• Tidak ada hasil yang ditemukan

jurnal - Open Journal Systems - STKIP-PGRI Lubuklinggau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "jurnal - Open Journal Systems - STKIP-PGRI Lubuklinggau"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

Students' perceptions of self-correction and peer correction in teaching English pronunciation were also assessed. The evidence indicated that self-correction and peer correction could improve students' English pronunciation.

Conclusion

Correction in the ESL classroom: What teachers do in the classroom and what they think they do. online), available at http://www.latindex.ucr. A course on pronunciation strategies and techniques for advanced adult learners. online), available at http://www.teslcanadajournal.

Pendahuluan

Bagaimana gaya bahasa berdasarkan langsung atau tidaknya makna dalam wacana drama seri “Upin dan Ipin” karya Simon Monjack. Secara teoritis, penelitian ini memberikan kontribusi terhadap khasanah dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang bahasa, khususnya dalam kajian gaya bahasa dalam wacana drama.

Landasan Teori

  • Wacana
  • Gaya Bahasa atau Figurative Language
  • Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat
  • Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna

Klimaks adalah gaya linguistik yang terdiri dari beberapa gagasan berurutan yang menjadi lebih penting. Gaya bahasa ini, berdasarkan langsung atau tidaknya maknanya, biasa disebut kiasan atau majas yang artinya penyimpangan bahasa yang bagus.

Metodologi Penelitian

Sumber data dalam kajian ialah wacana drama cemerlang “Upin dan Ipin” karya Simon Monjack dengan enam episod drama iaitu: “Tadika”, “Anak Bulan”,. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik rakaman drama Upin dan Ipin karya Simon Monjack dalam bentuk audiovisual yang ditranskripsikan dalam bentuk tulisan (skrip drama).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

  • Hasil Penelitian
  • Pembahasan
  • Pengertian Belajar
  • Pengertian Hasil Belajar
  • Model Pembelajaran Talking Stick
  • Alat-alat Optik

Gaya bahasa dalam wacana drama Upin dan Ipin selanjutnya yaitu gaya bahasa erotis dapat dilihat pada data berikut. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa (4/Up/E.Td/Des'10) mengandung gaya bahasa simile atau simile.

Metode Penelitian

Pada akhir siklus I terjadi peningkatan siswa yang mampu memahami materi alat optik melalui model pembelajaran speaking stick sebesar 70%. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mampu memahami materi alat optik melalui model pembelajaran speaking stick.

Kesimpulan

Artikel ini menjelaskan tentang sejarah dan perkembangan aksara Rencong (aksara Ka-ganga) dengan menggunakan metode kajian pustaka. Penjelasan tentang sejarah dan perkembangan aksara Rencong, dimulai dari daerah munculnya aksara Rencong dan diakhiri dengan asal usul aksara (Aksara Rencong) dan perkembangannya. Aksara Rencong merupakan salah satu jenis aksara kuno yang diyakini muncul sejak abad ke-9 dan tumbuh serta berkembang hingga pertengahan abad ke-20, khususnya di luar Pulau Jawa, khususnya di beberapa daerah di Sumatera, seperti Tapanuli (Batak). ).Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung, dan aksara Bugis ditemukan di Sulawesi Selatan.

Mengenai aksara ini, Harimurti (1982:xx) menjelaskan bahwa “Aksara Rencong, aksara kuno yang digunakan untuk bahasa Kerinci, seperti aksara Batak, aksara Jawa, dan lain-lain, berasal dari aksara Pallawa”. Dengan demikian, berdasarkan keterangan dari sumber yang sama, disimpulkan bahwa aksara Pallawa berasal dari aksara Jawa dan aksara Rencong. Beberapa pernyataan serupa mengenai asal usul aksara Rencong antara lain: Hartaty, Etty (1994:14) mengatakan: “Aksara Rencong disebut Kaganga.

