KEDUDUKAN HUKUM SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG DITERBITKAN TIDAK SESUAI PROSEDUR ADMINISTRASI DI
KANTOR PERTANAHAN KOTA BAU-BAU
TESIS
Oleh:
DEVI NURFADILLAH ABAS 21302000120
PROGRAM MAGISTER (S2) KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA) SEMARANG 2023
KEDUDUKAN HUKUM SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG DITERBITKAN TIDAK SESUAI PROSEDUR ADMINISTRASI DI
KANTOR PERTANAHAN KOTA BAU-BAU TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan (M.Kn)
Oleh :
DEVI NURFADILLAH ABAS NIM : 21302000120
Program Studi : Magister Kenotariatan
PROGRAM MAGISTER (S2) KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA) SEMARANG 2023
KEDUDUKAN HUKUM SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG DITERBITKAN TIDAK SESUAI PROSEDUR ADMINISTRASI DI
KANTOR PERTANAHAN NASIONAL KOTA BAU-BAU
Oleh :
DEVI NURFADILLAH ABAS NIM : 21302000120
Program studi : Magister Kenotariatan Disetujui oleh : Pembimbing
Tanggal,
Dr. Bambang Tri Bawono, S.H., M.H NIDN : 0607077601
Mengetahui
Ketua Program Magister(S2 Kenotariatan (M.Kn)
Dr.Jawade Hafidz ,S.H.,M.H.
NIDN: 0620046701
KEDUDUKAN HUKUM SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG DITERBITKAN TIDAK SESUAI PROSEDUR ADMINISTRASI DI
KANTOR PERTANAHAN NASIONAL KOTA BAU-BAU Oleh :
DEVI NURFADILLAH ABAS NIM : 21302000120
Program Studi : Magister Kenotariatan Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 3 Maret 2023 Dan dinyatakan LULUS
Tim Penguji Ketua
Prof. H. Gunarto, S.H., S.E., Akt, M.Hum NIDN : 06-0503-6206
Anggota
Dr. Bambang Tri Bawono, S.H.,M.H NIDN : 06-0707-7601
Anggota
Dr.Djunaedi, S.H., Sp.N NIDN : 88-9782-3420
Mengetahui
Ketua Program Magister (S2) Kenotariatan
Dr. Jawade Hafidz, S.H.,M.H NIDN : 06-2004-6701
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Devi Nurfadillah Abas NIM : 21302000120
Program Studi : Magister Kenotariatan
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan tesis ini berjudul
“KEDUDUKAN HUKUM SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG DITERBITKAN TIDAK SESUAI PROSEDUR ADMINISTRASI DI KANTOR PERTANAHAN NASIONAL KOTA BAU-BAU” adalah hasil penelitian/karya saya sendiri atau bebas dari peniruan hasil karya orang lain.
Kutipan pendapat dan tulisan orang lain ditunjuk sesuai dengan cara-cara penulisan karya ilmiah yang berlaku.
Apabila kemudian hari terbukti atau apat dibuktikan dalam tesis ini terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang dianggap melanggar peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Semarang, November 2022 Yang membuat pernyataan
Devi Nurfadillah Abas 21302000120
PERNYATAAN PERSETUJUAN UNGGAHAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Devi Nurfadillah Abas NIM : 21302000120
Program Studi : Magister Kenotariatan
Dengan ini menyerahkan karya ilmiah berupa tugas akhir/tesis dengan judul
“KEDUDUKAN HUKUM SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG DITERBITKAN TIDAK SESUAI PROSEDUR ADMINISTRASI DI KANTOR PERTANAHAN KOTA BAU-BAU”
Dan menyetujuinya menjadi hak milik Universitas Islam Sultan Agung serta memberikan Hak Bebas Royalti non-ekslusif untuk disimpan, dialihmediakan, dikelola dalam pangkalan data, dan publikasinya diinternet atau media lain untuk kepentingan akademis selama tetap mencantumkan nama penulis sebagai pemilik Hak Cipta.
Pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh. Apabila dikemudian hari terbukti ada pelanggaran Hak Cipta atau plagiarisme dalam karya ilmiah ini, maka segala bentuk tuntutan hukum yang timbul akan saya tanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Universitas Islam Sultan Agung.
Semarang, 2022 Yang menyatakan
Devi Nurfadillah Abas 21302000120
MOTTO
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk
bagimu, Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui”
(QS. Al-Baqarah : 216)
“Berjuanglah untuk diri sendiri, walaupun tak ada yang bertepuk tangan.
Kelak diri kita dimasa depan akan sangat bangga dengan apa yang kita perjuangkan hari ini”
PERSEMBAHAN
Kedua orang hebat dalam hidup saya ini sangat patut mendapatkan pesembahan Tesis ini.Mereka adalah ayahanda dan ibundaku yang terkasih. Keduanya bukan hanya pembimbing saya dalam meniti hidup ini lebih dari itu merekalah semangat
saya hingga sampai ke tahap ini. Terima kasih tak terhingga atas doa, pengorbanan serta segala petuah yang membuahkan ketegaran bagi saya. Rasa
syukur saya atas hadirnya mereka berdua dalam hidup saya selama ini…
Terima kasih Ya Allah…….
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Kedudukan Hukum Sertipikat Hak Milik Atas Tanah Yang Diterbitkan Tidak Sesuai Prosedur Administrasi Dikantor Pertanahan Kota Bau-Bau”.
Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat terselesaikan berkat doa dan dukungan dari kedua orang tua yang penulis cintai, Ayahanda LA ABA SUNGKU dan Ibunda NURLIA. Terima kasih karena sudah melahirkan dan membesarkan penulis dengan penuh rasa kasih sayang serta segala bimbingan, motivasi, serta doa yang tiada henti dipanjatkan oleh beliau demi keberhasilan penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian tesis ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari pada pembimbing, dosen-dosen serta berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segenap rasa hormat dan ketulusan serta kerendahan hati, penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dan memberikan dukungan, bimbingan saran, serta motivasi dalam penulisan dan penyusunan tesis ini, yaitu kepada :
1. Prof. Dr. Gunarto, S.H.,M.Hum selaku Rektor Universitas Islam Sultan Agung Semarang
2. Dr. Bambang Tri Bawono, S.H.,M.H selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang, sekaligus selaku pembimbing dalam penelitian dan penulisan ini yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan dorongan dalam setiap konsultasi sejak awal usulan penulisan hingga selesainya penulisan tesis ini.
