• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Pemerintah dalam Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan

N/A
N/A
Penilaian Kanwil Jakarta

Academic year: 2024

Membagikan "Kebijakan Pemerintah dalam Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

(JAKARTA, APRIL 2021)

(2)
(3)

ISU STRATEGIS

PENYELENGGARAAN

JALAN

(4)

DAYA SAING INFRASTRUKTUR INDONESIA Berdasarkan Global Competitive Index (GCI)

44 46

50 38

34 37

41 36

45 26

21

25 24

20 18

25 23

25

38 39 38 37

31 32

34 32

38 0

10

20

30

40

50

60

2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017-2018 2018-2019

Indonesia Malaysia Thailand

Global Competitive Index (2010 – 2019)

82

76 78

61 56

62 60

52

71 30

26

32 29

25 24 24 22

35 32 42

46 47 48 44

49 43

60 0

10 20 30 40 50 60 70 80 90

2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017-2018 2018-2019

Indonesia Malaysia Thailand

84 83

90 78

72 80

75 64

75

21 18

27 23 19 15

20 23 20

36 37 39

42

50 51

60 59 55

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017-2018 2018-2019

Indonesia Malaysia Thailand

Sumber: Global Competitiveness Index Report, 2010 - 2019

Infrastructure Index (2010 – 2019)

Daya Saing Jalan

(2010 – 2019)

(5)

LOGISTICS PERFORMANCE INDEX (LPI)

43

75

59

53

63

46

27 29 29

25

32

41 31

35 38 35

45

32

1 2 1

5 5

7 0

10 20 30 40 50 60 70 80

2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020

Peringkat

Indonesia Malaysia Thailand Singapore

2,73 2,83 3,05 2,90 3,30 3,28

2,43 2,54 2,82 2,47 2,77 3,46

2,53 2,54 2,97 2,85 3,12 3,61

2,87 2,92 2,87 3,21 3,11 3,53

2,69 2,65 2,90 3,00 3,19 3,46

2,67 2,90 3,23 3,10 3,30 3,67

SCORE

Dalam 5 Tahun terakhir, meningkat menjadi peringkat ke 46

Nilai cukup baik:

1. Timeliness;

2. Ease of tracking;

dan

3. logistics services.

Nilai cukup rendah:

1. Indikator customs;

6 Indikator Penilaian Logistik Berdasarkan LPI Peringkat Logistics Performance Index (LPI)

(6)

KONDISI JARINGAN JALAN DI INDONESIA

Panjang jalan nasional :47.017 km (92,2% Mantap);

Panjang jalan provinsi :54.554 km (75% Mantap); dan

Panjang jalan kabupaten/kota : 437.782 km (65% Mantap)

Total panjang jaringan jalan: 539.353 km (belum termasuk jalan tol).

Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer 1

Peta Jalan Nasional

(berdasarkan fungsi)

Jalan Nasional 9%

Jalan Provinsi 10%

Jalan Kabupaten/Kota

81%

Jalan Nasional Jalan Provinsi Jalan Kabupaten/Kota

Proporsi panjang jalan di Indonesia berdasarkan kewenangan

92%

75%

65%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Kondisi jalan di Indonesia berdasarkan kewenangan

(7)

1978-

TELAH BEROPERASI

sd. saat Januari 2021

2.342,42* km

1978 2014 795,22 km 2015 2019 1.298,23 km 2020 246,12 km

2021 2,85 km

Rencana Beroperasi 1978 - 2024

4.630,25 km

(Status 11 Januari 2021)

ROADMAP DAN CAPAIAN

PEMBANGUNAN

JALAN TOL

2015-

RPJMN (Perpres 18/2020)

1.298,23 km

795,22 km

2.536,87 km

2020 2021 2022 2023 2024 2.093,45 km

4.630,25 km

316,80 km 330,50 km 631,60 km 1.009,00 km

246,12 km

*termasuk Suramadu Sudah operasi 2,85 km

Sudah operasi 246,12 km 2,85 km

ROADMAP DAN CAPAIAN

PEMBANGUNAN JALAN TOL

(8)

