I. PENDAHULUAN
Pend id ik an Matematik a Realistik (PMR) sebagai salah satu model pendekatan pembelajaran matematik a, dalam beberapa tahun terak hir mulai diperk enalk an dan bany ak dibicarak an, bahk an diseminark an o leh berb ag ai k alang an dalam du nia pendidik an matematik a di Indonesia.
PMR mula-mula dik emban gk an di negeri Belanda sek itar 30 tahun lalu, y ang dik embang k an b erd asar k an g agasan- gagasan dari Freudenthal (1991). Kehadiran PM R dalam pemb elajar an matematik a, memang memberik an bany ak h arap an dalam upay a meningk atk an prestasi belajar matematik a siswa, baik di negeri Belanda maupun di berbagai n egara lain, termasuk Indonesia. Munculny a harapan-harapan itu,
Kajian Model Pembelajaran Statistika di SMP melalui Penerapan Pendidikan Matematika Realistik
SITI SUNENDIARI1, YANI RAMDANI1
1 Fakultas MIPA, Unisba, Jl. Purnawarman 63 Bandung.
Emai l: sun en_d iari @yah oo.co m, y ani_ ramda ni@u nisb a.ac .id
Abstract
T he is s ue surrounding sc hools nowadays is C ompetenc e-Based-C urricu- lum (KBK). I t is believed that the adoption of KBK on the whole c urric ulum will improve s tudents performanc e in knowledge ac quis ition. Bas ed on this s ituation, the res earc h aimed to evaluate the applic ation of Realistic M ath E duc ation A pproac h (P M R M ethods ). In fac t, s ome elements and mis s ion of KBK are s imilar with Realis tic M ath E duc ation A pproac h.
Students of Senior H igh School in E ast Bandung are s elec ted as res earc h population. Six c las s es were randomly s ampled as c ontrol. T he res earc h was conduc ted and analyzed by AN A VA test. A nd the res ults are: (1) PM R method is c ons idered effec tive among low grade s tudents with variety of c apabilites ; (2 ) M ec hanis tic method is only effec tive among low (c apability) s tudents of high grade in s c hool; (3 ) a pos itive trait toward P M R methods is found among s tudents .
Kata kunc i: model pembelajaran, s tatistika, matematika realis tik
antara lain, k ar ena PMR memilik i cir i-ciri y ang sangat atrak tif. Di samping itu, berbagai pendek atan pembelajaran matematik a y ang diterapk an pada saat ini secara luas belum bisa memberik an perubahan po sitif y ang berarti baik , dalam prak tik pembelajaran matematik a di sek olah maupun dalam praktik pend idik an matematik a pada umumny a, sehingga permasalahan-permasalahan y ang selama in i d ihad ap i k alan g an gu r u matematik a d an lemb ag a y ang men g- emban g k an p en d id ik an matematik a diharap k an d en gan mun culny a mod el p en dek atan pemb elajaran PM R dapat memberik an jalan k eluar.
Permasalahan pendidik an matematik a y ang dihadapi di Indonesia meliputi dua hal.
Pertama, rendahny a prestasi siswa. Hal ini ditunjuk kan oleh rendahnya day a saing siswa
Indonesia di ajang internasional, (Indonesia di peringk at k e 34 dan Belanda k e 16 dari 38 neg ara pada TIM SS-T hird Internation al Mathematics and Science Study, tahun 1999) dan rendahny a rata-rata Nilai Ebtanas Murni nasio nal (p ada 10 tahun terak hir mata p elaj aran matematik a p alin g r end ah dibanding pelajaran lainny a dengan rata-rata selalu di b aw ah 5.0 u n tuk sek olah menengah).
Kedua, k urangny a minat siswa dalam b elaj ar matematik a di sek olah . Un tu k masalah min at sisw a ter had ap mata p elaj ar an matematik a semen tar a in i diasumsik an bahwa pelajaran matematik a dirasakan sulit bagi siswa, k arena umumny a matematik a d iajark an secara mek anistik . S elain itu , jik a dilih at d ari mu atan matematik a dalam k urik ulum 1994 y ang selama ini digunak an, dinilai terlalu padat (overload). Isi dan beban k ajian terlalu sarat, sehingga beban belajar siswa terlalu berat, sang at melelahk an dan membo sank an (Muly asa, 2002:119).
Seper ti diseb utk an di atas, sampai saat ini proses belajar matematik a di sek olah masih menggunak an pendek atan tradisional atau mek an istik . G u ru secar a ak tif menjelask an materi p elajaran, memberik an c on to h dan latihan , sedang k an sisw a bertindak seperti mesin, siswa mendengar, mencatat, dan mengerjak an latihan y ang diberik an g uru. Dalam k ondisi seperti ini, siswa tidak diberik an bany ak w ak tu untuk menemuk an pengetahuan sendir i, k arena pembelajaran lebih didominasi guru. Disk usi k elas atau k elo mp o k ser in g tid ak d ilak san ak an , seh in gg a inter ak si dan k omunik asi antara siswa dengan siswa lain dan siswa dengan guru tidak muncul.
Seiring dengan proses pembelajaran seperti itu, De Lange (Zulk ardi, 2001: 1) meny atak an b ah wa tuj uan d an materi matematik a masih ber dasar k an p ad a
“matematik a untuk matematik awan” buk an
“matematik a untuk anak sek olah”, y ang seh arusn y a lebih terfo k us p ada aplik asi dalam k ehid upan sehari-hari siswa. Hal ini men g ak ibatk an tu j uan p emb elaj aran
matematik a di sek olah, k urang tercapai dan sisw a k u ran g mer asak an ap lik asi matematik a d alam k eh id u p an b er - masy arak at. P adahal, melek matematik a merupak an hal sangat pentin g pada era informasi saat ini. Dengan demik ian, tujuan, mater i dan p r oses p emb elajar an matematik a di Indonesian perlu diperbarui.
Un tu k tu ju an d an mater i matematik a, pembaruan dilak uk an pemerintah melalui perubahan k urik ulum, y aitu dari k urik ulum 1994 men jad i K ur ik u lum B er basis Kompetensi (KBK) y ang diberlak uk an pada tahun ajaran 2004/2005.
A d ap u n tu j u an memp elajar i matematik a Sek o lah M enengah Pertama menurut KB K (Depdik nas, 2001:8) adalah agar siswa memilik i: (1) k emamp uan y ang berk aitan dengan matematik a y ang dapat dig unak an dalam memecahk an masalah matematik a, pelajaran lain, ataupun masalah y ang berk aitan dengan k ehidupan ny ata;
(2) k emampuan menggunak an matematik a sebagai alat k omunik asi; (3) k emampuan meng gun ak an matematik a sebagi cara bernalar y ang dapat dialihgu nak an pada setiap k eadaan seperti berpik ir kritis, berpik ir logis, b erpik ir sistematis, bersifat o bjek tif, b er sifat j u j ur, b ersifat disiplin d alam meman dan g, dan meny elesaik an suatu masalah.
