• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jensen & Meckling (1976) teori keagenan menjelaskan

N/A
N/A
02 Abdullah Azam

Academic year: 2023

Membagikan "Jensen & Meckling (1976) teori keagenan menjelaskan "

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi

Jensen & Meckling (1976) teori keagenan menjelaskan hubungan antara principal (investor) dan agent (manajemen). Teori ini memiliki 3 (tiga) asumsi, yaitu asumsi sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia disini mengarah pada sifat mementingkan diri sendiri (self interest), asumsi keorganisasian ………. Dan asumsi informasi yang dapat menimbulkan asimetri informasi.

Asimetri informasi dimana ketidakseimbangan informasi akibat distribusi informasi yang tidak sama antara agen dengan principal, yang nantinya dapat memberikan keuntungan yang tidak adil.

Konflik yang biasa terjadi adalah perusahaan yang terlambat atau dengan sengaja menunda pengungkapan informasi keuangan yang relevan, agar mendapat keuntungan sendiri, berupa mendapat insentif, dan menutupi kesalahan dalam laporan keuangan, tentu hal ini sangat merugikan investor. Ketidakpastian atau keterlambatan dalam audit mempengaruhi keyakinan investor pada kualitas informasi dari perusahaan. Hal ini juga dapat mengakibatkan investor menunda atau mengurangi investasinya.

Dalam hal ini auditor berperan sebagai penengah antara principal dan agent yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Auditor harus bertindak secara independen dan menjalankan tanggung jawab sesuai dengan standar audit yang berlaku. Publikasi laporan keuangan secara tepat waktu dapat dinilai sebagai salah satu penentu utama dari kualitas pelaporan keuangan yang meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan mengurangi information asymmetry (Annisa et al. 2022).

(2)

Audit delay tidak dapat dipisahkan dari teori agensi. Audit delay berhubungan erat dengan ketepatan waktu dalam mempublikasikan laporan keuangan. Namun banyaknya anak perusahaan yang dimiliki oleh sebuah perusahaan juga menjadi slaah satu alasan perusahaan tersebut memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan laporan keuangan pada masing-masing anak perusahaan, sehingga audit delay yang diperlukan perusahaan juga semakin panjang.

2.1.2. Audit Delay

Menurut Tuanakotta (2011:236) Audit delay merupakan jarak antara tanggal tutup tahun buku dengan laporan audit, atau waktu yang dibutuhkan untuk mengaudit hingga terbitnya laporan keuangan hasil auditan. Menurut Kasmir (2016:7) laporan keuangan digunakan salah satunya untuk melihat kondisi perusahaan pada saat ini atau dalam periode tertentu. Perbedaan tanggal laporan keuangan dengan tangal penandatanganan auditor mengindikasikan lamanya waktu yang dilakukan auditor, atau bisa disebut juga audit delay.

Menurut Dyer & McHugh (1975) menggunakan tiga kriteria keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu dalam penelitiannya, yaitu sebagai berikut:

1. Preliminary lag, interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa.

2. Auditor’s report lag, interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.

3. Total lag, interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan di bursa. Audit delay juga dikenal dengan istilah audit report lag.

Audit delay dilihat (dihitung) sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan yaitu 31 Desember sampai tanggal yang penandatanganan laporan audit yang tertera pada laporan auditor independen.

Pengukuran variabel audit delay ini mengacu pada penelitian Ebang et al (2019) diukur dengan rumus sebagai berikut:

(3)

Notasi 1. Pengukuran Variabel Audit Delay ……….

(1)

Sumber: Ebang et al, (2019).

2.1.3. Debt to Equity Ratio (DER)

Menurut Kasmir (2008:15) Debt to Equity Ratio menunjukan sejauh mana aktiva dalam perusahaan dibiayai oleh hutang, rasio ini juga digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka panjang maupun jangka pendek. Semakin rendah rasio ini menunjukan perusahaan semakin baik dalam membayar hutang jangka panjangnya (Darsono & Ashari, 2005:55). Menurut Prastowo & Juliaty (2008) menggambarkan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan. Apabila pengukuran rasionya tinggi maka pendanaan dengan utang semakin banyak sehingga semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utangnya dengan aktiva yang dimilikinya.

Darsono & Ashari (2005:55) menyatakan pengukuran Debt to Equity Ratio diukur dengan rumus sebagai berikut:

Notasi 2. Pengukuran Variabel DER ……...……… (2) Sumber: Darsono & Ashari (2005:55).

