• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK OPTIMALISASI PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK KELAPA SAWIT. Oleh DEVA CHANDRA FIBRIAN F

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK OPTIMALISASI PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK KELAPA SAWIT. Oleh DEVA CHANDRA FIBRIAN F"

Copied!
222
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

UNTUK OPTIMALISASI PEMANFAATAN

LIMBAH PABRIK KELAPA SAWIT

Oleh

DEVA CHANDRA FIBRIAN

F34051129

2010

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Deva Chandra Fibrian. F34051129. Sistem Penunjang Keputusan untuk Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Di bawah bimbingan Marimin. 2010.

RINGKASAN

Industri kelapa sawit di Indonesia terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Kuantitas limbah PKS akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan industri kelapa sawit yang sedang terjadi. Saat ini, berbagai metode pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS telah banyak dikembangkan. Limbah PKS memiliki potensi pemanfaatan yang sangat besar sehingga dapat mendatangkan keuntungan secara finansial. Namun pada kenyataannya, kebanyakan pihak industri kelapa sawit di Indonesia tidak terlalu tertarik dengan metode-metode pengolahan dan pemanfaatan yang telah dikembangkan karena dinilai membutuhkan biaya penerapan yang relatif sangat mahal dibandingkan dengan metode konvensional yang telah mereka terapkan sebelumnya. Di lain hal, cukup banyaknya metode pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS yang tersedia saat ini membuat pihak industri kelapa sawit perlu untuk mempertimbangkan berbagai faktor dalam memilih metode yang akan diterapkan agar dapat diterapkan secara tepat dan optimal.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan suatu model sistem untuk membantu pihak industri kelapa sawit dalam proses pemilihan metode pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS. Selain itu, disajikan juga informasi mengenai nilai-nilai pemanfaatan dari limbah PKS sehingga diharapkan nilai-nilai penerapan suatu metode penanganan limbah PKS tidak hanya dilihat dari biaya penerapannya saja tetapi juga dapat dilihat dari nilai manfaat yang akan diperoleh nantinya. Penelitian ini difokuskan pada optimalisasi pemanfaatan limbah cair dan tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam proses pemilihan metode pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS yaitu biaya penanganan limbah PKS yang dibutuhkan, kapasitas limbah PKS yang dihasilkan, kapasitas pemanfaatan hasil olahan limbah PKS, serta nilai keuntungan yang dapat diperoleh pihak PKS dari pemanfaatan tersebut. Selain itu, perlu dipertimbangkan pula tingkat ketercapaian tujuan optimalisasi pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS, yaitu diterapkannya metode penanganan limbah PKS dengan biaya yang minimum, dapat meminimumkan tingkat pencemaran lingkungan dan memaksimumkan keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan limbah.

Model yang dikembangkan merupakan model sistem penunjang keputusan untuk optimalisasi pemanfaatan limbah PKS. Model ini diimplementasikan menjadi model sistem terkomputerisasi yang diberi nama PW Optima 1.0. Paket program PW Optima 1.0 memiliki sistem manajemen basis model, yang terdiri dari model analisis biaya penanganan limbah dan model optimalisasi pemanfaatan limbah. Model analisis biaya penanganan limbah menggunakan metode heuristik untuk menentukan nilai biaya tetap, biaya tidak tetap, biaya operasional dan biaya pokok dari penerapan metode pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS. Model optimalisasi pemanfaatan limbah berfungsi menghasilkan rekomendasi berupa metode pengolahan dan pemanfaatan limbah yang akan diterapkan. Pada model ini akan diformulasikan fungsi tujuan dan fungsi kendala menggunakan metode goal programming (GP) yang dikombinasikan dengan metode analytical hierarchy process (AHP). Kemudian, nilai optimal yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui metode

(3)

2 pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS yang direkomendasikan untuk diterapkan, kapasitas optimal pengolahan dan pemanfaatannya, biaya penerapan yang diperlukan, keuntungan yang diperoleh serta ketercapaian tujuan optimalisasi pemanfaatan limbah PKS.

Hasil verifikasi program PW Optima 1.0 menunjukkan bahwa tahapan dan hasil analisis dari program tersebut telah sesuai dengan tujuan pemodelan. Validasi terhadap model PW Optima 1.0 dilakukan dengan teknik face validity. Hasil validasi menunjukkan bahwa konsep logika dari model yang dirancang sudah cukup mewakili permasalahan yang dikaji serta hubungan input dan output yang digunakan sudah cukup tepat dan rasional. Hasil verifikasi dan validasi tersebut juga menunjukkan bahwa aplikasi dari metode GP dan yang dikombinasikan dengan metode AHP terbukti dapat dijadikan sebagai alat bantu pada proses pengambilan keputusan untuk mengoptimalkan alokasi sumberdaya yang digunakan dalam usaha optimalisasi pemanfaatan limbah PKS. Untuk penerapan model ini, masih diperlukan penyesuaian dan diskusi lebih lanjut dengan pihak industri kelapa sawit, khususnya pada tahapan validasi model.

Kata kunci : Sistem Penunjang Keputusan, Optimalisasi pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit, Goal Programming, Analytical Hierarchy Process.

(4)

Deva Chandra Fibrian. F34051129. Decision Support System for Optimization of Waste Utilization of Palm Oil Mill Waste. Supervised by Marimin. 2010.

SUMMARY

Indonesian palm oil industry continues to experience a significant growth from year to year. The quantity of palm oil mill waste will be increased along with the development of the palm oil industry. Currently, various methods of processing and utilization of palm oil mill waste have been developed. Palm oil mill wastes have very large potential utilization so it can be financially profitable. However, in reality, most of the oil palm industry in Indonesia was not too interested with the methods of processing and utilization that have been developed because the implementation costs are relatively very expensive compared with conventional methods that they employ. On the other hand, quite many methods of waste processing and utilization of oil mills available today make the palm oil industry side needs to consider various factors in choosing the method will be applied to a selected method that can be applied appropriately and optimally.

The purpose of this research is to develop a model system to help the oil palm industry side in the process of choosing a method of processing and utilization of palm oil mill waste. In addition, also presented information about the values of the utilization of palm oil mill waste so that expected value of applying a method of palm oil mill waste treatment is not only seen from the cost of implementation but also can be seen from the value of benefits to be obtained later. This research focused on optimizing utilization of palm oil mill effluent (POME) and empty fruit bunch (EFB). Several factors are considered in the selection process of treatment and the utilization method of palm oil mill waste. They are cost of processing and utilization of palm oil mill waste, the capacity of waste, capacity of processed waste products that can be utilized by the oil mills, and the value of benefits that can be obtained from that utilization. In addition, the level of achievement for purposes of processing and optimizing the utilization of palm oil mill waste should be considered too, they are implementing the handing method of palm oil mill waste with minimum cost, could minimize environmental pollution level, and could maximize profit that was obtained from waste utilization.

The developed model is a decision support system model for optimization of waste utilization of palm oil mill waste. This model was implemented in computerized model system that is named PW Optima 1.0. PW Optima 1.0 program package has a model base management system, which consists of the analysis of the cost of handling waste model and optimization of waste utilization model. Analysis of the cost of handling waste model using a heuristic method to determine the value of fixed costs, non-fixed costs, operating costs and cost of goods from the application of processing and utilization methods of palm oil mill waste. Optimization of waste utilization model serve to produce recommendations in the form of waste processing and utilization methods that will applied. Objective function and constraint functions were formulated by using goal programming (GP) method combined with analytical hierarchy process (AHP) method. Then, the optimal value was analyzed to determine the method of processing and utilization of palm oil mill waste which is recommended to be applied, the optimal capacity of processing and utilization,

(5)

2 implementation of the necessary costs, benefits and target achievement for optimizing the utilization of palm oil mill waste.

Results of PW Optima 1.0 program package verification showed that the step and the analysis of the program has been consistent with the objectives of modeling. Validation of PW Optima 1.0 model was done by using face validity technique. The tests show that the concept of logic of the model designed is sufficient to represent the problems that were examined and the relationship between input and output that is used is quite appropriate and rational. Verification and validation results also indicate that the application of the GP method combined with the AHP method can be proven as a tool in decision making processes to optimize resource allocation that is used in an attempt to optimize the utilization of palm oil mill waste. To implement this model, is still necessary adjustments and further discussion with the palm oil industry side, especially at the stage of model validation.

Keywords: Decision Support System, Optimization of Palm oil mill waste utilization, Goal Programming, Analytical Hierarchy Process

(6)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

UNTUK OPTIMALISASI PEMANFAATAN

LIMBAH PABRIK KELAPA SAWIT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Deva Chandra Fibrian F34051129

2010

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

ii Judul Skripsi : Sistem Penunjang Keputusan untuk Optimalisasi Pemanfaatan

Limbah Pabrik Kelapa Sawit

Nama : Deva Chandra Fibrian

NRP : F34051129

Bogor, Juli 2010 Menyetujui,

Dosen Pembimbing Akademik

Prof. Dr. Ir. Marimin M.Sc NIP. 19610905 198609 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen,

Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti NIP. 19621009 198903 2 001

(8)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK OPTIMALISASI PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK KELAPA SAWIT” merupakan karya tulis saya pribadi dengan arahan Dosen Pembimbing, kecuali yang dengan jelas disebutkan rujukannya.

