• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ilmiah Peuradeun - Jurnal Universitas Serambi Mekkah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Jurnal Ilmiah Peuradeun - Jurnal Universitas Serambi Mekkah"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KEPALA SEKOLAH SEBAGAI KEPALA ADMINISTRATOR DISEKOLAH

Fadhillah

Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Agama Islam Universitas Serambi Mekkah, Indonesia

Email. fadhillah@serambimekkah.ac.id

ABSTRAK

Kepala sekolah sebagai kepala administrator bertanggungjawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolahnya. Kepala sekolah berkewajiban membuat program tahunan sesuai dengan ruang lingkup administrasi sekolah, khusus di bidang kesiswaan mencakup syarat dan prosedur penerimaan siswa baru, pengelompokan siswa dan pembagian kelas orientasi siswa dan sebagainya. Perencanaan tersebut berbentuk rumusan tertulis. Proses pelaksanaan kegiatan memengaruhi yang berbeda- beda inilah yang kemudian menghasilkan tingkatan-tingkatan dalam kepemimpinan di sekolah. Tahap kepemimpinan meliputi: (1) level 1, pemimpin karena hal-hal yang bersifat legalitas semisal menjadi pemimpin karena surat keputusan (SK); (2) level 2, pemimpin yang memimpin dengan kecintaannya, pemimpin pada level ini sudah memimpin orang bukan memimpin pekerjaan; (3) level 3, pemimpin yang lebih berorientasi pada hasil, pada pemimpin level ini prestasi kerja adalah sangat penting; (4) level 4, pada tingkat ini pemimpin berusaha menumbuhkan pribadi-pribadi dalam organisasi untuk menjadi pemimpin; (5) level 5, pemimpin yang memiliki daya tarik yang luar biasa. Pada pemimpin level ini orang-orang ingin mengikutinya bukan hanya karena apa yang telah diberikan pemimpin secara personal atau manfaatnya, tetapi juga nilai-nilai dan simbol-simbol yang melekat pada diri orang tersebut.

Key Word: Kepala Sekolah Sebagai Kepala Administrator

(2)

A. PENDAHULUAN

Agar seorang kepala sekolah mampu bergerak dari pemimpin level 1 menunjung pemimpin di atasnya, sampai dengan pemimpin level 5 dibutuhkan empat unsur, yaitu; Visi (vision), Keberanian (courageness), Realita (reality), dan Etika (ethics) (Kasali, 2008:29). Unsur pertama yang harus dimiliki kepala sekolah untuk mampu menjadi pemimpin besar adalah memiliki visi. Unsur kedua adalah keberanian.

Unsur ketiga adalah kemampuan untuk bekerja dalam alam yang realistis. Kepala sekolah harus mampu membedakan mana yang opini dan mana yang fakta, ia harus mampu hidup dalam kenyataan yang ada. Jika kondisi sekolah masih belum memiliki sumber daya yang cukup, maka kepala sekolah harus mampu menggunakan fasilitas yang ada, namun demikian ia secara berkelanjutan harus selalu berupaya memenuhi berbagai sumber daya tersebut. Berkaitan dengan proses, kepala sekolah harus mampu membuat sebuah sistem yang mampu mengalirkan berbagai fakta yang ada kepadanya, sehingga berbagai keputusan kesiswaan yang dibuat benar-benar menyelesakaikan masalah yang ada atau jika keputusan yang diambil adalah keputusan yang berkaitan dengan pengembangan, maka pengembangan tersebut bersifat prioritas dan strategis.

Unsur keempat yang harus dimiliki kepala sekolah untuk mampu menjadi pemimpin yang tidak sekadar pemimpin legalitas adalah memiliki kepedulian dan sensitivitas yang tinggi terhadap kesiswaan. Kepala sekolah bekerja dengan mendasarkan pada nilai- nilai kesiswaan yang luhur, menanamkannya dan menghukumnya bagi mereka yang melanggar nilai-nilai tersebut. Penanaman nilai-nilai di sekolah akan membuat lebih produktif dalam bekerja.

