KAJIAN Q.S AL-ANKABUT AYAT 45 DALAM TAFSIR AL- MISBAH
(STUDI KASUS PENCEGAHAN NAHI MUNKAR DALAM SHOLAT)
PROPOSAL SKRIPSI
Proposal ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Seminar Proposal Skripsi Pada jurusan Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir (IAT) Fakultas
Ushuluddin Adab Dan Dakwah (FUAD) Universitas Islam Negri (UIN) Datokarama Palu
OLEH:
MUHAMMAD FATHAN NIM : 192110071
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) DATOKARAMA PALU
2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Proposal skripsi yang berjudul “KAJIAN Q.S AL-ankabut ayat 45 Dalam Tafsir Al-Misbah (Studi kasus Pencegahan Nahi Mungkar Dalam Sholat)” oleh mahasiswa atas nama Muhammad Fathan NIM : 192110071, mahasiswa jurusan Ilmu AL-QUR’AN Dan Tafsir (IAT), Fakultas Ushuluddin Adab Dan Dakwah (FUAD), Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu.
Setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi proposal yang bersangkutan, maka masing-masing pembimbing memandang bahwa proposal tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat diajukan untuk diseminarkan.
Palu, 2023 M 1445 H
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. RUSDIN, S.Ag., M.Fil.l KAMRIDAH, S.Ag., M.Th.I.
NIP. 197001042000031001 NIP. 197608062007012024
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...
ii
DAFTAR ISI ...
iii
BAB I PENDAHULUAN ...
1
A. Latar Belakang
...
1
B. Rumusan dan Batasan Masalah
...
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
...
6
D. Tinjaun Pustaka
...
6
E. Penegasan Istilah
...
7
F. Metode Penelitian
...
11
G. Garis Besar Isi Skripsi
...
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya amar ma’ruf nahi munkar merupakan bagian dari upaya menegakkan agama dan kemaslahatan di tengah-tengah umat. Secara spesifik amar ma’ruf nahi munkar lebih dititiktekankan dalam mengantisipasi maupun menghilangkan kemunkaran, dengan tujuan utamanya menjauhkan setiap hal negatif di tengah masyarakat tanpa menimbulkan dampak negatif yang lebih besar.1
1 Sibromulisi, M. "Memahami Amar Ma’ruf Nahi Munkar secara Benar." (2017).
Jika dipandang dari sudut syari’ah perkataan amar ma’ruf nahi munkar tersebut sudah menjadi istilah yang menjadi ajaran pokok dari agama islam, malahan sudah menjadi tujuan yang utama. Mengenai hal tersebut Aabul a’la al- maududi menjelaskan jika tujuan yang utama dari syari’at yaitu untuk membangun kehidupan manusia dengan dasar ma’rufat “kebaikan-kebaikan” serta membersihkan dari hal-hal yang bersifat munkarat “kejahatan-kejahatan”.2
Amar ma’ruf nahi munkar hukumnya adalah fardhu kifayah, artinya bila sudah ada sebagian orang yang melaksanakan maka gugurlah kewajiban tersebut atas orang lainnya, tetapi bila tidak ada yang mengerjakan dan semua orang meninggalkan, maka dosalah semua orang yang tidak udzur. Amar ma’ruf terkadang menjadi fardhu ‘ain, misalnya ketika ia melihat kemunkaran sedangkan tidak ada yang melihatnya kecuali dia, atau tidak mungkin hilang kecuali dia yang mencegahnya, atau tatkala melihat istrinya atau anaknya berada dalam kemunkaran
Menurut para ulama, kewajiban amar ma’ruf nahi munkar tidaklah gugur dengan persangkaan tidak adanya perubahan. Sebab yang wajib baginya adalah amar ma’ruf nahi munkar, bukan hilangnya kemunkaran.3
Amar ma’ruf nahi munkar juga menjadi pintu utama sebelum kita melakukan syariat lainnya. Karenanya, dalam beberapa ayat dalam Al-Qur’an, amar Ma’ruf Nahi Munkar disebut lebih awal daripada perintah lainnya. Ini menunjukkan bahwa di samping betapa penting dan vitalnya amar Ma’ruf Nahi Munkar, juga menjadi gambaran bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah “pintu keimanan dan yang memeliharanya”.4
2 Istiqomah, Abdullah. "Pengertian Amar Ma’ruf Nahi Munkar Menurut Bahasa Dan Istilah."
3 Redaksi Muhammadiyah “Amar Ma’ruf Nahi Munkar”
4 Mas' ud, Ibnu. The Miracle of Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Laksana, 2018, 18.
Untuk itu, orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar adalah makhluk Allah Swt. Yang terbaik, maka hendaknya senantiasa selalu menyeruh pada perbuatan kebaikan dan mencegah pada perilaku munkar.5
Kita yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar ini merupakan orang yang menunaikan dan melaksanakan fardhu kifayah. Kita, di sini, mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh mereka yang melaksanakan fardhu ‘ain.
Sebab, mereka yang melakukan fardhu ‘ain hanyalah orang yang berupaya menghilangkan dosa dari dirinya sendiri.6
Hal ini dapat diartikan bahwa tugas para pegiat amar ma‟ruf nahi munkar adalah sebagai penegak, penjaga dan pelindung syari‟at Islam sehingga ajaran Islam dapat diamalkan oleh setiap muslim di dalam semua aspek kehidupannya.