Bogor, 6 Juli 2010 Yang membuat pernyataan

Deva Chandra Fibrian NIM. F34051129

(9)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purwokerto pada tanggal 28 Desember 1987 dari pasangan Elman Firus dan Lili Atik. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 1992 penulis masuk Taman Kanak-kanak Xaverius dan lulus pada tahun 1993. Penulis melanjutkan pendidikan di SDN 39 Baturaja (Kelas 1), SDN 15 Kota Jambi (Kelas 2 sampai Kelas 5) dan SDN 76 Muaro

Jambi (Kelas 6) hingga lulus pada tahun 1999. Tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 1 Muaro Jambi dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMUN 5 Kota Jambi dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2005, penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan setelah menempuh pendidikan di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama 1 tahun penulis diterima di departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama perkuliahan penulis pernah aktif sebagai anggota Lembaga Dakwah Kampus (LDK) DKM Al- Hurriyyah pada tahun 2006, aktif di Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (HIMALOGIN) sebagai pengurus di Departemen Kesekretariatan HIMALOGIN pada tahun 2007. Pada tahun 2008 dan 2009, penulis aktif melakukan kegiatan Pengabdian Masyarakat dalam rangkaian pelaksanaan kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) IPB. Tahun 2008, penulis melaksanakan praktek lapang di PT Perkebunan Mitra Ogan, Ogan Komering Ulu dengan judul ”Mempelajari Aspek Perencanaan dan Pengendalian Produksi serta Pengendalian Mutu di PT. Perkebunan Mitra Ogan, Sumatera Selatan”.

(10)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Sistem Penunjang Keputusan untuk Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Selama penyusunan skripsi, penulis banyak mendapat bantuan bimbingan, dan pengalaman yang sangat berharga dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc, selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan nasehatnya kepada penulis selama penyusunan skripsi.

2. Dede Sulaeman, ST. M.Si, selaku Kasie Pengelolaan Lingkungan Ditjen PPHP Departemen Pertanian, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan informasi-informasi yang dibutuhkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Darmono Taniwiryono, selaku peneliti limbah pabrik kelapa sawit sekaligus Kepala Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan informasi-informasi yang dibutuhkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Dr. Ir. Sapta Raharja, DEA dan Dr. Taufik Djatna, STP, M.Si sebagai dosen penguji atas masukan yang diberikan kepada penulis.

5. Kedua orang tua tercinta : Elman Firus dan Lili Atik, serta adik-adikku tersayang : Magdalena Sandra Tika dan Linda Savitri, atas kasih sayang, doa, dan dukungannya setiap waktu.

6. Om Imam dan Tante Hani yang terus memberikan semangat dan nasehat kepada penulis selama penyelesaian skripsi.

7. Teman-teman Gonkgo’ers yang selalu memberikan motivasi, bantuan serta keceriaan kepada penulis.

8. Seluruh teman seperjuangan TIN 42 terimakasih atas pertemanan, canda tawa, kebersamaan dan ilmu yang telah teman-teman berikan selama kurang lebih 4 tahun ini.

(11)

v 9. Semua pihak yang telah membantu penelitian penulis yang tidak dapat disebutkan

satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk dijadikan masukan dalam penyempurnaan skripsi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pelaksanaan optimalisasi pengolahan dan pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit di Indonesia.

(12)

vi DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR….……….………... iv DAFTAR ISI……….……….…………..…….. vi DAFTAR TABEL……….……….……...……. ix DAFTAR GAMBAR……….……….………...….... xi

DAFTAR LAMPIRAN……….……...….…… xiii

I. PENDAHULUAN... 1

A. LATAR BELAKANG... 1

B. TUJUAN PENELITIAN... 4

C. RUANG LINGKUP PENELITIAN... 4

D. OUTPUT PENELITIAN... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

A. KELAPA SAWIT DAN PENGOLAHANNYA... 7

1. Kelapa Sawit... 7

2. Pengolahan Tandan Buah Segar di Pabrik Kelapa Sawit... 7

3. Limbah Pabrik Kelapa Sawit... 12

B. SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN... 37

C. PROSES HIERARKI ANALITIK... 38

D. GOAL PROGRAMMING... 38

E. ANALISIS BIAYA... 41

1. Biaya Tetap... 41

2. Biaya Tidak Tetap... 43

3. Biaya Total... 44

4. Biaya Pokok... 44

F.G. PENELITIAN TERDAHULU... 44

1. Penelitian Mengenai Metode Pengolahan Dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit... 44

2. Penelitian mengenai penggunaan model AHP-GP... 45

III. METODOLOGI PENELITIAN... 47

(13)

vii B. PENDEKATAN SISTEM... 49 1. Analisis Kebutuhan... 49 2. Formulasi Permasalahan... 51 3. Identifikasi Sistem... 53 C. TATA LAKSANA... 54

1. Waktu dan Tempat Penelitian... 56

2. Jenis dan Sumber Data... 56

3. Metode Pengumpulan Data... 56

4. Pengolahan dan Analisis Data... 57

5. Pengembangan Model Optimasi... 58

6. Pengembangan Sistem... 58

IV. ANALISIS SITUASIONAL PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK KELAPA SAWIT... 60

A. GAMBARAN PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK KELAPA SAWIT………... 60

1. Pengolahan Dan Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit... 60

2. Pengolahan Dan Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit... 66

B. MODEL PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK KELAPA SAWIT………..……….…… 69

1. Model Pengolahan Dan Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit ... 70

2. Model Pengolahan Dan Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit... 73

V. PEMODELAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK OPTIMALISASI PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK KELAPA SAWIT... 76

A. KONFIGURASI SISTEM... 76

B. KERANGKA MODEL... 77

1. Sistem Pengolahan Terpusat... 77

2. Sistem Manajemen Basis Data... 81

3. Sistem Manajemen Basis Model... 84

(14)

viii

VI. PEMODELAN FUNGSI OPTIMASI PEMANFAATAN LIMBAH

PABRIK KELAPA SAWIT... 92

A. IDENTIFIKASI PEUBAH KEPUTUSAN... 93

1. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit... 93

2. Tandan Kosong Kelapa Sawit... 94

B. IDENTIFIKASI FUNGSI TUJUAN... 96

1. Pendekatan Ketersediaan Sumberdaya... 96

2. Pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP)... 97

C. FORMULASI PERSAMAAN KENDALA-KENDALA... 100

1. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit... 100

2. Tandan Kosong Kelapa Sawit... 111

D. FORMULASI FUNGSI TUJUAN... 118

1. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit... 118

2. Tandan Kosong Kelapa Sawit... 119

VII. IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN... 120

A. VERIFIKASI MODEL... 120

1. Model Analisis Biaya Penanganan Limbah Pabrik Kelapa Sawit... 120

2. Model Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit... 126

B. VALIDASI MODEL... 144

C. IMPLIKASI MANAJERIAL... 145

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN... 148

A. KESIMPULAN... 148

B. SARAN... 149

DAFTAR PUSTAKA... 150

(15)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia berdasarkan

propinsi pada tahun 2003 – 2007……….………..…….... 2

Tabel 1.2 Jenis, potensi dan pemanfaatan limbah PKS………. 3 Tabel 2.1 Komposisi jumlah air limbah dari satu ton CPO……….…..…… 14 Tabel 2.2 Kualitas limbah cair yang dihasilkan oleh PKS secara

umum………..…………... 14

Tabel 2.3 Baku mutu limbah cair untuk industri kelapa sawit…………...… 16 Tabel 2.4 Kisaran komponen kimia limbah cair PKS sebelum dan setelah

penanganan dengan metode kolam stabilisasi………... 21 Tabel 2.5 Baku mutu limbah cair PKS untuk aplikasi lahan………..……... 27 Tabel 2.6 Kalkulasi kandungan nutrien pada bahan kering kompos akhir

dengan penambahan limbah cair sebanyak 5 m3 per ton TKKS... 31 Tabel 2.7 Persentase unsur hara dalam TKKS... 32 Tabel 3.1 Hasil analisis kebutuhan stakeholders sistem penanganan limbah

