• Tidak ada hasil yang ditemukan

K5 Laporan Resmi Pengenceran

N/A
N/A
nonadz@

Academic year: 2025

Membagikan "K5 Laporan Resmi Pengenceran"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RESMI

PENGELOLAAN DAN TEKNIK LABORATORIUM IPA PENGENCERAN LARUTAN

Disusun Oleh: Kelompok 5

1. Mustika Candra Kirana (23030530085) 2. Auliya Latifatul Isyaroh (23030530089) 3. Putri Angelita Nisrina. A (23030530141) 4. Naufal Nadzif Kafalik (23030530028) 5. Rakhean Andres Perkasa (23030530139)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2024

(2)

A. Judul

Pengenceran Larutan B. Tujuan

1. Mengetahui cara pengenceran larutan dasar 2. Mampu mengencerkan larutan dasar

3. Mampu mengencerkan larutan HCl,CH3COOH,HNO₃danH₂SO₄ C. Dasar Teori

Pengenceran yang dimaksudkan dalam larutan kimia yaitu memperbesar jumlah pelarut pada suatu larutan yang mempunyai jumlah mol tertentu. Pengenceran yang biasa dilakukan adalah dengan mengambil sejumlah volume larutan yang mempunyai konsentrasi tertentu kemudian ditambah dengan pelarut (aquades untuk pelarut air) sampai volumenya sesuai dengan yang diharapkan (Rusmana, dkk, 2018:47).

Menurut Rusmana, dkk (2018:48-50) pada pengenceran jumlah zat terlarut tidak berubah yang berubah adalah jumlah pelarut, sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum dan sesudah diencerkan tetap.

mol zat sebelum diencerkan = mol zat setelah diencerkan

n₁ = n₂

M₁× V₁ = M₂× V₂

Menurut Rusmana, dkk (2018:50-51) langkah-langkah dalam mengencerkan larutan yaitu:

1. Hitung konsentrasi awal dari larutan pekat (M₁)

2. Selanjutnya gunakan nilai konsentrasi awal (M₁), konsentrasi larutan yang akan dibuat (M₂) dan volumenya (V₂) untuk menghitung volume larutan pekat (V₁) dengan rumus:

M₁× V₁ = M₂× V₂

V₁ = (M₂× V₂)/(M₁)

3. Ambil larutan pekat dengan pipet sebanyak V₁, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur yang telah diisi air. (Ukuran labu ukur yang digunakan disesuaikan dengan volume akhir larutan yang diinginkan).

4. Tambahkan dengan aquades sampai tanda batas dengan memerhatikan meniskus.

5. Larutan diaduk dan disimpan pada botol reagen yang sesuai.

(3)

HCL mempunyai sifat korosif dan berbahaya bagi kesehatan manusia bila kontak atau terserap ke dalam tubuh manusia. HCL adalah gas yang tidak berwarna, membentuk kabut jika terkena udara lembab, berbau merangsang, memiliki titik didih -85°, titik beku -111,4°. Asam klorida adalah larutan gas HCL dalam air dan mudah larut dalam air. Asam klorida pekat yang murni berupa cairan tidak berwarna sedangkan yang teknis berwarna agak kuning karena mengandung feri. Asam klorida pekat memiliki massa jenis 1,19 gr/ml dan memiliki kadar sebesar 38% (Rachma, 2021). Larutan HCL dibuat dengan cara mengencerkan larutan pekat HCL pada saat mengambil larutan HCl pekat hendaknya tidak langsung pada reagennya melainkan memindahkannya terlebih dahulu ke dalam gelas beaker kemudian diencerkan (Rachma, 2021).

Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut sebagai zat-zat “hidrofilik” (pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat “hidrofobik” (takut-air).

Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya antar molekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-menarik antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air (Gunawan, 2004).

Asam asetat merupakan asam lemah yang terionisasi sebagian dalam air.

Walaupun demikian, keasaman asam asetat tetap lebih tinggi dibandingkan dengan keasaman air (Kohar, et al, 2010). Asam asetat memiliki rumus kimia CH3COOH.

