KAMPUNG KOTA
DAN
KOTA KAMPUNG(AN)
SUMBER: Kampung Kota dan Kota Kampung (an) B. Setiawan, Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM, 2010
• Kampung diambil dari kata Melayu, awalnya merupakan terminologi yang dipakai untuk menjelaskan sistem permukiman pedesaan.
• Istilah kampung sering kali dipakai untuk
menjelaskan dikotomi antara kota dan desa. Kota diartikan modernitas/kemajuan; dan Desa
diartikan keterbelakangan, ketidakmajuan dan bahkan semua hal yang memalukan. (Dalam
bahasa Jawa, istilah kampungan seringkali dipakai untuk menjelaskan cara berpikir dan perilaku
yang memalukan, jauh dari etika priyayi, dan
tidak layak disandingkan dengan budaya priyayi di perkotaan.
• Dalam perkembangannya, istilah kampung dipakai untuk menjelaskan fenomena
perumahan di perkotaan yang dibangun
secara swadaya atau mandiri oleh masyarakat, dan menjadi tumpuan sebagian besar warga kota.
• Dijelaskan oleh Silas (1996), sejak awal
pemerintah Belanda telah memisahkan secara tegas antara warga biasa atau warga kampung (Indlandsche Gemeente), dengan warga
priyayi, pamong praja/gedongan (Stads
Gemeente).
• Istilah kampung , kemudian juga dipakai oleh
Pemerintah Republik Indonesia dengan Program
Perbaikan Kampung (Kampng Improvement Program), yang diluncurkan sejak awal tahun 1960an.
• Meskipun sudah dipakai secara formal, penggunaan istilah kampung masih saja mengandung
sindiran,merendahkan dan meremehkan.
• Kampung sering dikontraskan atau didikotomikan dengan perumahan ‘gedongan’ atau yang sekarang disebut sebagai perumahan ‘real estate’. Kampung adalah untuk mereka yang miskin, papa dan warga biasa atau ‘wong cilik’, sementara perumahan
‘gedongan’ atau ‘real estate’ untuk mereka yang kaya dan mapan.
• Secara Fisik, sebagian kampung dicirikan dengan ketidak-aturan, ketidak-seragaman, ketidak-
mapanan, dan bahkan mungkin ketidak-amanan serta ketidak-sehatan.
• Dalam banyak hal, kekhasan kampung justru terletak pada pola-pola fisik yang beragam,
organik, sering surprising, di luar kadar kreatifitas arsitek yang jenius sekalipun.
• Setiap kampung adalah unik, karena tiap kampung merepresentasikan kekhasan
sejarah,kemampuan, usaha, perjuangan, tekanan, dan bahkan jiwa merdeka warganya.
• Kalau ada seribu kampung di satu kota, dapatlah
dipastikan akan ada seribu ragam wajah kampung dan jiwa yang berbeda.
• Istilah dan pandangan-pandangan miring dan negatif tentang kampung, tentunya berlawanan dengan fakta- fakta akan peran, potensi, keistimewaan, dan kekhasan kampung.
• Kampung tidak saja mendominasi peruntukan lahan di kota-kota di Indonesia (sekitar 70%), kampung menjadi tumpuan perumahan (70 – 85 %) penduduk kota
(Menpera, 2009). Sementara itu, penyediaan
perumahan melalui jalur formal oleh sektor swasta dan pemerintah, hanya mampu menyediakan sekitar 15%
dari total kebutuhan rumah di perkotaan.
• Tidak saja dari segi jumlah, kampung juga
menyediakan berbagai bentuk, kondisi, serta harga rumah dan kamar, yang sesuai dengan ragam kebutuhan dan kemampuan warga kota.
• Lebih dari sekedar sistem fisik, kampung
merupakan sistem sosial yang kompleks dan dinamis. Kampung dihuni oleh beragam warga kota, dengan latar belakang agama, pendapatan, pendidikan, pekerjaan, etnis dan bahkan aliran
politik yang berbeda. Kampung menjadi semacam kolase mini warga kota yang memungkinkan
mereka untuk terus mengembangkan prinsip-
prinsip keragaman, toleransi dan kesetiakawanan.