PKS... 52 Tabel 6.1 Variabel keputusan dengan pendekatan ketersediaan sumberdaya

untuk optimalisasi pengolahan dan pemanfaatan limbah cair PKS... 94 Tabel 6.2 Variabel keputusan dengan pendekatan AHP untuk optimalisasi

pengolahan dan pemanfaatan limbah cair PKS... 95 Tabel 6.3 Variabel keputusan dengan pendekatan ketersediaan sumberdaya

untuk optimalisasi pengolahan dan pemanfaatan

TKKS………. 95

Tabel 6.4 Variabel keputusan dengan pendekatan AHP untuk optimalisasi pengolahan dan pemanfaatan TKKS…………... 96 Tabel 7.1 Nilai hasil penghitungan analisis biaya penerapan metode

pengolahan limbah cair PKS... 122 Tabel 7.2 Nilai hasil penghitungan analisis biaya penerapan teknik aplikasi

lahan untuk memanfaatkan limbah cair terolah………. 123 Tabel 7.3. Nilai hasil penghitungan analisis keuntungan pemanfaatan

limbah cair PKS... 123 Tabel 7.4 Nilai hasil penghitungan analisis biaya penerapan metode

(16)

x Tabel 7.5 Nilai hasil penghitungan analisis biaya penerapan metode

pemanfaatan TKKS……… 125

Tabel 7.6 Nilai hasil penghitungan analisis keuntungan pemanfaatan

TKKS………. 126

Tabel 7.7 Nilai koefisien variabel-variabel pada formulasi fungsi kendala optimalisasi pemanfaatan limbah cair PKS pada pendekatan

sumberdaya……… 128

Tabel 7.8 Nilai koefisien variabel-variabel pada formulasi fungsi kendala optimalisasi pemanfaatan limbah cair PKS dengan pendekatan

AHP………... 131

Tabel 7.9 Nilai optimal variabel-variabel fungsi kendala dan fungsi tujuan untuk optimalisasi pemanfaatan limbah cair PKS…... 134 Tabel 7.10 Nilai koefisien variabel-variabel pada formulasi fungsi kendala

optimalisasi pemanfaatan TKKS pada pendekatan

sumberdaya……… 138

Tabel 7.11 Nilai koefisien variabel-variabel fungsi kendala dengan pendekatan AHP pada model optimalisasi pemanfaatan

TKKS………. 140

Tabel 7.12 Nilai optimal variabel-variabel fungsi kendala dan fungsi tujuan

(17)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Diagram alir proses pengolahan TBS …………..……... 9 Gambar 2.2 Neraca massa pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi

minyak kelapa sawit (CPO)…………..……... 13 Gambar 2.3 Tahap pengolahan limbah cair PKS…………..………... 18 Gambar 2.4 Rantai reaksi anaerobik………..…... 19 Gambar 2.5 Dasar perancangan sistem kolam anaerobik aerasi dengan

kapasitas olah PKS 30 ton TBS /jam……….……….. 22 Gambar 2.6 Rancang bangun sistem tangki anaerobik tertutup (resirkulasi

gas)/aerasi-aerobik……….……... 23

Gambar 2.7 Proses pengolahan air limbah secara anaerobik pada reaktor

anaerobik unggun tetap (RANUT)…….……….………... 25

Gambar 2.8 Rantai reaksi aerobik... 27

Gambar 2.9 Penumpukan pada pengomposan TKKS dengan

pembalikan………..……….…..….. 35

Gambar 2.10 Penumpukan pada pengomposan TKKS tanpa

pembalikan………..……….…….... 36

Gambar 3.1 Diagram alir kerangka pemikiran penelitian... 50 Gambar 3.2 Metodologi penyelesaian masalah dengan pendekatan

sistem... 51 Gambar 3.3 Diagram lingkar sebab-akibat sistem penunjang keputusan

optimalisasi pemanfaatan limbah PKS... 53 Gambar 3.4 Diagram input output Sistem Penunjang Keputusan

Optimalisasi Pemanfaatan Limbah PKS…………..………..…. 54 Gambar 3.5 Diagram tata laksana penelitian………...……..….. 54 Gambar 4.1 Proses perubahan TKKS menjadi kompos yang terjadi secara

alami dan yang dipercepat melalui pengomposan dengan

bioaktivator……….…… 67

Gambar 4.2 Diagram alir model pengolahan dan pemanfaatan limbah cair

PKS………..…….……... 71

Gambar 4.3 Diagram alir model pengolahan dan pemanfaatan TKKS...… 74 Gambar 5.1 Konfigurasi model Sistem Penunjang Keputusan untuk

optimalisasi pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit…... 77 Gambar 5.2 Diagram alir deskriptif model Sistem Penunjang Keputusan

(18)

xii Gambar 5.3 Tampilan form menu utama program PW Optima 1.0... 80 Gambar 5.4 Diagram alir model analisis biaya penanganan limbah cair

PKS... 86 Gambar 5.5 Diagram alir model analisis biaya penanganan TKKS... 88 Gambar 5.6 Diagram alir model optimalisasi pemanfaatan limbah cair

PKS... 89 Gambar 5.7 Diagram alir model optimalisasi pemanfaatan TKKS... 91 Gambar 6.1 Rancangan Struktur Hierarki Pengolahan & Pemanfaatan

limbah cair PKS yang Optimal... 101 Gambar 6.2 Rancangan Struktur Hierarki Pengolahan & Pemanfaatan

Limbah Padat PKS yang Optimal... 102 Gambar 7.1 Tampilan menu model analisis biaya penanganan limbah cair

PKS………...……….….. 121

Gambar 7.2 Tampilan form analisis biaya tetap pada penerapan metode

kolam anaerobik………...………..….…. 122

Gambar 7.3 Tampilan menu model analisis biaya penanganan TKKS... 124 Gambar 7.4 Tampilan form analisis biaya tidak tetap pada penerapan metode

teknologi kompos TKKS……….………...….. 125

Gambar 7.5 Tampilan form tahapan formulasi fungsi kendala optimalisasi pemanfaatan limbah cair PKS pada pendekatan

sumberdaya………..…...……… 129

Gambar 7.6 Tampilan form tahapan formulasi fungsi kendala optimalisasi pemanfaatan limbah cair PKS pada pendekatan

AHP………..….……….. 130

Gambar 7.7 Hasil penghitungan perangkat lunak Expert Choice berupa nilai global dari tiap komponen pada masing-masing level (elemen) struktur hierarki AHP optimalisasi pengolahan dan pemanfaatan limbah cair PKS……..……….…....….. 132 Gambar 7.8 Tampilan form tahapan formulasi fungsi tujuan dan fungsi

kendala optimalisasi pemanfaatan limbah cair

PKS………..……….….. 133

Gambar 7.9 Hasil penghitungan perangkat lunak Expert Choice berupa nilai global dari tiap komponen pada masing-masing level (elemen) struktur hierarki AHP optimalisasi pengolahan dan

(19)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner kajian optimalisasi pengolahan dan pemanfaatan

limbah pabrik kelapa sawit……….... 154

Lampiran 2 Persentase tingkat inflasi di Indonesia per tahun pada tahun

2000 sampai tahun 2009……… 174

Lampiran 3 Penghitungan analisis biaya pengolahan limbah cair PKS

metode kolam anaerobik……….…………... 175

Lampiran 4 Penghitungan analisis biaya pengolahan limbah cair PKS

metode tangki anaerobik……….…………... 177

Lampiran 5 Penghitungan analisis biaya pengolahan limbah cair PKS

metode RANUT………....………. 179

Lampiran 6 Penghitungan analisis biaya pengolahan limbah cair PKS

metode kolam aerobik-aerasi……….………....…… 181

Lampiran 7 Penghitungan analisis biaya pemanfaatan limbah cair terolah dengan teknik aplikasi lahan flatbed………...…... 183 Lampiran 8 Penghitungan analisis biaya pemanfaatan limbah cair terolah

dengan teknik aplikasi lahan traktor tangki………... 185 Lampiran 9 Penghitungan analisis biaya pemanfaatan limbah cair terolah

dengan teknik aplikasi lahan longbed………… 188 Lampiran 10 Cara penghitungan keuntungan yang diperoleh dari

pengolahan dan pemanfaatan limbah cair PKS………….…… 190 Lampiran 11 Penghitungan analisis biaya pemanfaatan TKKS sebagai

mulsa di lahan perkebunan……… 194

Lampiran 12 Penghitungan analisis biaya pengolahan TKKS metode

teknologi kompos……….……….. 195

Lampiran 13 Penghitungan analisis biaya pemanfaatan kompos TKKS di lahan perkebunan dan dijual ke pihak lain……….……… 199 Lampiran 14 Cara penghitungan keuntungan yang diperoleh dari

(20)

1

BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Agroindustri kelapa sawit di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Cerahnya prospek komoditi minyak sawit dalam perdagangan minyak nabati di dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Dirjen Perkebunan (2008) mencatat bahwa hingga akhir tahun 2007, luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai lebih dari enam juta hektar yang tersebar di 22 propinsi. Pada Tabel 1.1 disajikan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia menurut propinsi pada tahun 2003 hingga tahun 2007. Peningkatan luas lahan perkebunan ini akan meningkatkan kapasitas olah tandan buah segar (TBS) di pabrik kelapa sawit (PKS) sehingga kuantitas minyak kelapa sawit dan inti sawit sebagai produk olahan TBS akan mengalami peningkatan. Namun di sisi lain, peningkatan kapasitas olah TBS tersebut juga akan meningkatkan kuantitas limbah PKS yang dihasilkan. Limbah PKS harus dapat ditangani dengan benar dan tepat agar dampak pencemaran lingkungan yang ditimbulkan dapat diminimalisir. Apalagi dengan peningkatan kuantitas limbah PKS seperti saat ini, maka bobot limbah PKS yang harus dibuang ke lingkungan sebagai badan penerima semakin bertambah sehingga resiko pencemaran lingkungan juga semakin meningkat.

