1
Kebijakan Satu Peta: Momentum Pengoptimalisasian Pembanguan Nasional
Jeny Sinurat a Farida Nurani
a Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timu, Indonesia
Corresponding author. e-mail: [email protected]
A B S T R AC T
Indonesia is the largest archipelago in the world, with two-thirds of the territory dominated by competition. As the Unitary State of the Republic of Indonesia it is necessary to have clear information related geographically between islands for accurate decision making through technology with the implementation of a one map policy (OMP). Therefore Presidential Instruction No. 10 of 2011 provides momentum to improve governance and bureaucratic reform through a planning process. The implementation of the One Map Policy (IOMP) refers to the basic principle, one reference, one database and one geoportal in the management of Geospatial Information. With the presence of Geoportal, OMP is expected to create IG. Thematic that has one reference and one standard that fits the purpose.
Obtained from a base created by the central or regional government. Hopefully with the presence of this OMP Geoportal, development in Indonesia will become more efficient, effective and sustainable.
INTISARI
Indonesia merupaka negara kepulauan terbesar di dunia, dengan dua pertiga wilayah di dominasi dengan perairan. Sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu adanya informasi jelas terkait geografis antar pulau demi pengambilan keputusan yang akurat melalui teknologi dengan implementasi kebijakan satu peta (KSP).
Oleh karena itu Instruksi Presiden No. 10 tahun 2011 memberikan momentum untuk meningkatkan tata kelola dan reformasi birokrasi melalui satu proses pemetaan. Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta (PKSP) bertujuan untuk menerapkan prinsip satu standar, satu referensi, satu basis data dan satu geoportal dalam pengelolaan Informasi Geospasial. Dengan adanya Geoportal KSP ini diharapkan dapat tercipta IG Tematik yang telah memiliki satu referensi dan satu standar sehingga tercapai tujuan Kebijakan Satu Peta. Sehingga dapat dijadikan dasar masukan dalam setiap perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Semoga dengan hadirnya Geoportal KSP ini, pembangunan di Indonesia menjadi lebih efisien, efektif, dan berkesinambungan
Keywords: Kebijakan Satu Peta, Geoportal, Pembangunan Nasional,
2 1. Pendahuluan
Dalam konteks pembangunan di Indonesia, Pancasila, UUD 1945 dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (tercantum dalam UU Nomor 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional) merupakan landasan pembangunan. Oleh karena itu, setiap upaya pembangunan yang dilakukan di Indonesia harus sesuai dengan landasan yang telah ditetapkan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa kualitas masyarakat seperti yang telah digariskan oleh sistem perencanaan pembangunan, pada dasarnya merupakan pencerminan dari pembangunan manusia Indonesia yang berlandasakan pancasila. Pembangunan nasional adalah upaya yang dilaksanakan semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah sutu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan dalam jangka panjang, menengahm dan tahunan yang dilaksananakan oleh unsur penyelennggaraan Negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.
Pembangunan adalah sebuah keharusan bagi kesinambungan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tujuan akhir dari pembangunan adalah manusia atau lebih tegas lagi kesejahteraan manusia dalam masyarakat, beserta masyarakat itu sendiri. Tidak mudah membuat rancangan Indonesia masa depan. Indonesia sangat besar, luas dan kompleks. Bila ditinjau secara geografis Indonesia merupakan benua maritim dengan luas bila dibangingkan dengan Eropa yakni dari Ujung Barat (Sabang) – Timur (Merauke) setara dengan luas London – Bagad dan Ujung Utara (Kepulauan Satal) – Selatan (Pulau Rote) setara dengan Jerman – Aljazair.
Saat ini pembangunan pembangunan tidak bisa berpola “mengerjakan semuanya” karena sumber daya yang tersedia, khususnya sumber daya waktu amatlah terbatas. Pembangunan “terpaksa” harus memiliki prioritas-prioritas. Pemahaman ini mempunyai pengertian bahwa pemerintah menyadari sepenuhnya bahwa pembangunan adalah kegiatan yang harus dimanajemeni, sehingga harus memiliki prioritas agar dapat mencapai hasil efektiv. Strategi pembangunan yang baru mengarah kepada visi pembangunan yang baru yaitu membangun Indonesia menjadi sebuah negara-bangsa dengan daya saing kelas dunia, khususnya melalui keunggulan kompetitif. Tidak adanya peta terkait dengan pemanfaatan lahan yang lengkap, konsisten, dan akurat di Indonesia telah menyebabkan timbulnya konflik, ketidakpastian serta penghambat pembangunan di Indonesia.
