• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan (agency theory)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan (agency theory)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan (agency theory) merupakan teori yang menjelaskan adanya hubungan antara pemilik perusahaan (principal) dan manajer (agen). Teori keagenan ini terkadang menimbulkan masalah, hal tersebut dapat terjadi karena para pelaku yang terlibat dalam hubungan ini memiliki kepentingan yang berbeda-beda dan masing-masing berusaha untuk memenuhi kepentingannya sendiri, sehingga permasalahan tersebut menimbulkan terjadinya konflik kepentingan. Pemegang saham memiliki kepentingan untuk memperoleh tingkat pengembalian atas investasinya dalam bentuk dividen dengan jumlah yang besar secepat mungkin, sedangkan manajer selaku pengelola perusahaan berkepentingan untuk mendapatkan kompensasi dan bonus atas kinerjanya sebesar mungkin. Pemilik perusahaan menilai kinerja manajer dalam menghasilkan laba melalui laporan keuangan yang dibuat oleh manajer, sebaliknya manajer berusaha memenuhi tuntutan pemegang saham dengan mengahasilkan laba yang tinggi sehingga bisa memperoleh kompensasi yang diinginkan.

Pada kenyataannya, laporan keuangan yang dibuat oleh manajer tidak selamanya menggambarkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Hal tersebut dilakukan oleh manajer agar tujuannya mendapatkan kompensasi bisa tercapai. Guna

(2)

13

mencegah segala bentuk kecurangan maupun kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan, maka laporan keuangan tersebut harus diperiksa oleh auditor eksternal. Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh auditor eksternal diharapkan dapat dijadikan dasar dalam mengambil keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Mekanisme kelembagaan antara auditor dan manajer sering menimbulkan masalah keagenan (Gavious, 2007). Pada satu sisi manajer menunjuk auditor untuk melakukan audit, namun di sisi lain manajer membayar jasa audit yang dilakukan oleh auditor yang ditunjuk. Pada akhirnya mekanisme kelembagaan tersebut membuat auditor bergantung kepada kliennya dan akan berdampak pada independensi yang dimiliki oleh auditor (Indra, 2014). Lebih lanjut lagi Indra (2014) mengungkapkan bahwa auditor dituntut untuk memenuhi keinginan klien demi menjaga perikatan antara auditor dengan klien di masa mendatang. Keadaan seperti inilah yang nantinya akan menimbulkan konflik kepentingan dalam diri auditor tersebut.

2.1.2 Pendekatan Kontinjensi

Menurut Harjanto (2014), teori kontinjensi menyatakan bahwa tidak ada sistem akuntansi manajemen yang dapat diterapkan secara universal yang bisa digunakan oleh semua organisasi dalam berbagai situasi. Keefektifan penerapan sebuah sistem bergantung kepada kesesuaian antara sistem tersebut dengan lingkungan dimana sistem tersebut diterapkan dan sistem akuntansi yang tepat tergantung pada keadaan khusus dimana organisasi tersebut berada (Otley, 1980). Prinsip akuntansi manajemen akan

(3)

14

selalu berusaha untuk mengadopsi sistemnya untuk lebih berguna dalam kondisi tertentu, dikarenakan usaha untuk mengidentifikasi variabel kontinjensi yang paling penting dan menduga efeknya terhadap desain sistem pengendalian sangat diperlukan (Purwati dan Siti, 2006). Purwati dan Siti, 2006 lebih lanjut beranggapan bahwa sistem akuntansi manajemen tergantung pada faktor-faktor situasional yang ada dalam setiap keadaan. Penelitian-penelitian akuntansi manajemen, pendekatan kontinjensi diperlukan untuk mengevaluasi faktor-faktor kondisional yang menyebabkan sistem pengendalian manajemen lebih efektif.