(3)

Tanggung jawab kepala sekolah adalah memimpin sekolah melaksanakan dan membina siswa serta mengembangkan kurikulum. Hamalik (2007:174) menyatakan bahwa: ”Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang-orang lain atau kelompok agar mereka berbuat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.”

Berbagai cara dilakukan seorang kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinan seperti: persuasif mempengaruhi atau dengan cara lain. Cara-cara. ini sering digunakan oleh seorang pemimpin dalam usahanya memotivasi bawahannya agar mereka bertindak ke arah tujuan yang diharapkan itu. Cara-cara inipun sering digunakan kepala sekolah di dalam melaksanakan kepemimpinannya dalam rangka melaksanakan kurikulum di sekolah. Lebih lanjut, Hamalik (2007:175) mengemukakan bahwa:

Pada umumnya seorang pemimpin (termasuk kepala sekolah), harus memiliki sifat/sikap/tingkah laku tertentu yang justru merupakan kelebihan dibandingkan orang lain/bawahannya yang dipimpin.” Sifat, sikap/tingkah laku tersebut antara lain:

1. Mampu mengelola sekolah (managerial skills)

2. Kemampuan profesional atau keahlian dalam jabatannya 3. Bersikap rendah hati dan sederhana

4. Selain sikap-sikap tersebut, maka kepala sekolah sebaiknya memiliki ciri-ciri Kepribadian, anatara lain:

a. bersikap suka menolong

b. sabar dan memiliki kestabilan emosi

c. percaya pada diri sendiri, berpikir kritis, dan lain-lain.

Kepala sekolah sebagai pemimpin disekolah atau manajer adalalah seseorang yang pekerjaannya memerlukan dia untuk

(4)

merencanakan, mengorganisasi, memberi motivasi, dan mengawasi pekerjaan dari orang orang lain. Sedangkan peran manajer sangat besar yaitu pemeran antarpersonal, pemeran pemberi informasi, pemeran pembuat keputusan maka seorang pemimpin itu perlu adanya kecerdasan dan seorang pemimpin itu juga harus banyak belajar tentang kepemimpinan Nabi Muhammad Saw. Sebagai rasul Allah adalah terpercaya,menjaga amanat dan menjadi suri teladan yang bisa dicontohkan bagi semua umat.

B. PEMBAHASAN

Kepala sekolah membuat rencana ataupun program-program mengenai kesiswaan Murniati dan Nasir (2009:50) mengemukakan bahwa: ”Program adalah pernyataan aktivitas-aktivitas atau langkah- langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan sekali pakai.” Rencana program dikembangkan dengan tujuan untuk memperjelas bagaimana suatu visi sekolah dapat dicapai. Rencana program pada dasarnya merupakan upaya untuk implementasi strategi utama organisasi tentang siswa. Rencana program merupakan proses penentuan jumlah dan jenis sumber daya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan suatu rencana kesiswaan.

Muhaimin, Sutiah, dan prabowo (2008: 185) mengemukakan bahwa ”Rencana program merupakan penjabaran perinci tentang langkah-langkah yang diambil untuk menjabarkan kebijaksanaan.

Penjabaran rencana program harus memiliki tingkat kerincian sesuai dengan kebutuhan sebagaimana diuraikan dalam kebijaksanaan.”

Rencana program tidak terlepas dari strategi utama sekolah lanjutan tingkat pertama yang telah ditetapkan sebelumnya. Rencana program meliputi program kerja untuk mengimplementasikan sasaran

(5)

sebagaimana yang dimaksudkan oleh kebijakan organisasi siswa.

