, Besi terlarut (Fe)*, Fluorida (F)*, Ammonia, TKN, Zat padat terlarut*, Nitrat, Nitrit, Fosfat (PO4).

2. Polutan organik: BOD5, COD, Minyak & lemak, MBAS.

3. Logam berat: Tembaga (Cu), Timbal (Pb), Seng (Zn), Khrom total (Cr), Nikel (Ni), Raksa (Hg), Sianida (CN), Khrom hexavalen (Cr(VI)) dan Total Chrom, Cadmium (Cd), Mangan (Mn), Titanium (Ti), Barium (Ba), Stanum (Sn), Arsen (As), Selenium (Se), Cobalt (Co), Radioaktivitas.

4. Sedangkan untuk pH, karena merupakan parameter penting yang harus dikelola pada setiap jenis industri, maka fasilitas untuk mengontrol nilai pH harus ada.

Berdasarkan pengelompokan karakteristik limbah cair industri, jenis pengolahan yang akan diterapkan untuk industri di Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi:

1. Pengolahan Awal

2. Pengolahan Fisika-kimia (Pengolahan Primer) 3. Pengolahan Biologi (Pengolahan Sekunder) 4. Pengolahan Lanjutan (Pengolahan Tersier

5. Air limbah yang keluar dari industri umumnya pertamakali harus melalui pengolahan awal, yang bertujuan untuk menyiapkan air limbah untuk pengolahan selanjutnya. Detailnya adalah agar beban limbah bisa berkurang, pemisahan material pengotor yang mungkin bisa merusak peralatan dan menganggu jalannya proses. Misalnya saringan (screening) digunakan untuk menghilangkan materi- materi kasar (coarse material) seperti plastik, daun-daunan, kertas, kayu dan lain-lain, dan materi-materi halus (fine material) seperti benang fiber, serta zat padat tersuspensi.

Grit removal digunakan untuk menghilangkan pasir. Pasir diendapkan dan dibuang dengan cara mengalirkan air limbah industri dengan kecepatan sekitar 0,4 m/det di dalam suatu grit chamber. Materi kasar dan halus, seperti

(2)

pasir kasar dan halus harus dihilangkan terlebih dahulu, karena jika tidak, akan mempersulit pengolahan selanjutnya. Pengolahan awal akan mengurangi beban polutan, besarnya sangat tergantung dari jenis air limbah industri.

Proses ekualisasi dapat digunakan untuk meredam fluktuasi karakteristik air limbah. Karakter yang berfluktuatif akan menyulitkan pengolahan diproses selanjutnya dan boros dalam pemakaian bahan kimia. Fasilitas yang ada adalah bak dengan volume yang cukup dan mixer sebagai pengaduk. Dengan fasilitas tersebut karakteristik air limbah relatif konstan.

Proses netralisasi, jika diperlukan, diletakkan setelah proses ekualisasi, karena sebagian dari aliran dengan pH yang berbeda akan saling menetralisasi satu sama lainnya di bak ekualisasi. Proses neutralisasi bertujuan untuk menyiapkan kondisi yang sesuai untuk proses berikutnya.

Pada prinsipnya pengolahan pendahuluan ini merupakan proses pengolahan secara fisik-kimia, akan tetapi karena pengolahan ini bertujuan untuk meringankan beban pengolahan selanjutnya, dan umumnya terdapat pada rangkaian pengolahan limbah cair di setiap industri, maka pengolahan ini dipisahkan pengelompokkannya dari pengolahan fisik-kimia.

Pengolahan fisik-kimia artinya mengolah air limbah secara fisik atau kimia. Dalam proses pengolahan ini, obyek yang akan dibuang, dibuat lebih besar ukurannya sehingga dapat dengan mudah diendapkan (coagulation

&flocculation process) di bak sedimentasi (bak pengendap), diapungkan (flotation process) serta disaring (filtration process). Memperbesar ukuran partikel dengan menambahkan koagulan diproses koagulasi sehingga terbentuk flok. Agar flok lebih besar lagi ukurannya bisa dengan penambahan flokulan (polymer) di proses flokulasi. Dengan lebih besar ukurannya, pemisahan dapat lebih mudah.

Sebagian besar karakteristik air limbah mengandung kotoran bahan organik yang disebut dengan COD atau BOD.