JALAN NASIONAL MENDUKUNG ANTARMODA

SEBARAN PELABUHAN UTAMA DAN PENGUMPUL SEBARAN PELABUHAN PENYEBERANGAN KELAS 1 SEBARAN BANDARA PENGUMPUL

KONEKTIVITAS JALNAS-PELABUHAN PENYEBERANGAN KELAS 1 (Sesuai KP.432 Tahun 2017)

KONEKTIVITAS JALNAS-PELABUHAN LAUT

(Sesuai KP.432 Tahun 2017)

KONEKTIVITAS JALNAS-BANDARA PENGUMPUL

(Sesuai KM 472 .Tahun 2018)

Akses Oleh Jalda (44) 41,0%

Akses Langsung Jalnas (63)

59,0%

Akses Langsung Jalnas (29)

82%

Aksess Oleh Jalda (6)

18%

Akses oleh Jalda (108)

56%

Akses Langsung Jalan Nasional (84)

44%

(9)

JALAN NASIONAL MENDUKUNG PUSAT-PUSAT KEGIATAN

SEBARAN PUSAT KEGIATAN NASIONAL (PKN) SEBARAN PUSAT KEGIATAN WILAYAH (PKW)

Jumlah PKN : 42 (Sudah terkoneksi jalan nasional)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 13 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lampiran II)

Jumlah PKW : 182 (174 Sudah terkoneksi jalan nasional)

(10)

JALAN NASIONAL MENDUKUNG KAWASAN INDUSTRI

Berdasarkan Lampiran I Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 20202024,

11 Kawasan Belum Terakses Langsung Jalnas:

41 % 16 Kawasan

Terakses Langsung Jalnas; 59%

(11)

JALAN NASIONAL MENDUKUNG KAWASAN EKONOMI KHUSUS

Berdasarkan Lampiran I Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 20202024

4 KEK Akses jalan daerah:

27%

11 KEK Akses Langsung Jalnas

73%

(12)

JALAN NASIONAL MENDUKUNG KSPN

18 Akses jalan daerah:

20%

70 Akses Langsung Jalnas

(13)

Proyek Prioritas transportasi perkotaan meliputi:

1. Pembangunan perlintasan tidak sebidang antara jalan dan KA di perkotaan 1. Pembangunan Jalan Strategis

2. Pembangunan Jalan Tol

3. Pembangunan Jalan Mendukung Kawasan Prioritas (KI, KEK, dan KPBU)

4. Pembangunan Jalan Akses Simpul Transportasi (Pelabuhan, Bandara, Terminal) 5. Pembangunan Jalan Pada Kawasan 3T

6. Preservasi jalan nasional (termasuk peningkatan/pelebaran) 7. Pembangunan dan pemeliharaan jalan daerah

PENJABARAN AGENDA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR –RPJMN 2020-2024

2. Pembangunan Konektivitas Multimoda untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi

3. Pembangunan Infrastruktur Perkotaan

Difokuskan pada Keselamatan dan Keamanan Transportasi,

Berdasarkan arahan dan kebijakan strategi, Peningkatan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan diarahkan melalui pelaksanaan terpadu lima pilar keselamatan jalan yang meliputi manajemen keselamatan jalan,jalan yang berkeselamatan, kendaraan yang berkeselamatan, perilaku pengguna jalan yang berkeselamatan, dan penanganan pra dan pasca kecelakaan lalu lintas.

