• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebersihan Industri - Kebisingan Individu

N/A
N/A
Pruestine Azzah Trisnawan

Academic year: 2024

Membagikan " Kebersihan Industri - Kebisingan Individu"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM HYGIENE INDUSTRI KEBISINGAN INDIVIDU

Disusun Oleh :

Nama Pruestine Azzah Trisnawan

NRP 0522040114

Kelas K3IID

Tanggal Kamis, 16 Maret 2023

Dosen Pengampu

1. Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T 2. Dr. Indri Santiasih, S.KM., M.T

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2023

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di Indonesia sebagian besar industri menggunakan mesin dan peralatan bagi proses produksinya. Penggunaan mesin dan peralatan tersebut dapat memberikan dampak positif selain itu juga dapat memberikan pengaruh buruk terutama apabila tidak dikelola dengan baik.

Salah satu dampak negatif dari penggunaan mesin dan peralatan tersebut adalah dapat menjadi sumber kebisingan bagi pekerja. Dalam hal ini, tenaga kerjalah yang langsung berhadapan dengan kebisingan tersebut.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) merupakan hal yang dapat dialami oleh setiap pekerja akibat kelalaian yang terjadi dalam penggunaan alat pelindung diri maupun pada saat penjalanan proses prosedur. Salah satunya adalah kebisingan. Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki oleh pendengaran manusia. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja menyebutkan kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Menurut penelitian Ali (2006) Berdasarkan Data survei Multi Center Study di Asia Tenggara, prevalensi ketulian yang terjadi di Indonesia cukup tinggi yaitu 4,6%, sedangkan 3 negara lainnya yakni Sri Lanka (8,8%), Myanmar (8,4%) dan India 6,3%). Walaupun bukan yang tertinggi tetapi prevalensi 4,6% tergolong cukup tinggi, sehingga dapat menimbulkan masalah sosial di tengah masyarakat. Oleh karena itu, dibuatlah laporan ini dengan tujuan dapat memberi pengetahuan pada pembaca mengenai kebisingan dan mengurangi terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja) pada tiap pekerja di lapangan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana penanganan pengukuran paparan kebisingan tiap individu dan apa yang menjadi penyebab terjadinya kebisingan pada suatu individu?

2. Apa yang disebut dengan NAB pada kebisingan dan bagaimana perbandingan hasil paparan kebisingan individu yang sesuai dengan NAB?

3. Apa yang sebaiknya dilakukan setelah mengevaluasi hasil pengukuran dengan NAB kebisingan?

(3)

1.3 TUJUAN

1. Dengan dilakukannya penanganan pengukuran paparan kebisingan, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui cara pengukuran paparan kebisingan serta mengetahui penyebab terjadinya kebisingan pada suatu individu.

2. Mahasiswa memahami apa yang dimaksud dengan NAB dan mampu membandingkan hasil paparan pekerja dengan NAB pada kebisingan.

3. Mahasiswa mampu mengetahui langkah yang perlu dilakukan setelah mengevaluasi hasil pengukuran dengan NAB kebisingan.

1.4 RUANG LINGKUP

Pengukuran kebisingan pada praktikum kali ini dilakukan di Bengkel Sheet Metal di kampus Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya pada Kamis, 9 Maret 2023.

Pengukuran dilakukan mengenakan Sound Level Meter dengan sasaran yang ditujukan adalah 2 (dua) responden yang sedang melakukan praktikum di bengkel tersebut. Hal ini dipilih karena laporan ini bertujuan untuk memahami seberapa besar paparan kebisingan individu yang diterima oleh responden tersebut selama prosesnya. Adapun nama kelompok yang akan melakukan praktikum ventilasi ini sebagai berikut:

1. Ahmad Rizal Firmansyah (0522040099) 2. Mohammad Sulistyo M.W (0522040108) 3. Muhamad Ali Ro’is (0522040109) 4. Pruestine Azzah T (0522040114) 5. Reggina Angel Arifin (0522040118) 6. Zpetnaz Prudentia (0522040124)

(4)

BAB 2 DASAR TEORI

2.1 KEBISINGAN

Kebisingan merupakan salah satu penyebab Penyakit Akibat Kerja (PAK) faktor fisik berupa bunyi yang dapat menimbulkan kerusakan pada pedengaran seorang pekerja. Menurut Hediyono (2003) dalam Feidihal (2012), Kebisingan adalah suara yang tidak diinginkan yang durasi, intensitas dan kualitasnya menyebabkan berbagai dampak terhadap fisiologi atau psikologis manusia serta makhluk lainnya.