Desain sistem pengendalian dan perencanaan adalah keadaan khusus yang tidak ada ketentuan umum mengenai apa yang seharusnya dilakukan dalam situasi khusus tersebut dan ada ketidakpastian atau kontinjensi (contingency) dari aktivitas dan teknik yang membangun sistem pengendalian dan sistem perencanaan suatu organisasi. Pendekatan kontijensi memberi dukungan perlunya memfokuskan pada perubahan. Tidak ada satu aturan hukum yang memberi solusi terbaik untuk setiap waktu, tempat semua orang atau situasi. Pendekatan universal ini muncul sebagai akibat dari adanya perkembangan dalam pendekatan manajemen ilmiah, yang memiliki tujuan untuk mencari formulasi terbaik dalam proses produksi suatu perusahaan. Sebuah sistem pengendalian manajemen pada kenyataannya juga dapat diaplikasikan untuk beberapa perusahaan yang mempunyai karakteristik dan skala usaha yang hampir sama. Berangkat dari kenyataan itu Purwati dan Siti (2006) mengatakan, maka sebuah teori kontinjensi dalam pengendalian manajemen terletak di antara dua ekstrim.

(4)

15

1) Berdasarkan teori kontinjensi maka pengendalian manajemen akan bersifat situation specific model atau sebuah model pengendalian yang tepat akan sangat dipengaruhi oleh situasi yang dihadapi.

2) Adanya kenyataan bahwa sebuah sistem pengendalian manajemen masih dapat digeneralisir untuk dapat diterapkan pada beberapa perusahaan yang berbeda-beda.

Beberapa penelitian sebelumnya mengidentifikasikan hasil yang saling bertentangan mengenai hubungan antara independensi dan akuntabilitas dengan kualitas audit. Penelitian lainnya menunjukan hasil yang tidak konsisten antara satu dengan yang lainnya maka dapat digunakan pendekatan kontijensi untuk merekonsiliasi perbedaan dari penelitian tersebut (Govindarajan, 1986). Pendekatan kontijensi memungkinkan adanya pendekatan variabel-variabel yang dapat bertindak sebagai faktor pemoderasi yang mempengaruhi hubungan antara independensi dan akuntabilitas terhadap kualitas audit. Penelitian ini disiplin kerja akan digunakan sebagai pemoderasi dalam faktor kontinjensi.

2.1.3 Kualitas Audit

Menurut Enofe et al. (2013), audit adalah pemeriksaan audit independen atas laporan keuangan suatu perusahaan yang telah dipersiapkan oleh manajemen perusahaan. Proses pemeriksaan tersebut mengungkapkan pendapat profesional apakah laporan keuangan menunjukkan pandangan yang benar dan adil dari posisi perusahaan

(5)

16

di akhir masa periode keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan profesional yang relevan.

Menurut DeAngelo (1981) bahwa kualitas audit terdiri dari dua komponen hal tersebut juga digunakan oleh AAA Financial Accounting Standard Committee, 2000 yaitu: mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (probability) auditor akan menemukan pelanggaran tergantung pada kompetensi auditor dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien tergantung pada independensi auditor, oleh karena itu kualitas audit yang baik harus dibangun sejak awal pelaksanaan audit hingga pelaporan dan pemberian rekomendasi. Ini bertujuan agar pihak auditor bisa mengontrol saat pertama kali pelaksanaan audit, kemudian memberikan hasil yang memadai terhadap laporan keuangan yang akan diaudit.

Penurunan kualitas audit dimasa singkat dikarenakan kurangnya kompetensi atau hilangnya independensi, sementara kehilangan kualitas dalam audit masa yang panjang kemungkinan besar karena hilangnya independensi. Hay dan Knechel (2010) serta dikutip oleh Idowu dan Gabriel (2013), audit bisa dikategorikan sebagai jenis kepercayaan yang baik dikarenakan auditor menambah kredibilitas perusahaan laporan keuangan dengan mengungkapkan pendapat tentang representasi yang benar dan adil, tetapi hanya sejauh pengguna laporan keuangan menganggap bahwa pendapat itu berharga.

Kesimpulannya pengertian kualitas audit dalam penelitian ini adalah suatu posisi kejadian-kejadian yang dialami seorang auditor yang menemukan dan melaporkan ketidaksesuaian penyajian laporan keuangan dengan standar yang berlaku.