• Kampung juga merupakan satu sistem ekonomi yang dinamis dan penting. Tidak saja bahwa
perumahan di kampung menjadi pusat dan ajang berbagai kegiatan produktif penghuninya (home- based enterprises), kampung juga menjadi
pendukung kegiatan ekonomi kota. Kampung menjadi bagian penting ekonomi kota.
• Dalam konteks perumahan perkotaan, kampung merepresentasikan konsep housing autonomy, sebagaimana dikatakan John Turner, warga
kampung mempunyai kebebasan dan otoritas
untuk menentukan sendiri lingkungan kehidupan mereka. Kampung merepresentasikan jiwa dan semangat merdeka warga kota.
• Menurut Turner, kampung juga
merepresentasikan housing as a process, as a verb, bahwa pembangunan perumahan
khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tidak bisa sebagai one stop policy, melainkan sebagai proses menerus yang dinamik seiring dengan proses
pengembangan sosial dan ekonomi warga
kota.
• Sebagai produk dari satu proses
pembangunan perumahan yang organik dan inkremental, kampung umumnya tidak
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Ruang terbuka publik juga
merupakan masalah yang menonjol di
kampung. Karena tuntutan ekonomi yang
semakin besar, menyebabkan penduduk
kampung semakin melihat ruang sebagai
komoditas yang dapat dikomersialkan.
• Privatisasi dan komersialisasi ruang di
kampung, telah mengancam ruang terbuka publik yang menjadi tumpuan bernapas dan bersosialisasi warga kampung.
• Lebih memprihatinkan lagi, telah terjadi
tekanan terhadap ruang bermain bagi anak-
anak di kampung. Gang-gang yang selama ini
menjadi tumpuan ruang bermain anak-anak
semakin sempit, hilang dan sebagian dijadikan
jalur kendaraan sepeda motor, sehingga tidak
aman bagi anak-anak.
• Kampung adalah fenomena kota Indonesia yang meskipun tampil apa adanya dengan berbagai persoalannya, tetaplah khas, unik, dan bagian yang sah dari satu kota.
• Dengan mengamati beberapa kampung kota yang ada, kita akan semakin menghargai
eksistensi dan keistimewaannya.
• Kampung lahir dan berkembang dalam setting kota, sementara kota hanya dapat eksis dan
berkembang karena didukung oleh kampung-
kampungnya.
PERMASALAHAN
– Aspek Fisik
– Aspek Kependudukan – Aspek Sosial
– Aspek Ekonomi
– Aspek Perumahan, Sarana, dan
Prasarana
• ASPEK SOSIAL
– Tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai program masih sangat rendah
• ASPEK EKONOMI
– Tingkat partisipasi dan minat masyarakat dalam memanfaatkan kelembagaan ekonomi masih sangat rendah
• ASPEK PERUMAHAN
– Kondisi perumahan yang rusak dan tidak layak huni
– Kepadatan bangunan sangat tinggi – Lebar jalan yang sempit
– Sirkulasi buruk
• ASPEK LINGKUNGAN
– Pengelolaan sampah yang buruk – Kurangnya ruang terbuka hijau – Kurang daerah resapan air
SUMBER : PUTRI SURYANDARI, 2007, GELIAT NAFAS KAMPUNG KOTA SEBAGAI BAGIAN DARI PERMUKIMAN, KOTA STUDI KASUS : TIPOLOGI PERMUKIMAN RW 03 , 04 , 05 KELURAHAN DURI UTARA KECAMATAN TAMBORA JAKARTA BARAT
Gang, tempat kegiatan ekonomi berlangsung
“GANG” KAMPUNG KOTA – SARANA SIRKULASI MULTI FUNGSI Rubianto Ramelan, Sri Handayani, Sukadi , 2007
Gang, tempat anak-anak bermain
Gang, tempat bersosialisasi warga
Gang, tempat MCK umum
Gang, sebagai tempat parkir dan gudang
Gang, sebagai tempat pesta dan perayaan