2.1.4. Return on Assets

Menurut Fahmi (2011:57) Return on Assets merupakan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari tiap satu rupiah aset atau seluruh aset yang digunakan. Menurut Kasmir (2014:327) rasio ini akan menunjukan seberapa banyak laba bersih yang dapat diperoleh dari seluruh modal yang dimiliki dalam perusahaan.

Tujuan operasional dari sebagian besar perusahaan adalah untuk memaksimalkan profit, baik profit jangka pendek maupun profit jangka panjang. Perusahaan yang mampu menghasilkan profit menunjukkan perusahaan memiliki keinginan untuk

(4)

menginformasikan ke publik kinerja unggul mereka dan keberhasilan efektivitas perusahaan.

Darsono & Ashari (2005:57) menyatakan pengukuran Return on Assets diukur dengan rumus sebagai berikut:

Notasi 3. Notasi Pengukuran Variabel ROA ………

(3)

Sumber: Darsono & Ashari (2005:57).

2.1.5. Current Ratio

Menurut Sutrisno (2013) rasio ini membandingkan antar aktiva lancar perusahaan dengan hutang jangka pendeknya. Aktiva lancar meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan. Sedangkan hutang lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lain yang harus segera dibayar. Sayamsuddin (2011) semakin tinggi rasio ini maka perusahaan dapat dikatakan mampu melunasi hutang jangka pendeknya. Menurut (Darsono & Ashari (2005:52) namun jika rasio ini terlalu tinggi menunjukan bahwa terdapat manajemen yang buruk atas pengelolaan likuiditas. Sehingga rasio ini harus normal atau tidak terlalu rendah maupun terlalu tinggi.

(Darsono & Ashari, 2005:52) menyatakan pengukuran Current Ratio diukur dengan rumus sebagai berikut:

Notasi 4. Pengukuran Variabel CR ………...

(4)

Sumber: Darsono & Ashari (2005:57).

2.1.6. Ukuran Perusahaan

Menurut Riyanto (2001:299) ukuran perusahaan menunjukan besar kecilnya sebuah perusahaan yang dilihat dari total asetnya, sehingga perusahaan yang besar akan memiliki saham yang tersebar lebih luas dibandingkan dengan perusahaan kecil.

ROA = Laba Bersih Total Aktiva

(5)

Menurut Sawir (2004) besar kecilnya sebuah perusahaan akan dapa mempengaruhi banyaknya dana tambahan yang akan diterima dari pasar modal, semakin besar perusahaan maka akan memudahkan dalam mendapatkan tambahan dana dari pasar modal atau mudah mendapat investor.

Riyanto (2011) menyatakan pengukuran Ukuran Perusahaan diukur dengan menggunakan rumus berikut:

Notasi 5. Pengukuran Variabel UP ……… (5) Sumber: Riyanto (2011).

2.2.Pengaruh Antar Variabel

2.2.1. Pengaruh Variabel Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Audit Delay Menurut Fahmi (2014) penggunaan hutang yang tinggi akan membuat perusahaan masuk ke dalam kategori extreme leverage (utang ekstrim). Perusahaan beresiko gagal bayar hutang hutangnya yang dapat mengancam keberlangsungan jalannya perusahaan atau membuat perusahaan dapat terlilit hutang sehingga gagal bayar dan bangkrut. Ketika Debt to Equity Ratio tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki ketergantungan dari pihak luar untuk membiayai aset yang dimiliki.

Perusahaan yang memiliki DER tinggi akan membahayakan perusahaan karena membuat perusahaan terjebak dalam hutang tinggi, dan perusahaan terancam gagal bayar hutang pokok dan bunganya, yang menjadikan hal ini sebagai berita buruk (bad news), membuat manajemen menunda penyampaian laporan keuangan dan auditor lama dalam proses mengaudit dikarenakan auditor harus mencari penyebab dari tingginya hutang perusahaan, dan hat-hati dalam proses pengauditan sehingga membuat audit delay menjadi panjang atau lama (Fahmi, 2011:157).

Pandangan ini dikuatkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Annisa et al.

(2022), Febriani, (2019), Saputri & Lestari (2018), Seli (2019) yang menyatakan bahwa variabel Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

(6)

Berdasarkan landasan teori dan empiris tersebut, maka dirumuskan hipotesis 2 sebagai berikut:

H2: Diduga Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay

Gambar 2.1.