3. Dr. Jawade Hafidz, S.H.,M.H selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan, Program Pasca sarjana Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum, khususnya Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih banyak atas ilmu dan bimbingannya yang telah diberikan kepada penulis selama penulis berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Staf maupun karyawan yang telah membantu dalam pengurusan berkas administrasi di Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
6. Saudara penulis Imelda Amelia, S.Tr Kes, dan Winda Adriana Abas yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis, serta seluruh keluarga besar terima kasih atas segala dukungannya.
7. Chilsi Indiyarti, SH.,M.Kn, Anissa Rahmawati, SH.,M.Kn, Kanzha Diva, SH.,M.Kn, dan Sri Yuliana, SH..M.Kn terima kasih telah menjadi sahabat,
saudara, serta rekan seperjuangan yang selalu berbagi ilmu dan memberikan semangat dan dukungan yang tiada henti-hentinya.
8. Segenap teman-teman penulis angkatan 2021 kelas C Program Studi Magister Kenotariatan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Terima kasih atas kebersamaan, dorongan serta motivasi kepada penulis.
9. Irfan Ricard Arifin, SH, Muhammad Aqsha Asri, SH, Fajriani Melinda, SH.,M.Kn, Risma Safitri Malidu, SH, Dwi Almushawir, SH, terima kasih telah membantu dan mendukung penulis selama menempuh jenjang studi ini.
10. Seluruh senior-senior, dan teman-teman penulis yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan serta saran yang selalu diberikan kepada penulis dalam proses penyelesaian studi ini.
11. Ibu Notaris Andi Himawati, S.H.,M.Kn, terima kasih karena telah diizinkan untuk belajar banyak di kantor beliau serta bimbingan dan arahan beliau untuk penulis bisa belajar lebih banyak lagi.
12. Seluruh staff di Kantor Notaris Andi Hikmawati, S.H.,M.Kn, terutama Egi, Pratomo, Hilda, Tri dan Anti. Terima kasih atas bantuan serta saran- saran yang diberkan kepada penulis dalam penyelesaian studi ini.
13. Selutuh civitas akademika Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah berjasa atas kontribusi dan bantuan yang diberikan kepada Penulis selama menempuh jenjang studi ini.
14. Berbagai pihak yang secara tidak langsung turut membantu penelitian dalam proses penyelesaian studi ini, semoga kalian selalu dibe kemudahan dan selalu dalam lindungan Allah Swt.
Sekiranya hal tersebut yang dapat Penulis sampaikan, meskipun tidak seluruh pihak disebutkan dalam kata pengantar ini tetapi percayalah bahwa Penulis tidak pernah melupakan siapapun yang telah atau sedang bersama Penulis hingga menyelesaikan Penelitian Tesis ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, Penulis berharap semoga tesis ini dapat dijadikan sebagai salah satu karya yang memberikan warna dan pengayaan dalam ilmu hukum, serta bermanfaan bagi sebanyak-banyaknya manusia dan berguna dalam perkembangan ilmu pengetahuan dimasa mendatang, aamiin.
Semarang, Desember 2022
Devi Nurfadillah Abas
ABSTRAK
Kedudukan Hukum sertipikat hak milik atas tanah yang tidak sesuai prosedur administrasi di kantor pertanahan kota bau-bau merupakan salah satu hal yang dapat mengakibatkan pembatalan pada sertipikat yang telah diterbitkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1). Untuk mengetahui dan menganalisis kedudukan hukum sertipikat hak milik atas tanah yang diterbitkan tidak sesuai prosedur administrasi di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Bau-Bau. 2). Untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab Kepala Kantor Pertanahan Kota Bau-Bau terhadap penerbitan sertipikat hak milik atas tanah yang tidak sesuai prosedural.
Metode pendekatan yang dipergunakan dalam membahas masalah penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis sosiologis Spesifikasi penelitian yang dipergunakan adalah penelitian deskriptif analitis. Jenis data menggunakan data primer dan sekunder yang diperoleh melalui wawancara dan studi pustaka. Metode analisis data yang digunakan adalah kualitatif.
Hasil penelitian disimpulkan : 1). Kedudukan hukum dari sertipikat hak milik atas tanah yang diterbitkan tidak sesuai prosedur administrasi yaitu sertipihak hak milik tersebut dapat dibatalkan, baik melalui jalur penyelesaian administrasi oleh BPN ataupun melalui jalur penyelesaian sengketa oleh pengadilan dan tentunya harus melalui prosedur yang ada dan juga dari pemohon harus bisa membuktikan bahwa objek tersebut memang adalah hak miliknya.