Dalam Permenaker No. 05 Tahun 2018, kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang berada pada titik tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Dari pengertian-pengertian tersebut, kebisingan dapat disimpulkan sebagai semua bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan kerja (Anizar, 2009).

Menurut Feidihal (2012), jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyinya dibagi menjadi:

a. Kebisingan yang kontinue dengan spektrum frekuensi yang luas misalnya mesin- mesin, kipas angin dan lain-lain.

b. Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang sempit misalnya gergaji sirkuler, katup gas dan lain-lain.

c. Kebisingan terputus-putus misalnya lalu lintas, suara kapal terbang di lapangan udara.

d. Kebisingan impulsive seperti tembakan bedil atau meriam dan ledakan.

e. Kebisingan impulsive berulang, misalnya pada bagian penempaan besi di perusahaan besi.

Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dibagi atas :

1) Bising yang mengganggu (irritating noise) : Intensitas tidak terlalu keras, misalnya mendengkur.

2) Bising yang menutupi (masking noise) : merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pekerja, karena teriakan isyarat atau tanda bahaya tenggelam dari bising dari sumber lain.

(5)

3) Bising yang merusak (damaging/injurious noise), adalah bunyi yang melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak/menurunkan fungsi pendengaran.

2.2 GANGGUAN KESEHATAN PADA KEBISINGAN

Pada manusia, kebisingan menyebabkan gangguan yang bersifat nonpendengaran (nonauditory) dan pendengaran (auditory). Dampak nonauditory antara lain meliputi gangguan keseimbangan, sistem kardiovaskular, gangguan kualitas tidur dan gangguan kejiwaan (stres).

Dampak auditory meliputi tinnitus atau telinga berdengung, kesulitan membedakan kata berfrekuensi tinggi dan dampak auditory yang paling serius adalah ketulian jenis sensorineural (sensorineural hearing loss). Gangguan pendengaran akibat bising atau Noise Induced Hearing Loss (NIHL) adalah gangguan pendengaran tipe sensorineural yang disebabkan oleh pajanan bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama (Jumali, et al., 2013).

Gangguan pendengaran akibat bising (NIHL) pada umumnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Pengaruh kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB) :

1) Pengaruh kebisingan intensitas tinggi terjadinya kerusakan pada indera

pendengaran yang dapat menurunkan pendengaran baik yang bersifat sementara maupun permanen atau ketulian.

2) Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya terputus-putus dan sumbernya tidak diketahui.

3) Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat, gangguan sensoris dan denyut jantung, risiko serangan jantung meningkat, dan gangguan pencernaan.

4) Reaksi masyarakat, apabila kebisingan akibat dari suatu proses produksi demikian hebatnya, sehingga masyarakat sekitarnya protes menuntut agar kegiatan tersebut dihentikan.

2. Gangguan yang diakibatkan oleh bising bernada tinggi adalah:

1) Peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg).

2) Peningkatan nadi.

3) Konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki.

4) Pucat dan gangguan sensoris.

(6)

5) Pusing/sakit kepala akibat rangsangn pada reseptor vestibular pada telinga bagian dalam yang akan menimbukan efek pusing/vertigo.

6) Perasaan mual, susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.

3. Pengaruh kebisingan intensitas rendah (di bawah NAB)

Secara fisiologis intensitas kebisingan yang masih di bawah NAB tidak menyebabkan kerusakan pendengaran, namun dapat menjadi sebagai salah satu penyebab stres dan gangguan kesehatan lainnya. Stres yang disebabkan karena pemaparan kebisingan dapat menyebabkan antara lain :

1) Stres menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, dan gangguan tidur, perasaan mual, susah tidur, dan sesak nafas.

2) Gangguan reaksi psikomotorik.

