KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama ALLAH SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat- Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah Manajemen Keuangan 1 tentang Kebijakan Deviden.
Makalah Manajemen Keuangan 1 ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuh nya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah Manajemen Keuangan 1 ini..
Akhir kata kami berharap semoga makalah Manajemen Keuangan 1 tentang Kebijakan Deviden dapat bermafaat bagi teman-teman sekalian.
Tangerang , 17 Oktober 2017
Penyusun
DAFTAR ISI COVER
KATA PENGANTAR 2 DAFTAR ISI 3 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 4 1.2 Rumusan Masalah 4 1.3 Tujuan Penulisan 5 BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perhitungan Pemecahan Saham 6 2.2 Deviden Saham dan Pemecahan Saham 7 2.3 Kebijakan dan Perhitungan Penggabungan Saham 8 2.4 Saham Syariah Dalam Menghitung Deviden 10 BAB III PENUTUP
Kesimpulan 12 DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.
Kebijakan deviden merupakan salah satu kebijakan dalam perusahaan yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama. Dalam kebijakan deviden ditentukan jumlah alokasi laba yang dapat dibagikan kepada para pemegang saham (deviden) dan alokasi laba yang dapat ditahan perusahaan. Semakin besar laba yang ditahan, semakin kecil laba yang akan dibagikan pada para pemegang saham.
Dalam pengalokasian laba tersebut timbul lah berbagai masalah yang dihadapi.
Keuntungan perusahaan merupakan faktor pertama yang biasanya menjadi pertimbangan direksi, walaupun untuk membayar deviden perusahaan rugipun dapat melaksanakannya, karena adanya cadangan dalam bentuk laba ditahan. Namun demikian hubungan antara keuntungan perseroan dengan keputusan deviden masih merupakan suatu hubungan yang vital (Robert, 1997). Perusahaan selalu berusaha meningkatkan citranya dengan cara setiap peningkatan laba akan diikuti dengan peningkatan porsi laba yang dibagi sebagai deviden dan juga dapat mendorong peningkatan nilai saham perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Perhitungan pemecahan saham
2. Pengaruh Deviden Saham Dan Pemecahan Saham 3. Kebijakan Dan Perhitungan Penggabungan Saham 4. Saham Syariah Dalam Menghitung Deviden
1.3 Tujuan Penulisan
- Dapat Mengetahui Perhitungan pemecahan saham
- Dapat Mengetahui Deviden saham dan pemecahan saham
- Dapat Mengetahui Kebijakan dan perhitungan penggabungan saham
- Dapat Mengetahui Saham syariah dalam menghitung deviden
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Perhitungan Pemecahan Saham
Stock Split / pemecahan saham adalah pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih kecil. Dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar akan meningkat proporsional dengan penurunan nilai nominal saham.
Dengan adanya pemecahan saham maka nilai pari atau nilai yang ditetapkan menjadi berubah tetap dilain pihak jumlah lebar saham yang beredar akan bertambah. Oleh karena itu jumlah nilai pari atau nilai yang ditetapkan secara keseluruhan tidak mengalami perubahan.
Salah satu alasan perseroan melakukan stock split adalah untuk menurunkan harga sahamnya. karna kalau harga saham terlalu tinggi dapat mengurangi minat investor terhadap saham yang dikeluarkan oleh perseroan yang bersangkutan.
Stock Split yang dilakukan perusahaan emiten dapat berupa stock split atas dasar satu jadi dua(two for one stock) dimana setiap pemegang saham akan menerima dua lembar saham setiap lembar yang dipegang sebelumnya, nilai saham baru adalah setengah dari nilai nominal saham sebelumnya. begitu juga jika dilakukan stock split atas dasar satu jadi tiga (three for one stock). Pemegang saham akan menerima tiga lembar saham untuk setiap satu saham yang dimiliki sebelumnya, nilai saham baru adalah sepertiga dari nilai nominal saham sebelumnya.
Sebagai contoh :
Perusahaan dengan 100 Lembar saham dengan harga $50 / saham, kapitalisasi pasar adalah 100 x $50 = total $5000.
Perusahan stock split dua untuk satu, maka jumlah lembar saham menjadi 200 lembar.
Harga saham disesuaikan dengan total $5000/200 maka harga lembar saham menjadi $25.
Pada dasarnya ada dua jenis stock split yang dilakukan:
1. Split Up (Pemecahan saham naik)
Adalah penurunan naik nominal perlembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah yang beredar. Misalnya :
Pemecahan saham dengan faktor 3:1 pada awalnya nilai nominal perlembar saham sebelum melakukan stock split sebesar Rp.1500 maka setelah dilakukan stock Split Up dengan perbandingan 3: 1, nilai nominal perlembar saham baru adalah Rp. 500 sehingga lembar saham awalnya 1 lembar menjadi 3 lembar saham.