Kedudukan sertifikat memegang peranan yang sangat penting dalam sengketa pertanahan, karena sertifikat merupakan suatu alat bukti surat yang kuat dalam berbagai persoalan, terlebih khusus untuk sengketa pertanahan. Kekuatan hukum sertifikat hak atas tanah merupakan jaminan kepastian hukum bagi si pemegang sertifikat. Karena hal ini sebagai alat bukti kepemilikan yang bersifat kuat artinya sepanjang tidak dibuktikan sebaliknya oleh pihak lain yang merasa berhak dan mempunyai alat bukti untuk membuktikannya maka dalam hal ini sertifikat tersebut mempunyai kepastian hukum bersifat materil (publikasi negatif berunsur positif) yang dianut dalam hukum tanah nasional, tetapi disisi lain juga sertifikat mempunyai kepastian hukum yang bersifat formil (publikasi positif) yaitu kepastian hukum dari sertifikat yang berisi ketentuan tertulis yang tertera dalam UndangUndang atau peraturan lainnya adalah bersifat mutlak artinya tidak bisa diganggu gugat. 2). Tanggapan kepala Kantor Pertanahan kota bau-bau sesuai dengan ketentuan PMNA/ Kepala BPN Nomor 21 tahun 2020 tentang penanganan dan penyelesaian Kasus Pertanahan dilakukan dengan keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional atau melimpahkan kepada Kantor Wilayah atau pejabat yang ditunjuk. Menurut Pasal 29 ayat (1) huruf b menyatakan bahwa“BPN RI wajib melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali terdapat alasan yang sah untuk tidak melaksanakannya”. Jadi BPN berkewajiban untuk melaksanakan putusan pengadilan mengenai pembatalan sertifikat atau mencabut sertifikat tersebut.
Kata Kunci : Kedudukan Hukum, Sertipikat Hak Milik, Prosedur Administrasi, Kantor Pertanahan.
ABSTRACT
The legal standing of freehold land ownership certificates (freehold land title) which is not in accordance with administrative procedures in Land Office of Kota Bau-Bau is one of the factors resulting in the cancellation of certificates that have been issued. The purpose of this research is to find out and analyse: 1).
the legal position of land ownership certificates that were not issued in accordance with the administrative procedures at the Office of the National Land Agency in Kota Bau-Bau; 2). the responsibilities of the Head of the Land Office of Kota Bau-Bau for the issuance of land ownership certificates that are not in accordance with the procedure.
A sociological juridical approach is applied in this study to discuss the problem of the research. Also, research specifications used in the present study are analytical descriptive research. Primary and secondary data obtained through interviews and literature review are to be analysed qualitatively in the process for drawing conclusion from this study.
The results of the study revealed that: 1). the legal position of the certificates of land ownership issued by the Land Office of Kota Bau-Bau are not in accordance with the administrative procedures. Thus, the certificates of land ownership can be canceled, either through the administrative settlement procedure by the National Land Agency or through the dispute resolution by the court. The latter option requires applicant to be able to prove that the object is indeed his/her property. The position of the certificate plays a very important role in land disputes since it is a strong documentary evidence in various matters, especially for land disputes. The legal force of land title certificates is a guarantee of legal certainty for the certificate holder. Since land certificate is a strong proof of ownership, meaning as long as it is not proven otherwise by other parties who feel entitled and have evidence to prove it, the certificate has material legal certainty (negative publication with positive elements) which is adhered to in national land law. On the other hand, the certificate also has formal legal certainty (positive publication), namely the legal certainty of a certificate containing written provisions contained in laws or other regulations is absolute, meaning it cannot be contested. 2). The response from the head of the Land Office is in accordance with the provisions of Article PMNA/Kepala BPN Number 21 of 2020, the cancellation of land rights is carried out by decision of the Head of the National Land Agency or by delegating it to the Regional Office or appointed official. According to Article 5 section (1) states that "BPN RI is obliged to carry out court decisions that have obtained permanent legal force, unless there is a valid reason not to carry it out". Therefore, BPN is obliged to implement the conviction regarding the cancellation of the certificate or revoke the certificate.
Key Words : Legal Standing, Freehold Title, Administrative Procedure, Land Office
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN SAMPUL ……….. i
HALAMAN JUDUL ……… ii
HALAMAN PERSETUJUAN ……… iii
HALAMAN PENGESAHAN` ……… iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS……….. v
PERNYATAAN PERSETUJUAN UNGGAHAN KARYA ILMIAH vi MOTTO ……….. vii
PERSEMBAHAN ……….. viii
KATA PENGANTAR ……….. ix
ABSTRAK ………. xiii
ABSTRACT ……….. xiv
DAFTAR ISI ………. xv
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang ………. 1
B. Rumusan Masalah ……….. 8
C. Tujuan Penelitian ………. 8
D. Manfaat Penelitian ……….. 8
E. Kerangka Konseptual ……… 9
F. Kerangka Teoritik ……… 15
1. Teori Kepastian Hukum ………. 15
2. Teori Perlindungan Hukum ……… 18
G. Metode Penelitian ………..…………. 19
1. Jenis Penelitian ……….……… 19
2. Metode Pendekatan ………. 20
3. Jenis dan Sumber Data ………... 21
4. Metode Pengumpulan Data ……….. 23
5. Metode Analisis Data ……….. 24
H. Sistematika Penulisan ………..……… 25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 27
A. Tinjauan Umum Tentang Kedudukan Hukum………. 27
1. Pengertian Kedudukan Hukum ………. 27
B. Tinjauan Umumm Tentang Pendaftaran Tanah …… 28
1. Pengertian Pendaftaran Tanah ……….. 28
2. Asas-asas Pendaftaran Tanah ……… 30
3. Objek Pendaftaran Tanah ………. 32
4. Tujuan Pendaftaran Tanah ……… 33
5. Manfaat Pendaftaran Tanah ……….. 34
6. Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah ……… 35
7. Pembuktian Hak dalam Pendaftaran Tanah ..… 50
8. Sertipikah Hak sebagai Produk Akhir Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah …….….. 53
C. Tinjauan Umum Tentang Badan Pertanahan Nasional 58 D. Tinjauan Umum Tentang Kesalahan Prosedur Administrasi Pada Penerbitan Sertipikat ………. 64
E. Tinjauan Umum Tentang Sertipikat yang Diterbitkan tidak Sesuai Prosedur Administrasi dalam
Prespektif Islam ………. 66
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 75
A. Kedudukan Hukum Sertipikat Hak Milik atas Tanah yang Diterbitkan Tidak sesuai Prosedur Administrasi …….. 75
B. Tanggung jawab Kantor Pertanahan Bau-bau tehadap Penerbitan Sertipikat Hak Milik atas Tanah yang Tidak Sesuai Prosedur Administrasi ………….. 94
1. Pembatan Sertipikat Hak oleh BPN ……… 94
2. Pertanggungjawaban BPN terhadap Penerbitan Sertipikat Hak ……… 97
C. Contoh Akta Jual Beli ………. 110
BAB IV PENUTUP ……….. 116
A. Kesimpulan ……… 116
B. Saran ……… 117 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan sumber daya alam. Manusia memerlukan tanah guna mencukupi kebutuhannya, baik digunakan langsung bagi kehidupannya sebagai tempat tinggal dan untuk bercocok tanam, maupun untuk melaksanakan usaha, seperti tempat perdagangan, pertanian, perkebunan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan prasarana lainnya.1 Tanah dan alam (sumber daya alam) memiliki arti istimewa dalam masyarakat agraris dan bahari seperi Negara Indonesia, yaitu sebagai wujud eksistensi, akar sosial budaya, simbol eksistensi dan status sosial ekonomi.2
Tanah dan sumber daya alam merupakan salah satu bidang yang penting dalam kehidupan sosial ekonomi Negara Republik Indonesia. Untuk menunjang dan menggerakkan pembangunan, dibutuhkan sumber daya alam, baik sumber daya alam produksi maupun lahan-lahan sebagai fondasi pembangunan.3 Di Indonesia permasalahan mengenai sumber daya alam diatur dalam Undang–Undang Pokok Agraria (UUPA No.5 Tahun 1960, yang selanjutnya disebut UUPA). Dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria yang menyatakan “Bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan
1 Elza Syarief, Menuntaskan Sengketa Tanah Melalui Pengadilan Khusus Pertanahan, KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), Jakarta, 2012, Hal. 4.