Sedangk an untuk reformasi dalam proses pembelajaran matematik a diperluk an su atu mo del pembelajaran y an g sesu ai dengan tujuan k urik ulum tersebut. Salah satu model pembelajaran y ang diperk irakan sesuai deng an tuj uan umu m KBK adalah PMR, k ar ena dalam PMR per soalan-persoalan matematik a diambil dari k ehidupan nyata dan siswa berp eran ak tif dalam pembelajaran, sedangk an guru berperan sebagai fasilitator.
W alaupun ada k esesuain antara KBK dengan PMR dari sisi tujuan pembelajaran matematik a di sek olah, namun hal ini belum dapat dijadik an patok an bahwa PMR dapat diterapk an di Indonesia. Bahk an , hasil uji coba PMR d i Indonesia y ang diterapk an di S ek o lah D asar men emu k an b erb agai k endala, y aitu jumlah siswa tiap k elas terlalu
bany ak , berkisar antara 40 s.d 45. Sedangkan di B eland a berk isar an tar a 15 s.d. 20.
Diperluk an wak tu y ang cuk up lama, siswa y ang memilik i k ec er d asan sed an g memerluk an bantuan k husus dan waktu y ang lebih lama, alat peraga sering disalahgunak an untuk bermain, dalam k erja k elompok tidak semua siswa dapat ak tif, gu ru k esulitan meny ed iak an alat p er ag a, gu ru masih k esulitan mengubah metode mengajar cara lama y ang biasa d igun ak an . S elain itu, per soalan matematik a y an g diambil d ari persoalan k ehidupan ny ata atau dengan istilah lain adalah soal cerita, merupak an persoalan matematik a y ang dian ggap sulit bagi siswa sek olah dasar di Indonesia.
Melihat k ondisi di atas, peneliti tertarik untuk mengujicobak an model pembelajaran PMR ini pad a siswa S ek olah M enen gah Pertama (SMP) dalam upay a meningk atk an prestasi belajar. Dengan alasan bahwa siswa SMP mempuny ai tingk at berpik ir y ang lebih tinggi, sehingga alat peraga tidak terlalu diperluk an dan persoalan matematik a y ang d iamb il dar i k eh id u pan n y ata leb ih memungk ink an untuk dipahami. Selain itu, materi PMR y ang digunak an di Indonesia diambil d ari MiC (Mathematics in Context) y aitu mater i PMR untuk k elas 5/ 6 s.d. 8/9 y ang dik embangk an oleh Univ ersity of W is- consin dan Institut Freudenthal, sehingga model pend ek atan pembelajaran PMR ini memungkink an diterapk an di SMP.
Berdasark an uraian di atas, peneliti dapat meru musk an permasalahan sebagai berik ut: (1) A pak ah terdap at perbed aan prestasi b elajar siswa antara siswa y ang pembelajaran matematik any a dengan model pendekatan pembelajaran PMR dengan siswa y ang pembelajaran matematik any a dengan model pendekatan pembelajaran mek anistik terhadap tingk at k emampuan siswa (tinggi, sedang dan k urang); (2) A pak ah terdapat per bedaan p restasi b elaj ar siswa antara siswa y ang pembelajaran matematik any a dengan mo del pendek atan pembelajaran PM R d eng an siswa y an g p emb elajar an matematik any a dengan model pendek atan pembelajaran mek anistik terhadap jenis
sek olah (tinggi dan rendah didasark an pada passing grade); (3) Bagaimana sik ap siswa d an g ur u terh ad ap penerapan mo del pendek atan p emb elajar an pendidik an matematik a realistik .
Berdasark an perumusan permasalah- an di atas, mak a tujuan penelitian ini adalah;
(1) Menelaah perb edaan prestasi belajar sisw a antara sisw a y an g pembelaj ar an matematik any a dengan model pendek atan pembelaj aran P MR den gan siswa y ang pembelajaran matematik any a dengan model p en dek atan pemb elaj ar an mek an istik terhadap k ecerdasan siswa (ting gi, sedang dan k uran g); (2) Memeroleh gambaran tentang perbedaan pr estasi belajar siswa an tar a sisw a y an g p emb elaj ar an matematik any a dengan model pendek atan pembelaj aran P MR den gan siswa y ang pembelajaran matematik any a dengan model p en dek atan pemb elaj ar an mek an istik terhadap jenis sek olah (tinggi dan rendah);
(3) Untuk melihat sik ap siswa dan guru ter hadap penerapan mod el pendek atan p embelaj ar an pen did ik an matematik a realistik .
Jik a h asil pen elitian meng ungk ap pembelaj aran matematik a dengan P MR dapat menin gk atk an prestasi belajar siswa d iban d in g k an d eng an p emb elaj ar an matematik a d eng an pen d ek atan pembelajar an tradisional bagi siswa SMP, mak a hasil p en elitian in i dih ar ap k an mempuny ai manfaat sebagai berik ut: (1) P emb elaj ar an matematik a d eng an pendek atan PMR dapat dijadik an sebagai salah satu alter n atif p emb elaj ar an matematik a dalam u pay a meningk atk an prestasi belajar siswa; (2) Mengetahui sik ap sisw a terh ad ap p en er ap an mod el p emb elaj ar an matematik a d eng an pendek atan pendidik an matematik a realistik . Jenis penelitian ini adalah ek sperimen.
Diawali oleh p engembangan per angk at pembelajaran dan in stru men penelitian.
Dalam penelitian ini, ada perlak uan terhadap k elompok ek sperimen, y aitu k elompok siswa dengan mo del pendek atan pembelajaran P M R. S ed an gk an k elo mp o k k o n tr o l
memeroleh perlak uan model p endek atan p emb elaj ar an matematik a secar a mek anistik . Sedangk an desain ny a adalah disain k elomp ok k on tr ol pretes-p ostes dengan bentuk :
A O X O A O O A = Peng ambilan sampel sec ara acak . O = Pretest dan Postest pad a k elo mpok
ek sperimen dan kelompok kontrol.
X = Model pendek atan pembelajaran PMR.
II. PEMBAHASAN A. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswa Sek olah M enengah Pertama (SMP) di wilay ah Bandung Timur. Sedangkan sampel p enelitian dipilih secara k laster dari tiga k ategori sek olah y ang didasarkan pada passing grade penerimaan siswa baru, y aitu:
sek olah tinggi dan sek olah rendah. Kemudian p en eliti memilih 6 k elas sec ara acak perw ak ilan dari masing -masin g k ategori sek olah tersebut. Selanjutny a, sampel dibagi menj adi d ua k elompo k , y aitu , 3 k elas dijadik an sebagai k elompok ek sperimen dan 3 k elas lainny a dijadik an sebagai k elompok k ontrol.