(6)

17 2.1.4 Independensi

Independensi dilihat dari sudut pandangnya memiliki pengertian yang berbeda-beda akan tetapi memiliki intisari yang sama yaitu tidak memiliki sikap memihak. Independensi merupakan ukuran kredibilitas pendapat yang diberikan oleh auditor. Poin penting dalam independensi yaitu tidak mementingkan diri sendiri dan bertentangan dengan objektivitas dan integritas (Mulyadi, 2002).

1) Objektivitas yaitu sikap yang adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.

2) Integritas yaitu bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa, pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi.

Independensi menurut Arens et al. (2008:111) dapat diartikan mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan. Tiga aspek independensi terdiri dari (Halim, 2008:50).

1) Independen dalam fakta (independent in fact) bila auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit.

2) Independensi dalam penampilan (independen in appearance) adalah hasil dari interprestasi lain atas independensi ini.

(7)

18

3) Independensi dari sudut keahlian (independence in competence) yaitu independen yang berkaitan dengan kompetensi atau kemampuan yang dimiliki auditor dalam melaksanakan serta menyelesaikan tugasnya.

Penelitian yang dilakukan oleh (Lavin, 1976) dalam Alim, dkk. (2007) menjelaskan lebih mendalam konsep independensi dalam hal hubungan antara klien dan auditor melalui pengamatan pihak ketiga. Banyaknya penelitian mengenai independensi menunjukkan bahwa variabel independensi merupakan variabel penting bagi auditor untuk mejalankan profesinya. Sikap independen dapat mendukung auditor dalam mengumpulkan bukti sehingga menghasilkan informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Independesi merupakan cerminan bahwa auditor tersebut memang memiliki kualitas dalam dirinya, hal tersebut melekat pada individu auditor. Auditor menunjukan independensinya untuk kredibilitas dalam pendapatnya.

2.1.5 Akuntabilitas

Akuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannya (Supardi dan Mutakin, 2007). Lingkungan disini maksudnya adalah lingkungan atau tempat seseorang melakukan aktivitas atau pekerjaannya yang dapat mempengaruhi keadaan di sekitarnya.

Peran dan tanggungjawab auditor diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh IAI ataupun Statement on Auditing Standards (SAS) yang dikeluarkan oleh Auditing Standards Board (ASB), adalah sebagai berikut.

(8)

19

1) Tanggungjawab mendeteksi dan melaporkan kecurangan (fraud), kekeliruan, dan ketidakberesan (SPAP Seksi 316).

2) Tanggungjawab mempertahankan sikap independensi dan menghindari konflik (SPAP Seksi 220).

3) Tanggungjawab mengkomunikasikan informasi yang berguna tentang sifat dan hasil proses audit (SPAP Seksi 341).

4) Tanggungjawab menemukan tindakan melanggar hukum dari klien (SPAP Seksi 317).

Akuntabilitas pada penelitian Singgih dan Icuk (2010) mengukur akuntabilitas dengan tiga faktor yaitu.

1) Motivasi, merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Terkait dengan akuntabilitas, seseorang dengan akuntabilitas tinggi akan memiliki motivasi yang tinggi pula dalam mengerjakan sesuatu.

2) Pengabdian pada profesi, dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki, serta keteguhan untuk tetap melaksanakan suatu pekerjaan. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Totalitas inilah yang menjadi tanggung jawab dan komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, kemudian baru materi.

3) Kewajiban sosial, merupakan pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat yang diperoleh, baik oleh masyarakat maupun profesional karena

(9)

20

adanya pekerjaan tersebut. Jika auditor menyadari betapa besar perannya, maka ia akan memiliki keyakinan untuk melakukan pekerjaan dengan baik dan penuh tanggungjawab, sehingga ia merasa berkewajiban untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat dan juga profesinya.