2 Bernhard Limbong, Pengadaan Tanah untuk Pembangunan, Margaretha Pustaka, Jakarta, 2011, Hal. 1.
3 Ibid, hal. 1-2.
xix
alam di dalamnya pada tingkat yang tertinggi dikuasai oleh negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat”. Yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria tersebut adalah negara memiliki kekuasaan untuk mengatur tanah yang telah dimiliki oleh subjek hukum, baik orang atau badan hukum maupun tanah yang belum dimiliki subjek hukum, baik orang atau badan hukum akan langsung dikuasai oleh negara.4
Undang-Undang Pokok Agraria menyatakan negara menentukan macam-macam hak atas tanah yang diberikan kepada subjek hukum, baik orang maupun badan hukum. Oleh karenanya setiap pemegang hak atas tanah akan terlepas dari hak penguasaan negara karena kepentingan nasional berada di atas kepentingan individu atau kelompok. Akan tetapi bukan berarti bahwa kepentingan individu atau kepentingan kelompok dapat dikorbankan begitu saja dengan alasan untuk kepentingan umum. Undang-Undang Pokok Agraria adalah hukum tanah nasional yang berlaku di Indonesia. Undang-Undang Pokok Agraria mengatur mengenai jenis-jenis hak atas tanah dalam aspek perdata maupun administrasi, yang memiliki tujuan untuk menciptakan unifikasi hukum pertanahan di Indonesia.5
Sejarah sebelum berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria, hanya bagi tanah-tanah yang tunduk pada hukum Barat, misalnya Hak Eigendom, Hak Erpacht, Hak Opstal, dilakukan pendaftaran tanah yang tujuannya untuk memberikan jaminan kepastian hukum dan terhadap pemegang haknya diberi
4 Elza Syarief, Op.cit, hal. 5.
5 Ibid.
xx
suatu tanda bukti dan disertai dengan akta yang dibuat Pejabat Balik Nama.6 Pendaftaran tanah ini dikenal dengan Recht Kadaster. Adapun tidak dilakukan pendaftaran tanah ini terhadap tanah-tanah yang tunduk pada hukum adat, misalnya tanah yasan dan tanah gogolan, kalaupun dilakukan Pendaftaran Tanah hal ini bertujuan bukan untuk memberikan jaminan kepastian hukum, tapi hanya untuk menentukan siapa yang wajib membayar pajak atas tanah tersebut dan yang telah membayar pajak diberi pula tanda bukti yaitu seperti pipil atau girik atau petuk. Pendaftaran tanah ini disebut dengan Fiscal Kadaster.7
Ketentuan pendaftaran tanah di Indonesia diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria, yang dilaksanakan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah dan kemudian digantikan dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Kedua peraturan pemerintah ini merupakan bentuk pelaksanaan Pendaftaran Tanah yang memiliki tujuan untuk memberikan kepastian hukum dan untuk memberikan perlindungan hukum terhadap pemegang hak atas tanah tersebut.
Pada akhir proses pendaftaran tersebut, yang dihasilkan adalah alat bukti diantaranya yang pertama Buku Tanah dan yang kedua Sertipikat Tanah (berupa salinan buku tanah dan surat ukur).
Definisi formal sertipikat dalam Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Pokok Agraria menegaskan bahwa sertipikat adalah “surat tanda bukti hak atas tanah yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat”. Sertifikat
6 Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hal.
112.
7 Ibid.
xxi
sebagai surat bukti tanda hak, yang diterbitkan guna kepentingan si pemegang hak, hal ini sama seperti data fisik dan data yuridis di dalam surat ukur yang telah didaftar dalam buku tanah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah merumuskan sertipikat adalah “satu lembar dokumen sebagai surat tanda bukti hak yang memuat data fisik dan data yuridis objek yang di daftar diantaranya untuk hak atas tanah, untuk hak pengelolaan, untuk tanah wakaf, untuk hak milik atas satuan rumah susun dan untuk hak tanggungan yang masing-masing di bukukan dalam buku tanah”.
Keberadaan sertipikat hak atas tanah sebagai surat tanda bukti hak memiliki kekuatan sempurna. Hal ini berarti jika tidak bisa dibuktikan sebaliknya yaitu data fisik dan juga data yuridisnya yang ada di dalam sertipikat harus diterima sebagai data yang benar.