Pengolahan yang paling baik adalah dengan menguraikan bahan organik tersebut dengan bantuan mikroorganisme. Pengolahan secara biologi bisa dilakukan secara aerobik (memerlukan udara) atau secara anaerobik (tidak boleh ada udara). Metoda yang digunakan pada proses pengolahan biologis baik aerobik maupun anaerobik bisa secara tersuspensi (suspended growth) ataupun terlekat (attached growth). Pada umumnya, proses pengolahan biologis yang digunakan untuk limbah cair industri di Jawa Barat adalah proses lumpur aktif (activated sludge).

Proses sedimentasi merupakan proses dimana benda-benda halus yang sudah menggumpal dan siap mengendap, sebagai hasil dari proses koagulasi & flokulasi atau dari lumpur biologi, dilewatkan dalam sebuah tanki/bak pengendap dengan waktu detensi tertentu, sehingga dapat mengendap dan tepisah dari air bersihnya.

Adakalanya setelah proses sedimentasi baik dari proses fisika-kimia maupun biologi, masih terdapat materi-materi halus yang tidak dapat mengendap. Pada kasus ini diperlukan fasilitas tambahan yaitu saringan atau filter.

Saringan umumnya terbuat dari pasir (single media) dengan diameter yang seragam (uniform), atau pasir dengan diameter yang tidak seragam (un-uniform), ataupun kombinasi dari pasir dan anthrasit (dual media) atau lainnya.

Bebarapa industri, meski telah diterapkan sistem pengolahan awal, primer (fisika-kimia) dan sekunder (biologi), namun kualitas hasil olahan masih belum memenuhi persyaratan. Oleh karena itu pada sistem itu ditambahkan pengolahan lanjutan (pengolahan tersier). Biasanya pengolahan lanjutan diterapkan pada satu atau beberapa parameter saja. Pengolahan tersier juga biasanya diberlakukan terhadap air hasil olahan yang akan dipakai kembali (daur ulang/recycling) baik untuk dipakai di proses produksi, cuci lantai atau siram taman danlain-lain. Unit proses pengolahan lanjutan untuk keperluan recycling juga tergantung dari kualitas air yang akan digunakan.

Proses teknologi membran (Reverse Osmosis (RO), Nanofiltration (NF), Ultrafiltration (UF), Microfiltration (MF) digunakan untuk menghilangkan zat padat koloid, tersuspensi atau solid yang terlarut. Proses penukar ion/resin (Ion Exchange) pada umumnya digunakan untuk menghilangkan logam berat. Metoda denitrifikasi dan dephosphorisasi biologis digunakan untuk menghilangkan zat-zat organik dengan menggunakan mikroorganisma;

Proses adsorpsi dengan karbon aktif butiran (granular activated carbon, GAC) digunakan untuk menghilangkan

(3)

zat organik; dan proses oksidasi secara kimia (chemical oxidation) juga digunakan untuk menghilangkan materi organik.

Jika limbah cair industri mengandung bahan B3, maka diperlukan pengolahan secara khusus untuk mengolah limbah tersebut. Lumpur atau gumpalan yang dihasilkan dari proses filtrasi maupun sedimentasi dapat

dikeringkan, dibakar atau dibuang untuk pengurugan tanah, jika tidak mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3). Materi inipun dapat diproses lebih lanjut dan dipakai ulang jika unsur B3nya telah diolah, sehingga tidak akan membahayakan penggunanya.

Tabel 1. Karakteristik Pencemar Dominan pada Beberapa Jenis Industri

No Jenis industri Polutan

Lain-lain

Organik Anorganik Logam berat

1 Tekstil TSS, BOD5, COD,

Minyak & lemak, phenol.

Sulfida (sbg S),

ammonia. Khrom total (Cr) pH

2 Makanan dan minuman TSS, COD, BOD, pH, minyak dan lemak.

Ammonia, phospat, pH

3 Pelapisan Logam Tembaga (Cu), Timbal

(Pb), Seng (Zn), Khrom total (Cr), Nikel (Ni), Khrom hexavalen (Cr+6), Cadmium (Cd), Sianida total (CN) tersisa

pH

4 Sabun, Deterjen &

Produk-produk Minyak Nabati

TSS,BOD5, COD, Minyak & lemak, MBAS.