Menurut Mardisar dan Sari (2007), seseorang dengan akuntabilitas tinggi memiliki keyakinan yang lebih tinggi bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh supervisor/ manajer/ pimpinan dibandingkan dengan seseorang yang memiliki akuntabilitas rendah. Auditor wajib memiliki kecermatan serta seksama dalam memeriksa laporan keuangan maka dari itu perlunya akuntabilitas (tanggungjawab) yang dimiliki auditor bertujuan untuk mewajibkan auditor agar cermat dan seksama agar hasil yang dibuat bisa dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

2.1.6 Disiplin Kerja

Hasibuan (2011) menyebutkan bahwa kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan sadar akan tugas dan tanggungjawab yang diberikan. Menerima sangsi atau hukuman jika melanggar tugas dan wewenang adalah salah satu cara meningkatkan kesadaran dalam diri seseorang. Memiliki sikap disiplin bermanfaat mendidik auditor untuk mematuhi dan menyenangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada,

(10)

21

sehingga menghasilkan kinerja yang baik, dan berdampak terhadap reputasi organisasi yang disiplin pegawainya tinggi.

Menurut Terry (1993), disiplin merupakan alat penggerak karyawan. Pekerjaan dapat berjalan dengan lancar apabila kedisiplinan mampu diperlihatkan oleh semua karyawan. Tanggapan Terry kurang setuju jika disiplin hanya dihubungkan dengan hal-hal yang kurang menyenangkan (hukuman), karena sebenarnya hukuman merupakan alat paling akhir untuk menegakkan disiplin. Disiplin dalam arti sempit, biasanya dihubungkan dengan hukuman. Padahal sebenarnya menghukum seorang karyawan hanya merupakan sebagian dan persoalan disiplin. Kejadiaan penghukuman jarang terjadi bilamana usaha-usaha pendekatan secara konstruktif mengalami kegagalan (Reza, 2014).

Tingkat disiplin kerja di setiap individu pasti memiliki perbedaan dan setiap individu pasti pernah melakukan kesalahan dalam penugasannya baik itu sengaja maupun tidak. Salah satu penyebab kesalahan terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang peraturan, prosedur, dan kebijakan yang ada sehingga terjadi tindakan indisipliner. Tindakan indisipliner sebaiknya dilakukan apabila upaya pendidikan yang diberikan telah gagal. Sanksi indisipliner mengarahkan ke sanksi moral yang bertujuan untuk memperbaiki perilaku pegawai dan bukan untuk menyakiti, harus dilakukan secara adil dan bijaksana. Pemberian orientasi atau pembekalan kepada pegawai akan peraturan yang harus ditaati meminimalisir kesalahan yang terjadi, sebab tidak ada manusia yang sempurna (Wicaksana, 2015). Perlunya penerapan disiplin yang berasal

(11)

22

dari akar kata disciple yang berarti belajar, dalam hal ini setiap individu diarahkan untuk melatih diri dan membentuk seseorang melakukan sesuatu menjadi lebih baik. Koreksi dan pencegahan terhadap melemahnya ketaatan peraturan harus segera diatasi dan dilakukan oleh semua komponen yang terlibat dalam organisasi. Melemahnya disiplin kerja dalam organisasi akan secara langsung memengaruhi moral pegawai maupun terhadap pelayanan yang diberikan. Penurunan tersebut akan memengaruhi independensi, akuntabilitas auditor, dan bahkan kinerja dari auditor yang berdampak pada kualitas audit. Kehilangan disiplin pada kinerja auditor juga akan menghilangkan kepercayaan publik.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Independensi Auditor pada Kualitas Audit

Bagi Akuntan Publik, independensi artinya tidak mudah dipengaruhi karena melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum yang disebutkan dalam Standar Auditing Seksi 220 (SPAP, 2011) (Yunita dan Leny, 2014). Independensi juga tindakan kejujuran dalam diri auditor yang mempertimbangkan fakta dan pertimbangan yang objektif yang tidak memihak dalam memberikan pendapat dan merumuskannya, maka hasil audit akan sesuai dengan fakta dan tanpa adanya pengaruh dari luar (Mulyadi, 2002:26).

Penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2002) menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mendukung kualitas audit adalah adanya independensi dalam diri auditor. Christiawan (2002) juga mengungkapkan jika independensi hilang dari

(12)

23

dalam auditor maka hasil laporan keuangan yang diaudit akan sama saja dengan laporan keuangan yang tidak diaudit. Memperhatikan kualitas yang dihasilkan sangat penting bagi auditor dan harus selalu dijaga agar pihak-pihak berkepentingan mempercayai dan yakin akan kualitas audit yang dihasilkan.