Pendaftaran Tanah seperti ini menggunakan sistem Pembuktian Negatif. Dalam sistem Pembuktian Negatif, Negara hanya secara pasif menerima apa yang dinyatakan oleh pihak yang meminta pendaftaran. Hal ini menyebabkan suatu waktu yang tidak bisa dipastikan dapat terjadi gugatan dari seseorang yang merasa berhak atas tanah tersebut. Dalam banyak kasus yang terjadi, pemegang hak yang memiliki sertipikat hak atas tanah kapanpun tanpa adanya batas jangka waktu tertentu dapat kehilangan haknya karena adanya gugatan, akibatnya adalah sertipikatnya akan dibatalakan.8
Pendaftaran Tanah dengan menggunakan sistem publikasi negatif dirasa tidak memberikan kepastian hukum terhadap orang yang ada dan
8 Ibid, hal. 113.
xxii
terdaftar sebagai pemegang hak, hal ini dikarenakan Negara juga tidak menjamin akan kebenaran dari catatan yang disajikan. Sebaliknya, dalam Pendaftaran Tanah yang memakai sistem Publikasi Positif, seseorang yang mendaftar sebagai pemegang hak atas tanah tidak dapat digugat lagi haknya.
Dalam sistem ini negara menjamin atas kebenaran data yang disajikan. Jika nantinya pemegang hak atas tanah tersebut kehilangan haknya suatu waku, maka masih dapat menuntut haknya kembali. Tetapi jika pendaftaran terjadi karena kesalahan pejabat pendaftarannya, ia hanya dapat menuntut pemberian ganti kerugian berupa uang.9
Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah memberikan pengertian pendaftaran tanah adalah sebagai rangkaian kegiatan secara terus-menerus yang dilakukan oleh pemerintah, berkesinambungan dan teratur, yaitu diantaranya adalah pengumpulan dan pengolahan, pembukuan, penyajian dan pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dikemas dalam bentuk peta dan daftar tentang bidang tanah dan satuan rumah susun. Hal ini termasuk dalam pemberian sertipikat yang digunakan untuk surat tanda bukti hak bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya tersebut dan juga hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.10
Pendaftaran tanah merupakan suatu hal penting sebagai bukti hak yang kuat bagi hak atas tanah guna membuktikan sebagai pemilik sebenarnya
9 Ibid.
10Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia; Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Jilid 1, Hukum Tanah Nasional, Djambatan, Jakarta, 1991, hal.
89.
xxiii
hak atas tanah secara sah.11 Pada dasarnya tujuan pelayanan pendaftaran tanah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam mencapai tujuan itu sasaran pemerintahan adalah catur tertib pertanahan, yaitu tertib hukum pertanahan, tertib administrasi pertanahan, tertib penggunaan tanah, dan tertib pemeliharaan tanah dan lingkungan hidup. Selain itu Badan Pertanahan Nasional sebagai organisasi publik yang punya tugas pelayanan kepada masyarakat, maka sudah semestinya Badan Pertanahan Nasional menciptakan pelayanan yang transparan, sederhana, murah, dan akuntabilitasnya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.12
Di kehidupan bermasyarakat sering ditemukan dalam prakteknya dan tidak jarang terjadi penerbitan sertipikat yang menyimpang dari prosedur formulirnya. Sehingga secara hukum menyebabkan sertifikat yang telah diterbitkan tersebut cacat hukum dan dapat dibatalkan serta menibulkan ketidakpastian pemegang hak atas tanah. Bukan rahasia lagi bahwa banyak masyarakat yang mengalami kesulitan untuk melakukan pendaftaran tanahnya. Prosesnya lama dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Pelayanan kantor pertanahan dilihat dari aspek administrasinya juga belum mampu memberikan kinerja yang baik yang diharapkan oleh masyarakat, yaitu pelayanan yang sederhana, aman, terjangkau dan transparan. Kenyataan yang terjadi adalah pelayanan yang masih lambat, proses yang sulit, mahal, dan berbelit-belit serta memungkinkan adanya malpraktek.
11 Adrian Sutedi, Op.cit, hal. 125.
12 Adrian Sutedi, Tinjauan Hukum Pertanahan, Pradnya Paramita, Jakarta, 2009, hal. 2.
xxiv
Kepala Badan Pertanahan Nasional mempunyai wewenang untuk membatalkan surat keputusan pemberian hak tanah yang dalam penerbitannya oleh Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi atau Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota mengandung adanya cacat hukum.13 Sebagai kontrol penerbitan surat keputusan pemberian hak, Cacat hukum administrasi menurut Pasal 35 Peraturan Menteri Agraria/ Kepala BPN Nomor 21 tahun 2020 tentang Penanganan dan Penyelesaian Kasus Pertanahan adalah meliputi kesalahan prosedur, kesalahan penerapan peraturan perundang-undangan, kesalahan subjek hukum, kesalahan objek hukum, kesalahan jenis hak, kesalahan perhitungan luas, terdapat tumpang tindih hak atas tanah, data yuridis/ data fisik tidak benar, atau kesalahan yang bersifat administrasi yang dapat mengakibatkan perselisihan antara para pihak sehingga membawa ketidakpastian hukum bagi pemegang hak atas tanah dan dapat mengakibatkan sertifikat dibatalkan karena tidak sesuai dengan prosedur administrasi dan cacat hukum di dalam penerbitannya agar tercipta kepastian hukum, dan perlindungan hukum bagi pemegang sertipikat hak milik.
Terdapat salah satu contoh kasus agraria yang terjadi dan dilayangkan oleh masyarakat kepada lembaga Badan Pertanahn Nasional, dimana dengan diterbitkannya sebuah sertifikat oleh kantor Badan Pertanahan Nasional akan tetapi mengalami sebuah kecacatan pada bagian status kepemilikan yang terdapat lebih dari satu pihak yang memiliki kewenangan atau tumpang tindih hak untuk menguasai suatu bidang tanah atau lahan baik sebagian maupun
13 Ibid, hal. 168.
xxv
secara keseluruhan dengan para pihak yang bersangkutan memiliki surat atau dokumen tanda bukti yang sama berupa sebuah tanda bukti sertifikat.