Pembahasan

Harimurti (1982:6) mengatakan “Aksara Jawa dan Aksara Rencong tergolong dalam aksara silabik (sistem suku kata, aksara suku kata, silabografi), yaitu sistem penulisan yang menggunakan satu lambang, yang disebut fonem rangkap, konsonan, dan vokal.” Urutan perkembangan aksara ini di Indonesia adalah: Aksara Pallawa pada awal abad ke-5 M, Aksara Jawa pada abad ke-8 M, dan Aksara Rencong sekitar abad ke-10 hingga abad ke-10 Masehi. Dengan mengacu pada beberapa pernyataan para ahli di atas, pertama, aksara Rencong yang mula-mula ada di pedalaman Melayu yaitu yang disebut dengan aksara Kerinci (Incung Jambi), dapat kita bedakan antara aksara yang sudah ada sebelum dan sesudah kedatangan para Bhikkhu. dari Majapahit pada pertengahan abad ke-14 Masehi.

Perkembangan Aksara Rencong di seluruh Kerajaan Melayu di bawah pemerintahan Rajamud Adicawarman hingga ke Rejang, Serawaj dan daerah lain di luar Pulau Jawa. Jadi diantara budaya tulisan yang sudah ada di Melayu yaitu penggunaan aksara Rencong, hal ini diajarkan berdampingan dengan masyarakat Rejang (Bengkulu). Dengan demikian, pada saat yang sama juga terjadi perkembangan budaya menulis dengan menggunakan aksara Rencong di berbagai daerah khususnya di Sumatera Selatan (sekarang Sumatera Selatan). 1976:4) menyatakan bahwa setelah Sumatera Selatan dikuasai Belanda, suku Rejang IV Petulai dikuasai Belanda.

Kesimpulan

This study aims to produce student worksheets in the POE setting that are suitable for the learning of Year VII students of SMP N 1 Pakem to improve their thinking skills, in terms of appropriateness of content, language, presentation, graphics display, and to achieve students' thinking skills when using the student worksheets in the POE setting. The data was collected through a questionnaire, a test (post-test) and the distribution of the students' scores in the students' worksheets. The feedback on the student worksheets developed in the small-scale tryout was used as a basis for revising the module in the tryout in the subsequent phase.

Jawaban siswa terhadap penerapan LKS pada setting POE berada pada kategori baik. Pembelajaran melalui LKS yang dikembangkan dalam setting POE dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan persentase pencapaian hasil belajarnya pada setiap LKS. Permasalahan lain yang muncul dalam pembelajaran IPA di sekolah adalah jarangnya guru menggunakan media pembelajaran berupa lembar kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar.

Landasan Teori 1. Pembelajaran Sains

  • Lembar Kegiatan Siswa
  • Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa(LKS) a. Pengertian
  • Model Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain)
  • Keterampilan Berpikir

Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dalam penelitian ini keterampilan berpikir yang dikembangkan hanya sebatas keterampilan meramalkan, mengamati, dan menjelaskan. Dalam penelitian ini dikembangkan Lembar Kegiatan Siswa (SAS) berdasarkan kegiatan eksperimen, yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Prosedur atau desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengadaptasi pengembangan model 4-D (four-D model).

Data tersebut meliputi data pencapaian kemampuan berpikir siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan LKS, serta data pelaksanaan pembelajaran menggunakan LKS yang telah dikembangkan. Sedangkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sebagai alat bantu pengajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini, LKS berbasis pada kegiatan eksperimen. Kinerja kemampuan berpikir siswa dalam pembelajaran IPA dapat dilihat dari skor agregat (skor akhir) yang diperoleh setiap siswa.

Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian

Model Respons Pembaca

Kajian pustaka melalui penerapan model ini merupakan kajian sastra yang mendobrak sastra strukturalis, yaitu yang hanya menaruh perhatian pada teks-teks sastra. Konsep ini mengandung makna bahwa peserta didik (pembaca atau penikmat) akan menemukan makna ganda ketika memandang karya sastra. Sebab dalam teori ini, membaca atau menikmati karya sastra bersifat individual.