Hubungan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Audit Delay

Sumber: Annisa et al. (2022), Febriani, (2019), Saputri & Lestari (2018), Seli (2019).

2.2.2. Pengaruh Variabel Return on Assets (ROA) Terhadap Audit Delay

Menurut Arief & Wibowo (2003:143) return on assets merupakan seberapa besar tingkat profitabilitas yang diukur dari harta yang dimiliki perusahaan. Tiap perusahaan memiliki target pencapaian laba, dengan tujuan supaya bisa memenuhi kewajiban kepada pemegang saham dan meningkatkan daya tarik investor. Bila perusahaan mendapat profit yang besar maka dapat diinformasikan ke publik atas hasil yang baik tersebut.

Menurut Sudana (2011:22) perusahaan yang memilik rasio ROA tinggi berarti memiliki kabar baik (good news) sehingga perusahaan akan segera menyampaikan kabar baik ini ke publik dan penilaian atas kinerja pimpinan dan juga memberikan sinyal positif kepada investor. Sehingga akan mengalami audit delay yang lebih singkat.

Pandangan ini dikuatkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gaol & Duha (2021), Gustiani (2020), Saputri & Lestari (2018), Siregar & Harini (2022), Susanti (2018) bahwa variabel Return on Assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

DER Audit Delay

H2

(7)

Berdasarkan landasan teori dan empiris tersebut, maka dirumuskan hipotesis 3 sebagai berikut:

H3: Diduga Return on Assets (ROA) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay

Gambar 2.2.

Hubungan Return on Assets (ROA) Terhadap Audit Delay

Sumber: Gaol & Duha (2021), Gustiani (2020), Saputri & Lestari (2018), Siregar & Harini (2022), Susanti (2018).

2.2.3. Pengaruh Variabel Current Ratio (CR) Terhadap Audit Delay

Menurut Hanafi & Halim (2016:75) rasio ini menunjukan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan jangka pendeknya dengan aktiva lancarnya.

Menurut Sayamsuddin (2011:63) tidak ada ketentuan pasti nilai current ratio dianggap baik. Namun tingginya rasio ini berarti menunjukan kecepatan perusahaan dalam melunasi hutang, dan diartikan menunjukan perusahaan yang memiliki kinerja yang baik.

Menurut Fahmi (2014:64) likuiditas yang diukur dengan current ratio, ketika current ratio menunjukan rasio tinggi hal ini membuat perusahaan memiliki kabar baik (good news) dan hal ini membuat perusahaan sesegera mungkin menyampaikan laporannya dan menjadikan auditor dapat cepat dalam menyelesaikan laporan keuangan auditannya, yang berarti akan semakin pendek Audit Delay.

Pandangan ini dikuatkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Armando (2019), Susanti (2018) bahwa variabel Current Ratio (CR) berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

Berdasarkan landasan teori dan empiris tersebut, maka dirumuskan hipotesis 4 sebagai berikut:

ROA Audit Delay

H3

(8)

H4: Diduga Current Ratio (CR) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay

(9)

Gambar 2.3.

Hubungan Current Ratio (CR) Terhadap Audit Delay

Sumber: Armando (2019), Susanti (2018).

2.2.4. Pengaruh Variabel Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay

Menurut Bringham & Houston (2011:4) ukuran perusahaan adalah besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat dari berbagai cara antara lain total aset, ukuran pendapatan, dan total ekuitas. Menurut Harahap (2011:23) ukuran perusahaan dapat diukur dengan logaritma natural (Ln) dari total aset perusahaan, total aset mencerminkan ukuran perusahaan dan dapat mempengaruhi ketepatan waktu.

Menurut Subroto (2014:35) perusahaan akan lebih cepat menyampaikan laporan keuangan, karena semakin banyak aset akan semakin menarik perhatian publik atau investor, hal ini juga termasuk kabar baik (good news) bagi para investor maupun calon investor, sehingga dapat mempercepat atau mengurangi audit delay.

Pandangan ini dikuatkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adiraya &

Sayidah (2018) Gaol & Duha (2021), Ginting, (2019), Saputri & Lestari (2018), Setyawan (2020), Susanti, (2018), Wisesa (2020) bahwa variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

Berdasarkan landasan teori dan empiris tersebut, maka dirumuskan hipotesis 5 sebagai berikut:

H5: Diduga Ukuran Perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay

CR Audit Delay

H4

(10)

Gambar 2.4.