Kejadian tersebut dapat disebut sebagai terbitnya sertifikat ganda yaitu sebidang tanah mempunyai lebih dari satu sertifikat dan diduga terjadi akibat dari penerbitan sertipikat yang tidak sesuai dengan prosedur administrasi.
Berdasarkan paparan tersebut di atas, penulis tertarik dan ingin menulis mengenai “KEDUDUKAN HUKUM SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG DITERBITKAN TIDAK SESUAI PROSEDUR ADMINISTRASI DI KANTOR PERTANAHAN KOTA BAU-BAU”.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini akan dikemukakan dengan pokok permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana kedudukan hukum sertipikat hak milik atas tanah yang diterbitkan tidak sesuai prosedur administrasi di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Bau-Bau ?
2. Bagaimana tangggung jawab Kepala Kantor Pertanahan Kota Bau-Bau terhadap penerbitan sertipikat hak milik atas tanah yang tidak sesuai prosedural?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
xxvi
1. Untuk mengetahui dan menganalisis kedudukan hukum sertipikat hak milik atas tanah yang diterbitkan tidak sesuai prosedur administrasi di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Bau-Bau.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab Kepala Kantor Pertanahan Kota Bau-Bau terhadap penerbitan sertipikat hak milik atas tanah yang tidak sesuai prosedural.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan hasilnya dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis, yaitu:
1. Secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum dan melengkapi bahan bacaan dalam ilmu hukum khususnya hukum agraria tentang kedudukan hukum sertipikat hak milik atas tanah yang diterbitkan tidak sesuai prosedur administrasi di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Bau-Bau.
2. Secara praktis diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat umum, sebagai subyek hukum terkait impilkasi yuridis terhadap penerbitan sertipikat hak milik atas tanah yang tidak sesuai prosedural di Knator Badan Pertanahan Nasional di Kota Bau-Bau.
E. Kerangka Konseptual
Konsep berasal dari bahasa Latin, conceptus yang memiliki arti sebagai suatu kegiatan atau proses berfikir, daya berfikir khususnya pealaran dan pertimbangan.14 Konsepsi merupakan salah satu bagian terpenting dari
14 Komaruddin dan Yooke Tjumparmah, 2000, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, Jakarta, Bumi Askara, Hal. 122
xxvii
teori konsepsi yang diterjemahkan sebagai usaha membawa suatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit yang disebut dengan Operational Definition.15
Guna mempermudah memahami alur berfikir dari penelitian ini, maka dapat dilihat dari kerangka konseptual dibawah ini yang mana setiap variabel pada kerangka pemikiran memiliki fungsi masing-masing dalam menciptakan hukum. Hal ini dilakukan karena memang belum ada atau tidak ada aturan hukum untuk isu hukum yang dihadapi. Dalam menggunakan pendekatan konseptual peneliti perlu merujuk prinsip-prinsip hukum yang dapat ditemukan dalam pandangan-pandangan pada sarjana hukum ataupun doktrin- doktrin hukum, 16 yakni doktrin-doktrin dan pandangan-pandangan yang terkait dengan konsep kovergensi telematika.
1. Kedudukan Hukum
Kedudukan Hukum atau Locus Standi adalah suatu keadaan ketika suatu pihak dianggap memenuhi syarat untuk mengajukan permohonan penyelesaian sengketa disuatu pengadilan. Biasanya kedudukan hukum dapat ditentukan dengan cara berikut :17
Kepastian merupakan ciri yang tidak bisa dipisahkan dari hukum, terutama untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna karena tidak dapat lagi digunakan sebagai pedoman perilaku bagi setiap orang. Kepastian sendiri disebut sebagai salah satu tujuan dari hukum.
15 Rusdi Malik, Penemu Agama dalam Hukum di Indonesia, (Jakarta: Universitas Trisakti, 2000), Hal 15
16 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Predana Media Group, Jakarta, 2009, Hal.
93
17 R. Soeroso, S.H, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, 1993, PT. Sinar Grafika, Hal. 106
xxviii
a. Suatu pihak secara langsung dirugikan oleh undang-undang atau tindakan yang menjadi permasalahan, dan kerugian ini akan terus berlanjut kecuali jika pengadilan turun tangan dengan memerintahkan pemberian konpensasi, menetapkan bahwa hukum yang dipermasalahkan tidak berlaku untuk pihak tersebut, atau menyatakan bahwa undang-undang tersebut batal demi hukum.
b. Pihak penuntut tidak dirugikan secara langsung tetapi mereka memiliki hubungan yang masuk akal dengan situasi yang menyebabkan kerugian tersebut, dan jika dibiarkan kerugian tersebut, dan jika dibiarkan kerugian dapat menimpa orang lain yang tidak dapat meminta bantuan dari pengadilan.
c. Suatu pihak diberikan kedudukan hukum oleh suatu undang-undang.
2. Sertipikat
Sertipikat menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan.18
18 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
xxix
Adapun dasar hukum mengenai kekuatan pembuktian sertipikat tertuang dalam Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, sebagai berikut :
“Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.”