Dengan adanya Kebijakan Satu Peta, perencanaan pembangunan, penyediaan infrastruktur, penerbitan izin dan hak atas tanah, serta berbagai kebijakan nasional dapat mengacu pada data spasial yang akurat. Kebijakan satu peta merupakan tindaklanjut dari Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta untuk memperbaiki data spasial tematik dalam satu referensi,
satu standar, satu basis data, dan satu geoportal.
Kebijakan satu peta ini dituangkan dalam Geoportal Kebijakan Satu Peta yang bisa diakses semua kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Dengan demikian, acuan yang digunakan adalah peta dengan standar yang sama.
2. Teori
2.1 Pembangunan
Menurut Siagian (1983) pembangunan merupakan usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan san perubahan berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintahan menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Dengan demikian ide pokok pembangunan Pembangunan Menurut Siagian : pembangunan Pembangunan merupakan proses; pembangunan merupakan usaha secara sadar dilaksanakan; pembangunan dilakukan secara berencana dan perencanaannya berorientasi pada pertumbuhan dan perubahan; pembangunan mengarah pada modernitas ; modernitas yang di capai melalui pembangunan bersifat multi dimensional; proses dan kegiatan pembangunan ditunjukan kepada usaha membina bangsa dalam rangka pencapaian tujuan bangsan dan negara yang telah ditentukan.
2.2 Geoportal
Menurut Tellez-Arenas (2009), geoportal adalah web yang memungkinkan pengguna untuk mencari, menemukan, serta mengakses informasi geospasial dengan cara melihat, menganalisis, membuat laporan, atau mengunduh informasi geospasial sesuai dengan layanan yang disediakan. Geoportal dibangun melalui tiga komponen SIG yang terdistribusi.
2.3 Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis merupakan sebuah sebuah sistem yang terdiri dari software dan hardware, data dan pengguna serta institusi untuk menyimpan data yang berhubungan dengan semua fenomena yang ada dimuka bumi. Data-data yang berupa detail fakta, kondisi dan informasi disimpan dalam suatu basis data dan akan digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti analisis, manipulasi, penyajian dan sebagainya Teknologi ini dirancang untuk membantu mengumpulkan data, menyimpan data serta menganalisis objek beserta data geografis yang bersifat penting dan kritis untuk dianalisis.
3. Metode Penulisan
Adapun dalam penulisan ini menggunakan metode studi literature, yang mana berdasarkan hasil pengumpuland dari beberapa referensi seperti jurnal, artikel laporan penelitian dan situs-situs internet terpercaya yang relafan dengan topik bahasan mengenai kebijakan satu peta.
3 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Peta merupakan sumber informasi keruangan yang sangat vital, tidak jarang peta juga bisa menyebabkan konflik di masyarakat. Seperti kita ketahui bersama-sama bahwasanya di negeri tercinta kita ini banyak sekali kejadian tumpang tindih. Kehadiran peta ini bisa mencegah pembangunan infrastruktur di Indonesia berbenturan atau 'tabrakan'.
Menurut Budiman (2000) di Indonesia, kata pembangunan sudah menjadi kata kunci bagi segala bidang. Secara umum kata ini diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya.
Selaras dalam rangka pengoptimalisasian pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan ketahanan nasional, khususnya dalam pengelolaan sumber daya alam, penyusunan rencana tata ruang, perencanaan lokasi investasi dan bisnis perekonomian, penentuan garis batas wilayah, pertanahan, dan kepariwisataan. membuat pemerintah harus secara cepat dalam penyelesaian data Informasi terkait Geoportal.
Sehingga askes dan penyusunan program prioritas dalam pembangungnan segera tereaslisasikan.