B. Instrumen Penelitian
1. Tes
Instrumen penelitian y ang digunak an adalah tes d an angk et. Tes dalam penelitian ini menggunak an tes bentuk uraian. A lasan digu nak nny a tes ben tuk uraian, k arena deng an tes ben tu k u raian d ih arapk an k emampuan siswa dalam penguasaan materi dapat terlih at melalui lan gk ah- lan gk ah peny elesaian soal y ang diberik an. Hany a siswa y ang telah menguasai betu l-betullah y ang dapat memberikan jawaban y ang baik dan benar.
Soal y ang dujik an terdiri atas 6 soal dan telah dik onsultasik an dengan beberapa guru matematik a y ang sudah senior dalam
mengajark an matematik a. Hal ini dilak uk an dengan mak sud agar alat tes in i memenuhi v aliditas isi.
Sebelum instrumen di atas digunakan, terlebih dahulu dilakuk an uji coba terhadap beberapa siswa SMP di wilay ah Bandung Timur. H asil uji c oba ini k emudian diuji v alid itas, reliabilitas, day a pembeda, dan tingkat k esukaran (k husus untuk alat tes).
Uk uran v aliditas butir soal digunak an untuk mengukur seberapa jauh soal tersebut dapat meng uk ur apa y ang ingin diuk ur.
Perhitungan dilak ukan dengan menggunakan rumus k orelasi produk moment.
, -1 £ r £ 1.
P en gu jian sig nifik ansi k o efesien k orelasi menggunakan uji t dengan rumus:
Sebuah alat uk ur memilik i reliabilitas y ang baik b ila alat uk ur terseb ut memilik i k onsistensi y ang handal. A rtiny a, siapa pun, di mana pu n, dan k apan pun alat uk ur tersebut digu nak an dalam level y ang sama, mak a ak an memberik an hasil y ang hampir sama. Ru mu s y an g dig un ak an un tu k men ghitu ng k o efesien r eliab ilitas adalah rumus A lpha (Cronbach Alpha), k arena tes y ang d iber ik an berupa tes tipe u raian.
Rumusny a adalah:
a =
K esu k ar an su atu b u tir an so al ditentuk an o leh perb an ding an antar a bany ak ny a siswa y ang menjawab soal itu benar den gan bany ak n y a sisw a y ang menjawab bu tir an soal itu ( Ruseffend i, 1991:199). Tingk at k esuk aran dapat dilihat dalam Tabel 1 berik ut,
} ) ( {
. } ) ( {
) )(
(
2 2
2
2 x n y y
x n
y x xy r n
2 2
1 2 r r n t
n
2 2 2
1
ji j
DB DB x DB
b
b
Tabel 1
Tingkat kesukaran soal
No Tingkat Klasifikasi
Kesukaran Tingkat Kesukaran
1 £ 0,25 Sukar
2 0,25-0,75 Sedang
3 ³ 0,75 Mudah
D ay a p emb ed a seb uah so al menun juk k an k emampuan soal ter sebut membedak an an tara sisw a y an g pan dai dengan siswa y ang k urang. Sebuah soal dik atak an mempuny ai day a pembeda y ang b aik j ik a siswa y ang p and ai d ap at mengerjak an dengan baik , dan siswa y ang k urang tid ak dapat mengerjak an dengan baik . Day a pembeda y ang baik mempuny ai nilai sek itar 0,50. Day a pembeda soal dapat dilihat pada Tabel 2 berik ut;
Tabel 2 Daya Pembeda Soal
No Daya Pembeda Keterangan
1 < 0,25 Minimum
2 0,25 - 0.50 Cukup Baik
3 > 0,50 baik
2. Angket
A ngket diberik an terhadap siswa untuk diisi dengan mak sud untuk memeroleh data tentang sik ap siswa matematik a terhadap p en er ap an mod el p emb elaj ar an P MR.
Perhitungan v aliditas sik ap siswa dilak uk an dengan menggunak an rumus k orelasi produk moment.
P en gu jian sig nifik ansi k o efesien k orelasi menggunak an uji t dengan rumus:
Rumus y ang digunak an untuk meng- hitung k oefesien reliabilitas adalah rumus A lpha (Cronbach Alpha), dengan rumus:
C. Hipotesis
Pasangan hipotesis y ang diuji meliputi tujuh buah hipotesis y ang terdiri atas:
(1) H0 : A i = 0 : Per b ed aan meto d a pembelajaran memberik an efek y ang tidak signifik an.
(2) H0 : Bj = 0 : Perbedaan j enis sek olah memberik an efek y ang tidak signifik an (3) H0 : C k = 0 : Per b ed aan ting k at
k emamp uan siswa memberik an efek y ang tidak signifikan.
(4) H0 : A Bij = 0: In terak si antara metoda pembelajaran deng an j enis sek o lah jenis sek olah memberik an efek y ang tidak signifik an.
(5) H0 : A C ik = 0 : Interak si antara metoda p embelaj aran d en gan ting k at k emamp uan siswa memberik an efek y ang tidak signifikan.
(6) H0 : BC jk = 0 : I nterak si antar a jenis sek olah dengan tingk at k emampuan siswa memberik an efek y ang tid ak signifik an.
(7) H0 : A BC ijk = 0 : Interak si antara metoda pembelajan, jenis sek olah dan tingk at kemampuan siswa memberik an efek y ang tidak signifik an.
Untuk tujuan 1 dan 2, pengujian data dilak uk an terhadap hasil pre-test dan pos- test. Data h asil p re-test dan p os- test digunak an untuk menganalisis perbedaan hasil pemb elajaran PMR terhad ap tingk at k emampuan siswa dan jenis sek olah. A dapun fak tor -fak tor y an g b er in terak si d alam ek sperimen ini adalah model pendek atan pembelaj aran, k emamp uan siswa y ang diperinci menjadi tiga fak tor (tinggi, sedang, dan k u rang) , dan j en is sek o lah y ang dik lasifik asi menjad i tinggi dan k urang.