3. Hak Milik Atas Tanah
Salah satu hak atas tanah yang termasuk dalam kategori bersifat primer adalah hak milik. Sebab hak milik merupakan hak primer yang paling utama, terkuat dan terpenuh dibandingkan dengan hak-hak primer lainnya, seperti Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai atau hak-hak lainnya. Berdasarkan pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA), hak milik adalah hak yang turun-temurun (dapat diwariskan kepada ahli waris), terkuat (hak itu tidak mudah hapus) dan terpenuh (luasnya wewenang yang diberikan kepada subyek yang memiliki hak milik tersebut, misalnya bebas mau digunakan untuk apa, apakah untuk usaha atau lainnya) yang dapat dipunyai orang atas tanah.19
19 Budi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya Jilid 2 Hukum Tanah Nasional, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1970, hal. 53.
xxx
4. Penerbitan Sertipikat
Penerbitan sertipikat berdasarkan pendaftaran tanah untuk pertama kali, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan dan pengolahan data fisik
Untuk keperluan pengumpulan dan pengolahan data fisik dilakukan kegiatan pengukuran dan pemetaan. Kegiatan tersebut meliputi pembuatan peta dasar pendaftaran, penetapan batas bidang-bidang tanah, pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta pendaftaran, pembuatan daftar tanah dan pembuatan surat ukur.
b. Pembuktian hak dan pembukuannya
Pembuktian hak dibagi menjadi pembuktian hak baru dan pembuktian hak lama. Pembuktian hak baru mencangkup pembuktian terhadap hak atas tanah baru, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak atas satuan rumah susun dan hak tanggungan.
c. Penerbitan Sertipikat
Sertipikat yang telah diterbitkan guba kepentingan pemegang hak yang bersangkutan di mana telah sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang sudah didaftarkan dalam buku tanah.
d. Penyajian data fisik dan data yuridis
Kantor pertanahan menyelenggarakan tata usaha pendaftaran tanah dalam daftar umum yang terdiri dari peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah dan daftar nama dalam rangka penyajian data fisik dan data yuridis. Setiap orang yang berkepentingan berhak
xxxi
mengetahui data fisik dan data yuridis yang tersimpan dalam peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur dan buku tanah.
e. Penyimpanan daftar umum dan dokumen
Dokumen-dokumen yang merupakan alat pembuktian yang telah digunakan sebagai dasar pendaftaran diberi tanda pengenal dan disimpan di kantor pertanahan yang bersangkutan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari daftar umum.
5. Kesalahan Prosedur Administrasi
Prosedur administrasi adalah tata laksana yang memiliki tahapan, syarat-syarat, pembagian tugas dan biaya yang jelas, pasti, sederhana serta melibatkan beberapa orang atau lebih dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan memanfaatkan sarana prasarana.
Adanya kesalahan penerbitan sertipikat yang tidak sesuai dengan prosedur administrasi termasuk kedalam perbuatan cacat hukum administrasi, dimana hal ini menjadi salah satu sebab terjadinya pembatalan hak atas tanah. Cacat hukum administrasi berkaitan erat dengan data fisik dan data yuridis yang telah dituliskan oleh pemohon di dalam formulir permohonan hak atas tanah pada saat pertama kali mengajukan permohonan.20
20 Siti Rahma Mary Herawaty dan Dody Setiadi, Memahami Hak Atas Tanah Dalam Praktek Advokasi, Cakra Books, Surakarta, 2005, hal. 152.
xxxii
6. Badan Pertanahan Nasional
Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah lembaga pemerintah non kementerian di Indonesia yang mempunyai tugas yaitu melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. Badan Pertanahan Nasional (BPN) diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan Pertanahan Nasional, yang dimana Badan Pertanahan Nasional yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab secara langsung kepada Presiden.
7. Kota Bau-Bau
Kota Baubau secara geografis terletak di bagian Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara tepatnya berada di Pulau Buton, yang terletak pada 05˚15' - 05˚32' Lintang Selatan dan di antara 122˚30' - 122˚46' Bujur Timur dengan luas wilayah sekitar 221 Km². Adapun batas aministrasi wilayah Kota Baubau adalah Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kapontori, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pasarwajo, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batauga, Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Buton.
F. Kerangka Teoritik
1. Teori Kepastian Hukum
Teori kepastian hukum, yaitu teori di mana hukum terlaksana sesuai dengan substansi hukum yang telah disepakati oleh masyarakat di mana hukum tersebut berlaku.
xxxiii
Menurut pendapat Gustav Radbruch21:
“Pengertian hukum dapat dibedakan dalam tiga aspek yang ketiganya diperlukan untuk sampai pada pengertian hukum yang memadai. Aspek yang pertama adalah keadilan dalam arti sempit.
Keadilan ini berarti kesamaan hak untuk semua orang di depan peradilan. Aspek yang kedua adalah tujuan keadilan finalis. Aspek ini menentukan isi hukum, sebab isi hukum memang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Aspek yang ketiga adalah kepastian hukum atau legalitas. Aspek ini menjamin bahwa hukum dapat berfungsi sebagai peraturan.”
Tugas hukum diantaranya adalah guna mencapai kepastian hukum (demi adanya ketertiban) dan keadilan di dalam kehidupan masyarakat.
Menurut pendapat dari Soerjono Soekanto Kepastian hukum mengharuskan diciptakannya peraturan-peraturan umum atau kaedah- kaedah yang berlaku umum, supaya terciptanya suasana yang aman dan tentram di dalam masyarakat.22
Teori kepastian hukum menurut Jan Michiel Otto mendefenisikan Kepastian hukum sebagai dapat dicapai apabila dalam situasi tertentu, yaitu:23
a. Tersedia aturan-aturan hukum yang jelas, konsisten dan mudah dipahami (accessible);
b. Instansi-instansi penguasa (pemerintah) menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten;
21 Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, Yogyakarta, 1982, hal. 163.
22 Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan Hukum Dalam Kerangka Pembangunan di Indonesia (suatu tinjauan secara sosiologis), Universitas Indonesia, Jakarta, 1999, hal. 55.
23 Jan Michiel Otto, Kepastian Hukum di Negara Berkembang, Komisi Hukum Nasional, Jakarta, 2003, hal. 5.
xxxiv
c. Warga secara prinsipil menyesuaikan perilaku mereka terhadap aturan-aturan tersebut;
d. Hakim-hakim (peradilan) yang mandiri dan tidak berpihak menerapkan aturan-aturan hukum secara konsisten sewaktu mereka menyelesaikan sengekta hukum;
e. Keputusan peradilan secara kongkrit dilaksanakan.