3) Kehilangan konsentrasi.

4) Gangguan konsentrasi antara lawan bicara.

5) Penurunan performasi kerja yang akan menyebabkan kehilangan efisiensi dan produktivitas.

Pencegahan agar tidak terdampak oleh kebisingan yang dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja adalah dengan:

a. Pengendalian secara teknis (Engineering Kontrol), Eliminasi, Subtitusi dan Isolasi.

b. Pengendalian secara administratif (Administratif Control), pengaturan jam kerja, disesuaikan dengan NAB.

c. Pengendalian secara medis (Medical Control), pemeriksaan audiometri pada pekerja secara periodik.

d. Penggunaan Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment), alternatif terakhir bila pengendalian lain telah dilakukan. seperti sumbat telinga (ear plug) atau tutup telinga (ear muff).

(7)

2.3 NILAI AMBANG BATAS (NAB)

Nilai Ambang Batas adalah faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Permenaker No. 05 Tahun 2018, dibahas tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Dalam peraturan ini, ada batasan waktu yang harus diikuti untuk seorang pekerja bekerja dalam lingkungan yang bising. Berikut tabel NAB kebisingan tersebut :

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Kebisingan pada Pekerja

Sumber: (Kemenaker, 2018)

(8)

➢ NAB Kebisingan menurut NIOSH

Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Menurut NIOSH

Sumber: (Santiasih, et al., 2019)

NAB kebisingan yang ditetapkan di Indonesia adalah sebesar 85 dBA. Akan tetapi NAB bukan merupakan jaminan sepenuhnya bahwa tenaga kerja tidak akan terkena risiko akibat bising tetapi hanya mengurangi risiko yang ada (Listyaningrum, 2011).

Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP/51/MEN/1999 zona kebisingan dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Zona aman tanpa pelindung : < 85 dBA

b. Zona dengan pelindung ear plug : 85 - 95 dBA c. Zona dengan pelindung ear muff : > 95 dBA

(9)

2.4 METODA PERHITUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN

Prinsip pengukuran pada praktikum kebisingan individu adalah dengan mengenakan alat Sound level meter yang digunakan untuk mengukur tingkat intensitas kebisingan di tempat kerja memiliki kelengkapan untuk mengukur tingkat tekanan SLM bunyi sinambung setara pada pembobotan A secara langsung ataupun tidak langsung. Alat ukur tersebut sesuai dengan yang ditetapkan SNI 05-2962-1992. Kelengkapan alat minimal memiliki :

a. skala pembobotan A

b. kecepatan respon pada pembobotan waktu slow (S)

Tingkat tekanan bunyi diukur dengan alat sound level meter yang mempunyai kelengkapan Leq A dengan rentang waktu tertentu pada pembobotan waktu S. Tekanan bunyi menyentuh membran mikrofon pada alat, sinyal bunyi diubah menjadi sinyal listrik dilewatkan pada filter pembobotan (weighting network), sinyal dikuatkan oleh amplifier diteruskan pada layar hingga dapat terbaca tingkat intensitas bunyi yang terukur.

DND (Daily Noise Dose) merupakan perbandingan jumlah waktu untuk kebisingan tertentu dengan lama waktu yang diizinkan untuk tingkat kebisingan tersebut. Hasil dari perhitungan DND harus kurang dari sama dengan satu (1). Apabila lebih dari yang ditentukan tersebut, maka jumlah paparan yang diterima dapat dinyatakan tidak aman bagi individu.

Rumus dari DND yaitu : DND = 𝐶1

𝑇1+ 𝐶2

𝑇2 + ⋯ + 𝐶𝑛

𝑇𝑛

dengan, C1 = Waktu melakukan pekerjaan ke-1 C2 = Waktu melakukan pekerjaan ke-2

Cn = Total waktu paparan pada tingkat kebisingan tertentu T1 = Durasi paparan pekerjaan ke-1 (sesuai NAB)

T2 = Durasi paparan pekerjaan ke-2 (sesuai NAB)

Tn = Durasi paparan di mana kebisingan pada tingkat ini menjadi berbahaya

(10)