1. Pembangunan Infrastruktur Pelayanan Dasar

AGENDA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTURAGENDA PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR STRATEGISTRATEGI

(14)

HIGHLIGHT TARGET KEMENTERIAN PUPR BIDANG KONEKTIVITAS JALAN (RPJMN 2020-2024)

(15)

MAJOR PROJECTS INFRASTRUKTUR 2020 - 2024

(16)

STRATEGI KEBIJAKAN PENANGANAN JALAN TA. 2022

a. Committed project

b. Konektivitas 2,09 jam/100km (Target 1,90 jam/200 km) c. Aksesibilitas 84,6% (Target 87,9%)

d. Rating Kondisi 2,61 (Target 2,5)

e. Rating Keselamatan 2,95 (Target 2,82)

Fokus penanganan

a.

Penanganan berupa: Pemeliharaan rutin berkala, rekonstruksi, rehabilitsi, penanganan drainase, trotoar, fasilitas pelengkap jalan, dan pelebaran menuju standar

Preservasi

Penanganan berupa:

Pembangunan jalan s/d perkerasan Pembentukan badan jalan

Peningkatan Jalan baru

penuntasan akses perhubungan, akses PLBN, jalan lingkar, dukungan KEK/KI/KSPN, pembangunan lintas utama pulau (Lintas Barat Sumatera, Lintas Selatan Kalimantan, Lintas Tengah Kalimantan), Perbatasan Kalimantan dan Perbatasan Nustra, missing link Sumatera dan

Pembangunan Jalan

Selaras dengan pembangunan jalan daan persiapan pembangunan jembatan bentang panjang

Jembatan Batam-Bintana, Jembatan Buton Muna, Jembatan P. Lembeh-Bitung, Jembatan Tanabumbu-P. Laut

Pembangunan Jembatan

Pembangunan FO/UP meningkatkan kapasitas jalan

Pelebaran Menambah Lajur

Uraian penanganan

(17)

TANTANGAN

PENYELENGGARAAN

JALAN

(18)

DASAR HUKUM TERKAIT ODOL

TINJAUAN DASAR HUKUM TERKAIT PENYELEGGARAAN

JALAN

(19)

INSTRUKSI PRESIDEN NO. 4 TAHUN 2013 PROGRAM DEKADE AKSI KESELAMATAN JALAN

INSTRUKSI PRESIDEN NO.4 TH 2013 (PROGRAM DEKADE AKSI

KESELAMATAN JALAN

(20)

DAMPAK KENDARAAN ODOL DI JALAN TOL

Semakin tinggi jumlah kendaraan ODOL maka:

a. Semakin meningkatnya VC Ratio ruas

b. Semakin berkurangnya kecepatan kendaraan

c. Semakin meningkat VC Ratio GT dan berkurangnya kapasitas transaksi

DAMPAK ODOL PADA LALU LINTAS

1

DAMPAK ODOL PADA TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS

2

Semakin tinggi jumlah kendaraan ODOL, maka:

Semakin tinggi jumlah

2014 2015 2016 2017 2018

1 Jagorawi 7% 27% 24% 28% 30% 35%

2 Jakarta-Tangerang 11% 47% 45% 54% 52% 53%

3 Cawang-Tomang-Cengkareng 6% 40% 16% 25% 22% 26%

4 Jakarta-Cikampek 19% 68% 68% 54% 58% 56%

5 Surabaya-Gempol 20% 42% 43% 49% 27% 51%

6 Cipularang 22% 53% 57% 60% 49% 45%

% Non Gol I Ruas

No. Prosentase Kecelakaan Non Golongan I

PENJABARAN ISU OVER DIMENSI OVER LOAD (ODOL)

Muatan berlebih (overload) adalah kondisi jika beban yang dibawa oleh suatu kendaraan melebihi beban ijin (legal limit/MST).

Pengertian MST (Sumber PP 43 Tahun 1993):

Muatan Sumbu Terberat (MST) yang diijinkan untuk jenis gandar sumbu tunggal dua roda yang dapat melewati suatu ruas jalan tertentu.