Limbah PKS terdiri dari limbah gas, cair dan padat. Limbah gas umumnya telah ditangani secara langsung di areal PKS untuk selanjutnya dibuang ke lingkungan. Sementara itu, penanganan limbah cair dan limbah padat dilakukan di luar areal PKS hingga dapat dibuang ke lingkungan. Penanganan limbah cair PKS yang dilakukan berupa pengolahan limbah yang diikuti atau tanpa diikuti dengan pemanfaatan limbah cair tersebut. Sebelum dimanfaatkan atau dibuang ke lingkungan, limbah cair PKS harus diolah terlebih dahulu di instalasi pengolahan air limbah (IPAL) agar limbah cair tersebut memenuhi baku mutu air limbah yang telah ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Pemerintah Daerah setempat. Limbah padat PKS terdiri dari tandan kosong, cangkang dan serabut kelapa sawit. Limbah padat tersebut umumnya dapat langsung dibuang ke lingkungan atau

(21)

2 dimanfaatkan tanpa harus diolah terlebih dahulu (Ditjen PPHP Departemen Pertanian, 2006).

Tabel 1.1 Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia menurut propinsi pada tahun 2003 – 2007 No. Propinsi Tahun Pertumbuhan 2007 setelah 2006 (%) 2003 2004 2005 2006 2007 1 NAD 262.151 249.011 254.261 308.560 311.831 1,06 2 Sumatera Utara 919.680 844.882 894.911 979.541 970.653 - 0,91 3 Sumatera Barat 306.496 279.798 282.518 315.618 316.540 0,29 4 Riau 1.319.659 1.340.036 1.277.703 1.547.942 1.547.972 0,07 5 Kep. Riau - 6.849 13.698 6.933 6.933 0,00 6 Jambi 456.327 372.804 403.477 568.751 574.614 1,03 7 Sumatera Selatan 502.481 497.933 548.687 630.214 630.214 0,00 8 Babel 94.886 119.635 130.037 133.284 133.284 0,00 9 Bengkulu 80.218 126.252 147.125 165.121 165.271 0,03 10 Lampung 137.721 145.542 148.535 157.229 157.763 0,34 11 Jawa Barat 6.242 8.070 8.744 9.381 9.381 0,00 12 Banten 19.200 12.614 14.076 14.077 14.077 0,00 13 Kalimantan Barat 416.807 358.175 381.791 492.112 492.241 0,03 14 Kalimantan Tengah 241.615 401.663 434.481 571.874 573.359 0,26 15 Kalimantan Selatan 141.638 172.650 134.621 243.451 244.806 0,56 16 Kalimantan Timur 201.871 171.581 201.236 237.765 253.877 6,78 17 Sulawesi Tengah 43.743 48.236 48.334 48.431 42.367 -12,52 18 Sulawesi Selatan 78.932 13.925 16.018 24.490 24.571 0,33 19 Sulawesi Barat - 52.476 57.476 75.154 75.754 0,80 20 Sulawesi Tenggara 4.078 - 466 2.966 2.966 0,00 21 Papua 49.812 51.051 39.090 29.736 29.936 0,67 22 Papua Barat - 11.540 16.540 31.734 31.734 0,00 Indonesia 5.283.557 5.284.723 5.453.816 6.594.914 6.611.614 0,25

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2008)

Dewasa ini telah banyak dikembangkan berbagai metode pengolahan dan pemanfaatan limbah cair dan limbah padat PKS. Pengembangan berbagai metode ini didasarkan pada potensi pemanfaatan dari limbah PKS yang sangat besar. Selain itu, peningkatan kuantitas limbah PKS yang terjadi saat ini semakin memperbesar potensi dan peluang pengembangan berbagai metode pemanfaatan limbah PKS

(22)

3 tersebut. Pada Tabel 1.2 disajikan mengenai jenis, potensi dan pemanfaatan limbah PKS. Berbagai metode pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS yang telah dikembangkan diharapkan dapat membantu pihak industri kelapa sawit dalam menangani limbah PKS yang dihasilkan.

Tabel 1.2. Jenis, potensi dan pemanfaatan limbah PKS

Jenis limbah Potensi per ton TBS (%) Manfaat

Tandan kosong 21,5 – 23 Pupuk kompos, pulp kertas, papan partikel, energi

Wet decanter solid 4,0 Pupuk kompos, makanan

ternak

Cangkang 6,5 Aran aktif, papan partikel Serabut 13,0 Energi, pulp kertas, papan

partikel

Limbah cair 50 – 60 Pupuk, air irigasi, sumber energi

Air kondensat - Air umpan boiler Sumber : Ditjen PPHP Departemen Pertanian (2006)

Banyaknya alternatif metode pengolahan dan pemanfaatan yang tersedia membuat pihak industri kelapa sawit perlu untuk mempertimbangkan berbagai faktor agar metode yang dipilih untuk diterapkan sesuai dengan kondisi perusahaan dan tujuan penanganan limbah PKS yang ingin dicapai. Pada akhirnya diharapkan terpilihnya metode pengolahan dan pemanfatan limbah PKS yang dapat diterapkan secara tepat dan optimal. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti mencoba untuk mengembangkan suatu sistem guna membantu pihak industri kelapa sawit dalam mempertimbangkan dan menentukan metode pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS yang akan diterapkan. Sistem yang dikembangkan yaitu berupa sistem penunjang keputusan untuk optimalisasi pemanfaatan limbah PKS. Sistem ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan pertimbangan kepada pihak industri kelapa sawit dalam memilih dan menerapkan metode pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS yang tepat dengan kapasitas yang optimal sehingga dapat memberikan keuntungan secara finansial serta menjaga kelestarian lingkungan.

Metode analisis optimasi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode goal programming. Menurut Bertolini dan Bevilacqua (2005), goal programming dapat digunakan sebagai sebuah pendekatan yang efektif untuk suatu proses pengambilan keputusan yang memiliki banyak tujuan dengan sifat yang saling bertentangan. Selain itu, fungsi tujuan dari model goal programming dapat terdiri

(23)

4 dari unit-unit (satuan) ukuran yang tidak homogen. Metode goal programming yang digunakan akan dikombinasikan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode AHP berfungsi sebagai pemberi nilai prioritas pencapaian terhadap tujuan optimalisasi pemanfaatan limbah PKS yang dirumuskan pada penelitian ini.

B. TUJUAN

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model Sistem Penunjang Keputusan optimalisasi pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit. Model yang dikembangkan terdiri dari :

1. Model penentuan metode pengolahan dan pemanfaatan limbah cair dan limbah padat PKS yang akan diterapkan. Model ini menggunakan metode analisis goal programming yang dikombinasikan dengan metode analytical hierarchy process. 2. Model analisis biaya untuk pengoperasian berbagai metode pengolahan dan

pemanfaatan limbah cair dan limbah padat PKS. Model ini menggunakan metode heuristik dalam tahapan analisis biaya.

3. Informasi mengenai metode pengolahan dan pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit yang direkomendasikan oleh pihak-pihak yang berkecimpung (pakar) dalam sistem penanganan limbah PKS.

C. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini mencakup pemodelan optimalisasi pemanfaatan limbah PKS yang kemudian dikembangkan dalam suatu model Sistem Penunjang Keputusan yang terkomputerisasi. Sistem yang dikaji mencakup kriteria dan alternatif metode pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS, penentuan metode pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS yang tepat dengan kapasitas pemanfaatan yang optimal serta menghitung analisis biaya dari pengolahan dan pemanfaatan limbah tersebut. Sistem ini diharapkan mampu memberikan alternatif keputusan untuk menunjang proses pemilihan metode pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS yang lebih bermanfaat, menguntungkan dan ramah lingkungan.

