• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEARIFAN LOKAL DALAM PELESTARIAN IKAN BILIH DI NAGARI MUARO PINGAI KECAMATAN JUNJUNG SIRIH

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "KEARIFAN LOKAL DALAM PELESTARIAN IKAN BILIH DI NAGARI MUARO PINGAI KECAMATAN JUNJUNG SIRIH "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KEARIFAN LOKAL DALAM PELESTARIAN IKAN BILIH DI NAGARI MUARO PINGAI KECAMATAN JUNJUNG SIRIH

KABUPATEN SOLOK

ARTIKEL

SINTIYA NPM 12070202

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2017

(2)

KEARIFAN LOKAL DALAM PELESTARIAN IKAN BILIH DI NAGARI MUARO PINGAI KECAMATAN JUNJUNG SIRIH KABUPATEN SOLOK

Sintiya1 Firdaus, M.Si2 Mira Yanti, M.Pd3 Program Studi Pendidikan Sosiologi

STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK

Sintiya. 12070202 “Kearifan Lokal dalam Pelestarian Ikan Bilih di Nagari Muaro Pingai Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok”. Program Studi Pendidikan Sosiologi, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kearifan lokal yang berkembang di nagari muaro pingai yang merupakan hasil dari kebiasaan masyarakat setempat atau kebudayaan masyarakat sebagai bentuk adaptasi terhadap alam dan lingkungan tempat tinggalnya.

Masyarakat muaro pingai menggunakan cara-cara tersendiri untuk mengelola alam dan lingkungannya. Tujian dari penelitian ini adalah : 1. Bentuk Kearifan Lokal dalam Pelestarian Ikan Bilih di Nagari Muaro Pingai Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok. 2.

Pelaksanaan Kearifan Lokal Bekerja dalam Pelestarian Ikan Bilih di Nagari Muaro Pingai Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok. Teori yang digunakan adalah teori Interpretatif Kebudayaan Oleh Clifford Geertz. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif tipe deskriptif. Informan dalam penelitian ini 14 orang yaitu masyarakat yang tinggal di Nagari Muaro Pingai yang bekerja sebagai nelayan. Pemilihan informan pada penelitian ini menggunakan teknik porposif sampling. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data berupa observasi (non partisipan), wawancara mendalam dan studi dokumen. Unit analisanya kelompok. Analisis data dilakukan dengan teknik miles dan huberman, data disajikan dalam empat tahap 1. Pengumpulan data 2.

Reduksi data 3. Display data 4. Veritifikasi dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa, bentuk kearifan lokal yang berada di Nagari Muaro Pingai yaitu: a.

Larangan merusak tumbuhan jeramun b.Larangan membuang sampah kesungai c. Penentuan cuaca dan musim untuk melakukan penangkapan ikan di Danau Singkarak Nagari Muaro Pingai d. Tempat keramat

Kata Kunci : Kearifan Lokal, Pelestarian, Ikan Bilih

1 Mahasiswa

2 Dosen Peodi Sosiologi STKIP PGRI SUMATERA BARAT 3 Dosen Prodi Sosiologi STKIP PGRI SUMATERA BARAT

(3)

LOCAL WISDOM IN PRESERVATION OF FISH BILIH IN NAGARI MUARO PINGAI KECAMATAN JUNJUNG SIRIH KABUPATEN SOLOK

Sintiya1 Firdaus, M.Si2 Mira Yanti, M.Pd3 Program Studi Pendidikan Sosiologi

STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

Sintiya. 12070202 “Local Wisdom in Preservation of Fish Bilih in Nagari Muaro Pingai Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok”. Sociology of Education Studies Program, School of Teacher Training and Education (STKIP) PGRI West Sumatera.

This research was motivated by the local wisdom that flourished in villages Muaro Pingai wich is the result of local customs or cultural community as a form of adaptation to environment and neighborhood . Muaro society Pingai using special way to manage nature and the environment. The purpose of this study is : 1. Local Wisdom in the form of fish preservation bilih in Nagari Muaro Pingai uphold Sirih subdistrict Solok regency. 2.