(21)

Single Axle, Dual Tires

8 Ton / 10 Ton

Indonesia

MST 10 Ton : Untuk Jalan Kelas I MST 8 Ton : Untuk Jalan Kelas II MST 8 Ton : Untuk Jalan Kelas III MST > 10 Ton : Untuk Jalan Kelas Khusus

Jerman : MST = 11.000 kg

Perancis : MST = 13.000 kg

Inggris : MST = 10.170 kg

Itali : MST = 12.000 kg

Belanda : MST = 11.500 kg Portugal : MST = 12.000 kg

TEORI MUATAN SUMBU TERBERAT (MST)

(22)

Aspal Hotmix tebal 17.5 cm Beban Sumbu 8 Ton

(legal load)

Aspal Hotmix tebal 22.5 cm Beban Sumbu 12 Ton

Aspal Hotmix tebal 27.5 cm Beban Sumbu 16 Ton

Aspal Hotmix tebal 33 cm Beban Sumbu 20 Ton

Tambahan Rp. 0,6 Milyar per lajur km

Tambahan Rp. 1.2 milyar per lajur km

Tambahan Rp. 1.9 Milyar per lajur km

Semakin besar beban yang dipikul jalan semakin tebal perkerasan yang dibutuhkan sehingga semakin meningkat pula kebutuhan anggaran untuk

PENGARUH ODOL TERHADAP ANGGARAN

(23)

UPAYA PENANGANAN DAN MEKANISME PENINDAKAN KENDARAAN ODOL DI JALAN TOL

Penambahan frekuensi pelaksanaan Penindakkan kendaraan angkutan barang yang overload di Ruas Jalan Tol khususnya Jabotabek-dung secara periodik semula setiap TW (4x dalam setahun) menjadi setiap bulan (12x dalam setahun) dan setiap TW (4x dalam setahun) untuk Non jabodetabek-dung

Menambah jumlah alat ukur timbangan portable

1 2

Pemasangan Weigh In Motion di beberapa ruas jalan tol

3

UPAYA PENANGANAN KENDARAAN ODOL DI JALAN TOL

MEKANISME PENINDAKAN KENDARAAN ODOL DI JALAN

TOL (LOKASI PENIMBANGAN)

(24)

HASIL PENERTIBAN OVERLOAD DI JALAN TOL TAHUN 2016 – TW I 2019

0%

20%

40%

60%

80%

Tahun 2016

Tahun 2017

TW 1 2018 TW 2 2018 TW 3 2018 TW 4 2018 TW 1 2019 64,35%

59,13% 57,18%

47,52% 52,53%

43,99%

32,01%

% Total Kendaraan Overload Yang Terjaring

Pada TW I 2019 terjadi penurunan prosentase kendaraan ODOL sebesar 11,98% dari TW IV 2018 (semula 43,99% menjadi 32,01%)

2016 2017 2018 (TW I) 2018 (TW II) 2018 (TW III) 2018 (TW IV) 2019 (TW I) *)