Penelitian ini difokuskan pada metode pengolahan limbah PKS yang pemanfaatan hasil olahan limbahnya dilakukan oleh pihak industri kelapa sawit (dalam hal ini pihak pabrik kelapa sawit). Oleh karena itu, jenis limbah PKS yang akan dikaji adalah limbah cair PKS dan tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Jenis

(24)

5 metode pengolahan dan pemanfaatan yang dikaji pada penelitian ini merupakan rekomendasi dari pihak Ditjen PPHP Departemen Pertanian. Berikut rincian metode pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS yang dikaji :

1. Limbah cair PKS

Metode pengolahan yang dikaji yaitu :

a) metode kolam stabilisasi, informasinya diperoleh dari literatur yang dikeluarkan oleh Ditjen PPHP Deptan (2006) yang menyajikan bahasan mengenai instalasi kolam stabilisasi pada PKS dengan kapasitas olah 30 ton TBS/jam,

b) metode tangki anaerobik-aerasi lanjut, informasinya diperoleh dari literatur yang dikeluarkan oleh Ditjen PPHP Deptan (2006) yang menyajikan bahasan mengenai instalasi tangki anaerobik-aerasi lanjut pada PKS dengan kapasitas olah 30 ton TBS/jam,

c) metode reaktor anaerobik unggun tetap (RANUT), informasinya diperoleh dari literatur yang disusun oleh Buana, dkk (2000) yang menyajikan bahasan mengenai analisis finansial penerapan metode RANUT pada PKS dengan kapasitas olah 30 ton TBS/jam.

Metode pemanfaatan yang dikaji :

a) pemanfaatan limbah cair terolah untuk irigasi dan pemupukan (teknik aplikasi : flatbed, traktor tangki dan longbed), informasinya diperoleh dari PT. Condong, Garut (Putri, 2009) yang telah menerapkan teknik aplikasi lahan yang dikaji, b) pemanfaatan biogas sebagai sumber energi, informasinya diperoleh dari

literatur yang dikeluarkan oleh Ditjen PPHP Deptan (2006),

c) pemanfaatan limbah cair terolah sebagai penambah nutrisi kompos TKKS , informasinya diperoleh dari literatur yang disusun oleh Wulfert, dkk (2000). 2. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS)

Metode pengolahan yang dikaji adalah metode teknologi kompos TKKS, informasinya diperoleh dari PT. Surya Faster Growing (2004) yang telah menerapkan metode teknologi kompos TKKS.

(25)

6 a) pemanfaatan TKKS sebagai mulsa dan pemanfaatan kompos TKKS di lahan perkebunan, informasinya diperoleh dari literatur yang disusun oleh Pahan (2008) dan Taniwiryono (2009),

b) penjualan/pemasaran kompos TKKS, informasinya diperoleh dari literatur yang disusun oleh Buana, dkk (2000).

Informasi dan data mengenai penerapan berbagai metode sebagian diperoleh dari berbagai perusahaan kelapa sawit yang memiliki pabrik kelapa sawit dengan kapasitas olah yang sama (30 ton TBS/jam) dan telah menerapkan salah satu metode pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS yang dikaji. Sementara itu, informasi dan data yang diperoleh dari studi literatur serta wawancara dilakukan karena sebagian metode penanganan limbah yang dikaji belum banyak diterapkan oleh pabrik kelapa sawit sehingga sulit memperoleh data dan informasi penerapannya. Informasi dan data yang diperoleh akan digunakan pada tahapan verifikasi terhadap model yang telah dikembangkan. Oleh karena data dan informasi diperoleh dari tahun penulisan yang berbeda, maka untuk penyetaraan nilai biaya digunakanlah nilai persentase inflasi yang terjadi di Indonesia (antara tahun 2001 – 2009) sebagai asumsi.

D. OUTPUT PENELITIAN

Penelitian ini menghasilkan output berupa perangkat lunak sistem penunjang keputusan optimalisasi pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit (PKS) yang bernama PW (Palm Oil Mill Waste) Optima 1.0. Model sistem ini memiliki empat submodel, yaitu model analisis biaya operasional pengolahan dan pemanfaatan limbah cair PKS, model analisis biaya operasional pengolahan dan pemanfaatan limbah TKKS, model optimalisasi pemanfaatan limbah cair PKS, serta model optimalisasi pemanfaatan TKKS. Hasil analisis model ini yaitu meliputi :

1. kapasitas optimal dari pengolahan dan pemanfaatan limbah cair PKS serta TKKS, 2. penggunaan biaya yang optimal dari pengolahan dan pemanfaatan limbah cair

PKS serta TKKS,

3. nilai keuntungan optimal yang diperoleh pihak industri kelapa sawit,

4. tingkat ketercapaian dari tujuan optimalisasi pengolahan dan pemanfaatan limbah cair PKS dan TKKS.

(26)

7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. KELAPA SAWIT DAN PENGOLAHANNYA 1. Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan tumbuhan tropis yang tergolong dalam famili Palmae dan berasal dari Afrika Barat. Meskipun demikian, kelapa sawit dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk Indonesia. Hingga kini, tanaman ini telah diusahakan dalam bentuk perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (Fauzi et al, 2006).

Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut (Pahan, 2008) :

Divisi : Embryophyta Siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae) Subfamili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : E. guineensis Jacq., E. oleifera (H.B.K) Cortes, E odora

Lebih lanjut, Fauzi et al (2006) menjelaskan bahwa kelapa sawit tergolong tanaman monokotil, yaitu batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter 20 – 75 cm. Tinggi maksimum yang ditanam di perkebunan antara 15 – 18 m, sedangkan yang di alam mencapai 30 m. Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah sebanyak 20 – 22 tandan/tahun.

2. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

Pabrik kelapa sawit adalah industri pengolahan tandan buah segar (TBS) dari tanaman kelapa sawit menjadi minyak sawit mentah (crude palm oil) dan minyak inti sawit (palm kernel oil). Proses pengolahan TBS menjadi crude palm oil (CPO) dan palm kernel (PK) dapat dilihat pada Gambar 2.1. Berikut penjelasan mengenai proses pengolahan TBS menjadi CPO dan PK menurut Pahan (2008).

(27)

8 a. Stasiun penerimaan buah

Stasiun penerimaan buah merupakan tempat penerimaan pertama bagi TBS yang berasal dari kebun sebelum diolah dalam PKS. Di stasiun ini, TBS akan ditimbang di jembatan timbang (weight bridge) dan ditampung sementara di penampungan buah (loading ramp).

b. Stasiun rebusan (sterilizer)

Stasiun rebusan merupakan stasiun yang melakukan proses perebusan TBS. Proses perebusan sangat menentukan kualitas hasil pengolahan TBS di PKS. Tujuan dari proses perebusan TBS yaitu menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB), memudahkan proses pemipilan, mengurangi kadar air di dalam buah sehingga mempermudah proses pengempaan dan pemisahan minyak dari zat nonlemak serta penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit. Proses perebusan TBS dilakukan dengan menggunakan tekanan uap sebagai media panasnya.

c. Stasiun pemipilan (stripper)

TBS yang telah direbus dikirim ke stasiun pemipilan dan dituangkan ke alat pemipil (thresher) dengan bantuan hoisting crane. Pada stasiun pemipilan dilakukan proses pemipilan untuk melepaskan brondolan dari tandannya. Proses pemipilan ini terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-banting TBS dan menyebabkan brondolan terlepas dari tandannya. Brondolan dibawa ke stasiun pencacahan (digesting) dan pengempaan (pressing). Sementara itu, tandan yang telah dilepaskan brondolannya atau tandan kosong keluar melalui ujung tromol dan dibawa oleh empty bunch conveyor menuju tempat penampungan tandan kosong. d. Stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan (presser)

Proses pencacahan brondolan bertujuan mempersiapkan daging buah untuk proses pengempaan sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian berupa kehilangan minyak yang sekecil-kecilnya. Hasil cacahan langsung masuk ke alat pengempaan yang berada persis di bawah alat pencacah. Proses pengempaan bertujuan untuk memisahkan minyakdari daging buah. Alat pengempaan yang digunakan adalah screw press. Minyak kasar hasil pengempaan dialirkan menuju sand trap tank, sedangkan ampas kering dan

(28)

9 Gambar 2.1 Diagram alir proses pengolahan TBS (Pahan, 2008)

Minyak + Sludge Crude Oil Tank

Minyak k

Oil Tank

Clarifier Tank

Sludge Tank

Oil Purifier Buffer Sludge Tank

Sludge Separator Brush Strainer

Minyak

Minyak

Vacuum Dryer

Reclaimed Oil Tank Transfer Oil Tank

CPO (MKS)

C

Sludge

Uap ke proses pengolahan

Fat Pit

D

Stasiun Pengolahan Limbah

Sebagian minyak dikutip dan dimurnikan kembali

Kernel

Kernel Silo Clay bath

LTDS Cangkang Kernel Polishing Drum Nut Silo King Cracker Kernel (IKS)

Nut Grading Drum

Kernel Cangkang Vibrating Screen Fiber Ampas Press Depericarper Minyak Janjangan Kosong Ke areal kebun TBS Jembatan Timbang D Screw Press Digester Thresser Sterilizer Loading Ramp Kondensat Loose fruit Uap Boiler B. P. Vessel Power House Steam

(29)

10 biji dibawa oleh cake breaker conveyor (CBC) menuju stasiun pemisahan biji dan inti.