Implementation of Local Wisdom Preservation Working in Fish Bilih in Nagari Muaro Pingai uphold Sirih subdistrict Solok regency. The theory used is the theory of the Cultural Interpretative by Clifford Geertz. This study used a qualitative approach and descriptive.

Informants in this study are 14 people living in Nagari Muaro Pingai work as fishermen.

Selection of informants in this study using techniques porposif sampling. The data used are primary data and secondary data. Methods of data collection in the form of observational (non- participants), in-depth interviews and document study. The analysis unit of the group. Data analysis was performed using Miles and Huberman, data is presented in four stages 1. Data collection 2. Data eduction 3. Display data 4. Veritivication and conclusion. The result of this study revealed that, forms of local wisdom that is in Nagari Muaro Pingai namely: a.

Destruction of plant jeramun b. Prohibition throw garbage into river c. Determination weather and season to perform fishing in lake Singkarak Nagari Muaro Pingai d. shrine

Keywords: Local Wisdom, Preservation, Fish Bilih

1 Mahahasiswa STKIP PGRI SUMATERA BARAT

2 Dosen Prodi Sosiologi STKIP PGRI SUMATERA BARAT 3 Dosen Prodi Sosiologi STKIP PGRI SUMATERA BARAT

(4)
(5)

1

PENDAHULUAN

Sumatera Barat yang mempunyai luas perairan umum sebesar 64.200 hektar, perairan umum tersebut memilki potensi yang cukup besar baik dibidang penangkapan maupun dibidang budidaya. Beberapa tahun belakangan ini potensi perikanan perairan umum sangat jauh sekali berkurang. Hal ini disebabkan karena telah berkurang nya jumlah populasi ikan yang ada dalam perairan tersebut yang disebabkan ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab (Saputra, 2014:28).

Danau Singkarak merupakan salah satu danau yang terdapat di Sumatera Barat yang memiliki beberapa fungsi, yaitu daerah tujuan wisata, perikanan, pembangkit tenaga listrik serta irigasi. Ketersediaan sumberdaya alam merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia, agar sumber daya alam tersedia secara berkesinambungan dan berkelanjutan, maka sumber daya alam tersebut harus dikelola dengan sebaik-baiknya, diDanau ini hidup salah satu potensi sumber daya alam yang bernilai tinggi yaitu ikan bilih yang bersifat endemik dan berstatus langka Ikan bilih merupakan jenis ikan yang hidup endemik di Danau Singkarak dan memiliki ukuran sekitar 4-6 cm, ikan ini termasuk jenis ikan yang langka dan terancam punah.

Kelangkaan ikan bilih ini disebabkan oleh penggunaan alat tangkap teknologi sederhana yang kurang ramah lingkungan oleh penangkap ikan seperti bagan yang memanfaatkan cahaya lampu bahkan menggunakan bahan peledak (bom ikan) yang masih digunakan oleh nelayan (Saputra, 2014:

28).

Pemanfaatan ikan bilih cukup besar bagi sosial-ekonomi masyarakat di sekitar Danau Singkarak, Secara ekonomi ikan bilih memberikan dampak positif karena merupakan sumber pendapatan bagi masyarakat serta untuk kesejahteraan dan gizi masyarakat yang berada di sekitar Danau Singkarak, Secara ekologi sebaliknya, dorongan ekonomi ini menyebabkan terjadinya eksploitasi berlebihan oleh masyarakat di sekitar kawasan danau tersebut. Akibatnya masyarakat seringkali melakukan tindakan destruktif yang mengancam keberadaan ikan bilih yaitu

dengan melakukan penangkapan menggunakan alat tangkap sederhana yang kurang ramah lingkungan seperti menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap bagan (Oka, 2014: 2).

Di era globalisasi saat ini, banyak ditemui krisis ekologi yang muncul akibat keseimbangan alam terganggu sehingga tanpa disadari tindakan dan sikap masyarakat telah merusak sumber daya alam danau yaitu ikan bilih. Ikan bilih dieksploitasi oleh sebagian masyarakat yang berada di sekitar danau tersebut, dan sampai saat ini masih terus berlangsung oleh sebagian dari masyarakat tersebut di antaranya terdapat di Nagari Muaro Pingai yang merupakan salah satu nagari yang memanfaat kan ikan bilih sebagai sumber mata pencarian masyarakat yang berada di Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat (Patriono et al. 2010:

55).Dewasa ini ikan bilih hasil tangkapan nelayan semakin berkurang, ini di rasakan oleh nelayan yang berada di sekitar Danau SingkarakBerkurangnya hasil tangkapan nelayan tersebut, diduga disebabkan kepadatan populasi ikan bilih yang semakin menurun.