Terkait Pengelolaan sumber daya alam di Indonesia dilakukan oleh banyak kementerian / lembaga dan lokal pemerintah, dengan mengacu pada tugas dan fungsi mereka atau kepentingan masing-masing. Karena merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan sumber daya alam, penyediaan Informasi Geospasial khususnya tematik informasi geospasial juga dilakukan oleh banyak kementerian / lembaga dan pemerintah daerah. Ini Kondisi tersebut telah menghasilkan implementasi Informasi Geospasial secara institusional. Informasi Geospasial kelembagaan ini implementasi kemudian telah menyebabkan tumpang tindih penggunaan lahan atau konflik penggunaan ruang, ketidakpastian tata ruang informasi, alokasi spasial di area terbatas, konflik sosial, dan lainnya. Dampak institusionalImplementasi Informasi Geospasial tentunya juga dapat menghambat pengembangan kawasan atau infrastruktur.
Sejak digagas pada pemerintahan Presiden RI Suslio Bambang Yudhoyono saat Rapat Kabinet 23 Desember 2010. Kebijakan satu peta hadir sebagai aturan yang mengharuskan adanya penyatuan informasi geospasial. Sehingga tumpang - tindih seperti yang telah terjadi tersebut, tidak terulang dan kebijakan yang diambil pemerintah dapat tepat sasaran. Kebijakan satu peta merupakan upaya mewujudkan satu referensi dan standar yang menjadi acuan bersama dalam menyusun bernagai kebijakan perencanaan dan pemanfaatan ruang dalam pembangunan. Kebijakan Satu Peta ini dijadikan dasar perencanaan untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di masa depan. Diamana perecnanaan pembangunan akan lebih akurat. Bukan hanya berdasarkan data tetapi juga mengacu pada peta yang detil.
Sumber : Ina-Geoportal
Berdasarkan sumber Seketariat Tim Percepatan Kebijakan Satu Peta tahun 2019 bahwa dalam kebijakan satu peta dapat dijadikan sebagai acuan bersama, kegiatan pelasksanaan kebijakan satu peta ini dibagi menjadi 3 kegiatan utama, yang dilakukan secara berurutan, yaitu:
1. Kompilasi
Kompilasi merupakan kegiatan mengumpulkan Informasi Geospasial Tematik (IGT) yang dimiliki oleh Kementerian / Lembaga / Pemerintah Daerah.
IGT yang dikompilasi ini adalah 85 peta tematik sesuai dengan lampiran rencana aksi Perpres No. 9 tahun 2016.
2. Integrasi
Integrasi merupakan kegiatan koreksi dan verifikasi IGT di atas peta dasar Informasi Geospasial Dasar (IGD).
3. Sinkronisasi
Sinkronisasi adalah kegiatan penyelarasan antar IGT yang telah selesai diintegrasi, termasuk di dalamnya penyelesaian permasalahan tumpang tindih antar IGT.
Pengerjaan kegiatan Kompilasi, Integrasi, dan Kompilasi Kebijakan Satu Peta dilaksanakan dengan pendekatan kewilayahan, dengan pengerjaan kegiatan Kompilasi dan Integrasi sesuai dengan ilustrasi berikut. Pengerjaan Sinkronisasi bergantung pada kesiapan IGT yang telah selesai diintegrasi.
Berdasarkan buku Pedoman Geoportal Kebijakan Satu Peta menjelaskan bahwa Badan Informasi Geospasial memiliki Landasan hukum yang kuat berupa Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial dan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2014 tentang Jaringan Informasi Geospasial Nasional, dan telah melaksanakan serangkaian program yang mengacu pada visi Nawacita Pemerintah. Selanjutnya telah terbit juga Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 yang mengatur tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000, yang
4 mengamanatkan semua pemangku kepentingan, diantaranya 19 Kementrian Lembaga dan 34 Provinsi, untuk dapat melaksanakan kompilasi, integrasi, dan sinkronisasi Informasi Geospasial tematik yang dimiliki sehingga tidak terjadi tumpang tindih data atau informasi.
Peta tematik dalam Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta ini mencakup 7 (tujuh) tema, yaitu batas wilayah, kehutanan, perencanaan ruang, sarana prasarana, perizinan dan pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan, kawasan khusus dan transmigrasi.