Penelitian Wiratama dan Budiartha (2015), Agustin (2013), Singgih dan Icuk (2010), Tepalagul and Ling (2015), Francis (2004), dan Ardini (2010) memiliki hasil penelitian yang sama yaitu independensi berpengaruh positif pada kualitas audit. Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

H1: Independensi auditor berpengaruh positif pada kualitas audit.

2.2.2 Pengaruh Akuntabilitas Auditor pada Kualitas Audit

Singgih dan Icuk (2010) menyatakan bahwa akuntabilitas auditor yang terdiri dari motivasi, pengabdian pada profesi, dan kewajiban sosial memiliki hubungan positif dengan kualitas audit. Umumnya motivasi dalam diri seseorang merupakan dorongan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, pengabdian kepada profesi adalah komitmen seseorang agar tetap profesioanal dan bertanggungjawab akan kewajibannya, serta kewajiban sosial merupakan pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun profesional karena pekerjaan tersebut (Harjanto, 2014).

Mardisar dan Sari (2007) menyebutkan tanggungjawab (akuntabilitas) auditor dalam melaksanakan audit akan mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan. Lebih

(13)

24

lanjut lagi Mardisar dan Sari menyatakan bahwa seseorang dengan akuntabilitas tinggi memiliki keyakinan yang lebih tinggi bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh supervisor/manajer/pimpinan dibandingkan dengan seseorang yang memiliki akuntabilitas rendah. Standar audit mengatakan auditor independen harus melaksanakan tugasnya dengan cermat dan seksama. Menurut Ardini (2010), kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggungjawab setiap petugas audit yang bekerja pada suatu Kantor Akuntan Publik. Kecermatan dan keseksamaan merupakan tanggungjawab setiap auditor kepada klien, rekan seprofesi, dan tanggungjawab terhadap praktik lain.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kennedy (1993), Cloyd (1997) dan Mardisar dan Sari (2007) dalam pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas hasil kerja auditor disimpulkan bahwa akuntabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas audit serta diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Singgih dan Icuk (2010) serta Wiratama dan Budiartha (2015) yang menyatakan akuntabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

(14)

25

2.2.3 Disiplin Kerja Auditor Memoderasi Pengaruh Independensi pada Kualitas Audit

Independensi Akuntan Publik merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat pada profesi Akuntan Publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. Apabila seorang Akuntan Publik diketahui kehilangan independensi maka dalam penilaiannya terhadap opini yang diberikan atas laporan keuangan tidak akan memberikan tambahan kegunaan apapun (Mautz dan Sharaf, 1993). Independensi merupakan kode etik yang harus dimiliki oleh setiap auditor, maka setiap KAP yang memiliki auditor dengan disiplin yang tinggi akan kepatuhan terhadap kode etik Akuntan Publik cenderung tidak mudah dipengaruhi oleh pihak lain (independensi). Hal ini diperkuat pada pernyataan Rivai (2004) yaitu disiplin kerja adalah suatu alat untuk merubah sikap seseorang agar bisa mentaati, menghormati peraturan-peraturan yang berlaku, serta mengingatkan pegawai akan rambu-rambu organisasi.

Penelitian yang dilakukan Silalahi dan khaira (2014), mengatakan disiplin kerja sangat berhubungan dengan kemampuan karyawan dalam melaksanakan pekerjaan dengan efektif dan efisien dengan didasarkan pada keinginan yang kuat dalam arti penuh dedikasi dan tanggungjawab dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan. Auditor yang memiliki disiplin yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang baik, itu dikarenakan auditor mampu menyelesaikan audit secara tepat waktu, kepatuhan terhadap peraturan serta ketelitian dalam proses audit mampu ia kerjakan dengan baik.

(15)

26

Hasil kinerja yang dilakukan oleh auditor secara tidak langsung akan menentukan kualitas audit yang dihasilkan.