2 2
1 2 r r n t
n
Dengan demik ian, perlak uan model dapat digambark an dalam Tabel A nav a seperti di bawah ini,
Tabel 3
Tabel Perhitungan A nalisis Varians Jenis Prestasi Metode Belajar Sekolah Siswa Mekanistik PMR
(A1) (A2) Tinggi (B1) Tinggi (C1) Sedang (C2) Kurang (C1) Rendah (B2) Tinggi (C1) Sedang (C2) Kurang (C3)
Untuk melihat sik ap siswa terhadap penerapan model pembelajaran matematik a d eng an meto d e pemb elaj ar an P M R, digunak an mod el Sk ala L ik er t, deng an menggunak an sk ala: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N(Netral), TS (Tidak Setuju), dan S T S ( S ang at Tid ak Setu j u) . U ntu k perny ataan positif : SS, S, N, TS, dan STS masing-masing diberik an nilai 5, 4, 3, 2, dan 1. Sedangk an untuk perny ataan negatif SS, S, N, TS, dan STS masing-masing diberik an nilai 1, 2, 3, 4, dan 5. Untuk menentuk an sik ap masin g-masing siswa, apak ah positif atau negatif, dilak uk an dengan cara sk or to- tal siswa dibagi oleh bany ak ny a perny ataan.
Jik a rata-rata skor siswa lebih besar dari sk or
n etr al, y aitu 3, mak a sik ap sisw a dik ategorik an k e dalam k elompok y ang memilik i sik ap positif. Sedangk an jik a rata- rata sk or siswa k urang dari sk or netral, mak a sik ap siswa dik ategorikan ke dalam k elompok y ang memilik i sik ap negatif. Dengan demikian untuk tujuan 3 dian alisis d alam ben tuk persentase. Model pengolahan data y ang ak an digunak an adalah:
Keterangan:
P : Persentase jumlah alternatif jawaban siswa.
: Jumlah alternatif jawaban siswa
: Jumlah suby ek . D. Desk ripsi Hasil Tes
Dari hasil uji v aliditas dan realibilitas untuk soal matematik a realistik diperoleh hasil bahwa semua soal y ang d iberik an ad alah v alid dan ting k at realibilitasn y a sebesar 0.70 y ang termasuk dalam k ategori realibilitas tinggi. Sedangk an untuk tingk at k esuk aran dari tiap butir soal, hasilny a dapat dilihat dalam Tabel 4.
Day a pembeda soal y ang menunjuk - k an k emampuan soal- soal d alam mem- bedak an tingk at k eamampuan siswa dalam Tabel 4
Tingkat Kesukaran Soal Matematika Realistik
No Ka Kb Pa Pb Tk Klasifikasi tingkat kesukaran
Sukar Sed ang Mudah
0,25 0,25-0,75 0,75
1. 78 70 0.866667 0.636364 0.752
2. 51 49 0.566667 0.445455 0.506
3. 75 58 0.833333 0.527273 0.680
4. 28 20 0.311111 0.181818 0.246
5. 66 47 0.733333 0.427273 0.580
6. 70 59 0.777778 0.536364 0.657
meng erjak an soal ter sebut, d apat dilihat dalam Tabel 5.
Berdasark an data pengamatan hasil pretest dan postest untuk pengolahan data dihitung laju perubahan nilai u ntuk setiap subjek penelitian. Nilai positif menunjuk k an ada p erubahan k emampuan dari subjek pengamatan setelah diberik an perlak uan, sedangk an nilai negatif menun juk k an ada penurunan k emampuan setelah diberik an perlak uan. Dalam penelitian ini, terdapat tiga k elompok perlak uan, metoda pembelajaran, jenis sek olah, dan tingkat k emampuan siswa, sehingga diperoleh 12 k ombinasi perlak uan.
Tabel 5 Daya Pembeda Soal
No Soal Ka Kb Pa Pb Daya Pembeda Keter angan
1 7 8 7 0 0. 86 66 67 0. 63 63 64 0. 230 303 03 M inimum
2 5 1 4 9 0. 56 66 67 0. 44 54 55 0. 1212 121 21 M inimum
3 7 5 5 8 0. 83 33 33 0. 52 72 73 0. 3060 606 06 C ukup Baik
4 2 8 2 0 0. 31 11 11 0. 18 18 18 0. 1292 929 29 M inimum
5 6 6 4 7 0. 73 33 33 0. 42 72 73 0. 3060 606 06 C ukup Baik
6 7 0 5 9 0. 77 77 78 0. 53 63 64 0. 3020 202 02 C ukup Baik
Tabel 6 Laju Perubahan Nilai
Ber dasar k an d ata laju p erubahan k emampuan, dihitung nilai rata-rata dan simpang an bak u dar i setiap k o mb inasi perlak uan, hasil perhitungan disajik an pada Tabel 6.
Dari Tabel 6 tersebut, tampak rata- rata peru bahan tertin gg i d ic apai pada k elompok siswa y ang diberikan metoda PMR dari jenis sek olah rend ah dan tin gk at k emampuan k urang, sedangk an rata-rata perubahan terendah ada pada k elompok siswa y ang diberik an metode pembelajaran mekanistik , dari jenis sek olah rendah dengan tingk at k emampuan k urang.
Berdasark an standar dev iasi dari nilai laju perubah an, ter lihat k elompok y ang memeroleh nilai y ang paling berv ariasi adalah k elompok siswa y ang diberik an pelajaran melalui metode pembelajaran mekanistik , y ang b er asal dar i j en is sek o lah ting g i dan k emampuan k urang, sedangk an peningk atan k emampuan y ang paling seragam terdapat p ad a sisw a y an g dib er ik an metod e pembelajaran PMR y ang berasal dari jenis sek olah tinggi dan tingk at k emampuan kurang.
Jik a laju perubahan nilai siswa hany a dilihat berd asark an meto da pembelajaran, d ari k eselur uhan siswa y ang dijadik an objek p en elitian nilai laju p eru bah an dapat digambarkan k e dalam bentuk grafis berik ut.
Gambar 1
Laju Perubahan Nilai Dilihat dari Metode Dari gamb ar 1, tampak ada indik asi bahwa k emampuan siswa y ang diberik an metode pen gajaran PMR cender ung lebih tinggi dibandingk an dengan k elompok siswa y ang diberik an pengajaran melalui metode pembelajaran mek anistik , dan sebaran data siswa y ang diberik an metode pembelajaran PMR cenderung lebih homogen dibandingkan dengan siswa y ang diberik an pengajaran melalui metode pembelajaran mek anistik . Selanjutny a, jik a hasil laju perubah an nilai sisw a hany a dilihat berd asar k an jenis sek o lah, d ari k eselur uh an sisw a y ang d ijad ik an o b jek p en elitian n ilai laj u perubahan dapat digambark an k e dalam bentuk gambar 2.
Dari g ambar di atas, tamp ak ada ind ik asi bahwa terd apat perbed aan laju perubahan dari siswa y ang berasal dari jenis sek olah rendah dengan jenis sek olah k elompok tinggi, dalam hal ini siswa y ang berasal dari jenis sekolah rendah memilik i laju perubahan y ang lebih tingg i dibandingk an den gan k elompok siswa y ang berasal dari sekolah rendah. Jik a siswa dik elompok an hany a berdasark an tingk at k emampuan gambaran mengenai laju perubahan disajik an dalam grafis dalam Gambar 3.