Geoportal Kebijakan Satu Peta berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 tentang Kewenangan Akses untuk Berbagi Data dan Informasi Geospasial melalui Jaringan Informasi Geospasial Nasional dalam Kegiatan Percepatan Pembangunan. Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta, diatur bahwa berbagi data diperuntukan untuk pemegang akses yang terdiri atas:
a. Presiden dan Wakil Presiden
b. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian c. Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
d. Kepala Badan Informasi Geospasial e. Menteri atau Pimpinan Lembaga f. Gubernur
g. Bupati/Wali Kota
Informasi Geospasial diselenggarakan berdasarkan asas kepastian hukum, keterpaduan, keterbukaan, kemutakhiran, keakuratan, kemanfaatan, dan demokratis. Undang-Undang ini bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan Informasi Geospasial yang berdaya guna dan berhasil guna melalui kerja sama, koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan mendorong penggunaan Informasi Geospasial.
Sehingga dengan adanya Kebijakan Satu Peta maka semua sektor akan menggunakan satu sistem data spasial dan peta yang sama. Selain memudahkan sisi perencanaan, semua sektor pun dapat dengan mudah dipadukan. Sehingga tak ada lagi antar sektor yang tumpang tindih.
Perubahan perkembangan teknologi yang semakin hari semakin luas Peran data dan Informasi Geospasial dalam perencanaan pembangunan dapat di lihat, yakni
Arahan Pembangunan Melalui RPJPN 2005-2025 1. Pengurangan kesenjangan Antar Wilayah, 2. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
berbasis Keunggulan Potensi Wilayah 3. Pemerataan Pelayanan Sekolah Dasar Tujuan Nasional
1. Berkurangnya Kesenjangan Antar Wilayah 2. Tumbuhnya Pusat-pusat Pertumbuhan berbasis
Keunggulan Potensi Wilyah, Khususnya di Kawasan Timur Indonesia
3. Meratanya Pelayanan Sekolah Dasar di Seluruh Wilyah Indonesia
Berdasarkan kasus permasalahan-permasalahan yang muncul dalam peta tematik berupa Geo-referensi yang tidak seragam, ketersediaan data terbatas, data tidak up-todate dan tidak akurat , tidak dapat diakses, tidak dapa dimanfaatkan secara optimal dan lain-lain. sehingga rendahnya kualitas pengambilan keputusan dan berakibat menurunnya tngkat pencapaian pembangunan nasional.
Sehingga seharusnya sebagai pintu gerbang informasi geospasial maka geoportal harus didukung oleh data dan metadata yang baik. Hal ini mengingat Meningkatnya kesejahteraan dan daya saing nasional tingkat regional maka diperlukan investasi pembangunan. Dukungan ketersediaan data dan informasi fundamental pembangunan. Bagi bangsa Indonesia, pemanfaatan teknologi dalam pembangunan Nasional secara jelas kita perlukan, terlebih saat ini kita telah memasuki era Industrialisasi.
Bila kebijakan satu peta terealisasi dengan baik maka banyak manfaat dalam menudukung berbagai kebijakan dan pembangunan nasional, yakni;
1. Mempermudah penyusunan perencanaan pemanfaatan ruang skala luas dengan dokumen Rencana Tata Ruang akan terintegrasi
2. Kemudahan dan kepastian berusaha/berivestasi dimana investor dapat dengan cepat mengetahui kepastian status lahan dari berbagai sector. Sudah menjadi rahasia umum bagi setiap calon investor yang akan berinvestasi di Indonesia bahwa pelayanan dan kemudahan untuk mendapatkan perizinan sangatlah sulit dan butuh waktu yang lama. Harapan semua investor adalah bidang perizinan yang mudah, cepat, murah dan menjamin kepastian hukum dan keamanan bernvestasi.
3. Mempermudah pelaksanaan simulasi yang memerlukan peta, misalnya mitigasi bencana, menjaga kelestarian lingkungan, serta keperluan pertahanan.
4. Kebijakan pemerataan ekonomi. Dalam hal ini data spasial menjadi dasar pengambilan keputusan dalam refoma agrarian untuk redistribusi lahan tepat sasaran dan akuntabel rakyat.