1 Surabaya Gempol 81,03% 78,48% 71,94% 49,58% 67,97% 66,42% -

2 JTC 59,76% 53,52% 56,30% - 55,24% 44,31% 48,37%

3 Jagorawi 88,88% 92,24% 70,10% - 31,67% 47,10% 40,49%

4 Palikanci 26,37% 23,13% 79,76% - 31,92% 32,02% -

5 Jakarta-Cikampek 60,90% 68,49% 63,40% 66,24% 49,62% 44,48% 41,09%

6 Purbaleunyi - 58,57% 45,18% 51,84% 47,42% 37,35% 44,06%

7 Semarang 82,40% 53,03% 82,44% - 63,75% 45,35% 30,00%

8 JLJ - - 32,00% 45,71% 23,81% 21,54% 28,57%

9 Belmera - - - - - 60,00% -

10 Semarang-Solo - - - 8,54% - 10,47% -

64,35% 59,13% 57,18% 47,52% 52,53% 43,99% 32,01%

% Jumlah Kendaraan Overload NO Cabang/APJT

% Overload

50,68%

32,48%

40%

60%

80%

100%

Persentase

PERSENTASE GOLONGAN KENDARAAN YANG MELANGGAR PADA OPERASI ODOL

Over load 48%

Over dimension Dokumen 3%

Tidak Melanggar

47%

Persentase Jenis Pelanggaran Pada Operasi ODOL

Presentase kendaraan Overload pada Operasi ODOL

REKAP HASIL PENERTIBAN ODOL DI JALAN TOL

(25)

DOKUMENTASI ODOL

(26)

1 2 3

0 4 5 6 7 8 9 10 Tahun

Biaya (Juta)

Rekonstruksi Rp. 12.000

Rekonstruksi Rp. 12.000

Rutin Rp. 50

Rutin Rp. 50

Rutin Rp. 50

Rutin Rp. 50

Rutin Rp. 50

Rutin Rp. 50

Rutin Rp. 50

Rutin Rp. 50 Rehab

Rp.

7.500

Kondisi Ideal

Umur Rencana (UR) = 10 Thn

Total Investasi dalam 10 Thn :

Rekonstruksi : Rp. 12.000 x 2 = Rp. 24.000

Rehabilitasi : Rp. 7.500 x 1 = Rp. 7.500

Rutin : Rp. 50 x 8 = 400

Total Investasi 10 Thn = Rp. 31.900 Juta

Biaya (Juta)

Rekonstruksi Rp. 12.000

Rekonstruksi Rp. 12.000

Rutin Rp. 50

Rutin Rp. 50

Rutin Rp. 50 Rutin

Rp. 50

Rutin Rp. 50

Rutin Rp. 50 Rehab

Rp.

7.500

Kondisi Overload

Umur Rencana (UR) = 10 Thn

Total Investasi dalam 10 Thn :

Rekonstruksi : Rp. 12.000 x 2 = Rp. 24.000

Rehabilitasi : Rp. 7.500 x 2 = Rp. 15.000

Rutin : Rp. 50 x 7 = 350

Total Investasi 10 Thn = Rp. 39.350 Juta Rehab

Rp.

7.500

Kasus : Lalu Lintas Tinggi

Rutin Rp. 50

ANALISA PENGHEMATAN INVESTASI PENYELENGGARAAN JALAN

TERHADAP ISU ODOL (1)

(27)

PENGHEMATAN INVESTASI TANPA MUATAN BERLEBIH

• Dengan pendekatan yang sama, maka didapat besar penghematan per tahun untuk tingkat lalu lintas yang berbeda :

- Lalu lintas tinggi : 0,745 M/Tahun - Lalu lintas sedang : 0,495 M/Tahun - Lalu lintas rendah : 0,3965 M/Tahun

• Panjang jalan tol = 1054 km

• Panjang jalan nasional = 47.017 Km - Lalu lintas tinggi : 9.624,79 Km - Lalu lintas sedang : 5.842,95 Km - Lalu lintas rendah : 31.549,54

• Panjang jalan propinsi = 48.914 Km - Lalu lintas tinggi : 10% jaringan - Lalu lintas sedang : 20% jaringan - Lalu lintas rendah : 70% jaringan

 Jalan tol = 0,745 M/Tahun x 1054 Km = 785,23 M/Tahun

 Jalan nasional (tinggi) = 0,495 M/Tahun x 9.624,79 Km = 4.764,27 M/Tahun

 Jalan nasional (sedang) = 0,495 M/Tahun x 5.842,95 Km = 2.892,2 M/Tahun

 Jalan nasional (rendah) = 0,495 M/Tahun x 31.549,54 Km = 15.617 M/Tahun

 Jalan propinsi (tinggi) = 0,3965 M/Tahun x 10% x 48.914 Km = 1.939,4 M/Tahun

 Jalan propinsi (sedang) = 0,3965 M/Tahun x 20% x 48.914 Km = 3.878,4 M/Tahun

 Jalan propinsi (rendah) = 0,3965 M/Tahun x 70% x 48.914 Km = 13.576 M/Tahun

Total penghematan per tahun untuk seluruh ruas jalan (jalan tol, jalan nasional dan