Phosphat pH

5 Farmasi TSS, BOD5, COD,

Nitrogen total (sbg N)Fenol total pH

Rencana pengolahan limbah cair diawali dengan memeriksa industri yang bersangkutan untuk beberapa faktor yang terkait, misalnya sumber air limbah, jenisnya, konsentrasinya, kandungannya, besar alirannya. Selain itu juga kondisi dari tujuan pembuangan (termasuk sistem saluran air limbah), penggunaan air yang dibuang, dan jika badan air penerima adalah sungai, maka harus diperhatikan arus air sungai, kualitasnya, standar baku mutu yang ada (baik stream maupun effluent standard), metode pengolahan lumpur dsb. Data-data tadi sangat penting untuk dikumpulkan dan diidentifikasi dengan tujuan utama untuk mengolah air limbah industri secara efisien dan untuk melestarikan lingkungan. Untuk proses industri manufuktur, jenis bahan baku yang digunakan oleh industri tersebut harus diteliti dan diketahui. Setiap orang yang bertanggungjawab pada organisasi pabrik, terutama orang yang terkait dengan pengolahan limbah, harus ikut berpartisipasi dalam proses ini.

Tindakan yang harus diambil dalam pembuatan rencana pengolahan air limbah

(4)

Pengurangan kuantitas dan konsentrasi buangan harus sedapat mungkin diupayakan. Banyaknya air yang dibuang bisa dikurangi dengan cara penghematan air, merubah atau memperbaiki proses produksi, pemakaian air limbah dalam berbagai tahapan (multi stage) dsb.

Konsentrasi air limbah bisa dikurangi dengan merubah proses industri, memperbaiki peralatan, mengambil kembali dan mempergunakan produk sampingan, menerapkan pengendalian air limbah secara proporsional, memantau sistem atau jaringan pembuangan, dll. Semua hal yang disebutkan di atas harus diperbaiki secara menyeluruh sehingga pencapaian pengurangan konsentrasi air limbah dapat lebih maksimal.

Prosedur perencanaan pengolahan air limbah

Setelah dilakukan investigasi seperti yang telah disebutkan sebelumnya di atas, maka kemudian dilakukan pemilihan metode pengolahan. Tahapan berikut ini dapat dipergunakan sebagai petunjuk.

Pertama kali, lakukan pengklasifikasian air limbah sebagai organik atau anorganik. Air limbah organik bisa diolah secara biologis jika perbandingan BOD/CODnya lebih besar dari 60%, atau tidak boleh diolah jika perbandingan tersebut lebih kecil dari 20%. Kemudian, pastikanlah efek pengolahan dengan cara uji biologis.

Untuk air limbah anorganik, lakukan uji pengendapan, jika mengandung zat padat tersuspensi. Jika hal ini tidak tepat, maka lakukan test koagulasi. Jika air limbah mengandung bahan toxic, maka identifikasikanlah metode pengolahan yang tepat untuknya. Jika air limbah keadaannya kental, maka selidikilah cara pengambilan kembali (recovery) dengan cara mengentalkan, membakar dll. Jika cara-cara tersebut tidak berhasil untuk mencapai kualiats air yang diinginkan, maka selidiki lebih lanjut dengan melakukan adsorpsi, pertukaran ion, dll.

Setelah dilakukan penetapan metode pengolahan, maka tahap berikutnya adalah memilih jenis peralatan yang akan digunakan. Untuk hal ini, adalah penting untuk mengenali tempat instalasi pengolahan, biaya konstruksi, operasi

& pemeliharaan serta manajemennya, kemampuan & efek pengolahan, kuantitas lumpur yang akan dihasilkan, tingkat kemudahan dalam pengolahan lumpur, tenaga teknik industri yang bersangkutan, standar yang ada, rehabilitasi, dll.

TEKNOLOGI TEPAT GUNA Mentri Negara Riset dan Teknologi

Alat Pengolahan | Budidaya Pertanian | Budidaya Perikanan | Budidaya Peternakan | Pengelolaan dan Sanitasi | Pengolahan Pangan

TTG - PENGELOLAAN AIR DAN SANITASI

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA

I. PENDAHULUAN

Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran.

Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ;

(5)

1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.

2. Tidak mengotori permukaan tanah.

3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.

4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.

5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.

6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.

7. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.

Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.

Berikut ini adalah pengelolaan limbah rumah tangga untuk limbah cair, padat dan gas.

8.

Pengelolaan air limbah kakus I.

9.

Pengelolaan air limbah kakus II.

10.