Artinya sangat dipengaruhi oleh latar belakang, pengalaman dan faktor lain dari pembaca atau penikmat karya sastra. Dalam penelitian ini dalam penerapan model respon pembaca dititikberatkan pada penggunaan metode diskusi, sehingga penulis mengacu pada tiga konsep pendekatan dalam proses pembelajaran yang harus diperhatikan yaitu strategi, kondisi. dan prinsip. Berdasarkan prinsip, strategi, dan kondisi pembelajaran yang diungkapkan di atas, maka langkah-langkah pembelajaran model respon pembaca adalah: (1) membaca teks.

Apresiasi Sastra Cerita

Kemudian, indikator keberhasilan dalam sistem pembelajaran utuh yaitu “Suatu kelas dikatakan tuntas apabila dalam kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari 60% atau 60” (KKM mata pelajaran bahasa Indonesia SMP Negeri 5 Lubuklinggau). Kemudian untuk mengetahui persentase peningkatan daya serap atau hasil belajar (gain) pada setiap siklusnya, peneliti menggunakan rumus:

Pembahasan Hasil Penelitian 1. Prosedur Pengajaran

Hasil Siswa Merespons Cerita

Sementara itu, terjadi peningkatan rata-rata persentase pemahaman siswa dari nilai post-test terhadap pesan. kategori baik), dan pada siklus 3 sebesar 81,82% (kategori baik). Sedangkan peningkatan persentase rata-rata pemahaman siswa, dari hasil post-test tokoh utama cerita pada siklus 1 sebesar 88,64% (kategori sangat baik), siklus 2 sebesar 86,36% (kategori sangat baik), dan pada siklus 3 sebesar 97,73% (kategori sangat baik). ). d) Tentang unsur pemahaman tokoh-tokoh yang menyertai cerita. Sedangkan peningkatan persentase rata-rata pemahaman siswa, dari hasil post-test nilai pendamping pada siklus 1 sebesar 72,73% (kategori cukup), siklus 2 sebesar 97,56% (kategori sangat baik), dan pada siklus 3 sebesar 97,56% (kategori sangat baik). peningkatan persentase rata-rata pemahaman siswa. 97,73%. kategori sangat baik). e) Tentang unsur-unsur untuk memahami sifat tokoh cerita.

Sedangkan peningkatan persentase rata-rata pemahaman siswa dari hasil post test karakter cerita pada siklus I sebesar 67,80% (kategori sesuai), siklus II sebesar 82,20% (kategori baik) dan siklus III sebesar 83,74%. ( Bagus). kategori). f) Tentang dasar-dasar memahami latar belakang cerita. Sedangkan peningkatan persentase rata-rata pemahaman siswa menurut hasil postes cerita pada siklus I sebesar 69,32% (kategori cukup) dan pada siklus II sebesar 80,69%. kategori baik), dan pada siklus III 82,96% (kategori baik). h) Pada unsur pemahaman sudut pandang cerita. Sedangkan peningkatan persentase rata-rata pemahaman siswa menurut hasil post-test bahasa cerita pada siklus I sebesar 80,30% (kategori baik) dan 81,82% pada siklus II.

Hasil Wawancara dan Angket

Siswa sebenarnya mempunyai minat terhadap cerita sastra, namun karena kurangnya bimbingan dan pelatihan apresiasi sastra, hasil belajar siswa belum mencapai apa yang diharapkan. Namun kurangnya bimbingan dan pelatihan apresiasi sastra menyebabkan pelaksanaan pengajaran tidak efektif, yang pada akhirnya juga berdampak pada hasil respon siswa yang belum optimal. Di akhir diskusi guru menyampaikan bahwa model Respon Pembaca hendaknya dikembangkan dan dilanjutkan dalam pengajaran apresiasi sastra cerita, dengan tetap mempertimbangkan kendala-kendala yang ada.

Berdasarkan respon siswa menyatakan bahwa mereka menikmati pembelajaran dengan model respon karena dapat meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran apresiasi sastra. Makna cerita karya sastra melalui model Respon Pembaca dapat ditemukan sendiri oleh siswa, sehingga siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran aktif. Berdasarkan angket respon siswa terhadap pembelajaran apresiasi sastra model respon pembaca cerita, secara umum respon siswa adalah senang dan tertarik.