Ketaatan seorang auditor akan norma-norma atau kode etik Akuntan Publik yang berlaku di perusahaan menimbulkan pandangan bahwa auditor tersebut memiliki independensi yang kuat. Kuatnya independensi auditor akan memperkuat kualitas audit yang dihasilkan. Pengertian di atas diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofie (2014), Ardini (2010), dan Carcello dan Nagy (2004) yang mendapatkan hasil bahwa independensi berpengaruh positif pada kualitas audit. Maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu.

H3: Disiplin kerja auditor memperkuat pengaruh independensi auditor pada kualitas

audit.

2.2.4 Disiplin Kerja Auditor Memoderasi Pengaruh Akuntabilitas pada Kualitas Audit

Kepribadian yang dimiliki seseorang tentunya berbeda-beda itu juga akan membedakan kemampuan dan pengetahuan seorang auditor. Hal tersebut didukung dengan adannya penelitian dari Brown dan Stanner (1983) dalam Mardisar dan Sari (2007), perbedaan pengetahuan diantara auditor akan berpengaruh terhadap cara auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan. Tingkat penyelesaian perkerjaan seorang auditor bergantung pada tanggungjawab yang dimiliki. Akuntabilitas merupakan

bentuk dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha

mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannya (Tetclock, 1987). Rasa tanggungjawab atau akuntabilitas merupakan

(16)

27

suatu keadaan yang dirasakan oleh auditor bahwa pekerjaan yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur dan standar Akuntan Publik sehingga dapat dipertanggungjawabkan mengenai kesimpulan yang dibuat untuk pihak-pihak yang berkepentingan baik langsung maupun tidak langsung.

Auditor dituntut untuk mempertahankan kepercayaan yang telah diberikan kepadanya dengan cara menjaga dan mempertahankan akuntabilitas (Reni, 2014). Kesepakatan yang dibuat dalam penyelesaian audit laporan keuangan tidak lepas dari beban atau tekanan waktu yang dipikul oleh seorang auditor. Auditor harus menyelesaikan pekerjaan auditnya sesuai dengan kesepakatan. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan kepercayaan yang telah diberikan serta auditor dituntut untuk menjadi disiplin.

Penilitian Bustami (2013) menyatakan bahwa akuntabilitas mempengaruhi kualitas audit serta didukung dengan adanya penilitian dari Wiratama dan Budiatha (2015) yang menunjukan hal yang sama. Merujuk pada beberapa penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja dapat meningkatkan pengaruh akuntabilitas pada kualitas audit. Berdasarkan hal tersebut, maka diajukan hipotesis:

H4: Disiplin kerja auditor memperkuat pengaruh akuntabilitas auditor pada kualitas

Referensi

Dokumen terkait

Wadi’ah dalam konteks perbankan berarti akad penitipan uang dari pihak yang mempunyai uang (nasabah) kepada bank sebagai pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk

Peneliti lain yang meneliti tentang batu bata yaitu Evendi (2015: 1) dari Universitas Riau dalam penelitiannya tentang pembuatan batu bata dengan penambahan campuran fly ash

Pengembangan perangkat pembelajaran adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran seperti, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku

dimana penjamin emisi efek berusaha menjual semua efek agar laku semuanya, tetapi apabila efek tersebut tidak laku semuanya maka transaksi dengan pemodal yang ada akan dibatalkan

Penelitian ini bertujuan : memanfaatkan minyak nabati dengan penambahan aditif etanol dan etil laktat sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah, memperoleh

Kepala Sekolah dapat mengusulkan Guru pada satuan pendidikannya untuk menjadi bakal calon Kepala Sekolah kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten/Kota sesuai

Instalasi gawat Darurat RSUD Prof.DR.Margono Soekarjo merupakan unit penyelenggaraan administrasi rumah sakit di bawah wakil direktur pelayanan yang menunjang kegiatan

Para agen perubahan telah membawa masyarakat Atauro kepada era ekonomi pariwisata yang dapat meningkatkan penghasilan masyarakat sehingga tidak hanya bergantung