Untuk suatu bidang atau unit kerja, maka rencana program didasarkan atas perumusan visi, misi, tujuan, sasaran, dan kebijaksanaan yang ada hubungannya dengan segala aspek kesiswaan, fungsi bidang atau unik kerja yang bersangkutan. Agar rencana program dapat dilaksanakan secara realistis, maka diperlukan upaya-upaya: penentuan pimpinan mengenai sejauh mana tingkat keterkaitan (atau hubungan) antara visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi utama sekolah dengan rencana program. Pimpinan harus mengupayakan suatau keterkaitan yang menimbulkan keseimbangan antara program-program yang berhubungan dengan kesiswaan.

Koordinasi atas rencana program tidak perlu secara menyeluruh, akan tetapi cukup dilakukan terhadap program kerja yang memang penting saja, hal ini dilakukan untuk mengurangi kebebasan dan motivasi siswa. Di samping itu, rencana program hendaknya cukup sederhana dan jelas bagi siswa, serta setiap pimpinan unit memberikan kontribusinya dengan mengajukan rencana programnya masing- masing.

Perkiraan (forecasting) dalam perencanaan kesiswaan merupakan peramaian atau membuat program baru untuk menyonsong atau mengatisipasi perubahan lingkungan, agar lembaga pendidikan dan masyarakat dapat berjalart seimbang sama-sama memberi keuntungan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perkiraan antara lain pengalaman-pengalaman masa lampau dalam penangganan siswa, faktor kondisional dan situasional siswa di masa sekarang ini, dari perumusan ujuan yang diharapkan dari siswa di masa depan.

(6)

Perumusan tujuan kesiswaan dilakukan supaya tujuan dapat dicapai umumnya tujuan tersebut dapat dijabarkan ke dalam bentuk target tujuan lazimnya bersifat umum dan abstrak, tidak jelas kriteria tercapai tidaknya, sedangkan target dirumuskan secara jelas, dapat diukur percapaiannya perumusan target dapat dilakukan dalam periodisasi pencapaiannya, dapat berupa tahunan sementara.

Kebijakan merupakan kegiatan yang dapat dipergunakan untuk mencapai target atau tujuan. Kegiatan-kegiatan harus diidentifikasi karena tidak ada tujuan atau target yang dapat dicapai tanpa kegiatan.

Dalam kebijakan ini, kebijakan yang dapat dipergunakan untuk mencapai target perlu diidentifikasi sebanyak mungkin, kerana semakin banyak maka akan semakin representatif dalam rangka mencapai target. Kegiatan-kegiatan yang telah diindentifikasi disusun dalam bentuk program-program. Penyusunan program yaitu perencanaan merupakan suatu aktivitas yang bermaksud memilih kegiatan-kegiatan yang sudah diindentifikasikan dalam langkah kebijakan yang memerlukan perencanaan tentang siswa.

Perencanaan (planning) merupakan tindakan awal dalann aktivitas manajerial pada kesiswaan. Perencanaan akan menentukan adanya perbedaan kinerja satu sekolah dengan sekolah lain dalam pelaksanaan rencana untuk mencapai tujuan. Perencanaan merupakan proses menentukan apa yang seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan sehari-hari mengenai siswa. Berarti di dalam perencanaan akan ditentukan apa yang akan dicapai dengan membuat rencana dan cara-cara melakukan rencana untuk mencapai tujuan yang ditetapkan kepala sekolah di setiap bidang kesiswaan.

Kegiatan-kegiatan yang telah diprioritaskan, urutan dan langkah-langkahnya perlu dijadwalkan agar jelas siapa yang akan melaksanakannya, dan di mana hal tersebut dilaksanakan. Dengan

(7)

demikian maka kegiatan mengenai kesiswaan yang direncanakan akan tercapai, juga dapat memberikan kemungkinan bagi mereka yang serius untuk memberikan bantuan. Baik bantuan pemikiran maupun sumber daya lainnya dalam bentuk prasarana dan biaya. Ada dua hal yang harus dilakukan dalam pembiayaan kesiswaan. Pertama mengalokasikan biaya, yaitu rincian biaya yang menentukan sumber biaya. Kedua sumber biaya perlu disebutkan secara jelas supaya mudah menggalinya.