Model Pelaksanaan Pengajaran Apresiasi Sastra Cerita Respons Pembaca di SMP

  • Landasan Teori
  • Metodologi Penelitian
  • Hasil Penelitian dan Pembahasan
  • Kesimpulan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN WAWANCARA DENGAN METODE ROLE PLAY ILMU KELAS XI 1. SMA MUHAMMADIYAH DI LUBUKLINGGAU Oleh Rusmana Dewi1. Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah metode role play dapat meningkatkan keterampilan wawancara siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah I Lubuklinggau?”. Untuk menguji hipotesis tindakan, maka peneliti dalam penelitian ini menetapkan hipotesis tindakan yaitu penerapan metode role play dapat meningkatkan keterampilan wawancara siswa kelas XI IPA I di SMA Muhammadiyah I Lubuklinggau.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode role play dapat meningkatkan keterampilan wawancara siswa Kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah I Lubklinggau. Keterampilan wawancara siswa secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan metode role play. Terbukti 7 siswa (26,92%) tuntas pada tes pra tindakan sebelum digunakan metode role play, sedangkan 19 siswa (73,08%) tidak tuntas dengan nilai rata-rata 50,58.

LINGUISTIK SEBAGAI ILMU BAHASA

  • Bahasa sebagai Objek Kajian Linguistik
  • Perkembangan Linguistik sebagai Ilmu
  • Syarat Keilmuan Linguistik
  • Problematika Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Sebagaimana telah dikatakan, bahasa adalah suatu sistem lambang-lambang yang berupa bunyi (ucapan) yang dihasilkan oleh alat-alat bicara manusia. Jadi apabila lambang bunyi bahasa itu merujuk pada suatu konsep, gagasan, atau pemikiran, maka bahasa itu dikatakan bermakna. Bahasa bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan wajib antara lambang bahasa yang berupa bunyi dengan benda yang disimbolkan serta konsep atau maknanya.

Kalau tidak sembarangan tentu bahasa-bahasa yang ada di dunia ini akan sama, walaupun kenyataannya bahasa-bahasa tersebut sangat berbeda-beda (Study Group, 1991: 110). Bahasa bersifat unik, artinya setiap bahasa mempunyai sistem yang unik dan spesifik yang tidak dimiliki oleh bahasa lain. Universalitas tersebut dapat dipahami oleh bahasa dalam bentuk tuturan, sehingga ciri universal yang paling umum dari bahasa adalah bahasa mempunyai bunyi-bunyi yang tersusun atas huruf vokal dan konsonan.

Referensi

Dokumen terkait

Memiliki pemahaman konseptual serta bisa Menganalisis dan memahami gerak acak dalam menyelesaikan permasalahan fisika terkait.. Memiliki pemahaman konseptual serta bisa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa peningkatan pemahaman kebencanaan, pemahaman materi sains fisika dan minat belajar sains fisika siswa yang diajar

From the results of research on the subject of the researcher it can be concluded that the seven subjects of this research successfully develop the competence of teachers through the

Di dalam proses belajar tersebut, banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri Jadi, peserta didik kelas VII dan VIII di

Hal ini berarti 54,9% minat siswa kelas VIII untuk mengunjungi perpustakaan di SMP Negeri 31 Padang dipengaruhi variabel koleksi buku dan pelayanan pustakawan, sedangkan sisanya 45,1%

98 Sehingga peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui faktor karakteristik dan budaya keselamatan pasien terhadap insiden keselamatan pasien terutama dalam masa pandemi COVID 19

Taman Wisata Alam Kerandangan memiliki kekuatan yang tidak ada pada kawasan lain sehingga menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik minat para wisatawan, dan kelemahan pada kawasan

Pembelajaran berbasis daring menggunakan koneksi internet merupakan satu-satunya media penyampai materi yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di masa pandemi