Adanya perbedaan elektron negatif antara O dan H+ pada gugus OH yang lebih besar dibandingkan CO dan OH pada gugus COOH menyebabkan gugus OH akan lebih mudah putus dan menghasilkan ion H yang terbentuk, kemudian berikatan dengan 3 molekul C tersier yang terdapat pada komposit sehingga menyebabkan perubahan warna (Makasenda, et al, 2018). Asam asetat atau lebih dikenal sebagai asam cuka adalah suatu senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa yang tajam dan larut dalam air, alkohol, gliserol dan eter (Hardoyo, et al, 2017).

Asam asetat pekat bersifat korosif sehingga harus digunakan dengan penuh hati-hati karena dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan pada mata permanen, serta iritasi pada membran mukosa (Setiawan & Irvani, 2007).

(4)

Asam nitrat atau HNO₃ Senyawa berupa cairan tidak berwarna, korosif dan asam beracun yang menyebabkan luka bakar. Larutan asam nitrat yang mengandung hingga 86% asam nitrat disebut asam nitrat berasap, dan dapat dibagi menjadi dua jenis asam: asam nitrat berasap putih dan asam nitrat berasap merah. (Maulana, M, M, R, M., 2024). Larutan tersebut akan membentuk meniskus cekung. Larutan tersebut bersifat homogen karena HNO3 dan aquades dapat bercampur sempurna tanpa bisa dibedakan lagi kedua zatnya dan pada percobaan pembuatan larutan HNO3 ini, larutan bereaksi secara eksoterm yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, maka dari itu temperatur dari larutan ini akan naik,sehingga akan menimbulkan panas apabila HNO3 ini dicampurkan dengan aquades. (Petrucci, R. H., 2017: 9).

Asam sulfat atau H₂SO₄ adalah asam mineral (organik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan, yang merupakan salah satu produk utama industri kimia yang memiliki banyak kegunaan dalam berbagai proses yaitu pelarut, pereaksi, suasana asam, pengawetan dan lan-lain. Ciri-ciri asam sulfat antara lain cair, bening, tidak berbau. Karena asam sulfat memiliki bentuk cair maka asam sulfat sering digunakan untuk pengawetan kayu secara rendaman, karena asam sulfat larut dalam air (Listyorini, dkk, 2018:84-85). Asam sulfat merupakan salah satu asam mineral (anorganik) yang tergolong asam kuat. Dalam kimia, senyawa ini biasa ditulis dengan rumus H₂SO₄. Asam sulfat murni tidak berwarna, berupa cairan kental yang membeku pada suhu 10,4 derajat celcius dan mendidih pada suhu 279,6 derajat celcius. Materi ini bereaksi keras dengan air dan senyawa organik (Laryngeal, 2003).

Jika asam sulfat akan dicampurkan dengan air, maka asam sulfat yang harus dituangkan ke dalam air. Hal ini dikarenakan dalam pencampuran akan terjadi panas.

Reaksi pelarutan ini sangat eksotermik. Air dapat mendidih dan memercikkan asam apabila air ditambahkan ke dalam asam. Sebab kalor yang ditimbulkan di daerah dimana air yang kurang rapat menyentuh asam yang lebih rapat secara struktural.

Selain itu, asam sulfat memiliki sifat yang sangat korosif dan higroskopis (Fredman, 2000)

Aquades adalah air hasil destilasi atau penyulingan sama dengan air murni dan tidak ada mineral-mineral lain. Aquades merupakan cairan atau air yang biasanya digunakan di dalam laboratorium sebagai pelarut atau bahan yang ditambahkan saat titrasi. Nama lain aquades adalah air suling, berat molekulnya sekitar 18,20 gr/mol dan rumus molekulnya adalah H,O. Karakteristik aquades yaitu cairan jernih tidak

(5)

berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa. Dalam penyimpanan sebaiknya di tempat tertutup. (Dilaga, B. W. 2018).