Sedangkan yang menjadi sasaran dakwah adalah orang-orang non-muslim dan orang-orang Islam. Tugas para da‟i dalam kegiatan dakwah adalah mengajak orang-orang yang sesat, bingung dan gelisah, membawa mereka ke ranah keimanan, mau menerima dan masuk ke dalam Islam. Para da‟i
dituntut agar dapat menjelaskan kepada mad‟u atau audience sampai membuat mereka meyakini bahwa Islam agama damai yang membawa kedamaian, ketenangan, ketentraman serta akan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan bahagia pula di akhirat kelak. Para da‟i juga berkewajiban mengajak orang-orang Islam yang lalai untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan dan ketaatannya kepada Allah Swt. serta mampu menghiasi diri dan jiwanya dengan akhlak mulia.
Dengan demikian jelaslah bahwa kegiatan amar ma‟ruf nahi munkar lebih sempit ruang lingkup serta lebih kecil wilayah operasionalnya daripada ruang lingkup dan wilayah operasional dakwah yang sangat luas.7
5 Ibid.. 21.
6 Ibid. 28.
7 Syeikh, Abdul Karim. "Rekonstruksi Makna Dan Metode Penerapan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Berdasarkan Al-Qur’an." Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan Administrasi Islam 2.2 (2018): 1-22.
Secara taklif syar’i, Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka mewujudkan kemaslahatan untuk membangun peradaban Islam. Di sini memang para ulama berselisih pendapat, berdasarkan firman Allah ‘azza wajalla,
َنوُحِلْفُمْلا ُمُه َكِئَٰلوُأَو ۚ ِرَكْنُمْلا ِنَع َنْوَهْنَيَو ِفوُرْعَمْلاِب َنوُرُمْأَيَو ِرْيَخْلا ىَلِإ َنوُعْدَي ٌةّمُأ ْمُكْنِم ْنُكَتْلَو
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)8
Seperti yang dijelaskan dalam tafsir al-Misbah, ayat tersebut diterangkan bahwa kalaulah tidak semua anggota masyarakat dapat melaksanakan fungsi dakwah, maka menuntut yang melarang terlebih terlebih dahulu mencegah dirinya. Di sisi lain karena keduanya merupakan kesepakatan umum masyarakat maka ia bisa berbeda ada antara satu masyarakat muslim dengan masyarakat muslim yang lain bahkan bisa berbeda antara satu waktu dan waktu yang lain dalam satu wilayah atau masyarakat tertentu.9
M. Quraish Shihab dalam berdakwah menggunakan tiga macam metode yang disesuaikan dengan sasaran dakwahnya, antara lain:
1. Terhadap cendekiawan yang memiliki pengetahuan tinggi, beliau menyampaikan dakwah dengan hikmah, yakni berdialog dengan katakata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka. Hikmah dimaknai dengan ilmu amaliah dan amal ilmiah. Maksudnya, jika seseorang berdakwah dengan lisan, maka ilmu
8 Sodiq Fajar “Amar Ma’ruf Nahi Munkar: Urgensi, Dalil, Fleksibilitas Hukum, dan Konsep Dasar Praktik Penerapannya”
9 Ibid.69.
yang disampaikan harus bisa diamalkan, baik oleh yang menyampaikan maupun yang mendengarkan.
2. Terdahap kaum awam, beliau menyampaikannya menggunakan mauidzah, yakni memberikan nasehat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan mereka yang sederhana.
3. Terhadap Ahl al-Kitab dan penganut agama-agama lain, yaitu menggunakan perdebatan dengan cara yang baik, yaitu dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan.10
Sementara menurut Abu Manshur al-Maturidi, yang dimaksud dengan al- Ma’ruf (kebaikan) adalah sesuatu yang dianggap baik dalam kacamata naluri dan akal manusia sementara al-Munkar (keburukan) adalah sesuatu yang dingkari, tidak disukai oleh naluri dan akal manusia. Syaikh Alauddin dalam menambah kata agama dalam definisi al-Ma’ruf dan al-Munkar. Maka menurut beliau al- Ma’ruf adalah sesuatu yang dianggap baik secara kacamata agama, naluri dan akal manusia. Sementara al-Munkar bermakna sesuatu yang dianggap buruk dalam pandangan agama, naluri dan akal manusia.11
Amar ma’ruf nahi mungkar harus dijadikan sebagai prinsip bagi setiap muslim. Karena spirit ini yang akan menjadi kontrol dalam mewujudkan terciptanya masyarakat yang beradab. Demikian pentingnya, sehingga banyak sekali ayat-ayat alquran yang berbicara tentang amar ma’ruf nahi mungkar.12
Berikut ini beberapa ayat alquran tentang amar ma’ruf nahi mungkar yang mendorong kita untuk senantiasa mengajak kepada kebaikan dan diiringi dengan usaha untuk mencegah perbuatan mungkar yang ada di sekeliling kita. Sejalan
10 Ibid. 70.
11 Ahmad Husain Fahasbu "memahami amar ma'ruf nahi mungkar"
12 Fathurrohim Fathurrohi "Tentang Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Serta Perintah Berdakwah dan Memberi Peringatan"
dengan tema ini, kami sertakan pula ayat-ayat alquran yang mendorong kita untuk berdakwah menyeru kepada agama Allah dan memberi peringatan.13
Istilah amar ma‟ruf dan nahi munkar secara berulang kali dinyatakan sebagai suatu istilah yang terpadu dan utuh, hanya antara amar ma‟ruf dan nahi munkar Sampai delapan kali diulang ungkapan yang sama itu yang tercantum dalam lima surat.23 Sebagai contoh, dalam surat Ali „Imran ayat 104 Allah Swt.