Dari p enggambaran grafis tampak indikasi bahwa untuk setiap tingk at k emampuan siswa menunjuk k an cenderung memilik i laju
Gambar 2
Laju Perubahan Nilai Dilihat dari Jenis Sekolah
Gambar 3 Laju Perubahan Nilai Dilihat
dari Tingkat Kemampuan
perubahan y ang tidak berbeda.
Jik a hasil perhitungan laju perubahan dik elompok k an berdasark an jenis sek olah dan metode pembelajaran, gambaran secara grafis ditampilk an dalam Gambar 4 di bawah. Dari gambar, terlihat pada k elompok sek olah tinggi dan kelompok sekolah rendah laju perubahan pada siswa y ang dib erik an pembelajaran melalu i PM R c en d er u ng lebih tin gg i diband ing k an den gan y an g dib er ik an pengajaran melalui metode mekanistik .
Gambar 4
Laju Perubahan Nilai Dilihat dari Jenis Sekolah dan Metode
Sedangk an jik a hasil perhitungan laju peru bahan d ik elomp ok k an berdasark an tingk at k emampu an dan meto de pem- b elaj ar an , g amb ar an sec ar a g r afis ditampilk an pada gambar 5.
Dari g ambar sebelu mny a, terlih at pada k elompok tingkat k emampuan k urang, tingk at k emampuan sedang, dan tingk at k emampuan ting gi laju perubahan pada siswa y ang diberik an pembelajar an melalui PMR cender ung lebih tinggi dibandingk an dengan y ang diberik an pengajaran melalui metode mek anistik .
E. Hasil Pen gujian Hipotesis P enelitian Berdasark an dugaan-dugaan tersebut,
Gambar 5
Laju Perubahan Nilai Dilihat dari Tingkat Kemampuan dan Metode
sebelum ditarik k esimpulan, terlebih dahulu ak an dilak u k an pengujian secara statistik melalui A NAVA Ek sperimen Fak torial 2 x 2 x 3, dengan model y ang ak an diuji diny atak an dalam persamaan berik ut,
Yijkl = m + Ai + Bj + A bij + Ck + A Cik + BCjk + A BCijk + el(ijk)
di mana, i = 1,2: j = 1,2: k = 1,2,3 l
= 1,2, . . . , n
Yijkl = Variabe l respons ha sil observas i ke-l karena pengaruh bersama tara f ke-i faktor metode pembelajaran, taraf ke- j faktor jenis sekolah dan tar af ke-k faktor tingkat ke mampuan m = Rat a yang se benar nya
Ai = Efek ta raf ke-i faktor metode pembe lajaran Bj = Efek t araf ke-j fa ktor jenis s ekolah ABij = Ef ek int erak si ant ara ta raf ke- i f akt or
metode pembelajaran dan taraf ke-j faktor jenis s ekolah
Ck = Efek ta raf ke-k fakt or tingkat ke mampuan ACi k = Ef ek int erak si ant ara ta raf ke- i f akt or metode pembelajaran dan taraf ke-k faktor tingkat k emampuan
BCj k = Efek i nteraksi antara taraf ke-j faktor jenis
se kolah dan ta ra f k e- k fak tor t ingk at kem ampuan
ABCij k= Ef ek int erak si ant ara ta raf ke- i f akt or metode pembelajaran dan taraf ke-j faktor jenis se kolah dan tara f ke-k faktor tingkat kem ampuan
el(ijk) = Efek unit eksperime n kel dikarena kan oleh
kombina si perlakuan (ijk)
B erd asark an data p en g amatan dengan menggunak an bantuan perangk at lunak SPSS Ver 13 diperoleh ANA VA untuk k etujuh hipotesis penelitian seperti disajik an pada Tabel 7.
Dari output SPSS pada Tabel 5 di atas, dapat disimpulk an hasil pengu jian untuk k etujuh hipotesis sebagai berik ut:
(1) Untuk hipotesis pertama, diperoleh nilai F sebesar 13,89 dengan nilai P-v alue mendek ati nol, oleh k arena nilai P value
< 0,05 mak a hipotesis nol ditolak . A tau dapat disimpulk an, terdapat perbedaan r ata- r ata laju p eru b ah an an tar a k elo mp ok sisw a y an g dib er ik an pemb elajaran melalu i metode P MR d en gan sisw a y an g d ib erik an p embelaj aran melalu i meto d e melanistik .
(2) Untuk hipotesis kedua, diperoleh nilai F sebesar 3,922 d engan n ilai P- v alue sebesar 0,049, oleh k arena nilai P v alue
< 0,05, mak a hipotesis nol ditolak . A tau dapat disimpulk an, terdapat perbedaan
Sumber Variasi Jumlah db Rata- rata
Kuadrat Jumlah Kuadrat F P-v alue
M odel 39 0.7 30 1 2 32. 561 14. 733 .0 00
A 29. 368 1 29. 368 13. 289 .0 00
B 8.6 68 1 8.6 68 3.9 22 .0 49
C 9.2 82 2 4.6 41 2.1 00 .1 25
A * B .9 45 1 .9 45 .4 27 .5 14
A * C 15. 212 2 7.6 06 3.4 42 .0 34
B * C 7.5 03 2 3.7 52 1.6 98 .1 86
A * B * C 5.7 03 2 2.8 51 1.2 90 .2 78
E rror 41 7. 68 8 18 9 2.2 10
Total 80 8.4 19 20 1
Tabel 7
Hasil Perhitungan Statistik
r ata- r ata laju p eru b ah an an tar a k elompok siswa y ang berasal dari jenis sek olah tinggi dan siswa y an g berasal dari jenis sek olah rendah.
(3) Untuk hipotesis ketiga, diperoleh nilai F sebesar 2,100 d engan n ilai P- v alue sebesar 0,125, oleh k arena nilai P v alue
> 0,05, mak a h ipotesis nol diterima.
A tau dapat disimpulk an tidak terdapat perbedaan rata-rata laju peru bahan antara k elompok siswa y ang memilik i k emamp uan r en dah, sedan g dan tingggi.
(4) Untuk hip otesis keempat, dip eroleh nilai F sebesar 0,427 dengan nilai P- v alue sebesar 0,514, oleh k arena nilai P v alue > 0,05, mak a hipotesi n ol diterima. A tau dapat disimpulk an, tidak terd ap at p er bedaan r ata- rata laj u perubahan antara interak si metode dan jenis sek olah.
(5) Untuk hipotesis kelima, diperoleh nilai F sebesar 3,442 d engan n ilai P- v alue sebesar 0,034, oleh k arena nilai P v alue
< 0,05, mak a hipotesi nol ditolak . A tau dapat disimpulk an, terdapat perbedaan r ata- r ata laju p eru b ah an an tar a in ter ak si metod e d an tin gk at k emampuan.