Di dalam sand trap tank terjadi proses pengendapan sebagian kotoran berupa lumpur (sludge) maupun pasir, sedangkan minyak serta sebagian kotoran yang tidak mengendap berada di bagian atas dan dialirkan menuju saringan getar (vibrating screen). Kotoran yang mengendap tersebut dialirkan menuju fat pit. Pada saringan getar, minyak kasar disaring untuk memisahkan minyak kasar dari kotoran berupa serabut kasar. Minyak kasar yang telah disaring dialirkan menuju tangki minyak kasar (crude oil tank atau COT)), sedangkan kotoran berupa serabut kasar dibawa ke stasiun pengempaan untuk diproses kembali. Hal ini bertujuan untuk mengutip minyak yang masih terdapat pada serabut kasar sehingga minyak yang terbuang dapat dikurangi.

e. Stasiun pemurnian (Clarifier)

Pada stasiun pemurnian, minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan akan dibersihkan dari kotoran (padatan, lumpur, maupun air) agar diperoleh CPO dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga layak. Proses pemurnian mulai dilakukan pada COT. Pada COT, minyak kasar dijaga pada temperatur 90 OC untuk memperbesar perbedaan berat jenis antara minyak, air, dan kotoran sehingga dapat mempermudah proses pengendapan. Selanjutnya, minyak dari COT dikirim ke tangki pengendap (vertical clarifier tank atau VCT), sedangkan sebagian kotoran yang mengendap (sludge) akan dibuang melalui saluran pembuangan yang dibuka tiap satu jam. Sludge tersebut dialirkan ke fat pit.

Di dalam VCT, temperatur dijaga pada kisaran 90 - 95 OC untuk mempermudah proses pengendapan kotoran sehingga terpisah dari minyak kasar dan dilakukan pengadukan dengan menggunakan pengaduk (stirer agitator). Minyak dari VCT selanjutnya dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank. Sludge merupakan fasa campuran yang masih mengandung minyak dan akan diolah kembali untuk mengutip minyak yang masih terkandung di dalamnya. Temperatur di dalam oil tank dijaga pada kisaran 90 - 95 OC untuk mempermudah proses pengendapan tersebut. Minyak pada oil tank selanjutnya dialirkan menuju oil purifier. Pada oil purifier, minyak dipisahkan dari air dan

(30)

11 kotoran-kotoran ringan yang terkandung di dalamnya. Proses pemisahan dalam oil purifier ini menggunakan metode pemusingan dengan putaran tinggi untuk memisahkan cairan-cairan yang tidak saling bersenyawa (tidak saling melarutkan), mempunyai berat jenis yang berbeda, dan benda padat yang terkandung di dalamnya. Fase yang lebih berat, dalam hal ini air dan kotoran (sludge), akan mendapat gaya sentrifugal yang lebih besar sehingga akan terlempar lebih jauh ke bagian luar dari sumbu putar. Minyak yang telah dimurnikan di dalam oil purifier diharapkan memiliki kadar kotoran sebesar 0,01 – 0,02% dan kadar air ± 5%.

Selanjutnya, minyak dipompa menuju vacuum dryer. Di dalam vacuum dryer terjadi proses pengurangan kadar air pada minyak dengan proses pengeringan yang menggunakan tekanan rendah (vakum) antara 0,650 sampai -700 mmHg dengan temperatur berkisar antara 90 – 95 OC. Pemberian tekanan dan temperatur pada vacuum dryer dilakukan menggunakan steam ejector. Minyak yang telah melalui proses pengeringan ini diharapkan memiliki kadar air berkisar antara 0,01 – 0,02%. Kemudian, minyak dialirkan menuju oil transfer tank sebagai tempat penampungan sementara minyak yang telah dimurnikan sebelum dialirkan dan disimpan di dalam tangki timbun.

f. Stasiun pemisahan biji dan inti (kernel)

Proses pemisahan biji dan inti meliputi dua metode, yaitu metode pemisahan biji dan serabut serta metode pengolahan dan pemisahan inti sawit.

Metode pemisahan biji dan serabut

Cara yang digunakan untuk memisahkan biji dari serabut kelapa sawit yaitu dengan menggunakan tarikan atau hisapan udara pada sebuah kolom pemisah (separating column) yang terdapat pada depericarper. Kemudian biji masuk ke tromol pembersih biji (nut polishing drum) untuk membersihkan sisa-sisa serabut yang masih menempel pada biji. Biji yang telah bersih akan terdorong oleh beater arm ke ujung nut polishing drum dan selanjutnya dibawa oleh elevator menuju nut grading drum untuk dipisahkan berdasarkan ukurannya. Metode pengolahan dan pemisahan inti kelapa sawit (IKS)

Proses pengolahan dan pemisahan IKS meliputi pemisahan biji, pengeringan biji, pemecahan biji, pemisahan inti dan cangkang serta pengeringan inti.

(31)

12 Sebelum ditampung di dalam nut silo, biji bersih akan memasuki tromol pemisah biji (nut gradingdrum) untuk memisahkan antara biji berukuran kecil dengan biji berukuran besar. Tujuan pemisahan biji adalah untuk memperoleh efisiensi pemecahan biji yang optimal karena alat pemecah biji telah diset untuk memecahkan biji dengan ukuran tertentu. Pengeringan biji dilakukan di dalam nut silo dan bertujuan untuk menguapkan kandungan air yang terdapat di dalam biji sehingga daya lekat inti dan cangkang semakin renggang. Biji yang telah dikeringkan di dalam nut silo selanjutnya diumpankan ke alat pemecah biji, yaitu king cracker. Biji-biji tersebut akan terpecah sehingga mengeluarkan inti sawit (palm kernel) yang ada di dalamnya. Hasil pemecahan dari king cracker berupa campuran kernel, cangkang dan kotoran halus selanjutnya dibawa oleh conveyor dan elevator menuju ke bagian pemisahan.

Ada dua metode pemisahan kernel dan cangkang, yaitu sistem pemisahan kering dan pemisahan basah. Pemisahan kering dilakukan dalam suatu kolom vertikal (LTDS atau Light Tenera Dust Separator) dengan bantuan hisapan udara dari blower, dimana fraksi yang lebih ringan akan terhisap ke bagian atas, sedangkan fraksi yang lebih berat akan jatuh ke bawah. Proses pemisahan dilakukan pada dua kolom pemisah, yaitu LTDS 1 dan LTDS 2. Pemisahan basah dilakukan dengan menggunakan claybath dengan prinsip pemisahan berdasarkan perbedaan berat jenis antara inti dan cangkang menggunakan larutan kaolin. Inti yang sudah terpisah dari cangkang dimasukkan ke silo inti untuk diturunkan kadar airnya. Pengeringan ini bertujuan untuk menonaktifkan kegiatan mikroorganisme sehingga pembentukan jamur atau kenaikan asam dapat dibatasi pada saat inti disimpan. Selanjutnya, inti tersebut dibawa oleh vanbelt conveyor menuju silo penyimpanan inti (bulk kernel silo).

3. Limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia, maupun proses-proses alam dan tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Pengertian mempunyai nilai ekonomi yang negatif karena penanganan limbah memerlukan biaya yang cukup besar disamping juga dapat mencemari lingkungan (Sa’id, 1994).

(32)

13 Aktivitas produksi pabrik kelapa sawit (PKS) menghasilkan limbah dalam volume yang sangat besar. Hal ini dapat terlihat pada neraca massa pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit (CPO) yang disajikan pada Gambar 2.2. Limbah yang dihasilkan dapat berupa limbah padat dan limbah cair.