BAB 3

METODE PRAKTIKUM 3.1 PROSEDUR PENGGUNAAN ALAT

Gambar 3.1 Sound Level Meter (Krisbow KW06-290) Sumber: User’s Manual Sound Level Meter Keterangan:

1. Windscreen 2. Display

3. Level range select button 4. Time weighting select button 5. Power and function switch 6. Max hold button

7. Data hold button 8. Microphone

9. DC/AC output jack 10. Calibration potentiometer 11. Tripod mounting screw 12. Battery cov1.

1. Mengaktifkan SNL, pilih respon time (pilih F atau S, no 4 pada gambar) dan weighting (function switch, no 5 pada gambar) yang diinginkan. Untuk respon time agar dapat menangkap tinggi suara tertinggi pilih F, dan untuk tinggi suara rata-rata pilih S. untuk weighting, pilih A untuk general sound, dan C untuk suara dari material akustik.

(11)

2. Memilih Level yang diinginkan (tombol no 3).

3. Memegang SNL dengan stabil dan arahkan microphone ke sumber suara.

4. Jika MAX yang dipilih, hasil yang tertera adalah level kebisingan maksimum.

5. Jika HOLD yang dipilih, maka hasil tertera akan ditahan agar tidak berubah. Menekan HOLD sekali lagi untuk keluar dari mode ini,

6. Mematikan alat jika sudah selesai.

3.2 PROSEDUR PENGUKURAN

1. Menyalakan Sound Level Meter, pilih F pada alat untuk menangkap suara yang cepat atau berkelanjutan.

2. Memilih DBA.

3. Memegang Sound Level Meter dengan stabil dan arahkan mic ke sumber suara sejauh 1 - 1,5 m.

4. Memilih MAX agar hasil yang tertera pada alat adalah level kebisingan maksimum.

5. Memilih HOLD, ketika sudah tercapai hasil yang diinginkan supaya data tidak berubah- ubah.

6. Mematikan alat apabila selesai digunakan.

(12)

3.3 DIAGRAM ALIR PRAKTIKUM

Mulai

Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan

Menentukan responden praktikum

Melakukan pengukuran dan mencatat hasilnya

Melakukan sebanyak 3 kali pengukuran tiap

responden

Mencatat dan menghitung hasil pengukuran

Melakukan asistensi

A

(13)

Ya Tidak

Selesai A

Menentukan hasil perhitungan apakah sudah memenuhi standar Melakukan

pengendalian

Melakukan analisis perhitungan data

Membuat kesimpulan

Menyusun laporan resmi

(14)

BAB 4

PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

4.1. DATA PENGUKURAN

Alat yang dipakai : Sound Level Meter (UT 353) Lokasi Pengukuran : Bengkel Sheet Metal

Luas Ruangan : 1070 x 1400 cm

4.2. PERHITUNGAN

o Perhitungan Interpolasi (T) 1. Responden 1 (Juan) a. Jam dBA

8 85

x 85,5

4 88

- mencari nilai x dari 85,5 dBA

88−85 88−85,54−8

4−𝑥

3 2,5−4

4−𝑥

3(4 − 𝑥) = −10 12 − 3𝑥 = −10 No Nama Responden Waktu

Pengukuran Aktifitas Intensitas Kebisingan (dB) Durasi Aktifitas (min)

1 2 3 Max

1.

09.14 Membubut 84,8 85,3 85,5 85,5 0 min 09.21 Mengobrol 82,1 74,2 75,7 82,1 5 min 09.26 Membubut 83,8 84,8 85,3 85,3 5 min 09.31 Membubut 82,4 76,6 74,9 82,4 5 min 09.36 Membubut 82,7 85,7 84,6 85,7 5 min

2.