Berfirman.
َوُحِلْفُمْلا ُمُه َكِٕىٰۤلوُاَو ۗ ِرَكْنُمْلا ِنَع َنْوَهْنَيَو ِفْوُرْعَمْلاِب َنْوُرُمْأَيَو ِرْيَخْلا ىَلِا َنْوُعْدّي ٌةّمُا ْمُكْنّم ْنُكَتْلَو
Artinya:“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang berdakwah (menyeru) kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang beruntung.” (Q.S. Ali „Imran: 104).14
Dalam beberapa ayat lainnya kata ma‟ruf diartikan dengan kepatutan.
Umpamanya, dalam kasus perceraian, perempuan yang diceraikan harus mendapatkan hak mut‟ah (pemberian) yang sepantasnya atau sepatutnya sebagai kewajiban orang-orang (mantan suami) yang bertakwa.28 Kata ma‟ruf berikutnya yang diartikan sepatutnya adalah berkaitan dengan pengurusan harta anak yatim.
Pemelihara harta anak yatim yang miskin diperkenankan mengambil manfaat dari harta anak yatim tersebut sebatas kepatutan, tapi tidak boleh diambil secara berlebih-lebihan, yakni lebih dari batas kepatutan.29 Di dalam surat al-Baqarah ayat 180 Allah berfirman.
َنْيِقّتُمْلا ىَلَع اًّقَح ِۚف ْوُرْعَمْلاِب َنْيِبَرْقَ ْلاَو ِنْيَدِلاَوْلِل ُةّيِصَوْلاۨ ۖ اًرْيَخ َكَرَت ْنِا ُت ْوَمْلا ُمُكَدَحَا َرَضَح اَذِا ْمُكْيَلَع َبِتُكۗ
13 Ibid
14 Syeikh, Abdul Karim. "Rekonstruksi Makna Dan Metode Penerapan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Berdasarkan Al-Qur’an." Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan Administrasi Islam 2.2 (2018) hal. 9
Artinya:
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) kematian, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma‟ruf, ini adalah kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. al-Baqarah : 180)15
Allah SWT. Berfirman:
َّّ ِفوُرْعَمْلاِب ْمُهُرُمْأَي ِليِجْنِ ْلاَو ِةاَرْوّتلا يِف ْمُهَدْنِع اًبوُتْكَم ُهَنوُدِجَي يِذّلا ّيّمُ ْلا ّيِبّنلا َلوُسّرلا َنوُعِبّتَي َنيِذ ْتَناَك يِتّلا َل َلْغَ ْلاَو ْمُهَرْصِإ ْمُهْنَع ُعَضَيَو َثِئاَبَخْلا ُمِهْيَلَع ُمّرَحُيَو ِتاَبّيّطلا ُمُهَل ّلِحُيَو ِرَكْنُمْلا ِنَع ْمُهاَهْنَيَو
َنوُحِلْفُمْلا ُمُه َكِئَلوُأ ُهَعَم َلِزْنُأ يِذّلا َروّنلا اوُعَبّتاَو ُهوُرَصَنَو ُهوُرّزَعَو ِهِب اوُنَماَء َنيِذّلاَف ْمِهْيَلَع Artinya :
“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma`ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.”16
15 Ibid. 12.
16 islamkuchanel "Ayat-Ayat Tentang AmarMa’ruf Nahi Munkar"
B. Rumusan dan batasan masalah a. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, maka masalah yang akan dijadikan pokok pembahasan sebagai penelitian skripsi ini adalah :
1. Bagaimana penafsiran dari surah al ankabut ayat 45 dalam tafsir Al- Misbah?
2. Bagaimana relevansi konsep amar ma’ruf nahi munkar prespektif M.
Quraish Shihab Terhadap masa kini?
b. Batasan Masalah
Untuk dapat tetap dijangkau dan tidak melenceng dari rumusan masalah, maka peneliti akan membatasi pokok pembahasan skripsi ini, pada Q.S. Al ankabut ayat 45 dalam tafsir Al misbah.