D. Metodologi Praktikum 1. Waktu dan Tempat

Hari, tanggal : Kamis, 03 Oktober 2024 Waktu : 07.30-09.10 WIB Tempat : Laboratorium IPA 2 2. Alat dan Bahan

Alat:

1. Labu volumetrik 2. Corong kaca 3. Gelas ukur 4. Pipet volume Bahan:

1. HCl

2. CH3COOH 3. HNO₃ 4. H₂SO₄ 5. Aquades 3. Langkah Kerja

Menyiapkan alat dan bahan

Mengambil cairan yang digunakan dengan pipet volume

Mengencerkan larutan dengan sedikit aquades

Setelahnya, memasukkan kedalam labu volumetrik yang telah dipasangi corong

(6)

Menambahkan aquades sampai batas yang ditentukan

Memasang penutup labu lalu kocok larutan dalam labu hingga homogen

E. Data Hasil

No Objek pengamatan Keadaan sebelum

dicampur

Keadaan setelah dicampur

1 HCl 18M sebanyak 0,5 ml Cair berwarna bening

Cair berwarna bening

2 CH3COOH16,6 sebanyak 0.6ml Cair berwarna

bening keruh Cairan berwarna bening sedikit keruh dan terdapat gelembung kecil di

dasar labu

volumetrik 3 HNO₃ 15 M sebanyak 0,7 ml Cair berwarna

bening Cair berwarna

bening dan terdapat sedikit gelembung kecil di sekitar tabung volumetrik 4 H₂SO₄18M sebanyak 0,5 ml Cair berwarna

bening

Cair berwarna bening dan terdapat sedikit gelembung di sekitar tabung volumetrik

F. Analisis Data

1. HCl dengan konsentrasi 18 M dengan volume 10 ml V1× 𝑀1= V2× 𝑀2

V1× 18= 10× 1 VI = 1018

V1 = 0,5 ml

2. CH3COOHdengan konsentrasi 16,6 M dengan volume 10 ml V1× 𝑀1= V2× 𝑀2

(7)

V1× 16, 6= 10× 1 VI = 16,610

V1 = 0,6 ml

3. HNO₃dengan konsentrasi 15 M dengan volume 10 ml V1× 𝑀1= V2× 𝑀2

V1× 15= 10× 1 VI = 1015

V1 = 0,7 ml

4. H₂SO₄dengan konsentrasi 18 M dengan volume 10 ml V1× 𝑀1= V2× 𝑀2

V1× 18= 10× 1 VI = 1018

V1 = 0,5 ml G. Pembahasan

Pada praktikum yang berjudul Pengenceran Larutan telah dilaksanakan pada hari kamis 03 oktober 2024 pada pukul 07.30-09.10 WIB yang bertempatan di laboratorium IPA 2 FMIPA UNY. Pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pengenceran larutan dasar, mampu mengencerkan larutan dasar, dan mampu mengencerkan larutan HCl, CH3COOH, HNO₃ dan H₂SO₄

.

Pada praktikum ini alat dan bahan yang digunakan yaitu labu volumetrik, corong kaca, gelas ukur, pipet volume, HCl,CH3COOH,HNO₃ ,H₂SO₄, dan Aquades. Langkah awal praktikum ini yaitu praktikan menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, mengambil cairan yang akan digunakan dengan menggunakan pipet. mengencerkan dengan sedikit aquades lalumemasukkan ke dalam labu volumetrik yang telah dipasangi corong dan menambahkan aquades sampai batas yang ditentukan lalu memasang penutup labu dan kocok larutan hingga homogen. Menurut Rusmana, dkk. ( 2018:47) pengenceran yang biasa dilakukan adalah dengan mengambil sejumlah volume larutan yang mempunyai konsentrasi tertentu kemudian ditambah dengan pelarut (aquades untuk pelarut air) sampai volumenya sesuai dengan yang diharapkan.

Pada praktikum ini dilakukan 4 percobaan yaitu pengenceran HCl, CH3COOH, HNO₃ , H₂SO₄, yang pertama yaitu HCL sebelum melakukan pengenceran, praktikan menghitung konsentrasi larutannya menggunakan rumus:

(8)

V1× 𝑀1= V2× 𝑀2

Hal tersebut sesuai dengan Rusmana, dkk (2018:48-50) yang mengatakan bahwa pada pengenceran jumlah zat terlarut tidak berubah yang berubah adalah jumlah pelarut, sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum dan sesudah diencerkan tetap.

