Pengaruh pupuk petroganik dan mulsa batang pisang terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau (Vigna radiata L). “Pengaruh Pupuk Petroganik dan Mulsa Batang Pisang Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L)”. Rangkuman hasil pengujian analisis sidik jari perbedaan tinggi tanaman (cm) kacang hijau yang diberi pupuk petroganik dan mulsa batang pisang pada umur 2 – 7 tahun MST.
Rangkuman hasil pengujian rerata perbedaan tinggi tanaman (cm) kacang hijau terhadap pemberian pupuk petrogenik dan mulsa batang pisang pada umur 2-7 MST. Rangkuman hasil pengujian analisa sidik jari jumlah daun (helai) tanaman kacang hijau yang diberi pupuk petroganik dan mulsa batang pisang dari 2 – 7 MST. Rangkuman hasil uji analisis sidik jari variasi jumlah cabang tanaman kacang hijau yang diberi pupuk petrogenik dan mulsa batang pisang dari 3 - 7 MST.
Ringkasan hasil pengujian analisis sidik jari berbagai umur saat mulai berbunga (hari) tanaman kacang hijau yang diberi pupuk petroganik dan mulsa batang pisang. Rangkuman hasil pengujian perbedaan rata-rata jumlah polong per petak tanaman kacang hijau terhadap pemberian pupuk petrogenik dan mulsa batang pisang. Rangkuman hasil pengujian perbedaan rata-rata persentase serangan hama pada tanaman kacang hijau pada pemberian pupuk Petroganik dan mulsa batang pisang.
Ringkasan pertumbuhan dan produksi tanaman legum setelah pemberian pupuk petrogenik dan mulsa batang pisang.
PENDAHULUAN
Rumusan masalah
Berapa dosis pupuk petroganik yang harus diberikan untuk memaksimalkan pertumbuhan dan produksi kacang tunggak (Vigna radita L). Cara menyiapkan batang pisang sebagai penutup tanah untuk tanaman kacang-kacangan (Vigna radiata L).
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis
- Batang
 - Daun
 - Bunga
 - Polong dan Biji
 - Tanah
 
Buncis termasuk jenis kacang-kacangan, masak awal (55-65 hari), jenis penyakit relatif sedikit, harga jual relatif tinggi dan stabil. Batang polongnya berkayu, berbentuk perdu, berbulu atau berbulu dengan struktur berbeda-beda, warnanya coklat muda atau hijau. Urutan daun tanaman polong-polongan adalah daun majemuk, trifoliate (berdaun tiga), daun panjang dan berukuran 1,5-12 cm x 2-10 cm (Sumarji, 2013).
Biji kacang hijau berukuran kecil dan bulat, warnanya hijau atau hijau kekuningan dan berat 100 biji antara 3-4 g tergantung varietasnya (Sumarji, 2013). Untuk tumbuh baik dan berproduksi tinggi, tanaman kacang hijau memerlukan curah hujan berkisar antara 600-2.400 mm/tahun atau 50-200 mm/bulan. Jika curah hujan terlalu tinggi, tanaman kacang hijau akan mudah tumbang, terserang penyakit dan terserang hama.
Kacang hijau dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan tekstur gembur yang banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainase yang baik. Jika pH kurang dari 5,0 atau lebih dari 7,0 maka pertumbuhan polong akan terhambat, berwarna kuning, dan polong menjadi kecil (Ridwan, 2017).
Pemanenan
Pupuk Petroganik
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas tanah adalah dengan menambahkan pupuk organik pada tanah dalam jumlah yang cukup. Pupuk organik berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah seperti struktur, konsistensi, porositas, daya ikat air dan menjaga ketahanan tanah terhadap erosi. Pupuk organik juga mengandung hormon pertumbuhan dari kelompok auksin dan giberelin yang mampu merangsang pertumbuhan tunas hingga buah (Purba, et al., 2019).