C. Tujuan dan manfaat penelitian
Pentingnya perlu kita ketahui bahwa segala sesuatu penelitian atau usaha pasti mempunyai maksud dan tujuan tersendiri. Oleh karena itu, adapun tujuan dari penelitian skripsi ini adalah:
a. Tujuan penelitian
1. Untuk Mengetahui tafsir surah al ankabut ayat 45 dalam tafsir Al misbah.
2. Mendeskripsikan tentang konsep amar ma’ruf nahi munkar dalam tafsir al- misbah karya M. Quraish Shihab.
b. Manfaat penelitian
1. Bagi peneliti : penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan baru kepada masyarakat terutama tentang ke Islaman dan memberikan pedoman untuk berperilaku baik yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
2. Bagi peneliti : penelitian ini merupakan sumbangsi penulis terhadap ilmu pengetahuan agama yang berkaitan dengan ilmu tafsir, sekaligus, menjadi media pembelajaran yang dijadikan landasan berfikir yang sistematis dan rasional sesuai dengan prosedur yang ada karena penelitian ini penalaran secara ilmiah, baik dari segi kebahasaan maupun keakuratan data.
3. Bagi penelitian : penelitian ini bermanfaat untuk memberikan kesadaran atau ilmu kepada masyarakat agar terhindar/menjauhi nahi munkar (memperbaiki hubungan dengan allah).
D. Tinjauan pustaka
Dalam sebuah penelitian ilmiah, penelitian terdahulu merupakan sebuah hal yang sangat penting dan membantu kaitannya dalam proses perbandingan data, juga meminimalisirplagiasi atau terhindar dari menirukan penelitian orang lain.
Adapun hasil penelitian terdahulu yang ada relevansinya dengan penelitian ini Diantaranya adalah skripsi yang disusun oleh Ahmad Nur Fauzi, seseorang mahasiswa STAIN ponorogo tahun 2013 dengan judul “nilai nilai pendidikan islam dalam ritual dan tradisi jawa (Analisis Buku Ritual dan Tradisi islam jawa Karya K.H Muhammad Sholikhin)” dimana pada skripsi ini penulis memberikan kesimpulan bahwa nilai nilai pendidikan islam yang terdapat dalam ritual dan tradisi jawa yang dibahas dalam buku Ritual dan Tradisi Islam Jawa karya K.H Muhammad Sholikhin adalah nilai nilai pendidikan islam yang meliputi Akidah,Syariat,Akhlak,Etika dan Ketakwaan.
Perlu ditekankan bahwa letak perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian tersebut adalah pada objek yang dikaji dan fokus penelitian.
Disini peneliti akan mengupas secara tuntas tentang nilai nilai pendidikan islam dalam Tafsir Al-Mishbah QS.Al-Ankabut ayat 45. Skripsi skripsi tersebut,satu
diantara memang membahas tentang nilai nilai pendidikan islam yang terkandung dalam sebuah ritual dalam tradisi jawa.namun belum ada penelitian yang memilih QS.Al-Ankabut ayat 45 sebagai objek penelitian.Adapun penelitian yang terkait dengan Tafsir Al-Mishbah adalah membahas pesan dari QS Al-Maidah ayat 27-32 tentang kisah Qabil dan Habil serta direlevansikan dalam pendidikan akhlak.
Sedangkan dalam penelitian ini menelaah “Nilai nilai pendidikan islam dalam Tafsir Al-Mishbah QS. Al-Ankabut ayat 45 dan relevansinya dalam pembentukan Akhlakul Karimah.
E. Penegasan istilah
Dalam skripsi ini yang penulis bahas adalah “ Kajian Q.S.Al ankabut Ayat 45 Dalam Tafsir Al Miisbah (studi kasus pencegahan nahi munkar dalam sholat)” agar dapat memahami lebih mendalam terhadap objek pembahasan yang akan dikaji ada beberapa istilah yang dianggap perlu untuk di jelaskan sehingga penulis skripsi ini dapat menjadi lebih terarah dan jelas. Adapun istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Istilah nahi munkar
Istilah amar ma’ruf dan nahi munkar sangat populer bahkan telah melekat dalam dialektika masyarakat Islam. Hanya saja pemahaman makna dan penafsirannya masih dititikberatkan pada nahi munkar. Karena itu, pelaksanaannya cenderung diterjemahkan secara operasional sebagai perjuangan pemberantasan, pembasmian, pemberangusan kemunkaran. Berdasarkan alasan tersebut, Kajian mengenai amar ma’ruf nahi munkar perlu dilakukan. Kajian ini kemudian diberi judul: “Kajian Q.S. Al ankabut ayat 45 Dalam Tafsir Al Misbah”
sumber data berasal dari Al qur’an, kitab-kitab tafsir, pendapat para ulama masa lampau, dan buku-buku karangan para intelektual muslim. Hasil penelusuran
menunjukkan bahwa Ma’ruf ialah segala perilaku, sifat dan perbuatan yang bernilai baik dalam pandangan agama maupun penilaian akal sehat, serta baik pula dalam pandangan masyarakat umum. Sedangkan munkar adalah segala perilaku, sifat dan perbuatan yang jelek atau jahat menurut syara’ (agama), jelek menurut akal sehat serta jelek menurut budaya dan adat masyarakat setempat.
Sistem penerapannya harus mendahulukan amar ma’ruf selanjutnya menerapkan nahi munkar dengan menggunakan metode al hikmah (bijaksana), mau ‘izhah al hasanah (pengajaran yang baik) dan mujadalah (berdiskusi) yang santun.17
2. Tafsir Al Misbah
Salah satu yang menarik dari penafsiran kontemporer adalah tafsir Al Misbah karya M. Quraish Shihab melihat bahwa masyarakat muslim indonesia sangat mencintai dan mengagumi Al qur’an, hanya saja sebagian dari mereka itu hanya kagum pada bacaan dan lantunan dengan menggunakan suara merdu.