mol zat sebelum diencerkan = mol zat setelah diencerkan

n₁ = n₂

M₁× V₁ = M₂× V₂

Dengan menggunakan rumus tersebut didapatkan hasil sebanyak 0,5 ml HCl dengan konsentrasi 18 M. Praktikan mengambil cairan HCL sebanyak 0,5 ml dengan pipet volume. Lalu cairan tersebut dimasukkan ke dalam gelas ukur, lalu diberi sedikit aquades. Kemudian cairan tersebut dimasukkan ke dalam labu volumetrik dan ditambahkan aquades hingga batas ukur yaitu 10 ml. Setelah itu menutup labu volumetrik dan mengocok larutan hingga homogen. keadaan HCl setelah dicampurkan dengan aquades yaitu cair berwarna bening. Hal tersebut sesuai dengan Teori Rachma (2021) yang mengatakan bahwa HCL adalah gas yang tidak berwarna, membentuk kabut jika terkena udara lembab, berbau merangsang, memiliki titik didih -85°, titik beku -111,4°. Asam klorida adalah larutan gas HCL dalam air dan mudah larut dalam air. Pada pengamatan tersebut, praktikan tidak menemukan perbedaan HCl sebelum dan sesudah ditambahkan dengan aquades.

Percobaan yang kedua yaitu CH3COOH, sebelum melakukan pengenceran, praktikan menghitung konsentrasi larutannya menggunakan rumus:

V1× 𝑀1= V2× 𝑀2

Hal tersebut sesuai dengan Rusmana, dkk (2018:48-50) yang mengatakan bahwa pada pengenceran jumlah zat terlarut tidak berubah yang berubah adalah jumlah pelarut, sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum dan sesudah diencerkan tetap.

mol zat sebelum diencerkan = mol zat setelah diencerkan

n₁ = n₂

M₁× V₁ = M₂× V₂

Dengan menggunakan rumus tersebut didapatkan hasil sebanyak 0,5 ml dengan konsentrasi 16,6M. Praktikan mengambil cairanCH3COOH, sebanyak 0,6 ml dengan pipet volume. Lalu cairan tersebut dimasukkan ke dalam gelas ukur, lalu diberi sedikit aquades. Kemudian cairan tersebut dimasukkan ke dalam labu volumetrik dan ditambahkan aquades hingga batas ukur yaitu 10 ml. Setelah itu

(9)

menutup labu volumetrik dan mengocok larutan hingga homogen. keadaan CH3COOH setelah dicampurkan dengan aquades yaitu cairan berwarna bening sedikit keruh dan terdapat gelembung kecil di dasar labu volumetrik hal ini sesuai dengan teori menurut Makasenda et al. (2018) ia menyatakan bahwa asam asetat memiliki rumus kimia CH3COOH. Adanya perbedaan elektron negatif antara O dan H+ pada gugus OH yang lebih besar dibandingkan CO dan OH pada gugus COOH menyebabkan gugus OH akan lebih mudah putus dan menghasilkan ion H yang terbentuk, kemudian berikatan dengan 3 molekul C tersier yang terdapat pada komposit sehingga menyebabkan perubahan warna. Pada praktikum ini praktikan juga mengamati keadaan CH3COOH sebelum dicampur aquades yaitu cair berwarna bening keruh.

Pada percobaan ketiga yaitu pengenceran HNO₃ (asam nitrat) sebelum melakukan pengenceran, praktikan menghitung konsentrasi larutannya menggunakan rumus:

V1× 𝑀1= V2× 𝑀2

Hal tersebut sesuai dengan Rusmana, dkk (2018:48-50) yang mengatakan bahwa pada pengenceran jumlah zat terlarut tidak berubah yang berubah adalah jumlah pelarut, sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum dan sesudah diencerkan tetap.