Pupuk organik dengan bahan organik merupakan salah satu bentuk agregat tanah yang berperan sebagai perekat antar partikel tanah. Pada tanah berpasir, pupuk organik dapat berperan sebagai pembentuk struktur tanah dari tunggal menjadi menggumpal, berguna untuk mencegah porositas yang tinggi. Pupuk organik juga mempunyai keunggulan dalam menyediakan media bagi kehidupan mikroorganisme, bermanfaat bagi kesuburan tanah dan mengurangi porositas pada tanah berpasir serta membantu aerasi pada tanah liat (Lingga dan Marsono 2002).
Dengan dosis pupuk petrogenik 2 ton/ha pada tanaman kentang mampu meningkatkan hasil sebesar 2,59 ton/ha dan pada cabai sebesar 1,53 ton/ha.
Mulsa Batang Pisang
Limbah pisang ini dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomis dengan memanfaatkannya sebagai bahan baku pembuatan kompos untuk mengurangi pencemaran lingkungan (Sriharti dan Salim, 2008). Batang pisang merupakan bahan organik yang mengandung 4,77% protein dan 4,6% karbohidrat serta unsur hara makro dan mikro. Oleh karena itu, limbah batang pisang dapat diubah menjadi produk yang lebih bermanfaat, ramah lingkungan, dan bernilai ekonomis. Kompos merupakan pupuk organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur dan sifat tanah, meningkatkan aktivitas tanah dan meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (Rahmawati, 2014).
Bahan dan Alat Penelitian
- Metode Analisa
 
Berdasarkan kombinasi perlakuan yang diperoleh yaitu 16 kombinasi perlakuan, maka ulangan yang digunakan dalam percobaan ini dihitung berdasarkan minimal pengulangan dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial sebagai berikut: (tc-1) (r-1) ≥ 15. Jumlah ulangan : 2 ulangan Jumlah petak percobaan : 32 petak Ukuran petak percobaan : 100 x 120 cm Jarak antar petak percobaan : 50 cm Jarak antar ulangan : 100 cm. Jumlah tanaman sampel per petak: 3 tanaman Jumlah tanaman: 384 tanaman Jumlah tanaman sampel: 96 tanaman.
Setelah data penelitian diperoleh maka analisis data akan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan rumus sebagai berikut. Yijk = Hasil pengamatan pada ulangan ke-i yang mendapat perlakuan uji pupuk petrogenik tingkat ke-i dan mulsa batang pisang tingkat k. Apabila hasil penelitian ini mempunyai pengaruh yang nyata maka akan dilakukan pengujian lebih lanjut dengan Uji Jarak Duncan (Montgomery, 2009).
Pelaksanaan Penelitian
- Persiapan dan Pengolahan Lahan
 - Penggunaan Pupuk Petroganik
 - Penggunaan Pupuk NPK
 - Penanaman
 - Pembuatan Mulsa Batang Pisang
 - Penyiraman
 - Penyulaman
 - Pemasangan Ajir
 - Penyiangan Gulma
 - Pengendalian Hama dan Penyakit
 
Pemberian pupuk NPK dilakukan 3 MST (Minggu setelah tanam), dengan pemberian pupuk NPK secara merata pada setiap bedengan kecuali tanaman kontrol. Anda bisa menanam bibit kacang hijau dengan cara merendam terlebih dahulu bibit kacang hijau tersebut di dalam air selama 15 menit, jika ada bibit yang terapung di air maka bibit tersebut tidak digunakan. Tiap lubang tanam diisi 2 bibit, hal ini dilakukan untuk meminimalisir bibit yang tidak tumbuh.
Setelah penanaman di petak penelitian selesai, selanjutnya dilakukan penanaman bibit kacang hijau pada bedengan samping untuk mengantisipasi keberadaan tanaman kacang hijau yang mati atau tumbuh buruk. Cara penggunaan batang pisang sebagai mulsa adalah sebagai berikut: Potong batang tanaman pisang yang telah dipanen, kemudian pisahkan kulit dari batangnya dan potong menjadi beberapa ukuran, masing-masing bagian merata agar tidak ada perbedaan ukuran, dan ada juga yang dibuat dalam ukuran kecil. Yaitu membutuhkan 3,6 kg batang pisang basah per petak dan 3,6 kg batang pisang kering per petak, 3,6 kg batang pisang potong dan kering per petak.