Hubungan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay

Sumber: Adiraya & Sayidah (2018) Gaol & Duha (2021), Ginting, (2019), Saputri & Lestari (2018), Setyawan (2020), Susanti, (2018), Wisesa (2020).

2.3.Ringkasan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan menjadi rujukan utama dalam penelitian untuk menguatkan teori dan hipotesis yang akan dibangun dalam penelitian ini. Adapun ringkasan penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1.

Ringkasan Penelitian Terdahulu No

. Peneliti Variabel Model

Penelitia n

Hasil 1. Saputri &

Lestari (2018).

Y: Audit Delay X1: Company Size

X2: CPA Firm X3: ROA X4: DER

Analisis Regresi Linier Berganda.

1.Company Size

berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

2. CPA Firm tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

3. ROA berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

4. DER berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

2. Adiraya &

Sayidah 2018). Y: Audit Delay X1: UP

X2:

Analisis Regresi Linear Berganda.

1. UP berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

2. Profitabilitas tidak

Bersambung….

UP Audit Delay

H5

(11)

Profitabilitas X3: Solvabilitas X4: Opini Auditor

berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

3. Solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

4. Opini Auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

3. Susanti (2018). Y: Audit Delay X1: CR

X2: ROA X3: DER X4: UP

Analisis Regresi Linear Berganda

1. CR berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

2. ROA berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

3. DER tidak

berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

4. UP berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

4. Olivia (2019). Y: Audit Report Lag X1: Likuiditas X2:

Profitabilitas X3: Leverage X4: Opini

Analisis Linear Berganda

1. Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag.

2. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag.

3.Leverage tidak

berpengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag.

4. Opini berpengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag.

5. Armando (2019).

Y: Audit Report Lag X1:

Profitabilitas X2: Likuiditas X3: Solvabilitas

Analisis Regresi Linear Berganda

1. ROA tidak

berpengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag.

2. CR berpengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag.

3. DER tidak

berpengaruh signifikan Bersambung….

Tabel 2.1. (Lanjutan 1)

(12)

terhadap Audit Report Lag.

6. Ginting (2019). Y: Audit Delay X1:

Profitabilitas X2: Solvabilitas X3: Ukuran Perusahaan

Analisis Regresi Linear Berganda

1. Profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

2. Solvabilitas (DAR) berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

3. Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

7. Seli (2019). Y: Audit Delay X1:

Profitabilitas X2: Solvabilitas X3: Aktivitas Persediaan

Analisis Regresi Linear Berganda

1. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

2. Solvabilitas

berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

3. Aktivitas Persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

8. Febriani (2019). Y: Audit Deport Lag X1: ROA X2: DER X3: Ukuran Perusahaan

Analisis Regresi Linear Berganda

1. ROA tidak

berpengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag.

2. DER berpengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag.

3. Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag.

9. Ebang et al (2019).

Y: Audit Delay X1: Ukuran Perusahaan X2:

Profitabilitas X3: Solvabilitas X4: Opini Audit X5: Ukuran KAP

Analisis Regresi Linear Berganda

1. Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

2. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

3. Solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

4. Opini Audit tidak

Bersambung….

Tabel 2.1. (Lanjutan 2)

(13)

berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

5. Ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

10. Wisesa (2020). Y: Audit Delay X1:

Profitabilitas X2: Solvabilitas X3: Ukuran Perusahaan X4: Kualitas Auditor

Analisis Regresi Logistik

1. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Audit Delay.

2. Solvabilitas

berpengaruh positif terhadap Audit Delay.

3. Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif terhadap Aduit Delay.

4. Kualitas Auditor berpengaruh positif terhadap Audit Delay.

11. Setyawan

(2020). Y: Audit

Report Lag X1: Likuiditas X2: Solvabilitas X3: Ukuran Perusahaan

Analisis Regresi Linear Berganda

1. Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag.

2. Solvabilitas

berpengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag.

3. Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag.