2. Split Down (Pemecahan saham turun)
Adalah peningkatan nilai nominal perlembar saham yang mengakibatkan berkurangnya jumlah lembar saham yang beredar.
Misalnya :
Split Down dengan faktor 1:3 yang merupakan kebalikan dai split up, awalnya nilai nominal perlembar saham Rp. 1000, kemudian dilakukan Split Down dengan perbandingan 1:3 maka nilai nominal perlembar saham baru adalah Rp. 3000 dan jumlah lembar saham yang aalnya 3 lembar menjadi 1 lembar saham.
Banyak investor percaya bahwa stock split akan menghasilkan harga saham meningkat dan membeli saham akan cenderung meningkat.
Orang lain berpendapat bahwa manajemen perusahaan dengan memulai stock split secara implisit merupakan sinyal kepercayaan dalam prospek masa depan perusahaan.
2.2 Pengaruh Nilai Dividen Saham dan Pemecahan Saham a. Bagi para investor
Jumlah lembar saham akan berubah akan tetapi nilai kepemilikan tidak ada perubahan.
Contoh :
Investor mempunyai 100 lbr saham biasa dengan nominal @ Rp 3.200 atau nilai total Rp Rp 320.000 setelah adanyan pembagian saham sebesar 5% maka jumlah saham menjadi 105 lbr. Nilai per lembar saham berubah menjadi Rp 320.000 : 105 Rp 3.047,62.
b. Pengaruhnya terhadap dividen kas
Pemecahan saham kemungkinan akan dibarengi dengan meningkatnya dividen kas.
Contoh: :
Perusahaan membayar dividen kas tahunan sebesar Rp 80 per lembar,perusahaan memberi dividen saham 10% dan dividen kas tetap dibayarkan, jadi investor yang mempunyai 100 lbr saham dengan dividen Rp 8.000 sekarang mempunyai 110 lbr saham dengan dividen Kas Rp 8.800. Dividen kas per lembar Rp 80 x 100 lbr Rp 8.000 Tambahan Rp 80 x 10 lbr Rp 800.
c. Pengaruh terhadap perdagangan
Digunakan untuk menempatkan saham pada perdagangan yang lebih disukai dengan harga yang lebih rendah, sehingga dapat menarik lebih banyak pembeli dan juga mempengaruhi bauran pemegang saham.
d. Pengaruh terhadap muatan informasi
Dapat menyampaikan informasi secara efektif kepada para investor dari pada dengan pembicaraan.
2.3 Kebijakan dan Perhitungan Penggabungan Saham
Sebagai contoh pada perushaan SEGAR jumlah saham sebanyak 400.000 lbr dengan nilai @ Rp 1.000, perusahaan akan melakukan penggabungan dengan 4 lembar menjadi 1 lembar, sehingga jumlah saham menjadi 400.000 : 4 = 100.000 dan nilai @ lembar Rp 4.000.
Soal dan penyelesaian :
Perusahaan SEJAHTERA memiliki informasi keuangan sebagai berikut:
Saham biasa (nilai) nominal Rp 6.400 per lembar) Rp 160.000.000 Penambahan modal Rp 128.000.000
Laba ditahan Rp 672.000.000 Total modal sendiri Rp 960.000.000
Harga pasar saham saat ini adalah Rp Rp 8.800 per lembar saham Ditanyakan :
1. Apa yang terjadi terhadap perkiraan diatas dan jumlah saham yang beredar jika
a. Dibagikan deviden 10%
b. Dilakukan pemecahan saham 1 saham menjadi 2 saham c. Dilakukan prnggabungan saham dari 2 saham menjadi 1 saham 2. Pada harga berapa saham bisa dijual setelah pembagian deviden 10%
Penyelesaian:
1. Jumlah lembar saham saat ini = Rp 160.000.000 : 6.400 = 25.000 lembar. Deviden saham 10 % = 10% x 25.000 = 2.500 lembar dengan nominal Rp Rp 6.400 = 2.500 x Rp 6.400 = Rp 16.000.000 Nilai pasar saham Rp 8.800 x 2.500 = Rp 22.000.000 Nilai sebesar Rp 22.000.000 berasal dari laba ditahan yang kemudian ditransver ke saham biasa sebesar Rp 16.000.000 sebagai kenaikan adanya tambahan saham sebanyak 2.500 lembar (deviden saham), sedangkan sisanya sebesar Rp 6.000.000 ditambahkan pada modal.