(6) Untuk hipotesis keenam, diperoleh nilai F sebesar 7,503 dengan nilai P-v alue sebesar 0,186, oleh k arena nilai P v alue
> 0,05, mak a hipotesi nol diteima. A tau
dapat disimp ulk an , tidak terd ap at perbedaan rata-rata laju peru bahan antara interak si jenis sek olah dengan tingk at k emampuan siswa.
(7) Untuk hipotesis ketujuah, diperoleh nilai F sebesar 5,703 dengan nilai P-v alue sebesar 0,278, oleh k arena nilai P v alue
> 0,05, mak a hipotesi nol diteima. A tau dapat disimp ulk an , tidak terd ap at perbedaan rata-rata laju peru bahan antara interak si metode pembelajaran, jenis sek olah dan tingk at k emampuan siswa.
F. Sik ap Siswa terhadap Model Pembelajaran Matematik a
Data y ang digunak an melalui jalur k ualitatif adalah data dari angk et siswa. Dari hasil peny ebaran angk et, terungk ap bahwa untuk pern y ataan 1, y aitu k on sep-k onsep y ang digun ak an dalam materi matematik a berasal dari masalah-masalah k ehid upan sehari-hari, per ny ataan tertinggi terletak pada daerah setuju, sek itar 70%. Sedangk an perny ataan terendah terletak p ada daerah sangat tidak setuju, sek itar 0%.
Un tuk perny ataan 2, y aitu pem- belajaran matematik a dengan mengambil masalah-masalah dari k ehidupan sehari-hari p entin g un tu k memah ami k o nsep matematika secara ny ata, k arena keterk aitan antara konsep matematik a dengan kehidupan ny ata menjadi jelas, perny ataan tertinggi terletak pada daerah sek itar 70%. Sedangkan perny ataan terendah terletak p ada daerah sangat tidak setuju sek itar 0%.
Untuk perny ataan 3, y aitu k ek uatan k onsep-k onsep dalam matematik a (math- ematic al p ower ) adalah berpik ir lo gis, k o mu n ik asi matematik a, k o n ek si matematik a, dan argumentatif, perny ataan tertinggi terletak pada daerah setuju 62%.
Sedangk an perny ataan terendah terletak pada daerah sangat tidak setuju sekitar 0%.
Untuk perny ataan 4, y aitu metode pembelajaran matematik a dengan Pendidik - an M atematik a Realistik ( P M R) y an g diterapk an guru, membuat say a jelas dalam memah ami k o nsep matematik a dalam
k ehid upan ny ata, perny ataan terting gi terletak p ada daerah setuju sek itar 66%.
Sedangk an perny ataan terendah terletak pada daerah sangat tidak setuju sekitar 0%.
Un tuk perny ataan 5, y aitu pem- belajaran matematika dengan metode PMR, membuat say a puas memahami penerapan matematik a d alam k ehid u pan n y ata, perny ataan tertinggi terletak p ada daerah setuju sek itar 65%. Sedangk an perny ataan terendah terletak pad a daerah sangat tidak setuju, sek itar 0%.
Untuk perny ataan 6, y aitu setiap soal y an g disajik an dari masalah k eh idup an sehar i- h ar i, say a leb ih sen an g me- nyelesaik anny a, perny ataan tertinggi terletak pada daerah setuju sek itar 66%. Sedangk an perny ataan terendah terletak p ada daerah sangat tidak setuju, sek itar 0%.
Untuk perny ataan 7, y aitu persoalan matematik a y ang diambil d ar i masalah k ehidupan ny ata membuat saya pusing untuk memecah k an ny a, per ny ataan terting gi terletak pada daerah tidak setuju sek itar 71%.
Sedangk an perny ataan terendah terletak pada daerah sangat setuju, sek itar 3%.
Untuk perny ataan 8, y aitu metode pemb elajaran y ang men erapk an PM R, membu at say a tak ut belaj ar matematik a, perny ataan tertinggi terletak p ada daerah tid ak setu ju sek itar 77%. Sedang k an perny ataan terendah terletak p ada daerah sangat setuju sek itar 0%.
Untuk perny ataan 9, y aitu tugas-tugas matematik a y an g diber ik an g uru y ang berhubungan dengan masalah k ehidupan sehari-hari, membuat pelajaran matematik a menjadi tambah sulit, perny ataan tertinggi terletak pada daerah tidak setuju, sek itar 71%.
Sedangkan perny ataan terendah terletak pada daerah sangat setuju, sek itar 1%.
Un tu k p er ny ataan 10, y aitu jik a persoalan matematika tidak dik aitk an dengan masalah k eh id up an sehari-h ar i, mak a metode pembelajaran PMR tidak diperluk an, perny ataan tertinggi terletak p ada daerah tidak setu ju, sek itar 65%. S ed an gk an perny ataan terendah terletak p ada daerah sangat setuju , sek itar 3%.
Untuk per ny ataan 11, y aitu metode pembelajaran PMR tidak cocok diterapk an di Indonesia karena setiap kelas berjumlah lebih dari 20 orang siswa, perny ataan tertinggi terletak pada daerah tidak setuju sek itar 68%.
Sedangk an perny ataan terendah terletak pada daerah sangat setuju sek itar 1%.
Untuk per ny ataan 12, y aitu metode pembelajaran PMR han y a cocok bagi k elas un gg ulan, k arena merek a mempu ny ai k emampuan berpik ir matematik a y ang lebih baik , pern y ataan tertin ggi ter letak pada daerah tidak setuju, sekitar 54%. Sedangk an perny ataan terendah terletak p ada daerah sangat setuju , sek itar 2%.
Tingk at p ersetujuan siswa terhadap model pembelaj aran matematik a d engan P MR d iny atak an den gan sk o r r ataan k eseluruhan mahasiswa, y aitu 3.7414. Hal ini berarti secara umum siswa memilik i sik ap positif terhadap pembelajaran matematik a dengan metode PMR. A dapun respons siswa untuk setiap item secara leng k ap tampak dalam Tabel 8.