Pengelolaan air limbah cucian.

11.

Pembuatan saluran bekas mandi dan cuci

12.

Pengelolaan sampah

13.

Pengelolaan limbah industri rumah tangga.

14.

Pengelolaan air limbah rumah tangga I

15.

Pengelolaan air limbah rumah tangga II

16.

Pengelolaan air limbah II. URAIAN SINGKAT

Industri rumah tangga seperti industri tempe, tahu, rumah makan, dan lain-lain perlu dikelola. Limbah dari industri rumah tangga tersebut menimbulkan bau yang tidak enak dan mengganggu lingkungan sekitarnya. Salah satu cara mengelola limbah rumah tangga adalah dengan membuat 3 bak. Ketiga bak tersebut digunakan sebagai tempat pengendapan limbah secara bertahap. Dengan demikian air limbah yang keluar dari bak terakhir sudah tidak

membahayakan lagi.

III. BAHAN

1. Batu bata

2. Semen

3. Pipa pralon

4. Lem

5. Pasir

6. Lempengan besi

IV. PERALATAN

1. Gergaji 2. Cetok 3. Cangkul 4. Parang 5. Besi runcing 6. Ember

7. Skop

8. Meteran

(6)

V. PEMBUATAN

Buat bak sebanyak 3 buah dari batu bata dengan campuran pasir dan semen. Kemiringan saluran harus diperhitungkan. Usahakan jangan sampai ada benda pada air limbah, sebab apabila ada akan menempel dan menyumbat saluran. Antara bak satu dengan lainnya dihubungkan pipa pralon, antara satu dengan yang lain letaknya lebih rendah. Susunan dan sifat air limbah yang berasal dari limbah industri rumah tangga tergantung pada macam dan jenisnya, industri. Air limbah dapat berupa limbah dari pabrik susu, rumah makan, pemotongan hewan, pabrik tahu, pabrik tempe, dsb. Kotoran air limbah yang masuk ke bak I, akan mengapung. Pada bagian bawah limbah melalui pipa akan terus mengalir ke bak II. Lemak akan tertinggal dan akan menempel pad dinding. Untuk mengambil lemak perlu diserok. Dalam Bak II limbah akan mengalami pengendapan, terus ke bak III begitu juga. Dari pipa pralon pada bak III air limbah akan keluar dan sudah tidak membahayakan lagi. Untuk membawa lumpur diperlukan kecepatan 0.1m/detik dan untuk membawa pasir kasar perlu kecepatan 0,2m/detik. Cara pembuatannya dapat dilihat Gambar di bawah ini.

Gambar 1. Denah bak pengendap ideal berbentuk persegi panjang

Gambar 2. Bak limbah industri

VI. PENGGUNAAN

1. Untuk membuang limbah industri rumah tangga.

2. Untuk membuang kotoran-kotoran yang bersifat cair.

(7)

VII. PEMELIHARAAN

1. Bak hendaknya sering dibersihkan agar kotorannya tidak mengganggu saluran 2. Perlu di kontrol saluran-salurannya untuk menghindari kemacetan.

3. Jangan membuang limbah berupa padat seperti : kain, kertas, daun-daun, plastik, kerikil, dsb.

VIII. KEUNTUNGAN

Membuatnya lebih sederhana, bahan-bahannya mudah didapat.

IX. KERUGIAN

Apabila kurang dikontrol akan sering macet, sehingga air akan keluar ke atas dan mengganggu lingkungan sekitarnya.

Catatan lain-lain :

Periksalah secara berkala apakah lemaknya yang menempel sudah banyak dan perlu dibersihkan atau apakah ada yang rusak.

X. DAFTAR PUSTAKA

Sugiharto. Dasar-dasar pengelolaan air limbah.. Jakarta : UI press, 1987.

XI. INFORMASI LEBIH LANJUT

1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax.

+62 22 250 3050

2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend.

Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.

Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.

Pengolahan Limbah Industri

Kata Kunci: kelestarian lingkungan, nonkimia yang berbahaya dan beracun,Pengolahan Limbah Industri Ditulis oleh Suparni Setyowati Rahayu pada 05-06-2009

Bagi pengusaha yang belum sadar terhadap akibat buangan mencemarkan lingkungan, tidak punya program pengendalian dan pencegahan pencemaran. Oleh sebab itu bahan buangan yang keluar dari pabrik langsung dibuang ke alam bebas. Kalau limbah cair langsung mempergunakan sungai atau parit sebagai sarana pembuangan limbah.Kalau limbah padat memanfaatkan tanah kosong sebagai tempat pembuangan. Kalau limbah gas/asap cerobong dianggap sarana yang baik pembuangan limbah.