Nagari Muaro Pingai adalah salah satu nagari yang melakukan pencegahan kepunahan populasi ikan bilih di Danau Singkarak, adapun aturan sebagai pendukung dari Wali Nagari tentang larangan menangkap ikan bilih yang berlebihan dengan menggunakan bahan peledak dan bahan kimia beracun, Selanjutnya dapat dilakukan sosialisasi terkait penggunaan alat tangkap yang mendukung kelestarian ekosistem danau,terutama bagi masyarakat Nagari Muaro Pingai. Jika ini terlaksana generasi yang akan datang tetap bisa menikmati kelezatan dan manfaat ekonomi dari keberadaan ikan bilih sebaliknya nelayan lebih banyak menangkap menggunakan teknologi sederhana (bagan) yang mengancam kepunahan ikan bilih tanpa memperhatikan adanya larangan yang ada dan menyebabkan ikan bilih menjadi langka dan harganya menjadi tinggi sehingga menurun nya pendapatan masyarakat yang memanfaatkan ikan bilih sebagai sumber mata pencaharian di nagari tersebut (Saputra, 2014:

29).

(6)

2

Berdasarkan observasi pada bulan November sampai Desember peneliti melihat bahwa ikan bilih adalah ikan yang dikelola oleh masyarakat setempat untuk keperluan sehari-hari dan yang akan mendatang, adapun pantangan dan larangan merupakan suatu kesepakatan bersama dari warga Nagari Muaro Pingai untuk menjaga danau agar tetap bersih dan terhindar dari penangkapan ikan yang secara berlebihan oleh masyarakat.

Masyarakat Nagari Muaro Pingai sepakat untuk mengikuti aturan dan tidak melakukan penangkapan ikan ditempat yang telah dianggap sebagai keramat hingga dalam waktu tertentu, dan mereka percaya apabila dilanggar akan mendapatkan konsekwensi tertentu yang telah ada sejak dahulunya. Nilai luhur yang dipelajari adalah konservasi sumber daya alam dan rasa tanggung jawab dalam menjaga ekosistem danau.

Mayarakat Nagari Muaro Pingai memiliki pekerjaan sebagai nelayan dan tidak jarang mereka yang bekerja sebagai nelayan menggunakan alat tangkap yang dapat merusak ekosistem danau, sehingga pada tahun 2000 masyarakat Nagari Muaro Pingai membuat aturan berupa kesepakatan dalam nagari yang berfungsi untuk menjaga keselamatan ekosistem danau khusus nya ikan bilih.

Dengan adanya kesepakatan dan kearifan lokal yang berkembang di Nagari Muaro Pingai ini merupakan hasil dari masyarakat setempat sebagai bentuk adaptasi terhadap alam dan lingkungan. Kearifan lokal pada intinya merupakan kegiatan yang melindungi dan melestarikan alam dan lingkungan. Prospek kearifan lokal sangat bergantung pada bagaimana masyarakat melestarikan kembali kearifan lokal yang ada sehingga sumber daya alam dan lingkungan alam yang dimiliki masyarakat dapat dimanfaatkan dan dilestarikan dengan tanpa mengganggu keseimbangannya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melihat apa saja bentuk Kearifan Lokal dalam Pelestarian Ikan Bilih di Nagari Muaro Pingai serta bagaimana pelaksanaannya dalam pelestarian ikan bilih di

Nagari Muaro Pingai Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok”.

METODOLOGI PENELITIAN

Peneliti melakukan penelitian pada bulan November sampai dengan Desember 2016. Bertempat di Pinggir Danau Singkarak Nagari Muaro Pingai, Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif, dengan tipe deskriptif.

Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi baik tentang dirinya maupun orang lain atau sesuatu kejadian atau sesuatu hal kepada peneliti melalui wawancara mendalam (Afrizal, 2014: 139). Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu sebelum melakukan penelitian para peneliti menerapkan kriteria tertentu yang mesti dipenuhi oleh orang yang akan dijadikan sumber informasi. Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan, peneliti telah mengetahui identitas orang-orang yang akan dijadikan informan penelitiannya sebelum penelitian dilakukan (Afrizal, 2014: 140).

Jenis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini diantaranya yaitu observasi, wawancara dan studi dokumen. Unit analisis data adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 2010:121). Unit analisis penelitian ini adalah kelompok yang terkait dengan bagaimana praktek kearifan lokal itu bekerja dalam melestarikan ikan bilih di Nagari Muaro Pingai Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok. Unit analisa dalam penelitian ini adalah kelompok yang berguna untuk memfokuskan kajian yang dilakukan sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian.

Analisis data dalam penelitian ini yang peneliti gunakan yaitu menurut Miles dan Huberman (Afrizal, 2014:180). diantaranya yaitu : Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Lokasi penelitian ini bertempat di Nagari Muaro Pingai Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok

(7)

3

HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Pantai Padang

Nagari Muaro Pingai terletak di Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Nagari Muaro Pingai merupakan daerah yang mempunyai potensi sumber daya alam yang cukup potensialnya dan layak untuk dikembangkan. Wilayah ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan salah satu nya yaitu perikanan, Muaro Pingai merupakan salah satu nagari yang masih perlu ditingkatkan kelestarian sumber daya alamnya karena sebagian nelayan cara penangkapan ikannya telah bersifat modern yaitu menggunakan alat tangkap bagan sehingga belum optimalnya pemanfaatan sumber daya alam di nagari tersebut.

Melihat kenyataan tersebut maka kearifan lokal masyarakat setempat juga mendapatkan tantangan dengan harus memenuhi kebutuhan dasar yang semakin besar dan gaya hidup serta pola hidup yang dihadapi oleh masyarakat dengan adanya pengaruh dari teknologi. Di samping itu dalam pemanfaatkan sumber daya alam oleh masyarakat juga dipengaruhi oleh aspek pemanfaatan, pelestarian, dan pengetahuan masyarakat serta kebijakan dari pemerintah dimana semuanya itu akan mempengaruhi keputusan masyarakat untuk menentukan apa yang harus dilakukan dan sekaligus merupakan keputusan untuk mempertahankan atau tidaknya kearifan lokal yang selama ini dilakukan di Nagari Muaro Pingai Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok.

2. Sejarah Kearifan Lokal dalam Pelestarian Ikan Bilih di Nagari Muaro Pingai

Pemanfaatan sumber daya perairan, aspek ekologi dalam hal kelestarian sumber daya dan fungsi ekosistem harus dipertahankan sebagai landasan utama untuk mencapai kesejahteraan sehingga pemanfaatan sumber daya danau diharapkan tidak menyebabkan rusaknya ekosistem yang ada di Danau tersebut, seperti ikan bilih dan jenis lainnya.

Hal ini disadari oleh masyarakat Nagari Muaro Pingai dimana mereka yang bekerja sebagai nelayan memanfaatkan danau tanpa

memperhitungkan daya dukungnya, terutama dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di danau tersebut. Salah satu sumber daya dan kekayaan alam yang sering dimanfaatkan masyarakat adalah ikan bilih. Kondisi ini terjadi di sekitar tahun 2000-an. Melihat perilaku masyarakat yang kurang terkendali ketika mengambil kekayaan danau tersebut, maka beberapa orang tokoh pemuda waktu itu berinisiatif dan sepakat untuk membuat aturan berupa pantangan demi menjaga ekosistem danau.

3.Bentuk Kearifan Lokal dalam Pelestarian Ikan Bilih

1) Larangan Merusak Tumbuhan Jeramun Pada dasarnya manusia sebagai anggota masyarakat sangat tergantung pada lahan dan tempat tinggalnya. Di sini terdapat perbedaan antara lahan dan tempat tinggal.

Lahan merupakan lingkungan alamiah sedangkan tempat tinggal adalah lingkungan buatan. Dalam pengelolaan lingkungan hidup kita juga membutuhkan moralitas yang berarti kemampuan kita untuk dapat hidup bersama makhluk hidup yang lainnya yang saling membutuhkan dan saling tergantung.