09.20 Mengsekrap 81.9 80,8 82,7 82,7 0 min 09.25 Mengsekrap 80,5 80,7 79,7 80,7 5 min 09.30 Mengsekrap 77,4 74,1 74,8 77,4 5 min 09.35 Mengsekrap 87,8 85,4 86,9 87,8 5 min 09.40 Mengsekrap 83,7 78,3 78,5 83,7 5 min Juan

Haris

(15)

−3𝑥 = −10 − 12

𝑥 = 7,33 jam → 439,8 menit b. Jam dBA

16 82 x 82,1 12 83

- mencari nilai x dari 82,1 dBA

83−82

83−82,112−16

12−𝑥

1

0,9−4

12−𝑥

1(12 − 𝑥) = −3,6 12 − 𝑥 = −3,6

−𝑥 = −3,6 − 12

𝑥 = 15,6 jam → 936 menit

c. Jam dBA

8 85

x 85,3

4 88

- mencari nilai x dari 85,3 dBA

88−85 88−85,34−8

4−𝑥

3 2,7−4

4−𝑥

3(4 − 𝑥) = −10,8 12 − 3𝑥 = −10,8

−3𝑥 = −10,8 − 12

𝑥 = 7,6 jam → 456 menit

d. Jam dBA 16 82 x 82,4 12 83

- mencari nilai x dari 82,4 dBA

83−82

83−82,412−16

12−𝑥

1

0,6−4

12−𝑥

1(12 − 𝑥) = −2,4

(16)

12 − 𝑥 = −2,4 −𝑥 = −2,4 − 12

𝑥 = 14,4 jam → 864 menit

e. Jam dBA

8 85

x 85,7

4 88

- mencari nilai x dari 85,7 dBA

88−85 88−85,74−8

4−𝑥

3 2,3−4

4−𝑥

3(4 − 𝑥) = −9,2 12 − 3𝑥 = −9,2

−3𝑥 = −9,2 − 12

𝑥 = 7,067 jam → 424,02 menit

2. Responden 2 (Haris) a. Jam dBA

16 82 x 82,7 12 83

- mencari nilai x dari 82,7 dBA

83−82

83−82,712−16

12−𝑥

1

0,3−4

12−𝑥

1(12 − 𝑥) = −1,2 12 − 𝑥 = −1,2

−𝑥 = −1,2 − 12

𝑥 = 13,2 jam → 792 menit

b. Jam dBA 25 80 x 85,5 20 81

- mencari nilai x dari 80,7 dBA

81−80

81−80,720−25

20−𝑥

(17)

1

0,320−𝑥−5

1(20 − 𝑥) = −1,5 20 − 𝑥 = −1,5

−𝑥 = −1,5 − 20

𝑥 = 21,5 jam → 1.290 menit

c. Jam dBA

8 85

x 87,8

4 88

- mencari nilai x dari 87,8 dBA

88−85 88−87,84−8

4−𝑥

3 0,2−4

4−𝑥

3(4 − 𝑥) = −0,8 12 − 3𝑥 = −0,8

−3𝑥 = −0,8 − 12

𝑥 = 4,267 jam → 256,02 menit

d. Jam dBA 12 83 x 83,7 10 84

- mencari nilai x dari 83,7 dBA

84−83

84−83,710−12

10−𝑥

1

0,3−2

10−𝑥

1(10 − 𝑥) = −0,6 10 − 𝑥 = −0,6

−𝑥 = −0,6 − 10

𝑥 = 10,6 jam → 636 menit

Langkah berikutnya adalah dilakukan perhitungan DND (Daily Noise Dosage) dengan mengenakan ketentuan jam waktu kerja 8 jam/hari (8 jam → 480 menit) pada tiap responden sebagai berikut:

o Perhitungan mengenakan rumus DND (Daily Noise Dosage) 𝐷𝑁𝐷 = 𝐶1

𝑇1+ 𝐶2

𝑇2+ ⋯𝐶𝑛

𝑇𝑛

(18)

➢ Responden 1 (Juan) 𝐷𝑁𝐷 = 0 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

439,8 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡+ 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

936 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡+ 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

456 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡+ 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

864 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡+ 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

424,02 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝐷𝑁𝐷 = 0,0339 → DND ≤ 1 (aman)

➢ Responden 2 (Haris) 𝐷𝑁𝐷 = 0 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

792 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡+ 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

1.290 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡+ 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

480 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡+ 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

256,02 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡+ 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

636 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝐷𝑁𝐷 = 0,0417 → DND ≤ 1 (aman)

Dapat disimpulkan bahwa intensitas kebisingan yang diperoleh tiap responden yaitu dengan DND ≤ 1 dan hal tersebut membuktikan bahwa kedua responden masih dalam ambang batas kebisingan yang aman.