Limbah membutuhkan pengolahan bila ternyata mengandung senyawa pencemaran yangberakibat menciptakan kerusakan terhadap lingkungan atau paling tidak potensial menciptakan pencemaran. Suatu perkiraan harus dibuat lebih dahulu dengan jalan mengidentifikasi:sumber pencemaran, kegunaan jenis bahan, sistem

pengolahan,banyaknya buangan dan jenisnya, kegunaan bahan beracun dan berbahaya yang terdapat dalam pabrik.

Dengan adanya perkiraan tersebut maka program pengendalian dan penanggulangan pencemaran perlu dibuat.

Sebab limbah tersebut baik dalam jumlah besar atau sedikit dalam jangka panjang atau jangka pendek akan membuat perubahan terhadap lingkungan, maka diperlukan pengolahan agar limbah yang dihasilkan tidak sampai mengganggu struktur lingkungan.

(8)

Namun demikian tidak selamanya harus diolah sebelum dibuang kelingkungan. Ada limbah yang langsung dapat dibuang tanpa pengolahan, ada limbah yang setelah diolah dimanfaatkan kembali. Dimaksudkan tanpa pengolahan adalah limbah yang begitu keluar dari pabrik langsung diambil dan dibuang. Ada beberapa jenis limbah yang perlu diolah dahulu sebab mengandung pollutant yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan Limbah diolah dengan tujuan untuk  mengambil barang-barang berbahaya di dalamnya dan atau mengurangi/menghilangkan senyawa-senyawa kimia atau nonkimia yang berbahaya dan beracun.

Mekanisme pengolahan limbah dapat dilihat pada bagan 7.22.

Pengolahan limbah berkaitan dengan sistem pabrik. Ada pabrik yang telah mempergunakan peralatan dengan kadar buangan rendah sehingga buangan yang dihasilkannya tidak lagi perlu mengalami pengolahan. Bagi pabrik seperti ini memang telah dirancang dari awal pembangunan. Buangan dari pabrik berbeda satu dengan yang lain.

Perbedaan ini menyangkut pula dengan perbedaan bahan baku,perbedaan proses. Suatu pabrik sama-sama mengeluarkan limbah air namun terdapat senyawa kimia yang berbeda pula.Karena banyaknya variasi pencemar antara satu pabrik dengan pabrik lain maka banyak pula sistem pengolahan.

(9)

Demikian banyak macam parameter pencemar dalam suatu buangan, akibatnya membutuhkan berbagai tingkatan proses pula. Limbah memerlukan penanganan awal. Kemudian pengolahan berikutnya. Pengolahan pendahuluan akan turut menentukan pengolahan kedua, ketiga dan seterusnya.

Kekeliruan penetapan pengolahan pendahuluan akan turut mempengaruhi pengolahan berikutnya. Di dalam penetapan pilihan metode keadaan limbah sudah seharusnya diketahui sebelumnya.Parameter limbah yang mempunyai peluang untuk mencemarkan lingkungan harus ditetapkan. Misalnya terdapat senyawa fenol dalam air sebesar 2 mg/liter, phosphat 30 mg/liter dan seterusnya.

Dengan mengetahui jenis-jenis parameter di dalam limbah maka dapat ditetapkan metode pengolahan dan pilihan jenis peralatan. Sekali sudah ditetapkan inetode dan jenis peralatan maka langkah berikutnya adalah sampai tingkat mana diinginkan menghilangkan/ penguranga senyawa pencemarnya. Berapa persenkah kita inginkan pengurangan dan sampai di mana efisiensi peralatan harus dicapai pada tingkat maksimum.

Penetapan efisiensi peralatan, dan standar buangan yang diinginkan akan mempengaruhi ketelitian alat, volume air limbah, sistem pemipaan, pemasangan pipa, pilihan bahan kimia dan lain-lain.Dalam mendesain peralatan, variabel tadi harus dapat dihitung secara tepat. Belum ada suatu jaminan hahwa satu unit peralatan dapat mengendalikan limbah sesuai dengan yang dikehendaki.