ANALISA PENGHEMATAN INVESTASI PENYELENGGARAAN JALAN

TERHADAP ISU ODOL (2)

(28)

1. Pembagian moda transportasi

 Saat ini 90 % angkutan barang bertumpu pada jalan

 Pengembangan moda transportasi lain selain menggunakan jalan untuk transportasi logistik seperti kereta api dan kapal laut

RENCANA TINDAK LANJUT (1)

(29)

2. Penggunaan Ban lebar

 Tindak lanjut yang dapat dilakukan adalah memperlebar ban (bidang kontak diperluas)

RENCANA TINDAK LANJUT (2)

(30)

3. Penggunaan Multiaxle

Overloading dapat direduksi dengan penggunaan kendaraan dengan sistem multiaxel

Dengan menambah sumbu kendaraan, biaya transportasi (investasi masyarakat untuk menambah sumbu + investasi pemerintah untuk jalan) akan jauh lebih murah disbanding ODOL

Multiaxle akan meningkatkan pemakaian bahan bakar, perlu diatur pada saat truk kosong, sebagian axle dapat ditarik ke atas

RENCANA TINDAK LANJUT (3)

(31)

4. Optimalisasi UPPKB (Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor), Dapat Bekerjasama dengan Badan Usaha

UPPKB memiliki fungsi untuk melakukan pengawasan, penindakan, dan pencatatan antara lain:

a) tata cara pemuatan barang;

b) dimensi kendaraan angkutan barang

c) penimbangan tekanan seluruh sumbu dan/atau setiap sumbu kendaraan angkutan barang;

d) persyaratan teknis dan laik jalan;

e) dokumen angkutan barang;

f) kelebihan muatan pada setiap kendaraan yang diperiksa;

RENCANA TINDAK LANJUT (4)

(32)

Pengendalian muatan berlebih akan memberikan keuntungan kepada penyelenggaran jalan dan masyarakat pengguna jalan, antara lain dari :

• Umur rencana dari suatu struktur perkerasan tercapai yang berarti penghematan anggaran atau penurunan biaya penanganan jalan (RAC)

• Peningkatan pelayanan jalan kepada masyarakat akibat berkurangnya kemacetan atau peningkatan waktu tempuh atau penurunan biaya pengguna jalan (RUC)

• Peningkatan tingkat keselamatan di jalan

KESIMPULAN

(33)

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Adanya ketentuan-ketentuan baru (kriminalisasi) dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, sudah sesuai dengan tujuan kebijakan

Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Arahan kebijakan yang diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur berkelanjutan adalah (1) pertumbuhan ekonomi lokal yang memperhatikan kebutuhan infrastruktur

• Gambar peta lokasi simpul dan ruang lalu lintas pergerakan angkutan barang,  serta pola jaringan lintas angkutan barang dan data dukung lainnya; dan.

KNKT menemukan bahwa faktor keselamatan berlalu lintas kendaraan penumpang seperti yang ditetapkan dalam peraturan perundangan lalu lintas angkutan jalan tidak dipenuhi oleh

Kebijakan penyelenggaraan angkutan umum khususnya izin trayek di Surabaya belum efektif dan efisien, karena masih banyak angkutan kota yang beroperasi tanpa izin

Untuk mendukung keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan pada masa Angkutan Lebaran Tahun 2018, dengan Peraturan Menteri ini

Arah kebijakan utama dari pengembangan transportasi perkotaan yang secara garis besar dapat dikelompokkan dalam aspek peningkatan pelayanan angkutan umum,