Keterangan Jika ada dividen saham 10% (Rp) Pemecahan saham (Rp)
penggabungan saham (Rp) Saham biasa (nilai nominal) 176.000.000 (6.400) 160.000.000 (3.200)
160.000.000 (12.800) Penambahan modal 134.000.000 128.000.000 128.000.000 Laba ditahan 650.000.000 672.000.000 672.000.000 Total modal sendiri 960.000.000 960.000.000 960.000.000 Jumlah lembar saham 27.500 50.000 12.500
2. Harga saham setelah pembagian dividen Nilai pasar saham sebelum dividen saham secara total adalah : Nilai total = Rp 8.800 x 25.000 lembar saham = Rp 220.000.000 Sehingga tanpa adanya perubahan
nilai total perusahaan, maka harga pasar per lembar saham setelah dividen saham Rp 220.000.000 : 27.500 = Rp 8.000.
2.4 Saham Syariah Dalam Menghitung Deviden
Saham atau stocks adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perusahaan terbatas. Dengan demikian sipemilik saham merupakan pemilik perusahaan.Semakin besarsaham yang dimilikinya, maka semakin besar pula kekuasaannya di perusahaan tersebut.Keuntungan yang diperoleh dari saham dikenal dengan nama dividen. Pembagian dividen ditetapkan pada penutupan laporan keuangan berdasarkan RUPS ditentukan berapa dividen yang dibagi dan laba ditahan.
Disamping itu, dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder pemegang saham dimungkinkan memperoleh capital gain yaitu selisih antara harga beli dengan harga jual saham.Namun, pemegang saham juga harus siap menghadapi risiko capital loss yang merupakan kebalikan dari capital gain sertarisiko likuiditas, yaitu perusahan yang sahamnnya dimiliki kemudian dinyatakan bangkrut oleh pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan, maka hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan).
Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-harga saham mengalami flukktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan.Pembentukan hargasaham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut.Dengan kata lain, harga saham terbentuk oleh supply dan demand atas sahamtersebut. Supply dan demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifi kata saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri di mana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga (interest rate), inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi social dan politik, dan faktor lainnya.
Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh dari memegang saham ini antara lain:
1. Dividen yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang dibagikan dari laba yang dihasilkan emiten, baik dibayarkan dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk saham.
2. Right yang merupakan hak untuk memesan efek lebih dahulu yang diberikan oleh emiten.
3. Capital gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh darijual belisaham di pasar modal.
Sedangkan saham syariah adalah sertifikat yang meunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha maupun cara pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Saham merupakan surat berharga yang merepresentasikan penyertaan modal kedalam suatu perusahaan. Sementara dalam prinsip sayriah, penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti bidang perjudian, riba, memproduksi barang yang diharamkan seperti minuman beralkohol.Penyertaan modal dalam bentuk saham dilakukan pada suatu perusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip sayriah dapat dilakukan berdasarkan akad musyarakah dan mudharabah. Akad musyarakah umumnya dilakukan pada saham perusahaan privat, sedangkan akad mudharabah umumnya dilakukan pada saham perusahaan publik.Untuk menghitung deviden saham, ada beberapa data yang harus Anda ketahui antara lain:
- Laba bersih perusahaan ataupun laba bersih / saham (EPS) - Dividend Payout Ratio (DPR)
- Jumlah saham beredar (jika perusahaan terkait bukan perusahaan go public)
Contoh:
Sebuah perusahaan memiliki 10.000.000 lembar saham mencetak keuntungan bersih sebesar Rp. 1.600.000.000. Kebijakan pembagian deviden perusahaam (DPR) adalah 40% dari laba bersih dibagikan sebagai deviden. Dengan demikian kita bisa menghitung deviden sebagai berikut:
Deviden = Laba bersih x DPR = Rp. 1.600.000.000 x 40% = Rp.
640.000.000
Deviden per saham = Deviden / saham beredar = Rp. 640.000.000 / 10.000.000 = Rp. 64 per lembar saham
BAB III PENUTUP Kesimpulan
Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.
Saham atau stocks adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perusahaan terbatas. Dengan demikian sipemilik saham merupakan pemilik perusahaan.Semakin besar saham yang dimilikinya, maka semakin besar pula kekuasaannya di perusahaan tersebut.Keuntungan yang diperoleh dari saham dikenal dengan nama dividen. Pembagian dividen ditetapkan pada penutupan laporan keuangan berdasarkan RUPS ditentukan berapa dividen yang dibagi dan laba ditahan.
DAFTAR PUSTAKA
Sutrisno. Manajemen Keuangan. Teori Konsep dan Aplikasi, Penerbit Ekonisia,Yogyakarta, 2013
Agus Sartono, Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi, BPFE Yogyakarta, 2010
Agus Harjito dan Martono, Manajemen Keuangan, Edisi 2, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta, 2013
Bambang Riyanto. Dasar dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4, BPFE, Yogyakarta, 2013
Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan, Teori dan soal jawab, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2015.
Andri Soemitra. 2009. Bank dan Lembaga keuangan Syariah. Jakarta:
Kencana.