Kenyataan ini seolah-olah mengindikasikan bahwa Alqur’an hanya sekedar untuk dibaca saja.18 Sebenarnya bacaan dan lantunan Al qur’an harus disertai dengan pemahaman dan penghayatan dengan menggunakan akal dan hati untuk mengungkapkan pesan-pesan yang terkandung didalamnnya. Al qur’an telah memberikan banyak motivasi agar manusia merenungi kandungan-kandungannya melalui dorongan untuk memberdayakan akal pikirannya. Tradisi tilawah, qira’ah dan tadabbur al qur’an merupakan upaya memahami dan mengamalkan al qur’an.
Salah satu tujuan M. Quraish Shihab menulis Tafsir Al Misbah adalah memberikan langkah yang mudah bagi ummat islam dalam memahami isi dan kandungan ayat-ayat Al qur’an dengan jalan menjelaskan secara rinci tentang
17 Al-idarah: jurnal Manajemen dan Administrasi islam 2 (2), 1-22, 2018
18 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol. I, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 4.
pesan-pesan yang dibawa oleh Al qur’an, serta menjelaskan tema-tema yang berkaitan dengan perkembangan kehidupan manusia. Karena menurut M. Quraish Shihab walaupun banyak orang berminat memahami pesan-pesan yang terdapat dalam Al qur’an, namun ada kendala baik dari segi keterbatasan waktu, keilmuan, dan kelangkaan refrerensi sebagai bahan acuan.19
Cara melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar menurut Quraish Shihab adalah, pertama, tidak boleh melakukan amar ma’ruf nahi mungkar dengan cara yang memaksa, karena nilai Pelaku amar makruf nahi mungkar adalah orang yang menunaikan dan melaksanakan fardhu kifayah. Mereka memiliki keistimewaan lebih dari orang yang melaksanakan fardhu ‘ain. Karena pelaku fardhu ‘ain hanya menghilangkan dosa dari dirinya sendiri, sedangkan pelaku fardhu kifayah menghilangkan dosa dari dirinya dan kaum muslimin seluruhnya. Demikian juga fardhu ‘ain jika ditinggalkan, maka hanya dia saja yang berdosa, sedangkan fardhu kifayah jika ditinggalkan akan berdosa seluruhnya.
Ilhiyyah atau ajakan kebaikan disampaikan secara persuasif dalam bentuk ajakan yang baik, kedua, melakuakan amar ma’ruf nahi mungkar dengan sewajarnya, karena amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kesepakatan umum masyarakat, ketiga, melakukan amar ma’ruf nahi mungkar dengan lemah lembut, karena seseorang tidak bisa mengambil perhatian atau simpati orang lain melalui harta, tetapi simpati, perhatian dan penerimaan bisa didapat melalui akhlak dan sikap yang lemah lembut, keempat, melakukan amar ma’ruf nahi mungkar denga sabar, karena sabar merupakan hal yang sangat penting yang menentukan suksesnya sebuah dakwah, sabar dalam menahan diri ketika amar ma’ruf nahi
19 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah... Vol. I, vii.
mungkar, menahan diri ketika mendapatkan penolakan dan sabar menahan diri ketika amar ma’ruf nahi mungkar telah berhasil dilaksanakan.20
Amar makruf nahi mungkar dapat menjadi fardhu ‘ain, menurut kedua pendapat diatas, apabila :
Pertama : Ditugaskan oleh pemerintah.
Al Mawardi menyatakan,”Sesungguhnya hukum amar makruf nahi mungkar fardhu ‘ain dengan perintah penguasa”.
Kedua : Hanya dia yang mengetahui kema’rufan dan kemungkaran yang terjadi.
An Nawawiy berkata,”Sesungguhnya amar makruf nahi mungkar fardhu kifayah.
Kemudian menjadi fardhu ‘ain, jika dia berada ditempat yang tidak mengetahuinya kecuali dia”.
Ketiga : Kemampuan amar makruf nahi mungkar hanya dimiliki orang tertentu.
Jika kemampuan menegakkan amar makruf nahi mungkar terbatas pada sejumlah orang tertentu saja, maka amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain bagi mereka.
An Nawawi berkata,”Terkadang amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain, jika berada di tempat yang tidak mungkin menghilangkannya kecuali dia. Seperti seorang yang melihat istri atau anak atau budaknya berbuat kemungkaran atau tidak berbuat kema’rufan”.
20 Tanjung, Roza. Pelaksanaan amar ma’ruf nahi mungkar perspektif tafsir maudhui: Studi terhadap penafsiran ayat-ayat tentang amar ma’ruf nahi mungkar dalam tafsr al-mishbah karya Quraish Shihab. Diss. UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020.
Keempat : Perubahan keadaan dan kondisi.