Gambar 2.2. Neraca massa pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit (CPO) (Subdit Pengelolaan Lingkungan, Ditjen PPHP, Deptan, 2006)

Limbah padat dapat dibuang secara langsung ke lingkungan tanpa harus diolah terlebih dahulu. Sementara untuk limbah cair, sebelum dibuang ke lingkungan, harus

Air (6,2%) Pemisahan dengan Depericarper 2 Air (3%) Limbah cair (39,4%) Limbah padat (2,4%) Air (14,4%) Air hidro siklon (3%) Air kondensat (11,1%) Pengepresan Pemecahan Pemisahan dengan angin Pengeringan Penyimpanan Kernel Pemisahan dengan air Pemisahan dengan Depericarper 1 23,5% Cangkang Serabut (12,9%) 10,6% 4,2% 2,2% 4,2% 1,2% 5,0% TBS (100%) Tandan rebus (88,5%) Perebusan Perontokan Penguapan (0,4%) Tandan kosong (21,5%) Pengadukan Buah (67%) Minyak (0,2%) Penyaringan Pemisahan dengan Purifier Air (6,7%) Klarifikasi Minyak (21,3%) Pemisahan dengan Decanter CPO 22,5% Vacuum Dryer tangki timbun CPO IPAL

pengumpulan limbah cair di kolam/tangki Sludge (22,2%) Minyak (1,0%) 26% Limbah cair (6,7%)

(33)

14 diolah terlebih dahulu sampai dapat memenuhi baku mutu limbah cair yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup sehingga tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbah padat dan limbah cair PKS juga dapat dimanfaatkan oleh PKS setelah limbah tersebut diolah dengan metode pengolahan tertentu. Pemanfaatan limbah PKS tersebut juga harus didasarkan pada peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

a. Limbah cair pabrik kelapa sawit

1) Karakteristik limbah cair pabrik kelapa sawit

Limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung bahan organik yang dapat mengalami degradasi. Pada Tabel 2.1 disajikan komposisi jumlah air limbah dari 1 ton CPO yang diproduksi. Pada Tabel 2.2 disajikan kualitas limbah cair yang dihasilkan oleh PKS berdasarkan parameter lingkungan yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup.

Tabel 2.1 Komposisi jumlah air limbah dari satu ton CPO

No. Uraian Kapasitas

1 Air 2,35 ton

2 NOS (Non Oil Solid) 0,13 ton

3 Minyak 0,02 ton

Jumlah 2,50 ton

Sumber : Subdit Pengelolaan Lingkungan, Ditjen PPHP, Deptan (2006) Tabel 2.2 Kualitas limbah cair yang dihasilkan oleh PKS secara umum

No. Parameter Lingkungan Satuan Limbah Cair Kisaran Rata-rata 1 BOD mg/l 8.200 – 35.000 21.280 2 COD mg/l 15.103 – 65.100 34.720 3 TSS mg/l 1.330 – 50.700 31.170 4 Nitrogen Total mg/l 12 – 126 41

5 Minyak dan Lemak mg/l 190 – 14.720 3.075

6 pH - 3,3 – 4,6 4

Sumber : Subdit Pengelolaan Lingkungan, Ditjen PPHP, Deptan (2006)

Penjelasan mengenai parameter lingkungan yang menjadi parameter kualitas limbah cair PKS yaitu sebagai berikut :

(34)

15 BOD (Biochemical Oxygen Demand)

BOD adalah banyaknya oksigen yang terlarut dalam ppm atau milligram per liter (mg/l) yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan organik di dalam air (Fardiaz, 1992).

COD (Chemical Oxygen Demand)

COD adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau milligram per liter (mg/l) yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk menguraikan benda organik secara kimiawi (Sugiharto, 1987).

TSS (Total Suspended Solid)

TSS adalah jumlah total bobot bahan (padatan) yang tersuspensi dalam suatu volume air tertentu, biasanya dinyatakan dalam miligram per liter (mg/l) atau ppm. TSS menggambarkan padatan melayang dalam cairan limbah. Pengaruh TSS lebih nyata pada kehidupan biota dibandingkan dengan total solid. Semakin tinggi TSS, maka bahan organik membutuhkan oksigen untuk perombakan yang lebih tinggi (Kristanto, 2004).

Nitrogen total

Nitrogen total merupakan penjumlahan dari kandungan nitrogen organik, total amoniak, NO3-N dan NO2-N di dalam air limbah. Semakin tinggi kandungan total nitrogen dalam cairan limbah, maka akan menyebabkan keracunan pada biota (Suprihatin dan Ismayana, 2000).

Minyak dan lemak

Kandungan minyak dan lemak di dalam air limbah dapat mempengaruhi aktifitas mikroba dan merupakan pelapis permukaan cairan limbah sehingga menghambat proses oksidasi pada saat kondisi aerobik. (Fardiaz, 1992).

pH

pH atau konsentrasi ion hidrogen adalah ukuran kualitas dari air maupun air limbah. Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral (pH 6 – 8). Perubahan keasaman pada air limbah akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan hewan air di sekitarnya. Air limbah dengan pH yang tidak netral akan menyulitkan proses biologis, sehingga mengganggu proses penjernihannya (Kristanto, 2004).

(35)

16 2) Peraturan mengenai penanganan limbah cair PKS

Limbah cair PKS harus diolah terlebih dahulu hingga memenuhi baku mutu air limbah sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no. 51 tahun 1995. Daftar baku mutu limbah cair industri kelapa sawit diberikan pada lampiran B.IV di dalam Keputusan Menteri tersebut seperti yang disajikan pada Tabel 2.3. Setelah memenuhi baku mutu air limbah tersebut, barulah limbah cair dapat dibuang ke badan air seperti sungai atau danau.

Tabel 2.3 Baku mutu limbah cair untuk industri kelapa sawit

Parameter Kadar Maksimum (mg/l) Beban Pencemaran Maksimum (mg/l) BOD5 100 0,25 COD 350 0,88 TSS 250 0,63

Minyak dan Lemak 25 0,063

Nitrogen Total (sebagai N) 50,0 0,125

pH 6,0 – 9,0

Debit Limbah Maksimum 2,5 m3 per ton produksi minyak sawit Sumber : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no. 51 tahun 1995

Selain itu, dalam proses penanganan limbah cair juga diwajibkan kepada pihak industri kelapa sawit untuk memiliki izin pembuangan air limbah hasil pengolahan limbah cair PKS yang diatur atau dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah setempat yang penetapannya berdasarkan pada :

Peraturan Pemerintah no. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no. 111 tahun 2003 tentang pedoman mengenai syarat dan tata cara perizinan serta pedoman kajian pembuangan air limbah ke air atau sumber air.

3) Metode pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit

Menurut Kristanto (2004), secara umum pengolahan air limbah terbagi menjadi tiga teknik pengolahan, yaitu :

(36)

17 a) Pengolahan secara fisika, dilakukan sebelum pengolahan lanjutan air limbah yang bertujuan untuk menyisihkan bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan mudah menguap atau bahan-bahan yang terapung.

b) Pengolahan secara kimia, dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun, dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.

c) Pengolahan secara biologi, dilakukan karena semua air limbah mengandung bahan organik yang dapat diolah secara biologi.

Dalam penanganan limbah cair PKS, teknik pengolahan yang digunakan lebih mengarah ke pengolahan secara fisika dan biologi. Tahapan pengolahan limbah cair PKS dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap pengolahan pendahuluan (pre treatment), pengolahan utama (primary treatment) dan pengolahan akhir (post treatment), seperti yang disajikan pada Gambar 2.3. Pada tiap tahapan akan dilakukan proses pengolahan limbah cair PKS dengan metode pengolahan yang direkomendasikan oleh Subdit Pengelolaan Lingkungan Ditjen PPHP Departemen Pertanian. Berikut penjelasan dari masing-masing tahapan tersebut :

a) Tahap pengolahan pendahuluan (pre treatment)

Rangkaian proses pengolahan limbah cair PKS yang dilakukan pada tahap pendahuluan pengolahan pendahuluan yaitu :

i. Proses segregasi aliran

Proses segregasi (pemisahan) aliran limbah cair PKS berdasarkan sumbernya, yaitu limbah cair yang berasal dari air rebusan TBS, stasiun klarifikasi dan air hidrosiklon.

ii. Proses pengurangan minyak dan lemak

Proses pengurangan kandungan minyak dan lemak dalam limbah cair PKS dilakukan di kolam pengutipan minyak (fat-pit) dengan menerapkan prinsip pengendapan. Minyak yang mengapung di bagian atas (berat jenis yang lebih kecil dari bahan lain), akan dialirkan menuju stasiun pemurnian untuk diolah kembali. Proses ini bertujuan untuk meminimalkan hilangnya kuantitas CPO akibat terbawa limbah cair PKS, mengurangi kandungan minyak dalam limbah cair PKS untuk memenuhi baku mutu agar dapat dibuang ke lingkungan dan

(37)

18 mengurangi kemungkinan terbentuknya buih yang dapat mengganggu proses pengolahan pada tahap pengolahan utama.