Setelah draf perencanaan kesiswaan selesai, selanjutnya dilakukan rapat kerja sebagai salah satu karakteristik perencanaan kesiswaan yang banyak melibatkan guru, karyawan, wali murid, komite sekolah, masyarakat atau stakeholders lainnya dalam menghimpum ide-ide serta pemecahan masalah yang mungkin tidak terpikirkan oleh kepala sekolah. Senada dengan pandangan tersebut Purwanto (2006:107) menyatakan bahwa “penyusunaan rencana kerja hendaknya diikutsertakan guru-guru dan pegawai sekolah, dalam melaksanakan kegiatan yang telah mereka rencanakan.”

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan manajemen kesiswaan, di antaranya:

1. Perencanaan kegiatan penerimaan siswa baru

Penerimaan siswa baru merupakan salah satu kegiatan yang esensial dilakukan dengan mengadakan seleksi calon siswa. Dalam rangka kegiatan penerimaan siswa baru terdapat beberapa kebijakan yang akan menjadi landasan dalam pelaksanaan kegiatan penerimaan siswa baru. Kebijakan tersebut meliputi kebijakan operasional penerimaan siswa baru, memuat aturan mengenai jumlah siswa yang dapat diterima di sekolah tersebut.

(8)

Kebijakan operasional penerimaan siswa baru juga mencakup sistem pendaftaran, seleksi calon siswa, waktu pendaftaran, sistem evaluasi dalam penerimaan (rekrutmen), personal yang terlibat dalam pendaftaran dan penerimaan siswa baru. Kebijakan tersebut dibuat berdasarkan pentunjuk-petunjuk yang diberikan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota. Petunjuk demikian dapat dipedomani oleh setiap rayon sekolah dalam rangka mendapatkan calon siswa sebagaimana yang diinginkan oleh masing-masing lembaga pendidikan. Surani (2009:26) menyatakan bahwa: ”langkah-langkah dalam kegiatan manajemen kesiswaan meliputi: melakukan analisis kebutuhan peserta didik, rekrumen siswa, seleksi siswa, orientasi siswa, penempatan siswa, pembinaan dan pengembangan siswa, pecatatan dan pelaporan, kelulusan dan alumni.”

Adapun langkah-langkah dalam kegiatan penerimaan siswa: di antaranya penyusunan kegiatan penerimaan siswa. Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 021/2002 tentang penerimaan siswa baru pada taman kanak-kanak dan sekolah menengah, memberikan rambu-rambu secara prosedural bagi penerimaan siswa, menyangkut tujuan, azas-azas, prasyarat dan ketentuan-ketentuan lainnya. Kasan (2006:72) menyatakan bahwa

”sistem penerimaan siswa baru adalah cara atau teknik yang digunakan untuk menyeleksi siapa-siapa di antara para calon siswa yang akan diterima sebagai siswa baru.”

2. Kegiatan Pembinaan Siswa

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian kepala sekolah dalam hal pembinaan siswa adalah cara pengelompokan, kenaikan kelas, penentuan program, pembinaan disiplin, dan kegiatan

(9)

ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah sangat mendukung kelancaran proses pembelajaran, hal ini disebabkan melalui kegiatan tersebut dapat menyalurkan minat dan bakat serta melatih diri untuk memiliki pengetahuan tentang keagamaan atau kepemimpinan. Hal ini sejalan dengan manfaat dari kegiatan ekstrakurikuler, menurut Hasibuan (2009:29) bahwa:

“Kegiatan ekstrakurikuler sangat bermanfaat bagi siswa, khususnya untuk pembinaan ekstrakurikuler di sekolah yang tujuannya agar memperoleh kesempatan mengembangkan diri. Kegiatan pengembangan merupakan aktivitas yang sangat bermanfaat bagi siswa, karena melalui kegiatan tersebut dapat menambah semangat kebangsaan dan pembinaan kepribadiannya.