5. Percepatan pembangunan Infrakstruktur dalam penyelesaian konflik ruang yang menghambat pengadaan proyek strategis dapat diselesaikan lebih cepat, serta mendukung berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan baru dari proyek strategis yang tersedia.
6. Penyelesaian konflik pemanfaatan dan perizinan. Terkait data spasial menjadi dasar pengambilan keputusan untuk perbaikan kualitas renana tata ruang dan penyelesaian konflik, sehingga dapat terhindar dari konflik tumpang tindih kedepannya.
Produk Kebijakan Satu Peta dapat bermanfaat dalam mendukung implementasi berbagai kebijakan
5 nasional dan daerah yang tepat sasaran, transparan dan akuntabel.
5. Kesimpulan
Indonesia sangatlah luas dan beragam. Sehingga Kebijakan Satu Peta merupakan komponen krusial dan penting yang sekaligus pengimplementasian Undang- undang IG yang memiliki landasan hukum. Manfaatnya dalam pembangunan yakni; mempermudah dan mempercepat penyelesaian konflik tumpang tindih pemanfaaatan lahan dan batas daerah, mempercepat pelaksanaan program pembangunan kawasan maupun infrakstruktur, mempermudah dan mempercepat proses penerbitan izin terkait pemanfaatan lahan, mempermudah pelaksanaan simulasi yang menggunakan peta, seperti mitigasi bencana, menjaga kelestarian lingkungan hingga keperluan pertahanan dan meningkatkan kehandalan informasi terkait lokasi dari berbagai aktivitas ekonomi.
Sehingga dengan adanya Geoportal sebagai pemersatu informasi geospatial dapat memperjelas kebijakan dan pelaksanaan pembangunan di Indonesia menjadi lebih efisien, efektif, dan berkesinambungan menuju Indonesai Ideal.
Pembangunan secara masif dan merata dilakukan Pemerintah bukan hanya untuk mempersempit jurang kesenjangan, melainkan juga untuk mempersatukan Indonesia dan mewujudkan keadilan Sosial
Daftar Pustaka
Anonim. 2019. Buku Pedoman Geoportal. Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial Badan Informasi Geospasial Jakarta. Online :https://portalksp.inasdi.or.id/Buku_Pedoman_G eoportal%20KS P.pdf. Diakses 8 Desember 2019
Budiman, Arif. 2000 Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Ina-Geoportal. Online:
http://tanahair.indonesia.go.id/portal-web.
Diakses pada 8 Desember 2019
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Penundaan Pemberian
Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Kewenangan Akses Untuk Berbagi Data dan Informasi Geospasial Nasional Dalam Kegiatan Percepatan Kebijakan Satu Peta Nugroho, Riant.2003. Reinventing Pembangunan.
PT. Elex Media Komputindo. Jakarta
Nurwadjedi, Sri Hartini, Lien Rosalina. 2018.
Developing one map of national marine
resources of Indonesia. IOP Publishing. Online:
https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755- 1315/162/1/012028/pdf. Diakses pada 8 Desember 2019
Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2014 tentang Jaringan Informasi Geospasial Nasional
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta Pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1 : 50.000
Seketariat Tim Percepatan Kebijakan Satu Peta. Online:
https://satupeta.go.id/. Diakses pada Desember 2019
Sekretaris Kabinet Republik Indonesia. Online:
https://setkab.go.id/menuju-satu-peta-one-map- penetapan-peraturan-presiden- nomor-9-tahun- 2016-tentang-percepatan-pelaksanaan-
kebijakan-satu-peta/. Diakses pada 8 Desember 2019
Siagian, SP, 1983, Teknik Menumbuhkan Dan Memelihara Perilaku Organisasi. Guning Agung. Jakarta
Silviana, Ana. 2019. Kebijakan Satu Peta (One Map Policy) Mencegah Konflik di Bidang
Administrasi Pertanahan. Adminitrative Law &
Governance Journal Volume 2 Issue 2.
Tellez Arenas, A. 2009. Best Practice Report on Geoportals. One Geology. Eropa
Wijoyo, Suparto dan Presetijo Rijaidi. Pakde Karwo:Pinto Gerbang MEA2015. PT Kharisma Putra Utama. Jakarta
6