4.3. PEMBAHASAN

Pada beberapa data pengukuran ditemukan bahwa intensitas kebisingan yang terukur melebihi nilai ambang batas untuk waktu pekerjaan selama delapan jam.

Walaupun begitu, hasil perhitungan daily noise dose (DND) masih terbilang aman.

Untuk analisis lebih lanjut akan terbagi menjadi antisipasi, rekognisi, evaluasi, pengendalian. Berikut penjabarannya.

4.3.1 Antisipasi

Setelah dilakukan survei lapangan bersamaan dilakukannya pengukuran guna mengambil data. Dapat dikatakan bahwa sumber potensi bahaya berasal dari alat yang digunakan dalam kegiatan Bengkel Sheet Metal, yakni bengkel yang bersebelahan dengan bengkel permesinan. Alat – alat yang berada dalam area bengkel permesinan memiliki kebisingan yang relatif rendah.

4.3.2 Rekognisi

Sumber bahaya yang kami ketahui di tempat responden bekerja berupa bahaya fisika (kebisingan). Kami melakukan praktikum ini di Bengkel Sheet Metal dimana responden sedang melakukan kegiatan membubut dan mengsekrap. Pengukuran dilakukan menggunakan Sound Level Meter tipe UT- 353 secara real time dengan rentang waktu pengukuran dilakukan setiap lima menit. Hasilnya didapatkan lima data dari masing-masing responden. Data kemudian dibandingkan dengan nilai ambang batas kebisingan dalam Peraturan Menteri No. 05 Tahun 2018 dalam waktu kerja delapan jam yakni 85 dBA.

(19)

Terdapat tiga data pengukuran yang melebihi NAB, yakni 85,5 dBA, 85,3 dBA, dan 85,7 dBA pada responden pertama, sementara pada responden kedua yakni tercatat nilai tertinggi 87,8 dBA. Nilai yang lain tercatat di bawah 85 dBA.

4.3.3 Evaluasi

Berdasarkan data yang kami peroleh dari responden. Selanjutnya kami mengevaluasi tiap kebisingan individu yang diperoleh responden selama lima kali pengambilan data, menghitung intensitasnya dengan perhitungan Daily Noise Dosage (DND) dan didapat hasil intensitas kebisingan responden 1 (Juan) sebesar 0,0339 dan intensitas kebisingan pada responden 2 (Haris) sebesar 0,0417. Maka dapat disimpulkan bahwa DND yang diterima masih aman, sesuai dengan regulasi terkait yakni DND ≤ 1.

4.3.4 Pengendalian

Sesuai hierarki pengendalian dapat dituliskan berikut pengendalian untuk sumber potensi bahaya kebisingan tersebut.

Eliminasi

Tidak ada rekomendasi yang dapat diberikan.

Substitusi

Jika dapat dilakukan dengan mengganti alat dengan alat yang menghasilkan kebisingan lebih kecil.

Rekayasa Teknik

Jika pada tahap substitusi tidak dapat dilakukan, maka selanjutnya adalah tahap rekayasa teknik. Pada tahap ini, dapat dilakukan penambahan peredam suara pada area alat guna mengurangi volume kebisingan yang dihasilkan alat.

Pengendalian administrasi

Jika pada tahap rekayasa teknik tidak dapat dilakukan hal selanjutnya yang dapat dilakukan adalah pengendalian administrasi. Hal yang dapat

dilakukan yakni, menetapkan jadwal perkuliahan yang menggunakan alat dengan mempertimbangkan nilai ambang batas kebisingan regulasi terkait guna membatasi paparan kebisingan terhadap mahasiswa. Dari intensitas kebisingan yang terukur, nilainya tidak melebihi dari 88 dBA sehingga rekomendasi waktu yang aman adalah empat jam untuk setiap kegiatan terkait.

(20)

Pengendalian APD

Jika tidak dapat dilakukan tahapan selanjutnya adalah manajemen APD.

Penyediaan APD secara cuma-cuma dapat dilakukan penyelenggara terkait, APD yang dapat disediakan adalah ear plug yang memiliki kemampuan untuk meredam suara hingga 30 dBA sehingga intensitas kebisingan yang diterima akan berada di bawah nilai ambang batas.