Syeikh Abdul Aziz bin Baaz memandang amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain dengan sebab perubahan kondisi dan keadaan, ketika beliau berkata,
“Ketika sedikitnya para da’i. Banyaknya kemungkaran dan kebodohan yang merata, seperti keadaan kita sekarang ini, maka dakwah menjadi fardhu ‘ain atas setiap orang sesuai dengan kemampuannya”.21
Amar ma‟ruf nahi munkar adalah landasan ajaran Islam, hujjah kuat alasan kenapa Allah Swt mengutus para utusan-Nya, dan sebagai bukti kesempurnaan Iman, kokoh dan menyeluruhnya Islam serta merupakan kemuliaan yang ada pada umat Islam saat ini. Amar ma‟ruf nahi munkar merupakan suatu amalan satu paket yang tidak mungkin dipisahkan satu dengan lainnya, layaknya disebut sebagai pakaian. Karena susunan kata tersebut suatu istilah yang dipakai dalam al-Qur‟an dibanyak berbagai bidang.22
Istilah amar ma‟ruf dan nahi munkar secara berulang kali dinyatakan sebagai suatu istilah yang terpadu dan utuh, hanya antara amar ma‟ruf dan nahi munkar ditempatkan huruf waw yang menghubungkan antara keduanya, yakni waya’muruwna bi al-a’ruuf wa yanhawna an almunkar. Islam mengandung ajaran yang lengkap, sempurna, universal, rasional muruunah(fleksibel), moderat, memuliakan HAM dan membawa kedamaian. Ajaran Islam ada yang bersifat al- amru (perintah), ada yang bersifat al-Nahyu (larangan) dan ada pula hal-hal yang tidak diperintahkan dan juga tidak dilarang. Di samping terhadap apa yang telah diperintahkan, dalam ranah terakhir ini juga dijadikan sebagai khazanah
21 https://almanhaj.or.id/2708-amar-maruf-nahi-mungkar-menurut-hukum-islam.html
22 Isnaini, Nur Afiyah. Konsep Amar Ma'ruf Nahi Munkar menurut NU dan FPI: analisis Hermeneutika Hans-Georg Gadamer. Diss. UIN Sunan Ampel Surabaya, 2021.
pengembangan peradaban manusia sebagai khalifah Allah di bumi.23 Da’i.
Banyaknya kemungkaran dan kebodohan yang merata, seperti keadaan kita sekarang ini, maka dakwah menjadi fardhu ‘ain atas setiap orang sesuai dengan kemampuannya”.24
Istilah amar ma‟ruf dan nahi munkar secara berulang kali dinyatakan sebagai suatu istilah yang terpadu dan utuh, hanya antara amar ma‟ruf dan nahi munkar ditempatkan huruf waw yang menghubungkan antara keduanya, yakni waya’muruwna bi al-a’ruuf wa yanhawna an almunkar. Islam mengandung ajaran yang lengkap, sempurna, universal, rasional muruunah(fleksibel), moderat, memuliakan HAM dan membawa kedamaian. Ajaran Islam ada yang bersifat al- amru (perintah), ada yang bersifat al-Nahyu (larangan) dan ada pula hal-hal yang tidak diperintahkan dan juga tidak dilarang. Di samping terhadap apa yang telah diperintahkan, dalam ranah terakhir ini juga dijadikan sebagai khazanah pengembangan peradaban manusia sebagai khalifah Allah di bumi.25
Amar Makruf Nahi Mungkar tak hanya populer di lingkungan umat Islam melainkan juga di lingkungan umat agama lain. Tak sedikit non-muslim yang ingin mengetahui konsep dasar amar-ma’ruf nahi munkar tersebut. Keingin- tahuan ini kemungkinan muncul salah satunya karena dalam prakteknya amar- ma’ruf nahi munkar sering tampak sebagai tindakan brutal berupa pembakaran dan pengrusakan rumah ibadah ketimbang advokasi perdamaian dan penghargaan kepada “yang lian”. Di berbagai forum, kalangan awam Islam pun kerap bertanya, kenapa amar-ma’ruf nahi munkar itu selalu berujung pada tindakan kekerasan;
apakah Islam adalah agama yang pro-kekerasan. Dengan kenyataan itu, tak pelak
23 Ibid
24 https://almanhaj.or.id/2708-amar-maruf-nahi-mungkar-menurut-hukum-islam.html
25 Ibid
lagi di sebagian umat Islam dan juga umat non-Islam, amar-ma’ruf nahi munkar cenderung dipahami secara pejoratif. Amar ma’ruf nahi munkar menjadi identik dengan pembasmian orang yang berbeda; tak hanya berbeda keyakinan melainkan juga berbeda penafsiran. Artikel ini membahas beragam pandangan dan tafsir para ulama tentang amar makruf nahi mungkar26
Syeikh Abdul Aziz bin Baaz memandang amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain dengan sebab perubahan kondisi dan keadaan, ketika beliau berkata, “Ketika sedikitnya para da’i. Banyaknya kemungkaran dan kebodohan yang merata, seperti keadaan kita sekarang ini, maka dakwah menjadi fardhu ‘ain atas setiap orang sesuai dengan kemampuannya”.27
Amar ma‟ruf nahi munkar adalah landasan ajaran Islam, hujjah kuat alasan kenapa Allah Swt mengutus para utusan-Nya, dan sebagai bukti kesempurnaan Iman, kokoh dan menyeluruhnya Islam serta merupakan kemuliaan yang ada pada umat Islam saat ini. Syeikh Abdul Aziz bin Baaz memandang amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain dengan sebab perubahan kondisi dan keadaan, ketika beliau berkata, “Ketika sedikitnya para da’i. Banyaknya kemungkaran dan kebodohan yang merata, seperti keadaan kita sekarang ini, maka dakwah menjadi fardhu ‘ain atas setiap orang sesuai dengan kemampuannya”.28
Amar ma‟ruf nahi munkar merupakan suatu amalan satu paket yang tidak mungkin dipisahkan satu dengan lainnya, layaknya disebut sebagai pakaian.