Gambar 2.3 Tahap pengolahan limbah cair PKS

Menurut Hassan, et al (2004), pemisahan minyak dan lemak dari limbah cair PKS dapat dilakukan dengan oil skimmer yaitu pemisahan dengan bantuan uap panas yang dimasukkan ke dalam limbah cair PKS untuk membantu mempercepat pemisahan antara minyak dan cairan lumpur.

iii. Proses penurunan suhu limbah cair PKS

Suhu limbah cair PKS diturunkan dari suhu 70 – 80 OC menjadi 40 – 45 OC dan dilakukan di menara atau bak pendingin. Proses ini dilakukan selama 1 sampai 2 hari. Tujuan dari proses ini yaitu untuk menurunkan suhu limbah cair PKS agar

dibuang ke badan air Kolam aerobik-aerasi Kolam pengendapan Pengolahan akhir Secara aerobik Limbah cair PKS 1. Segregasi aliran 2. Pengutipan minyak 3. Penurunan suhu RANUT

Kolam anaerobik Tangki anaerobik Pengolahan pendahuluan

Pengolahan utama

(38)

19 sesuai dengan kondisi suhu yang ideal untuk mikroorganisme yang akan digunakan pada tahapan pengolahan utama.

b) Tahap pengolahan utama (primary treatment)

Tahap pengolahan utama terdiri dari 2 tahap proses pengolahan, yaitu proses pengolahan limbah cair secara anaerobik dan secara aerobik.

i. Proses pengolahan limbah cair secara anaerobik (tanpa oksigen)

Rantai reaksi anaerobik ditunjukkan pada Gambar 2.4. Pada tahap pertama, bahan-bahan organik dikonversi oleh bakteri menjadi bahan-bahan organik yang terlarut. Pada tahap kedua, bahan-bahan organik terlarut tersebut dikonversi oleh bakteri asidifikasi menjadi asam organik, alkohol, aldehid dan sebagainya sehingga air limbah yang mengandung bahan organik lebih mudah mengalami biodegradasi dalam suasana anaerobik. Tahap kedua juga menghasilkan hidrogen dan karbondioksida. Tahap selanjutnya adalah dua tahap pembentukan asam asetat dan metana serta karbondioksida. Bersamaan dengan dua tahap terakhir, terjadi pembentukan hidrogen sulfida oleh bakteri pemakan sulfat. Jika kandungan sulfur dalam air limbah tinggi, hidrogen sulfida yang terkandung di dalam gas akan menimbulkan masalah bau dan korosi (Siregar, 2005).

(39)

20 Pada proses pengolahan limbah cair PKS secara anaerobik, terdapat tiga metode pengolahan yang direkomendasikan oleh Subdit Pengelolaan Lingkungan Ditjen PPHP Departemen Pertanian, yaitu metode kolam anaerobik, tangki anaerobik dan reaktor anaerobik unggun tetap (RANUT).

i. Kolam anaerobik (kolam stabilisasi)

Kolam anaerobik merupakan metode pengolahan limbah cair PKS dengan menggunakan kolam-kolam sebagai tempat berlangsungnya proses pengolahan limbah cair PKS secara anaerobik. Pada Gambar 2.5 disajikan dasar perancangan untuk sistem kolam anaerobik aerasi. Proses anaerobik dilakukan di dalam kolam-kolam anaerobik yang terdiri dari kolam asidifikasi (pengasaman), kolam anaerobik primer dan anaerobik sekunder.

Pada kolam asidifikasi, bahan-bahan organik yang telah dikonversi menjadi bahan terlarut akan dikonversi menjadi asam organik, alkohol, aldehid dan sebagainya. Pada kolam anaerobik primer, akan terjadi proses asetogenesis dan fermentasi metana terhadap air limbah hingga tercapai baku mutu air limbah untuk aplikasi lahan. Sementara kolam anaerobik sekunder dimanfaatkan untuk melanjutkan proses di kolam anaerobik primer dan diperuntukkan terhadap limbah cair yang tidak termanfaatkan untuk aplikasi lahan. Secara prinsip, proses kerja yang terjadi di kolam anaerobik sekunder sama dengan kolam anaerobik primer. Pada Tabel 2.4 disajikan kisaran komponen kimia limbah cair PKS sebelum dan setelah penanganan dengan metode kolam anaerobik (kolam stabilisasi).

ii. Tangki anaerobik

Pada metode tangki anaerobik, akan dilakukan proses biologis dalam kondisi anaerobik, dimana bahan organik yang terkandung dalam limbah cair PKS akan terurai menjadi gas metan dan karbondioksida yang kemudian disebut biogas. Pada proses biologis tangki anaerobik, biogas yang terbentuk akan ditampung dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Pada Gambar 2.6 disajikan rancang bangun sistem tangki anaerobik tertutup yang dilanjtkan dengan proses aerobik-aerasi.

(40)

21 Tabel 2.4 Kisaran komponen kimia limbah cair PKS sebelum dan setelah

penanganan dengan metode kolam stabilisasi.

Uraian WPH (hari) BOD (mg/l) P (mg/l) N (mg/l) K (mg/l) Mg (mg/l) Limbah (fat pit) - 25.000 500-900 90-140 1000-1975 250-340 Kolam pengasaman 5 25.000 500-900 90-140 1000-1975 250-340 Kolam anaerob primer 75 3500-5000 675 90-110 1000-1850 250-320 Kolam anaerob sekunder 35 2000-3500 450 62-85 875-1250 160-215 Kolam aerobik 15 – 21 100-200 80 5-15 420-670 25-55 Kolam pengendapan 2 100-150 40-70 3-15 330-650 17-40

Sumber : Pamin, Siahaan dan Tobing (1996)

Proses anaerobik, yang dilakukan dalam dua tahapan proses anaerobik, yaitu :

 Proses anaerobik yang dilakukan di tangki anaerobik tertutup, dengan alur proses pengolahan sama dengan proses pengolahan yang terjadi di kolam anaerobik pada metode kolam stabilisasi. Gas metan (biogas) yang dihasilkan dari proses pengolahan air limbah secara anaerobik akan ditampung dan kemudian dimanfaatkan sebagai sumber energi. Limbah cair yang telah mengalami biodegradasi di dalam tangki memiliki BOD < 2000 mg/l sehingga dapat diaplikasikan di lahan perkebunan. Fraksi lumpur yang dihasilkan akan mengendap pada dasar tangki dan dialirkan menuju bak pengeringan lumpur.

 Proses anaerobik pada kolam pengendapan anaerob, yang dilakukan untuk mengolah lebih lanjut limbah cair hasil biodegradasi di dalam tangki anaerobik (yang tidak termanfaatkan untuk aplikasi lahan). Pada kolam pengendapan ini akan terjadi proses pengendapan yang bertujuan untuk memisahkan mikroorganisme (biosolid) dari air limbah setelah proses anaerobik di tangki anaerobik. Biosolid yang mengendap pada dasar kolam akan diambil dan dialirkan ke sand bed.

iii. Metode reaktor anaerobik unggun tetap (RANUT)

Metode RANUT menggunakan tangki berupa bioreaktor tempat berlangsungnya proses pengolahan secara anaerobik. Tetapi sebelum metode RANUT dilakukan, terdapat perbedaan proses pada tahapan pre treatment

(41)

22 Gambar 2.5 Dasar perancangan sistem kolam anaerobik aerasi dengan kapasitas olah PKS 30 ton TBS /jam (Subdit Pengelolaan

(42)

23 Gambar 2.6 Rancang bangun sistem tangki anaerobik tertutup (resirkulasi gas)/aerasi-aerobik. Dirancang untuk kapasitas olah PKS 30

Gambar

Tabel 7.6  Nilai  hasil  penghitungan  analisis  keuntungan  pemanfaatan
Tabel  1.1    Luas  areal  perkebunan  kelapa  sawit  di  Indonesia  menurut  propinsi  pada   tahun 2003 – 2007  No
Gambar  2.2.    Neraca  massa  pengolahan  tandan  buah  segar  (TBS)  menjadi  minyak   kelapa  sawit  (CPO)  (Subdit  Pengelolaan  Lingkungan,  Ditjen  PPHP,  Deptan, 2006)
Tabel 2.1 Komposisi jumlah air limbah dari satu ton CPO
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bidang Penguatan kelembagaan dan Pengembangan Partisipasi Masyarakat mempunyai tugas memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan

Proporsi tepung beras merah yang lebih tinggi menyebabkan kadar amilosa dalam adonan kerupuk menjadi lebih tinggi seperti yang dapat dilihat pada Tabel

Bahasa Indonesia yang baik dan benar digunakan dengan sangat efisien dalam sebagian kecil penulisan Keterampilan Penulisan Tulisan hasil pengamatan dibuat dengan benar,

Penggunaan R untuk analisis statistika multivariat khususnya untuk inferensi vektor mean dan inferensi matriks kovariansi masih menggunakan CLI dalam R console

User dapat mengetahui nama anggota beserta alamat anggota yang belum mengembalikan buku beserta tanggal buku tersebut harus di kembalikan Sistem harus dapat melakukan

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok.. Pertimbangan untuk nasihat lain •

Karena dari persamaan penurunan suatu karakteristik minyak isolasi transformator sebanding dengan usia pakai yang dikalikan dengan exponensial kenaikan temperaturnya, dan

u Mensuplai 40 - 55% energi yang dimakan oleh bayi u Merupakan komponen gizi yang penting karena :. mensuplai energi, pelarut vitamin adek, sumber asam lemak esensial, memberikan