Sebab di dalam satu unit peralatan terdiri dari berbagai macam kegiatan mulai dari kegiatan pendahuluan sampai kegiatan akhir.

Walaupun terdiri dari berbagai kegiatan namun tidak semua jeniskegiatan dipraktekkan, mungkin dengan kombinasi dari beberapa

kegiatan saja limbah sudah bebas polusi.Adapun jenis kegiatan dalam pengolahan air limbah dapat diuraikan dalam tabel 7.10.

(10)

Pengolahan limbah sering harus menggunakan kombinasi dari berbagai metode, terutama limbah berat yang banyak mengandung jenis parameter/Jarang perusahaan mempergunakan satu proses dan hasilnya baik. Pilihan peralatan berkaitap dengan biaya, pemeliharaan, tenaga ahli dan kualitas lingkungan. Untuk beberapa jenis pencemar telah ditetapkan metode treatment-nya. Pilihan ini didasarkan atas beberapa referensi dan pengalaman yang telah dicoba berulang kali sampai diperoleh hasil maksimum.

Di bawah ini disajikan jenis pencemar dengan metodenya.

(11)

Air limbah mungkin terdiri dari satu atau lebih parameter pencemar melampaui nilai yang ditetapkan.

Kemungkinan di dalamnya terdapat minyak dan lemak, bahan anorganik seperti besi, aluminium, nikel,plumbum, barium, fenol dan lain-lain sehingga perlu kombinasi dari beberapa alat. Untuk menurunkan BOD dan COD dapat dilakukan dengan metode aerasi dan ternyata metode ini juga cukup baik untuk melakukan pengeridapan suspensi solid.

Ada beberapa proses yang dilalui air limbah agar limbah ini benarbenar bebas dari unsur pencemaran. Tingkatan proses dimaksudkan adalah sesuai dengan tingkatan berat ringannya. Pada mulanya air limbah harut dibebaskan dari benda terapung atau padatan melayang.Untuk itu diperlukan treatment pendahuluan. Pengolahan selanjutnya adalah mengendapkan partikel-partikel halus kemudian lagi menetralisasinya. Demikian tingkatan ini

dilaksanakan sampai seluruh parameter pencemar dalam air buangan dapat dihilangkan.

Menghitung Dosis Klorin Pada Klorinasi

Secara umum, dosis klorin yang dibutuhkan dalam porses klorinasi adalah jumlah dari kebutuhan klorin dan sisa klorin yang diperlukan (atau sesuai dengan regulasi yang berlaku). Namun perlu juga diperhatikan bahwa pada

(12)

saat proses kontak berlangsung akan ada klorin yang hilang dan faktor kehilangan klorin ini perlu diperhitungkan agar dosis klorin yang diberikan tidak kurang.

1. Kebutuhan klorin

Kebutuhan klorin atau chlorine demand dapat diketahui dengan analisis di laboratorium. Saat ini telah banyak instrumen laboratorium bahkan portable yang memiliki fungsi pembacaan kebutuhan klorin. Kita tinggal menambahkan reagen yang biasanya sudah disediakan oleh pembuat instrumen kemudian melakukan pembacaan pada alat yang sesuai.

2. Sisa klorin yang dibutuhkan

Konsentrasi sisa klorin perlu diketahui karena apabila kurang maka proses klorinasi tidak akan efektif.

Sebaliknya, apabila berlebih maka akan membahayakan organisme perairan. Seperti halnya pada penentuan kebutuhan klorin, konsentrasi sisa klorin juga dapat dianalisis menggunakan instrumen di laboratorium.

Cara lain untuk mengetahui kebutuhan sisa klorin adalah menggunakan parameter jumlah coliform sebelum dan sesudah proses klorinasi. Metode ini melibatkan analisis mikroorganisme yaitu perhitungan bakteri coliform.

Selain itu, lamanya waktu kontak juga akan mempengaruhi konsentrasi klorin yang dibutuhkan. Rumus yang digunakan yaitu (Metcalf&Eddy, 2004):

N/No = [(Cr*t)/b]-n Dimana

No dan N : konsentrasi bakteri sebelum dan setelah proses desinfeksi (koloni/100 mL) Cr : konsentrasi sisa klorin (mg/L)

t : waktu kontak (menit) n : kemiringan kurva inaktivasi

b : nilai dimana log N/No = 0 pada kurva inaktivasi

Nilai n dan b yang umum digunakan untuk bakteri coliform dan fecal coliform yang berasal dari efluen pengolahan sekunder adalah 2,8 dan 4 serta 2,8 dan 3 (Metcalf&Eddy, 2004).