mol zat sebelum diencerkan = mol zat setelah diencerkan

n₁ = n₂

M₁× V₁ = M₂× V₂

Dengan menggunakan rumus tersebut didapatkan hasil sebanyak 0,7 mlHNO₃ dengan konsentrasi 15 M M. Praktikan mengambil cairan HNO₃ sebanyak 0,7 ml dengan pipet volume. Lalu cairan tersebut dimasukkan ke dalam gelas ukur, lalu diberi sedikit aquades. Kemudian cairan tersebut dimasukkan ke dalam labu volumetrik dan ditambahkan aquades hingga batas ukur yaitu 10 ml. Setelah itu menutup labu volumetrik dan mengocok larutan hingga homogen. Keadaan HNO₃ setelah dicampurkan dengan aquades yaitu Cair berwarna bening dan terdapat sedikit gelembung kecil di sekitar tabung volumetrik. Hal tersebut sesuai dengan Teori (Petrucci, R. H., 2017: 9) bahwa larutan HNO3 bereaksi secara eksoterm yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, maka dari itu temperatur dari larutan ini akan naik,sehingga akan menimbulkan panas apabila HNO3 ini dicampurkan dengan aquades. Penampakan larutan berupa cairan bening dengan gelembung kecil di sekitar tabung volumetrik menunjukkan adanya pelepasan gas atau proses difusi yang terjadi

(10)

ketika gas-gas yang terperangkap selama proses pengocokan larut keluar dari larutan sesuai dengan teori Petrucci, R. H., (2017: 9) pelarutan dan sifat eksotermis yang dijelaskan, di mana panas yang dihasilkan dapat menyebabkan terbentuknya gelembung kecil dalam larutan. Pada pengamatan tersebut, praktikan tidak menemukan perbedaan HNO₃ sebelum dan sesudah ditambahkan dengan aquades keadaannya sama-sama berwarna bening. Karena HNO₃ sendiri adalah senyawa cair tidak berwarna, sebagaimana dijelaskan oleh Maulana (2024). Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan pada percobaan, di mana larutan HNO₃ yang telah dicampurkan dengan aquades terlihat berwarna bening. Keadaan bening ini mengonfirmasi bahwa larutan yang dihasilkan tetap transparan karena asam nitrat murni memang tidak memiliki warna yang mencolok.

Pada prercobaan keempat yaitu H₂SO sebelum melakukan pengenceran, praktikan menghitung konsentrasi larutannya menggunakan rumus:

V1× 𝑀1= V2× 𝑀2

Hal tersebut sesuai dengan Rusmana, dkk (2018:48-50) yang mengatakan bahwa pada pengenceran jumlah zat terlarut tidak berubah yang berubah adalah jumlah pelarut, sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum dan sesudah diencerkan tetap.

mol zat sebelum diencerkan = mol zat setelah diencerkan

n₁ = n₂

M₁× V₁ = M₂× V₂

Dengan menggunakan rumus tersebut didapatkan hasil sebanyak 0,5 mlH₂SO dengan konsentrasi 18 M. Praktikan mengambil cairanH₂SO sebanyak 0,5 ml dengan pipet volume. Lalu cairan tersebut dimasukkan ke dalam gelas ukur, lalu diberi sedikit aquades. Kemudian cairan tersebut dimasukkan ke dalam labu volumetrik dan ditambahkan aquades hingga batas ukur yaitu 10 ml. Setelah itu menutup labu volumetrik dan mengocok larutan hingga homogen. keadaan H₂SO setelah dicampurkan dengan aquades yaitu cair berwarna bening dan terdapat sedikit gelembung di sekitar tabung volumetrik. Hal ini sesuai dengan Teori menurut Listyorini, dkk. (2018:84-85) yang menyatakan bahwa ciri-ciri asam sulfat antara lain cair, bening, tidak berbau. Pada pengamatan tersebut, praktikan juga mengamati keadaan H₂SO sebelum diberi aquades yaitu cair berwarna bening hal ini sesuai menurut Laryngeal (2003) ia menyatakan bahwa asam sulfat murni tidak berwarna.

(11)

H. Kesimpulan

1. Cara pengenceran larutan dasar yaitu, menyiapkan alat dan bahan kemudian praktikan mengambil cairan yang digunakan dengan pipet volume, selanjutnya pengenceran larutan dengan menggunakan sedikit aquades, kemudian larutan dimasukkan kedalam labu volumetrik yang telah dipasangi corong dan ditambah aquades sampai 10 ml, dan terakhir memasang penutup labu volumetrik lalu dicampur sampai homogen.