U n tu k men g etah u i sik ap gu r u terhadap penerapan PMR, khususny a tentang tingk at p elak san aan dan k en dala y ang dihadapi, digunak an angk et tentang “Tingkat Kesulitan dan Kendala Penerapan PMR di k elas”, dan angk et tentang “Implementasi PMR di Sek olah Menengah Pertama.” Dari hasil angk et tentang “Tingk at Kesulitan dan Kendala Penerapan PMR di k elas” diperoleh bahwa penerapan PMR bagi Siswa SMP tidak sulit. A dapun indik ator lain y ang digunak an adalah ( 1) M en g emu k ak an so al- soal matematik a y an g k o ntek stu al y an g memenuhi sy arat-sy arat PMR W ak tu; (2) U p ay a mend o r o n g sisw a ag ar b isa menemu k an b er bag ai car a u ntu k meny elesaik an soal; (3) Membimbing siswa dalam pro ses pengembangan k emampuan berpik ir melalui soal-soal y ang k ontek stual, proses matematisasi horizontal dan proses matematik a v ertical; ( 4) Pemilihan alat-alat peraga y an g sesuai agar bisa membantu proses berpik ir siswa sesuai dengan tuntutan PMR; (5) Penilaian (assessment) dalam PMR;
( 6) P en y ampaian materi b er d asar k an
k urikulum y ang berlak u; dan (7) Mengelola k elas y ang cuk up besar y aitu, 40-45 siswa.
Untuk tingk at pelak sanaan indik ator 1, 2, 4, dan 5, men unjuk k an Sangat Tidak Sulit.
Indik ator 3 dan 6 menunjuk k an Tidak Sulit.
Sedangk an untuk indik ator 7, menunjukk an Sulit. A dapun k endala utama y ang dihadapi adalah ter batasny a wak tu dan terbatasny a k emampuan profesional.
Untuk angk et tentang Implementasi PMR di Sek olah Menengah Pertama dalam implementasi PMR di k elas dengan indik ator y ang digunak an adalah:
(1) M emahami dan memo delk an soal k o n tek stu al k e d alam b en tu k matematik a;
(2) M en emuk an b er bag ai c ar a un tu k meny esuaik an soal;
(3) Pengembangan k emampuan berpik ir melalu i so al-soal y an g k o ntek stual, pr oses matematisasi hor izo ntal d an proses matematisasi v ertik al;
(4) Penggunaan alat peraga y ang sesuai agar b isa membantu proses berpik ir siswa sesuai dengan tuntutan PMR; dan (5) Dalam kerja k elompok partisipasi setiap siswa untu k meny elesaik an so al sesuai PMR menunjuk k an Sangat Tidak Sulit.
Pad a jenis sek olah tinggi den gan tin gk at k emampu an siswa tin ggi k elima indik ator tersebut menunjukk an Sangat Tidak Su lit, un tuk siswa deng an k emampu an sedang menunjuk k an Tidak Sulit, dan untuk siswa deng an tingk at k emampu an rendah menunjuk k an Biasa. Sedangk an pada jenis sek olah rendah dengan tingk at k emampuan siswa tin gg i k elima ind ik ator ter sebu t menu njuk k an Tid ak Sulit, un tuk siswa dengan k emampuan sedang menunjuk k an Biasa, dan untu k siswa deng an tingk at k emampuan rendah menunjuk kan Sulit.
G. Temuan dan A nalisis
Dari k eseluru han hasil pen gujian dapat disimpulk an bahwa tinggi rendahny a n ilai laju d ipen g ar uh i o leh meto d e pembelajaran y ang d iber ik an dan jen is sek olah. Sedangk an tingk at k emampuan tidak
berp en garu h sec ar a sign ifik an. P en g- gambaran secara grafis rata-rata laju untuk setiap tin gk at k emampuan pada dua jenis sekolah y ang diberik an pembelajaran melalui metoda PMR disajik an pada gambar 6.
Dari pengg ambaran secara grafis, tamp ak jelas rata-r ata per ubahan u ntuk setiap k elompok ting k at k emampuan siswa pada jen is sek olah ren dah selalu leb ih baik dibandingk an dengan rata-rata laju pada setiap k elompok tingk at k emampuan pada sek o lah tin g g i j ik a sisw a d ib er ik an pembelajar an melalui metoda PM R. Hal ini memberik an indik asi bahwa metoda PMR pada sek olah rendah menghasilk an dampak y ang lebih baik dibandingk an pada sek olah dengan k ategori tinggi.
Selanjutny a, penggambaran secara grafis rata-r ata laju untuk setiap tingk at k emampuan pada dua jenis sek olah y ang diberik an pembelajar an melalui meto de mek an istik d isajik an p ada gambar 7 di bawah. Dar i penggambaran secara grafis, tampak p ada tingk at k emampu an siswa
k urang hasil pembelajaran melalui metode mek anistik menghasilk an rata-rata laju lebih besar pada jenis sek olah tinggi dibandingk an dengan jen is sek olah rendah. Sedangk an pada k elompok tingkat k emampuan sedang dan pandai menghasilk an rata-rata laju lebih b esar p ada j en is sek olah r en d ah dibandingkan dengan jenis sek olah tinggi.
Berdasark an hasil k ed ua g amb ar grafik secara keseluruhan dapat disimpulk an bahwa metode PMR baik digun ak an pada sek o lah ren d ah d en g an b er b ag ai k emampuan siswa. S edangk an meto de mek anistik hany a baik diterap k an p ada sek elo mpo k siswa den gan k emampu an k urang dan berasal dari sek olah tinggi serta k elompok siswa dengan kemampuan sedang dan pandai pada sek olah rendah.
A dapun tingk at p ersetujuan siswa terhadap model pembelajaran matematik a dengan PMR diny atak an dengan sk or rataan k eselu ruh an sisw a y aitu 3.7414. H al ini berarti secara umum siswa memilik i sik ap positif terhadap pembelajaran matematik a Tabel 8
Rata-Rata Skor Pernyataan Siswa terhadap PMR
dengan metode PMR.
Dar i hasil ang k et tentang Ting k at Kesulitan dan Kendala y ang dihadapi guru di k elas, menunjuk kan bahwa penerapan PMR bagi Siswa SMP tidak sulit. Un tuk angk et tentan g Imp lementasi P MR di S ek olah Men engah Pertama, hasil men unjuk k an bahwa pada jenis sek olah tin ggi dengan ting k at k emampuan sisw a ting gi, k elima indik ator tersebut menunjuk k an ‘Sangat Tidak Sulit’, untuk siswa dengan k emampuan sedang menunjuk k an ‘Tidak Sulit’, dan untuk siswa deng an tingk at k emampu an rendah menunjuk k an ‘Biasa’. Sedangk an pada jenis sek olah rendah dengan tingk at k emampuan sisw a tin gg i, k elima in dik ator terseb ut menunju k k an ‘Tidak Sulit’, untu k siswa dengan k emampuan sedang menunjuk k an
‘Biasa’, d an untuk sisw a deng an tin gk at k emampuan ‘rendah’ menunjukk an ‘Sulit’.
Kond isi di atas, sebenarny a d apat dijadik an modal untuk dapat menerapk an model pembelaj aran matematik a d engan PMR dalam upay a meningk atkan hasil belajar siswa, k hususny a k emampuan siswa dalam meny elesaik an masalah matematik a, k arena k onsep-konsep y ang digunak an dalam PMR
sesu ai den g an K u r ik u lu m B er b asis Kompetensi. A palagi ditunjang oleh sik ap positif siswa dan perny ataan gu ru di k elas y ang meny atak an tidak sulit.