26 Moqsith, Abd. "Tafsir Atas Amar Makruf Nahi Mungkar dalam Islam."
27 https://almanhaj.or.id/2708-amar-maruf-nahi-mungkar-menurut-hukum-islam.html
28 https://almanhaj.or.id/2708-amar-maruf-nahi-mungkar-menurut-hukum-islam.html
Karena susunan kata tersebut suatu istilah yang dipakai dalam al-Qur‟an dibanyak berbagai bidang.29
F. Metode Penelitian
Setiap kegiatan ilmiah untuk lebih terarah dan rasional di perlukan suatu metode yang sesuai dengan objek yang dikaji. Metode merupakan upaya agar kegiatan penelitian dapat di lakukan secara optimal. Penelitian yang akan di lakukan adalah bersifat penelitian Kepustakaan (Library research), yaitu dengan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan tema yang di bahas. Oleh karena itu di lakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Jenis penelitian
Untuk mendapatkan data yang di perlukan, peneliti menggunakan jenis penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitan dengan cara mengkaji dan menelaah sumber-sumber tertulis seperti yang ada di kitab tafsir, buku, jurnal, artikel, dan ensiklopedia yang berkenaan dengan topik pembahasan, sehingga dapat di peroleh data-data yang jelas dan akurat serta tepat.
2. Pendekatan penelitian
Istilah pendekatan di artikel sebagai proses dan cara mendekati suatu objek. Dalam bahasa arab Istilah ini disebut Al-Ittijah Al-Fikri (Arah pemikiran), sedangkan dalam bahasa inggris di gunakan kata approach. Adapun makna pendekatan adalah cara kerja yaitu wawasan ilmiah yang di pergunakan seseorang mempelajari suatu objek dan aspek-aspek dari objek yang di bahas. Terkait dengan judul penelitian dan jenis penelitian maka penelitian ini menggunakan
29 Isnaini, Nur Afiyah. Konsep Amar Ma'ruf Nahi Munkar menurut NU dan FPI: analisis Hermeneutika Hans-Georg Gadamer. Diss. UIN Sunan Ampel Surabaya, 2021.
metode kualitatif. Yaitu penelitian yang datanya di peroleh dari perpustakaan yang kemudian di deskripsikan sesuai dengan judul penelitian.
3. Sumber Data
Menurut Ley j. Moleong yang mengutip pendapat Lofand bahwa penelitian Kualitatif setidaknya ada dua sumber ; utama/primer dan tambahan/sekunder. Sumber data utama ialah kata-kata dan tindakan. Adapun selebihnya masuk dalam kategori data tambahan. Penelitian ini terkait langsung dengan Al-Qur’an dan hadits itu sendiri sebagai data primernya. Sedangkan data sekundernya sebagai data pendukung dalam penelitian ini di antaranya, beberapa kitab tafsir dan buku-buku ke islaman, yang berkaitan dengan nahi munkar.
Adapun sumber data yang peneliti pergunakan adalah : Primer dan Sekunder. Sumber primer dalam skripsi ini adalah kajian surah Al ankabut ayat 45 dalam tafsir Al Misbah, dan sumber sekunder yang di gunakan dalam skripsi ini adalah kajian surah Al-ankabut ayat 45 dalam Tafsir Al-Misbah (Studi kasus pencegahan Nahi Munkar Dalam Sholat).
1. Teknik Pengumpulan Data
Penulis dalam mengumpulkan data, di gunakan penelitian kepustakaan (Library research), yakni menelaah literatur-literatur atau referensi yang terkait dengan pembahasan, baik yang berbahasa asing maupun yang berbahasa indonesia. Selain itu, studi ini menyangkut Kajian Q.S Al ankabut ayat 45 Dalam Tafsir Al-Misbah (Studi Kasus Pencegahan Nahi Munkar Dalam Sholat).
2. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Sesuai dengan data yang diperoleh penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahasan yang akurat, maka penulis menggunakan dua metode pengolahan dan analisis data yang bersifat kualitatif dengan cara berpikir sebagai berikut :
a. Teknik Pengolahan Data
Dalam mengolah data, peneliti mengurutkan beberapa langkah yang peneliti tempuh dalam penelitian agar evesien, yaitu:
1) Mengumpulkan data sebanyak mungkin dan tentunya berkaitan dengan judul.
2) Mengecek semua data yang telah di kumpulkan.
3) Menyeleksi data-data yang telah di cek ulang.
4) Menguji validasi data yang sudah di seleksi.