2. Mahasiswa mampu mengencerkan larutan dasar

3. Cara mengencerkan larutan HCl,CH3COOH,HNO₃danH₂SO₄yaitu menyiapkan alat dan bahan HCl, CH3COOH, HNO₃ dan H₂SO₄ kemudian praktikan mengambil cairan yang digunakan dengan pipet volume, selanjutnya pengenceran larutan dengan menggunakan sedikit aquades, kemudian larutan dimasukkan kedalam labu volumetrik yang telah dipasangi corong dan ditambah aquades sampai 10 ml, dan terakhir memasang penutup labu volumetrik lalu dicampur sampai homogen.

4.

I. Daftar Pustaka

Rusmana., Rahmayani, I. F. R., & Mukhlis. (2018). Buku Ajar Kimia Larutan. Banda Aceh : Syiah Kuala University Press

Kohar, I., Hardjo, P. H., Jonatan, M., & Agustanti, O. (2010). Studi Kandungan Logam Pb Dalam Batang dan Daun Kangkung (Ipomoea reptans) yang Direbus dengan Penambahan NaCl dan Asam Asetat. MAKARA of Science Series, 8(3), 85–88.

Makasenda, E. F. ., Wicaksono, D. A., & Khoman, J. A. (2018). Perubahan Warna Resin Komposit pada Perendaman Larutan Cuka (Asam Asetat) dan Jeruk Nipis (Citrus arantifolia).E-GIGI, 6(2).

Hardoyo, Tjahjono, A. T., Primarini, D., Hartono, & Musa. (2017). Kondisi Optimum Fermentasi Asam Asetat Menggunakan Acetobacter Aceti B166. Journal Sains MIPA, 13(1), 17–20

Setiawan, L., & Irvani, A. (2007). Pembuatan Asam Asetat dengan Cara Murni.

Jakarta:Nusa Bangsa.

Listyorini, R., Murtiono, S. E., & Agustin, S.R. (2018). Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat dan Lama Perendaman Terhadap Kuat Lentur Kayu Kelapa

(12)

Implementasi Asli Pada Mata Kuliah Ilmu Bahan Bangunan. IJCEE, 4(1), 78-89.

Dilaga, B. W. (2018). Formulasi Sirih dan Gambir dalam Pembuatan Pasta Gigi Antibakteri dan Bebas Flouride sebagai Alternatif Produk Herbal Indonesia (Variabel perbandingan sirih dan gambir, dan ukuran gambir). Jurnal Inovasi

Proses, 3(1), 40–45. Diambil dari

https://ejournal.akprind.ac.id/index.php/JIP/article/view/1409

Freedman, L.J. 2000. The History of The Contact Sulfurie Acid Process. USA:Boca Raton.

Laryngeal, A. C. 2003.Acid Bases and Acid-Base Reactions. New Zealand:Ouckland University.

Gunawan, Adi, Roeswati, 2004. Tangkas Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia.

Rachma, T. C. 2021. Pembuatan HCL. Yogyakarta: Politeknik Kesehatan Yogyakarta Press.

Petrucci, R. H., Harwood, W. S., Herring, F. G., & Madura, J. D. (2017). General Chemistry: Principles and Modern Applications(11th ed.). Pearson.

(13)

J. Lampiran

LAPORAN SEMENTARA

PENGELOLAAN DAN TEKNIK LABORATORIUM IPA PENGENCERAN LARUTAN

Disusun Oleh: Kelompok 5

1. Mustika Candra Kirana (23030530085) 2. Auliya Latifatul Isyaroh (23030530089) 3. Putri Angelita Nisrina. A (23030530141) 4. Naufal Nadzif Kafalik (23030530028) 5. Rakhean Andres Perkasa (23030530139)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2024

(14)

A. Judul

Pengenceran Larutan B. Tujuan

1. Mengetahui cara pengenceran larutan dasar 2. Mampu mengencerkan larutan dasar

3. Mampu mengencerkan larutan HCl, CH3COOH, HNO3 dan H2SO4 C. Metodologi praktikum

1. Waktu dan Tempat

Hari, tanggal : Kamis, 03 Oktober 2024 Waktu : 07.30-09.10 WIB Tempat : Laboratorium IPA 2 2. Alat dan Bahan

Alat:

5. Labu volumetrik 6. Corong kaca 7. Gelas ukur 8. Pipet volume Bahan:

1. HCl

2. CH3COOH 3. HNO3 4. H2SO4 5. Aquades 3. Langkah Kerja

Menyiapkan alat dan bahan

Mengambil cairan yang digunakan dengan pipet volume

Mengencerkan larutan dengan sedikit aquades

Setelahnya, memasukkan kedalam labu volumetrik yang telah dipasangi corong

(15)

Menambahkan aquades sampai batas yang ditentukan

Memasang penutup labu lalu kocok larutan dalam labu hingga homogen

D. Data hasil

No Objek pengamatan Keadaan sebelum

dicampur

Keadaan setelah dicampur

HCl 18M sebanyak 0,5 ml Cair berwarna bening

Cair berwarna bening

CH COOH 16,6 sebanyak 0.6ml3 Cair berwarna

bening keruh Cairan berwarna bening sedikit keruh dan terdapat gelembung kecil di

dasar labu

volumetrik HNO3 15 M sebanyak 0,7 ml Cair berwarna

bening Cair berwarna

bening dan terdapat sedikit gelembung kecil di sekitar tabung volumetrik H2SO4 18M sebanyak 0,5 ml Cair berwarna

bening

Cair berwarna bening dan terdapat sedikit gelembung di sekitar tabung volumetrik

E. Analisis data

1. HCl dengan konsentrasi 18 M dengan volume 10 ml V1× 𝑀1= V2× 𝑀2

V1× 18= 10× 1 VI = 1018

V1 = 0,5 ml

2. CH3COOH dengan konsentrasi 16,6 M dengan volume 10 ml V1× 𝑀1= V2× 𝑀2

V1× 16, 6= 10× 1

(16)

VI = 16,610 V1 = 0,6 ml

3. HNO3 dengan konsentrasi 15 M dengan volume 10 ml V1× 𝑀1= V2× 𝑀2

V1× 15= 10× 1 VI = 1015

V1 = 0,7 ml

4. H2SO4 dengan konsentrasi 18 M dengan volume 10 ml V1× 𝑀1= V2× 𝑀2

V1× 18= 10× 1 VI = 1018

V1 = 0,5 ml

F. Dokumentasi

Gambar 1. Menyiapkan alat (Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 2. Larutan HCl 18 M (Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 3. Larutan CH3COOH 16,6 M

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 4. Larutan HNO3 15 M (Sumber: dokumentasi pribadi)

(17)

Gambar 5. Larutan H2SO4 18 M

(Sumber: dokumentasi pribadi) Gambar 6. Hasil pengenceran HCl 18 M

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 7. Hasil pengenceran CH3COOH 16,6 M

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 8. Hasil pengenceran HNO3 15 M

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 9. Hasil pengenceran H2SO4 18 M

(Sumber: dokumentasi pribadi)

(18)

Lembar Pengesahan

NAMA NIM TTD

Mustika Candra Kirana 23030530085

Auliya Latifatul Isyaroh 23030530089

Putri Angelita Nisrina. A 23030530141

Naufal Nadzif Kafalik 23030530028

Rakhean Andres Perkasa 23030530139

Diserahkan pada 03 Oktober 2024, pukul 09.00.

Asisten praktikum

Latifah Kurniasih

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar NaOH dan HCl dalam larutan dengan metode potensiometri, untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam

Dari ketiga hasil percobaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa logam Cu lebih resisten daripada logam Zn dan Al yang ditunjukkan dengan zona bebas bakteri sebesar 0,8 cm serta

Prinsip : berdasarkan metode Volhard yang suasananya harus asam sebab jika dalam suasana basa maka akan terjadi reaksi antara perak nitrat dengan basa

Pada percobaan ini hal pertama yang dilakukan praktikan yaitu mereaksikan antara larutan asam sulfat 0,1 M dengan paku besi, sehingga hasil yang diperoleh selain larutan tidak

Pada praktikum pertama ini, praktikan akan menghitung nilai percepatan gravitasi bumi (g) dan ∆ g. Berdasarkan grafk percobaan tersebut didapatkan bahwa jika nilai L semakin besar

Kesimpulan : Dari percobaan yang telah di lakukan maka dapat disimpulkan bahwa dengan mencampurkan larutan asam nitrat dengan putih telur maka akan di peroleh