Berdasarkan pendapat di atas jelas bahwa kondisi sekolah sangat ditentukan oleh sejauhmana kegiatan ektrakurikuler yang dilaksanakan oleh siswa dapat menumbuhkan semangat belajar mereka. Oleh karena itu, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sekolah merupakan wadah kegiatan siswa di luar pelajaran. Hanya saja tergantung kegiatan apa yang harus dilakukan kepala sekolah bersama warga sekolah lainnya dalam pembinaan OSIS.

3. Pengawasan Manajemen Kesiswaan

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen.

Pengawasan merupakan tindakan terakhir yang dilakukan para manajer pada suatu organisasi. Menurut Siagian (2007:86) pengawasan adalah: ”proses pengamatan atau pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya”.

(10)

Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses pengendalian dan penyesuaian jalan organisasi dari yang seadanya kepada yang seharusnya atau dengan kata lain pengawasan dimaksudkan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Melalui pengawasan diharapkan penyimpangan dalam berbagai hal dapat dihindari sehingga tujuan dapat tercapai.

Pengawasan merupakan pemantauan segala aktivitas untuk menjamin pencapaian tujuan sebagaimana yang telah direncanakan pada awal kegiatan. Sasaran dari pengawasan menurut Siagian (2007:132) adalah untuk menjamin hal-hal sebagai berikut:

a. Kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan terselenggara sesuai dengan jiwa dan semangat kebijaksanaan dan strategi yang dimaksud.

b. Penyediaan dan pemanfaatan sarana kerja sedemikian rupa sehingga organisasi memperoleh manfaat yang sebesar- besarnya dari sarana tersebut.

c. Standar mutu hasil pekerjaan terpenuhi semaksimal mungkin.

d. Prosedur kerja ditaati oleh semua pihak.

Proses pengawasan yang baik akan menjamin standar bagi pencapaian tujuan. Dalam praktisnya pengawasan sering diartikan mencari kesalahan. Sebenarnya yang dimaksudkan adalah menemukan hambatan yang terjadi sehingga dapat segera diatasi.

Pengawasan bukanlah untuk mencari kesalahan yang belum kelihatan tetapi bertujuan untuk mengarahkan seluruh kegiatan dalam rangka pelaksanaan dari suatu rencana agar dapat mencapai hasil yang diharapkan. Pengawasan dilakukan untuk mengontrol apakah target

(11)

akan dapat dicapai, jika ada tanda-tanda bahwa target pada periode berjalan tidak tercapai, maka diperiksa kembali perencanaan dan pola kerjanya. Pelaksanaan pengawasan bertujuan untuk mengetahui apa dan di mana hambatan yang ditemui, sehingga dapat dicarikan solusi agar target tersebut dapat dicapai.

4. Evaluasi Program Manajemen Kesiswaan

Evaluasi program pembelajaran pada suatu lembaga pendidikan merupakan salah satu fungsi manajemen program pendidikan. Evaluasi program dilakukan terhadap seluruh atau sebagian unsur-unsur serta terhadap pelaksanaan program manajemen kesiswaan. Evaluasi program harus dan dapat diselenggarakan secara terus menerus, berkala, dan atau sewaktu- waktu. Kegiatan evaluasi program dapat dilakukan sebelum, sedang, dan sudah dilaksanakan. Evaluasi program kegiatan berguna bagi pengambil keputusan dan sebagai umpan balik terhadap hasil kerja yang telah dilakukan untuk perbaikan.

Tujuan evaluasi terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum dinyatakan dalam rumusan umum. Tujuan khusus dinyatakan dalam rumusan khusus dan terbatas, serta merupakan rincian dari tujuan umum. Tujuan evaluasi secara implisit telah terumuskan dalam definisi evaluasi yaitu untuk menyajikan data sebagai masukan bagi pengambilan keputusan. Tujuan khusus mencakup upaya untuk memberi masukan tentang kebijakan yang akan ditempuh.