B erlin d an H illen ( 1994: 290) meny atak an bahwa sikap y ang positif ak an menjadi langk ah awal untuk menuju k epada lingk ungan belajar y ang efek tif. Di pihak guru, lingk ungan belajar y ang efek tif menuntut guru supay a ber tindak efek tif. Rusffendi (1991:39) mengatak an bahwa gu ru efek tif adalah guru mengajarny a berhasil. Disamping itu, g u r u j u g a h ar u s k r eatif d alam memberik an dan mengidentifik asi soal-soal, sehingga hasil belajar y ang diperoleh siswa sesuai deng an hasil belajar men gajar y ang diingink an.
Dengan demik ian, penerapan PMR di SMP sangatlah tepat. Hal ini didasark an pada k arak teristik P MR y an g sesuai d eng an k arak teristik siswa SMP, di antarany a; (1) penemuan terbimbin g d apat d ilak uk an melalui disk usi; (2) siswa memungk ink an menemuk an pengetahuan secara mandiri;
(3) siswa y ang pandai dapat dijadik an tutor.
(4) alat per aga y an g d iperlu k an dap at diserah k an k epada siswa seb agai tug as Gambar 6
Rata-Rata Perubahan Tingkat Kemampuan dengan PMR
kelompok .
A d ap un k elemahan dar i meto de pemb elaj ar an d en gan PM R adalah;
(1) disk usi k elomp ok masih dik uasai oleh siswa k elompok pand ai, sedangk an untuk k elompok siswa k urang berkecenderungan pasif; (2) tingk at peng etahuan guru y ang r en d ah men g ak ib a tk an ter j ad in y a misk onsepsi terhadap materi; ( 3) per anan gu ru sebag ai fasilitator ak an membu at g u r u h ar u s selalu memp er lu as wawasanny a. Jik a guru tidak memfasilitasi k eb utuhan sisw a seperti lembar k erja dan seb againy a, mak a siswa belajar k urang terarah; ( 4) j umlah sisw a y ang b esar sek itar 40–45 o ran g men g ak ib atk an per mulaan d isk u si menjadi g aduh untuk beb erapa men it.
III. PENUTUP
Secara k eseluruhan dapat disimpulkan pertama, metode PMR baik digunak an pada sek o lah ren d ah d en g an b er b ag ai k emampuan siswa. S edangk an meto de mek anistik hany a baik diterap k an p ada sek elo mpo k siswa den gan k emampu an
Gambar 7
Rata-rata perubahan Tingkat Kemampuan pada Mekanistik
k urang dan berasal dari sek olah tinggi serta k elompok siswa dengan kemampuan sedang dan pandai pada sek olah rendah.
Ked ua, ting k at persetu juan siswa terh adap mod el pemb elajaran matematik a dengan PMR diny atak an dengan sk or rataan k eselu ruhan siswa, y aitu 3.7414. H al ini berarti secara umu m siswa memilik i sik ap positif terhadap pembelajaran matematik a dengan metode PMR. Dar i hasil angk et tentang Tin gk at K esu litan dan Kendala y ang dihadapi guru di k elas, menunjuk k an bahwa penerap an P MR b agi Siswa S MP tid ak su lit. U n tu k an g k et ten tan g Implementasi P MR d i Sek olah Meneng ah Per tama d alam implementasi PMR di k elas, dip eroleh h asil pad a jenis sek o lah ting gi den gan ting k at k emampuan siswa ting gi, seluru h in dik ator men unju k k an ‘Sang at T id ak S u lit’, u n tu k sisw a d en g an k emampuan sedang menunju k k an ‘T idak Su lit’, d an untu k sisw a dengan tingk at k emampuan rendah menunjuk k an ‘Biasa’.
Sedan gk an pad a j enis sek o lah r end ah den gan ting k at k emampuan siswa ting gi, semua indik ato r terseb ut menun juk k an
‘T id ak S u lit,’ u n tu k sisw a d en g an
k emampuan sedang menunj uk k an ‘Biasa’, d an u n tu k sisw a d en g an tin g k at k emampuan rendah menunjuk k an ‘Sulit’.
Dari h asil pembahasan y ang telah diur aik an pada bagian depan , ber ik ut beberapa h al y an g diusulk an sebagai rek omend asi adalah: Pertama, metod e PMR baik digunak an pada sek olah rendah d en g an ber bag ai k emamp u an siswa.
Sedangk an metode mek anistik hany a baik diterapk an pada sekelompok siswa dengan k emampu an k u rang dan berasal d ar i sek o lah ting g i ser ta k elo mpo k sisw a dengan k emamp uan sedang dan pand ai pada sek olah r end ah . O leh k aren a itu meto de pemb elajaran matematik a dengan PM R d apat diterapk an d i S MP sebag ai alternatif model pembelajar an.
Ked ua, untu k lembag a LP TK d an lemb aga k ependidik an terk ait hendak ny a meny eleng gar ak an pelatih an- pelatih an penerapan Metode PMR di k elas bagi guru, sehing ga g uru tersebut dap at membu at mo du l- mo du l mater i matematik a y ang sesuai dengan k arak teristik PMR dan dapat men erap k an di k elas. Terak h ir, dari hasil temu an b ah w a p en er ap an P M R member ik an hasil y an g lebih baik bagi sek olah dari jenis rendah diband ingk an dengan sek olah tinggi untuk berbagai jenis tin gk at k emampu an. Hal ini perlu diteliti
lebih lanj ut tentang tingk at p engetahu an g ur u dan implemen tasi PM R di k elas, k arena menurut dugaan sementara, tingk at pengetahuan dan k esiapan guru dalam p elak san aan p em b elaj ar an tu r u t menentuk an hasil y ang diharapk an.
DAFTAR PUSTAKA
Depdik nas. (2001). Kebijaksanaan Umum P en didikan Dasar dan Meneng ah . Jakarta: Depdiknas.
Freudenthal, H. (1991). Revisiting Mathemat- ic s E d uc ation . C hin a L ec tu r es.
Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.
Muly asa, E. (2002). Ku riku lum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
TI MS S. ( 1999) . I nter n ation al S tud en t Achievement in Mathematics. http:/
timss.bc.edu/timss 1999i/pdf/T99i math 01.pdf.
Zulk ardi. ( 2001). “Efek tiv itas Lingk ungan Belajar Berbasis Kuliah Singk at dan Si- tus W eb sebagai Suatu Inov asi dalam Menghasilk an Guru RME di Indonesia.”
Mak alah, disampaik an dalam Seminar Nasional tentang P MR di Univ ersitas Sanata Dharma Yogy akarta.