12. Gustiani (2020). Y: Audit Delay X1: Ukuran Perusahaan X2:

Profitabilitas X3: Solvabilitas X4: Jenis Industri

Analisis Regresi Linear Berganda

1. Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

2. Profitabilitas

berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

3. Solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

4. Jenis Industri

berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

13. Gaol & Duha

(2021). Y: Audit Delay Analisis

Regresi 1. Opini Auditor

berpengaruh signifikan Bersambung….

Tabel 2.1. (Lanjutan 3)

(14)

X1: Opini Auditor X2:

Profitabilitas X3: Ukuran Perusahaan

Linear Berganda

terhadap Audit Delay.

2. Profitabilitas

berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

3. Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

14. Damanik et al (2021).

Y: Audit Delay X1:

Profitabilitas X2: Ukuran Perusahaan X3: Leverage X4: Umur Perusahaan

Analisis Regresi Linear Berganda

1. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

2. Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

3.Leverage tidak

berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

4. Umur Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

15. Tumanggor &

Mahmuddin (2022).

Y: Aduit Delay X1: Likuiditas X2:

Profitabilitas X3: Solvabilitas X4: Ukuran Perusahaan

Analisis Regresi Linear Berganda

1. Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

2. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

3. Solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

4. Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

16. Zulaikha (2022). Y: Audit Delay X1:

Profitabilitas X2: Solvabilitas X3: Ukuran Perusahaan X4: Opini Audit X5: Ukuran KAP

Analisis Regresi Linear Berganda

1. Profitabilitas

berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

2. Solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

3. Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

4. Opini Audit

Bersambung….

Tabel 2.1. (Lanjutan 4)

(15)

berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

5. Ukuran KAP

berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

17. Annisa et al (2022).

Y: Audit Delay X1:

Profitabilitas X2: Solvabilitas X3: Reputasi KAP

Analisis Regresi Linear Berganda

1. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

2. Solvabilitas

berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

3. Reputasi KAP

berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

18. Siregar & Harini (2022).

Y: Audit Delay X1: ROA X2: UP X3: CR

? 1. ROA berpengaruh

signifikan terhadap Audit Delay.

2. UP tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

3. CR tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

2.4.Kerangka Pemikiran Teoritis

Berdasarkan pada landasan teori dan hasil penelitian terdahulu serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka sebagai dasar perumusan hipotesis berikut disajikan kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.5. berikut:

Tabel 2.1. (Lanjutan 5)

(16)

Gambar 2.5.

Kerangka Pemikiran Teoritis

Sumber: Adiraya & Sayidah (2018), Annisa et al (2022), Armando (2019), Damanik et al (2021), Ebang et al (2019), Febriani (201), Gaol & Duha (2021), Ginting (2019), Gustiani (2020), Olivia (2019), Saputri & Lestari (2018), Seli (2019), Setyawan (2020), Siregar & Harini (2022), Susanti (2018), Tumanggor & Mahmuddin (2022), Wisesa (2020), Zulaikha (2022).

2.5.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pengaruh variabel, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

H1: Diduga Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Current Ratio (CR), dan Ukuran Perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

H2: Diduga Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

(17)

H3: Diduga Return on Assets (ROA) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

H4: Diduga Current Ratio (CR) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

H5: Diduga Ukuran Perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

Referensi

Dokumen terkait

Kinerja keuangan perusahaan direpresentasikan melalui rasio likuiditas yang diukur dengan current ratio (CR), solvabilitas yang diukur dengan debt to equity ratio (DER),

Secara umum dapat terlihat bahwa rasio likuiditas yang diukur dengan current ratio pada setiap perusahaan sektor telekomunikasi terlihat fluktuatif.. Rasio

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu ruang lingkup penelitian dibatasi pada Rasio Likuiditas yang diukur dengan Current ratio , Cash ratio dan Quick ratio , Rasio

Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan dengan menaikan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya

Setelah semua proses diatas selesai, maka akan didapat laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut berupa laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan

Peneliti menjelaskan bahwa analisis rasio likuiditas yang meliputi current ratio dan cash ratio, hasil current ratio dari penelitian ini menunjukan cukup baik dan cash ratio menunjukan

Apakah rasio likuiditas diukur dengan current ratio dan rasio profitabilitas diukur dengan earning per share berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap harga saham perusahaan

Pengaruh Current Ratio Terhadap Nilai Perusahaan Rasio Likuiditas yang diukur menggunakan current ratio merupakan suatu rasio yang digunakan sebagai indikator untuk menggambarkan