Berdasarkan uraian di atas dapat disebutkan bahwa kaitan antara fungsi perencanaan dengan evaluasi program yaitu sebuah perencanaan disusun berdasarkan hasil evaluasi program atau hasil

(12)

identifikasi kebutuhan, dan permasalahan. Rencana pelaksanaan program, perlu dievaluasi untuk mengetahui keunggulan, kelemahan, peluang dan tantangan dalam mencapai tujuan.

C.

KESIMPULAN

Tanggung jawab kepala sekolah adalah memimpin sekolah melaksanakan dan membina siswa serta mengembangkan kurikulum. Hamalik (2007:174) menyatakan bahwa: ”Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang-orang lain atau kelompok agar mereka berbuat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.”

Berbagai cara dilakukan seorang kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinan seperti: persuasif mempengaruhi atau dengan cara lain. Cara-cara ini sering digunakan oleh seorang pemimpin dalam usahanya memotivasi bawahannya agar bertindak ke arah yang diharapkan itu. Cara-cara inipun sering digunakan kepala sekolah di dalam melaksanakan kepemimpinannya dalam rangka melaksanakan kurikulum di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyani. (2007). Antisipasi Pengembangan Pendidikan dalam Rangka Otonomi Daerah, Bandung: UPI.

Daryanto. (2010). Administrasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. (2005). Menuju Pendidikan yang Bermutu dan Merata, Jakarta: Laporan Komisi Nasional Pendidikan.

Gunawan, Ari. (2007). Dasar-dasar Administrasi Sarana Pendidikan.

Jakarta: Rineka Cipta.

Handayaninggrat. S. (2007). Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, Jakarta: Gunung Agung.

Harjanto. (2007). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.

(13)

Ikram (2008). Kemampuan Profesional Guru dalam Penerapan Metode Quantum Teaching pada Pesantren Modern Al-Manar. Tesis Tidak Dipublikasikan, Banda Aceh: S.2 Manajemen Administrasi Pendidikan Unsyiah.

Mangkunegara. (2006). Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung: Refika Aditama.

Martono. (2007). Dasar-dasar Kesektariatan dan Kearsipan, Jakarta: Karya Utama.

Moleong, J. Lexy. (2007). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Muhaimin, Suti’ah, dan Prabowo, L. Sugeng. (2010). Manajemen

Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Munandar, Utami. (2010). Pengembangan Kreativitas Anak, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Purwanto. (2009). Adminnistrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung:

Rosda. Rosda Karya.

Safrina, S., & Saminan, S. (2015). The Effect of Model Problem Based Learning (PBL). Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(2), 311-322.

Soetjipto dan Kosasi. (2009). Profesi keguruan, Jakarta: Rineka Cipta.

Tabrani ZA. (2012). Future Life of Islamic Education in Indonesia.

International Journal of Democracy, 18(2), 271–284.

Tabrani ZA. (2013). Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan Satuan Pendidikan Keagamaan Islam (Tantangan Terhadap Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah). Serambi Tarbawi, 1(2), 65–84.

Usman, M. (2015). Teaching Model of Learning English Writing at University. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(3), 441-450.

Vitoria, L., & Monawati, M. (2016). Improving Students’ Problem Solving Skill in Mathematics Through Writing. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 231-238.

https://doi.org/10.26811/peuradeun.v4i2.100

Walidin, W., Idris, S., & Tabrani ZA. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif & Grounded Theory. Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Diterbitkan Oleh LPPM Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun RPP Berbasis PPK melalui Workshop di MTS Nurul Hasanah, Kecamatan Bandar

Diterbitkan Oleh LPPM Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun RPP Berbasis PPK melalui Workshop di MTS Nurul Hasanah, Kecamatan Bandar