(21)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari praktikum kebisingan individu yang telah kami lakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengukuran paparan kebisingan individu di tempat kerja dapat dilakukan dengan alat Sound Level Meter untuk mengetahui apakah tingkat kebisingan yang diterima melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) atau masih dalam batas aman. Hal yang menjadi penyebab terjadinya kebisingan pada suatu individu dikarenakan adanya kebisingan dari alat yang berlebih serta terus menerus yang apabila tidak dikendalikan mampu mengakibatkan Penyakit Akibat Kerja (PAK).

2. Nilai Ambang Batas pada kebisingan merupakan faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu sesuai dengan yang tertera dalam Permenaker No. 05 Tahun 2018, tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Cara membandingkan pengukuran harian dengan NAB adalah dengan menghitung jumlah paparan harian dengan rumus DND dan tabel NAB sebagai pembatasnya.

3. Hal yang perlu dilakukan setelah mengevaluasi hasil pengukuran dengan NAB kebisingan ialah menentukan apakah nilai kebisingan yang diterima individu melebihi NAB atau tidak, apabila melebihi maka diperlukan adanya pengendalian sesuai dengan hierarki pengendalian yang ada yaitu eliminasi, substitusi, rekayasa teknik, pengendalian administratif, dan pengendalian APD.

5.2 SARAN

Pada saat dilakukannya praktikum, seharusnya kami mengenakan Bengkel Motor Bakar dan Boiler, namun karena pada hari saat praktikum, bengkel tersebut tidak melakukan praktikum sehingga kami berpindah ke Bengkel Sheet Metal. Karena keterbatasan waktu, jarak tiap pengukuran yang seharusnya setiap 30 menit, kami persingkat menjadi 5 menit yang membuat data pengukuran yang didapat tidak maksimal.

(22)

Pada saat pengambilan data, kami mendapati bahwa tiap responden yang melakukan aktivitas tidak mengenakan alat pelindung diri (APD) tambahan seperti ear plug, googles, dan gloves yang dimana kelalaian tersebut dapat menimbulkan incident pada saat proses berlangsung.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja.

Hanifa, R.L. and Suwandi, T., 2018. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan Dan Karakteristik Individu Dengan Gangguan Pendengaran Pada Pekerja Di Madiun. Journal of Public Health Research and Community Health Development, 1(2), pp.144-154.

Feidihal, F., 2012. Tingkat Kebisingan Dan Pengaruhnya Terhadap Mahasiswa Dibengkel Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang. Jurnal Teknik Mesin, 4(1), pp.31-41.

Listyaningrum, A.W., 2011. Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Ambang Dengar pada Tenaga Kerja di PT Sekar Bengawan Kabupaten Karanganyar.

Jumali, J., Sumadi, S., Andriani, S., Subhi, M., Suprijanto, D., Handayani, W.D., Chodir, A., Noviarmi, F.S.I. and Indahwati, L., 2013. Prevalensi dan Faktor Risiko Tuli Akibat Bising pada Operator Mesin Kapal Feri. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 7(12), pp.545-550.

https://dinkes.ntbprov.go.id/berita/datin/kebisingan-dan-pengaruhnya-terhadap- pedengaran/#:~:text=Berdasarkan%20pengaruhnya%20terhadap%20manusia%2C%20bising, yang%20menutupi%20pendengaran%20yang%20jelas. [Di Akses pada 8 Maret 2023]

(24)

LAMPIRAN

- Laporan Sementara Kebisingan Individu

(25)

- Layout ruangan praktikum:

Bengkel Sheet Metal

(26)

- Dokumentasi saat pengambilan data:

Responden 1 (Juan)

Responden 2 (Haris)

(27)

- Saat pengukuran ruangan

- Dokumentasi alat mesin yang digunakan responden

(28)
(29)

TUGAS PENDAHULUAN (KEBISINGAN INDIVIDU)