(13)

Kurva Inaktivasi (Metcalf&Eddy, 2004) 3. Dosis tambahan untuk mengatasi klorin yang hilang selama proses kontak

Dosis tambahan yang digunakan untuk waktu kontak selama 1 jam biasanya antara 2 – 4 mg/L (Metcalf&Eddy, 2004).

Setelah ketiga komponen tersebut diketahui kita tinggal menjumlahkan ketiganya dan memperoleh dosis klorin yang diperlukan. Kalau diantara rekan-rekan ada yang punya metode lain untuk menentukan dosis klorin silakan sharing melalui comment box. Semoga informasinya bermanfaat!

http://aimyaya.com/id/lingkungan-hidup/kumpulan-teknik-penyaringan-air-sederhana/

Pada pengolahan limbah cair industri tekstil dapat melalui beberapa tahapan mulai dari air sisa produksi dyeing (Influent) sampai air hasil pengolahan (Efluent). Proses pengolahan limbah cair atau instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

11. Aeration Basin (Bak aerasi yang mengandung bakteri yang menguraikan warna) 12. Settler adalah tempat pemisahan lumpur aktif dengan air hasil olahan.

13. Effluent (bak penampung air yang sudah bersih, keluar melalui flow meter) 14. Sungai.

(14)

Gambar 2. Instalasi Pengolahan Air Limbah PT. Hanil Indonesia

Keterangan gambar:

1. Air limbah produksi (influent).

2. Cooling Tower adalah tempat atau menara pendingin limbah cair dari sisa produksi dyeing.

3. Equalization Basin adalah bak equalisasi atau bak penampungan air limbah.

4. Coagulation Basin adalah bak tempat terjadinya pemisahan kotoran-kotoran yang halus (partikel-partikel tersuspensi maupun koloid) yang menyebabkan

warna dan kekeruhan dalam limbah cair dengan penambahan zat penggumpal (koagulan).

5. Flocculation Basin adalah tempat atau bak pembentukan flock-flock/memperbesar kotoran dengan penambahan polimer.

6. Dissolve Air Flotator (DAF) adalah tempat terjadinya pemisahan antara limbah padat (sludge) yang berbentuk seperti busa dengan air yang jernih dengan bantuan skum skimmer yang dibantu oleh pressure tank yang membuat limbah padat dapat berada diatas permukaan air.

7. Sludge Storage Basin adalah tempat penampungan limbah padat (sludge) dari DAF dan sisa lumpur aktif yang rusak/mengandung bakteri yang sudah mati dari settler.

8. Belt Press adalah alat untuk mengepress sludge dengan bantuan polimer yang berfungsi untuk merekatkan sludge. Dari proses ini akan dihasilkan sludge padat.

9. Bak penampung, untuk menampung sludge padat.

(15)

10. First Treated Water Basin (tempat penampungan air dari DAF dimana sisa limbah akan diuraikan olehbakteri)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat merencanakan suatu unit pengolahan limbah cair dari. pengolahan kualitas lingkungan, maka perlu pemahaman karakteristik

Pengolahan limbah cair perikanan menggunakan desain proses yang modern namun sederhana menjadi pilihan yang tepat untuk diaplikasikan.. Pengelolaan limbah cair perikanan

sedangkan pada proses analisis faktor dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memberikan opini audit atas laporan keuangan ada empat yaitu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen variabel yang paling dominan dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian

Dari 21 item yang dipertimbangkan, diperoleh hasil reduksi menjadi 7 faktor yang terdiri dari 18 item sebagai faktor faktor bauran pemasaran yang dipertimbangkan wisatawan Jawa

Sumber limbah akan berpengaruh terhadap pemilihan proses pengolahan, bila limbah mengandung senyawa hidrokarbon yang dapat dipisahkan sebelumnya (misal limbah cair karet)

membahas metode reduksi zat pencemar didalam aliran limbah cair melalui proses pengolahan secara fisika, kimia dan

Pada pengolahan limbah cair industri baja ini menggunakan proses Sewage Treatment Plant merupakan sistem pengolahan air limbah domestik yang bertujuan untuk mengurangi kandungan