Penerapannya dilakukan dengan meletakkan batang pisang yang telah dicacah pada setiap bedengan, dimana dibutuhkan 3,6 kg batang pisang basah per bedengan. tanah dan 3,6 kg batang pisang kering per tanah, 3 batang pisang cincang dan kering. Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati, rusak atau tidak tumbuh dengan baik. Bibit pengganti dipilih yang pertumbuhannya lebih baik. Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam hingga dua minggu setelah tanam. Pemasangan ajir pada tanaman kacang hijau dilakukan pada saat tanaman berumur 14 HST yang berfungsi untuk menunjang tanaman.
Penyiangan tanaman dilakukan secara rutin setiap minggu dengan menggunakan tangan yaitu dengan mencabut langsung dan menghilangkan gulma, hal ini dilakukan untuk mengurangi persaingan dalam penyerapan unsur hara dalam tanah. Pengendalian hama yang menyerang tanaman kacang hijau dilakukan dengan metode hand pack, namun apabila hama yang menyerang tidak dapat dikendalikan dengan cara petik maka dilakukan penyemprotan pestisida.Untuk pengendalian hama tersebut digunakan insektisida dengan bahan aktif Decis 25 EC. bahan Deltametrin dengan dosis 2 ml/L air untuk mengendalikan hama seperti Spodoptera litura, Nezara viridula dan kepik. Pada fase vegetatif, hama yang menyerang tanaman kacang hijau pada saat penelitian adalah burung perkutut yang merusak daun dan mematahkan batang kacang hijau dari 1 MST hingga 2 MST.
Hama yang menyerang tanaman polong-polongan pada penelitian ini adalah Spodoptera litura, Nezara viridula dan kepik. Serangan pada tahap pengisian benih menunjukkan benih berwarna hitam dan busuk, sedangkan serangan pada polong tua menyebabkan bercak hitam pada benih atau kulit biji berkerut.
Pengamatan
- Tinggi Tanaman (cm)
 - Jumlah Daun (Helai)
 - Jumlah Cabang (Cabang)
 - Umur Berbunga (hari)
 - Jumlah Polong per Tanaman Sampel (Polong)
 - Jumlah Polong per Plot (g)
 - Persentase Hama
 
Pengamatan dilakukan pada saat panen, jumlah polong per Tanaman sampel diambil dengan cara memetik polong kacang hijau dari batang tanaman kacang hijau kemudian dikumpulkan dalam satu wadah. Jumlah polong yang dihasilkan dari masing-masing tanaman sampel pada bedengan yang sama kemudian dihitung. Pengamatan dilakukan terhadap serangan hama dan penyakit, kemudian pengendalian dilakukan dengan penyemprotan pestisida kimia (Decis) dengan periode pengamatan 5 MST sampai dengan 7 MST.
Serangan yang terjadi pada setiap plot dihitung untuk mengetahui persentase kerusakan yang disebabkan oleh hama dan penyakit. Pemberian pupuk petrogenik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman sampel, dan jumlah polong per petak, namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, jumlah cabang, umur mulai berbunga dan persentase serangan hama. Aplikasi pupuk petrogani terbaik adalah V3 (800 kg/ha) dengan rata-rata nilai produksi 902,88 jumlah polong per lokasi.
Pemberian mulsa batang pisang berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah polong per tanaman sampel dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah polong per plot. Namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, jumlah cabang, umur mulai berbunga dan persentase serangan hama. Aplikasi mulsa batang pisang yang terbaik adalah K3 (300 kg/ha) dengan batang pisang yang dicacah dan dikeringkan dengan nilai produksi rata-rata 888,25.
Kombinasi perlakuan pupuk petrogenik dan mulsa batang pisang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah produksi yang dihasilkan.
Saran