Masyarakat Muaro Pingai menyadari tindakan mereka terhadap lingkungan alam dengan cara menjaga ekosistem danau yaitu dengan tidak merusak tumbuhan yang hidup di tepi danau yaitu jeramun, tumbuhan jeramun dalam bahasa indonesianya yaitu eceng gondok merupakan jenis tumbuhan yang mengapung di air. Tumbuhan jeramun atau Eceng Gondok sangat dimanfaatkan oleh masyarakat Muaro Pingai sebagai pelindung ekosistem yang ada di danau khususnya ikan bilih, dimana ikan bilih bisa bersembunyi dibawah jeramun apabila ada serangan dari musuhnya, selain itu dibawah tumbuhan jeramun ikan bilih juga bisa menetaskan telurnya dan berkembang biak.

2) Larangan Membuang Sampah ke Sungai

Lingkungan hidup yang bersih akan menciptakan jiwa yang sehat dilingkungan masyarakat, untuk itu agar terciptanya kondisi lingkungan yang baik dan sebagai masyarakat yang bisa memperhatikan dan memelihara

(8)

4

lingkungan dapat memanfaatkan dan menikmati sumber daya alam yang ada, seperti halnya yang dilakukan oleh masyarakat Muaro Pingai dengan membuat peraturan yaitu larangan membuang sampah kesungai dan akan diberi sanksi jika ada yang melanggarnya. Sanksi yang diberikan bagi masyarakat yang melanggar yaitu berupa denda sebanyak lima sak semen bagi setiap yang melanggar, dan masyarakat juga meyakini dari dulu bahwa ada sanksi yang diwariskan oleh nenek moyang mereka yaitu akan mengalami kesialan bagi setiap apapun usaha yang dilakukan oleh orang yang melanggar aturan tersebut.

Larangan membuang sampah kesungai didasarkan atas perhatian dan kesadaran dari masyarakat Nagari Muaro Pingai yang telah ada sejak dahulu nya hingga sampai saat sekarang, meskipun larangan ini tidak diundangkan akan tetapi aturan dan larangan masih tetap dipatuhi oleh masyarakat demi menjaga lingkungan serta sumber daya alam yang ada.

.

3)Penentuan Cuaca dan Musim untuk Melakukan Penangkapan Ikan di Danau Singkarak Nagari Muaro Pingai

Masyarakat Nagari Muaro Pingai memiliki beberapa mata pencarian untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mata pencarian sebagian masyarakat yaitu menangkap ikan di Danau Singkarak. Sebagai mana yang telah diketahui bahwa danau ini merupakan bagian dari lingkungan yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat Nagari Muaro Pingai

.

Mayarakat tidak melakukan kegiatan menangkap ikan secara terus menerus dan hanya dilakukan pada saat tertentu. Ini dikarenakan masyarakat sangat mengenal lingkungannya dengan baik terutama pada saat penentuan cuaca dan musim untuk menangkap ikan di danau. Sebelum berangkat ke danau masyarakat memperhatikan akibat yang didapat apabila tidak mengikuti petunjuk dari alam tersebut. Maka Penangkapan ikan dilakukan hanya ketika cuaca bersahabat dan saat musim hujan penangkapan ikan tidak dilakukan.

4) Tempat Keramat

Keanekaragaman pola-pola adaptasi masyarakat dengan lingkungan hidup yang ada dalam masyarakat Nagari Muaro Pingai yang diwariskan secara turun-temurun menjadi pedoman dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungannya yang diketahui sebagai kearifan lokal suatu masyarakat, dan melalui kearifan lokal ini masyarakat Muaro Pingai mampu bertahan menghadapi berbagai krisis yang menimpanya. Bertahannya kearifan lokal di Nagari Muaro Pingai tidak terlepas dari perilaku masyarakat terhadap lingkungannya, dimana masyarakat menganggap bahwa pasir muaro dan pasir alam siang memiliki wilayah yang diyakini memiliki penghuninya dari alam ghaib.

Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat Nagari Muaro Pingai tetap mementingkan kelestarian ekosistem danau singkarak pada saat kegiatan penangkapan ekosistem danau khususnya ikan bilih. Dengan adanya kesadaran dari masyarakat untuk menjaga lingkungan disekitarnya maka sumberdaya alam dan lingkungan alam yang KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang ditemukan atau yang telah peneliti jelaskan sebelumnyayaitu kearifan lokal dalam pelestarian ikan bilih di Nagari Muaro Pingai Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok diantaranya :

1) masyarakat dilarang merusak tumbuhan jeramun yang tumbuh di tepi danau 2) masyarakat dilarang membuang sampah

kesungai (aliran batang air)

3) cuaca menjadi panutan masyarakat ketika hendak menangkap ikan di danau, 4) adanya tempat keramat yang diyakini oleh masyarakat sebagai tempat angker.

Adapun pelaksanaan kearifan lokal yang ada di Nagari Muaro Pingai yaitu masyarakat mengikuti aturan tanpa melanggar aturan yang ada, diantaranya yaitu dimana masyarakat sudah ada yang memanfaatkan danau tanpa merusak sumber daya alam agar ikan tidak terganggu Jadi kita perlu mengembangkan dan melestarikan kearifan

(9)

5

lokal yang berkembang di masyarakat Nagari Muaro Pingai Kecamatan Junjung Sirih.

2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah:1)Kepada masyarakat, diharapkan agar tetap melestarikan pelaksanaan pantangan dan aturan secara turun temurun sebagai kearifan lokal yang ada di Nagari Muaro Pingai Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok.

2)Kepada Pemerintah Nagari Muaro Pingai untuk lebih memperhatikan pelaksanaan kearifan lokal dalam melestarikan ikan bilih di Nagari Muaro Pingai.

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2005. Pengantar Metode Kualitatif.

Padang: Laboratoorium Sosiologi FISIP Unand.

Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif, Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: PT Raja Gravindo Arikunto. 2010. Metode Penelitian Kualitatif.

Jakarta: Rineka Cipta.

Bathara, Lamun dan Saputra, Leona. 2014.

Kearifan Lokal Masyarakat terhadap Kelestarian Populasi Ikan Bilih (Mystacoleuseus Padangensis) di Nagari Sumpur Kecamatan Batipuh Selatan Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Jurnal. UNRI.

Oka, Mahendra. 2014. The Difference of Fish Catches by Using “Jaring Insang” (Gill Nets) Before and After Midnight in Nagari Tikalak (Tikalak Village), X Koto Singkarak, Solok Regency, West Sumatera.

Jurnal. UNRI

Patriono, 2010. Fekunditas Ikan Bilih (Mystacoleucus Padangensis Blkr) di Muara Sungai sekitar Danau Singkarak.

Jurnal. Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... Kondisi Sosial Daerah Penelitian... Identifikasi Bentuk-bentuk Kearifan Lokal Masyarakat dalam

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul penelitian “ Pelestarian Nilai-nilai Kearifan Lokal Upacara Adat Ngalaksa Dalam Upaya Membangun

Bagaimana nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Pekon Pahmungan dalam usaha pelestarian repong damar di kawasan penyangga Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

Dan menurut bapak bahwa kearifan lokal itu mampu mengkuatkan nilai-nilai agama di desa ujung bawang, seperti yang sudah di jelaskan di atas, banyak kearifan lokal/ budaya

Kebijakan dan strategi pengelolaan ikan bilih Danau Singkarak berdasarkan skala perioritas yang ditampilkan pada Tabel 2 adalah sebagai berikut : (1) melakukan pengelolaan

Upaya pelestarian nilai- nilai budaya kearifan lokal ini merupakan amanat konstitusi sebagaimana tercantum dalam pasal 32 Undang Undang Dasar Republik Indonesia bahwa:

1) Kearifan lokal petani padi yang pernah ada di Desa Kemuning Muda Kecamatan Bungarayakeseluruhan berjumlah 49 kearifan lokal yang dahulu maupun sekarang masih tetap

KESIMPULAN Kearifan lokal masyarakat Kelurahan 5 Ulu merupakan suatu adaptasi melalui wujud nyata tangible suatu bentuk kearifan lokal seperti pengetahuan lokal secara tekstual yang