5) Menyimpulkan semua data yang telah di himpun yang kemudian di masukkan dalam penelitian.
b. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara untuk mengatur, mengelompokkan dan mengkategorikan data sehingga dapat menemukan hipotesis kerja berdasarkan data tersebut. Dalam menganalisa data yang telah terkumpul peneliti menggunakan metode tafsir tahlili (Analisis) yaitu suatu metode tafsir yang di gunakan oleh para mufassir dalam menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-qur’an dari semua seginya dengan memperhatikan ayat-ayat Al-qur’an sebagaimana yang tercantum dalam mushaf. Adapun cara (Analisis) data yang peneliti lakukan dalam penelitian ini ialah :
1. Memberikan keterangan tentang status ayat atau surat yang sedang di tafsirkan dari segi makkiyah dan madaniyyah.
2. Menjelaskan munasabah ayat atau surat
3. Menjelaskan asbab al-nuzul ayat apabila terdapat riwayat mengenainya.
4. Menjelaskan makna al-mufradat dari masing-masing ayat, serta unsur- unsur bahasa arab lainnya, seperti dari segi i’rab dan balaghah-nya, fasahah, bayan, dan I’jaznya.
5. Menguraikan kandungan ayat secara umum dan maksudnya.
6. Merumuskan dan menggali hukum-hukum yang terkandung di dalam ayat- ayat tersebut.
G. Garis Besar Isi Skripsi
Secara Garis besar, pembahasan dalam skripsi akan di kelompokkan ke dalam bab-bab berikut ini :
Bab I : Yaitu pendahuluan. Dalam pendahuluan ini berisi tentang Latar Belakang masalah, Rumusan masalah, Batasan masalah, Tujuan dan manfaat kegunaan penelitian, kajian pustaka, penegasan istilah, Metode penelitian dan Garis besar isi skiripsi.
Bab II : Yaitu Gambaran Tentang nahi munkar. Yang terdiri dari Definisi dan Hukum nahi munkar, Pandangan Berbagai ulama Tentang nahi munkar, Penerapan nahi munkar, Macam-macam tentang nahi munkar dan cara menghadapi dalam keadaan tertentu, dan ayat-ayat nahi munkar yang sering di sebutkan di dalam AL-Qur’an.
Bab III : Yaitu penjelasan tentang Tafsir Al-Misbah. Yang terdiri dari Latar Belakang, karya, kitab Tafsir Al-Misbah, pandangan ulama/sarjana terhadap kitab Tafsir Al-Misbah.
Bab IV : Yaitu Analisis Tafsir Al-Misbah tentang nahi munkar dalam Q.S.
Al-ankabut ayat 45. Yaitu tentang nahi munkar dalam Q.S. Al-ankabut ayat 45, dampak negatif nahi munkar dalam kehidupan.
Bab V : Yaitu penutup. Yang terdiri dari kesimpulan, dan saran, yang Berkaitan dengan nahi munkar dalam Tafsir Al-Misbah (kajian Q.S. Al-ankabut ayat 45).
DAFTAR PUSTAKA
Annikmatul Fakhiroh “KONSEP AMAR MA’RUF DAN NAHI MUNKAR MENURUT M. QURAISH SHIHAB” hal. 65
Ahmad Husain Fahasbu "memahami amar ma'ruf nahi mungkar"
Al-idarah: jurnal Manajemen dan Administrasi islam 2 (2), 1-22, 2018
Fathurrohim Fathurrohi "Tentang Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Serta Perintah Berdakwah dan Memberi Peringatan"
https://almanhaj.or.id/2708-amar-maruf-nahi-mungkar-menurut-hukum- islam.html
Istiqomah, Abdullah. "Pengertian Amar Ma’ruf Nahi Munkar Menurut Bahasa Dan Istilah."
Islamkuchanel "Ayat-Ayat Tentang AmarMa’ruf Nahi Munkar"
Isnaini, Nur Afiyah. Konsep Amar Ma'ruf Nahi Munkar menurut NU dan FPI:
analisis Hermeneutika Hans-Georg Gadamer. Diss. UIN Sunan Ampel Surabaya, 2021.
Mas' ud, Ibnu. The Miracle of Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Laksana, 2018, 18.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol. I, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 4.
Moqsith, Abd. "Tafsir Atas Amar Makruf Nahi Mungkar dalam Islam."
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah... Vol. I, vii.
Redaksi Muhammadiyah “Amar Ma’ruf Nahi Munkar”
Sibromulisi,M. "Memahami Amar Ma’ruf Nahi Munkar secara Benar." (2017).
Syeikh, Abdul Karim. "Rekonstruksi Makna Dan Metode Penerapan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Berdasarkan Al-Qur’an." Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan Administrasi Islam 2.2 (2018)
Sodiq Fajar “Amar Ma’ruf Nahi Munkar: Urgensi, Dalil, Fleksibilitas Hukum, dan Konsep Dasar Praktik Penerapannya”
Tanjung, Roza. Pelaksanaan amar ma’ruf nahi mungkar perspektif tafsir maudhui:
Studi terhadap penafsiran ayat-ayat tentang amar ma’ruf nahi mungkar dalam tafsr al-mishbah karya Quraish Shihab. Diss. UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020.