1. Apa perbedaan fungsi Sound Level Meter dan Noise Dosimeter?

2. Mengapa seorang pekerja harus memperhatikan NAB kebisingan?

3. Apa langkah yang harus dilakukan jika ruang kerja terdapat sumber bunyi bising dan tidak dapat dimatikan/dihentikan?

JAWAB

1. Sound Level Meter (SLM) merupakan alat pengukur kebisingan, alat tersebut dapat digunakan untuk mengukur kebisingan antara 30-130 dB dalam satuan dBA dari frekuensi antara 20-20.000Hz. Sedangkan Noise Dosimeter adalah adalah alat yang dipakai untuk mengukur atau memonitor tingkat kebisingan yang dialami pekerja selama shiftnya. Alat ini dapat mengukur selama 8, 10, 12 jam atau berapa pun lamanya.

2. Seseorang tenaga kerja diwajibkan memperhatikan NAB Kebisingan karena jika pemaparan kebisingan tersebut dengan intensitas yang sangat tinggi dapat

menyebabkan terjadinya kerusakan indera pendengaran yang bisa menurunkan daya pendengaran seseorang. Selain itu, Kebisingan juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi serta denyut jantung yang tidak sehat. Meskipun begitu, kebisingan dengan intensitas rendah juga memberikan dampak negatif bagi seseorang seperti gangguan reaksi psikomotorik, hilangnya konsentrasi, gangguan komunikasi antar lawan bicara serta penurunan performansi kerja yang akan menyebabkan kehilangan efisiensi dan produktivitas kerja.

3. Hal yang dapat dilakukan jika ruang kerja terdapat sumber bunyi bising dan tidak dapat dimatikan/dihentikan adalah sebagai berikut :

a. Substitusi, dengan cara mengganti sumber bunyi (mesin) yang memiliki intensitas kebisingan sangat tinggi dengan mesin yang memiliki intensitas kebisingan yang lebih rendah.

b. Rekayasa Teknik, dengan cara memasang barrier pada sekitar mesin atau

pemasangan alat lain yang berfungsi untuk meredam kebisingan yang dihasilkan oleh mesin.

(30)

c. Pengendalian Secara Administratif, dengan adanya pengadaan ruang kontrol pada bagian tertentu dan pengaturan jam kerja yang disesuaikan dengan berdasarkan NAB yang ada.

d. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), dapat menggunakan alat pelindung telinga yang berfungsi untuk mengurangi intensitas suara yang masuk kedalam telinga.

Terdapat dua jenis alat pelindung telinga yang dapat digunakan,diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Ear plug (dapat meredam kebisingan sebesar 25 – 30 dB) 2. Ear muff (dapat meredam kebisingan sebesar 20 – 25 dB)

Gambar

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Kebisingan pada Pekerja
Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Menurut NIOSH
Gambar 3.1 Sound Level Meter (Krisbow KW06-290)  Sumber: User’s Manual Sound Level Meter  Keterangan:

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR MASYARAKAT SEKITAR INDUSTRI PEMBUATAN PANCI DI DESA X

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh kebisingan terhadap kelelahan pada tenaga kerja Industri Pengolahan Kayu Brumbung Perum Perhutani

Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan kebisingan pada bagian fiberline industri pembuatan bubur kertas dan menganalisis pengaruhnya terhadap kelelahan

Berdasarkan analisa simulasi pembebanan dan analisa kebisingan yang dilakukan pada hasil rancang bangun alat praktikum kompresor torak, dapat disimpulkan yaitu

Penelitian ini membahas mengenai model kebisingan pada daerah sekitar Bandara Juanda dan bagaimana meminimalkan kebisingan tersebut dengan mengoptimalkan jumlah

Penelitian ini membahas mengenai model kebisingan pada daerah sekitar Bandara Juanda dan bagaimana meminimalkan kebisingan tersebut dengan mengoptimalkan jumlah

Dan sebagai bahan pertimbangan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat kebisingan pada KIMA terutama kebisingan yang ditimbulkan oleh

FORMULIR LAPORAN INDIVIDU IDENTITAS MAHASISWA nilai maksimal: 5 Mata kuliah : Pedologi dan Nutrisi Hutan Nama / NIM : Kelompok : Hari, tanggal : HASIL PRAKTIKUM Tabel 1 Hasil