Jika dilihat dari pengertiannya, kepastian hukum memiliki dua pengertian, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Aturan-aturan yang memiliki sifat secara umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
b. Merupakan landasan untuk keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan-aturan yang ditaati dan bersifat umum maka individu dapat mengetahui apa saja hal-hal (mengenai hak dan kewajiban) yang boleh dibebankan dan dilakukan oleh Negara terhadap individu.24
Peran pemerintah dan pengadilan untuk terwujudnya kepastian hukum adalah sangat penting. Pemerintah tidak boleh menerbitkan aturan pelaksanaan tanpa dasar hukum yang kuat atau tidak diatur dalam undang- undang atau bertentangan dengan peraturan perundangan lainnya. Apabila hak tersebut terjadi, maka pengadilan secara tegas harus menyatakan bahwa peraturan yang dibuat bertentangan dengan peraturan perundang-
24 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hal. 137.
xxxv
undangan yang berlaku adalah batal demi hukum, yang artinya adalah dianggap peraturan tersebut tidak pernah ada sehingga akibat yang terjadi karena adanya peraturan tersebut harus dipulihkan dan dikembalikan seperti awal.25
2. Teori Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum menurut Satjipto Raharjo adalah di mana hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara menempatkan kekuasaan secara terukur untuk bertindak dalam rangka pemenuhan kepentingan tersebut.26
Menurut Philipus M. Hadjon, perlindungan hukum merupakan perlindungan akan harkat dan martabat serta pengakuan terhadap hak asasi manusia yang dimilki oleh subyek hukum dalam Negara Hukum dengan berdasarkan pada ketentuan hukum yang berlaku di Negara tersebut guna mencegah terjadinya kesewenang-wenangan. Perlindungan hukum tersebut pada umumnya dituangkan dalam suatu peraturan tertulis, sehingga sifatnya lebih mengikat dan akan mengakibatkan adanya sanksi yang harus dijatuhkan kepada pihak yang melanggarnya.27
Prinsip perlindungan hukum bagi masyarakat, landasannya adalah Pancasila dijadikan sebagai dasar ideologi dan dasar falsafah negara.
Perlindungan dan pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia dikatakan bersumber pada Pancasila, karena pengakuan dan perlindungan
25 Ibid, hal. 138.
26 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hal. 53.
27 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya, 1987, hal. 205.
xxxvi
terhadapnya secara intrinsik melekat pada Pancasila. Sarana perlindungan hukum terdiri dari dua macam jenis, yaitu:
a. Sarana Perlindungan Hukum Preventif
Sarana perlindungan hukum preventif, subyek hukum diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatmya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuan dari hal tersebut adalah agar dapat mencegah terjadinya sengketa.
Perlindungan hukum preventif sangat besar makna dan artinya bagi tindakan pemerintah yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan adanya perlindungan hukum preventif pemerintah harus bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan.
b. Sarana Perlindungan Hukum Represif
Perlindungan hukum yang represif memiliki tujuan untuk menyelesaikan sengketa.
G. Metode Penelitian
Metode pendekatan berguna untuk memperoleh data yang konkrit sebagai bahan dalam penelitian tesis ini, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu yuridis sosiologis.
Penelitian yuridis sosiologis adalah menekankan penelitian yang bertujuan memperoleh pengetahuan hukum secara empiris dengan jalan
xxxvii
terjun langsung ke objeknya.28 Penelitian yuridis sosiologis adalah penelitian hukum menggunakan data sekunder sebagai data awalnya, yang kemudian dilanjutkan dengan data primer dilapangan atau terhadap masyarakat, meneliti efektifitas suatu peraturan menteri dan penelitian yang ingin mencari hubungan antara berbagai gejala variabel, sebagai alat pengumpulan datanya terdiri dari studi dokumen atau abhan pustaka dan wawancara.29
2. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis sosiologis adalah mengedintifikasi dan mengkonsepsikan hukum sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional dalam sistem kehidupan yang nyata.30 Pendekatan yuridis sosiologis menekankan pada penelitian yang bertujuan memperoleh pengetahuan hukum secara empiris dengan jalan terjun langsung ke obyeknya terkait kedudukan hukum sertipikat hak milik atas tanah yang diterbitkan tidak sesuai prosedur administrasi dikantor pertanahan Kota Bau-Bau. Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan menelaah semua regulasi atau semau peraturan yang bersangkut paut dengan isu hukum yang akan diteliti.
28 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia Press, 2005, hlm. 51
29 Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012, Hal. 34
30 Soerjono Soekanto, Op. Cit., Hal.51
xxxviii
Menurut Peter Mahmud Marzuki, terdapat 5 (lima) pendekatan yang dapat digunakan dalam penelitian hukum, yakni :31
a. Pedekatan Kasus (case approach)
b. Pendekatan Perundang-Undangan (statute approach) c. Pendekatan Historis (historical approach)
d. Pendekatan Perbandingan (comparative approach) e. Pendekatan Konseptual (conceptual approach)
Pendekatan yang digunakan dalam dalam penelitian hukum ini adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach). Pendekatan perundang-undangan adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara menganalisa aturan dan regulasi yang berkaitan dengan isu hukum tersebut.
3. Jenis dan Sumber Data
Untuk memperoIeh data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Penulis mempergunakan dua macam sumber data yaitu, Data Primer dan Data Sekunder sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama terkait dengan permasalahan yang akan dibahas.
Sumber data primer didapatkan melalui kegiatan wawancara dengan subjek penelitian dan dengan observasi atau pengamatan langsung dilapangan.32
31 Ibid
32 Ibid, hal. 42
xxxix
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperlukan guna melengkapi data primer, yang diperoleh melalui studi kepustakaan33. Pengumpulan data sekunder ini dilakukan dengan mengumpulkan dan meneliti buku-buku serta sumber bacaan lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, data sekunder terdiri dari :
1) Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat aututeratif berupa peraturan perundang undangan.
a) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 .
b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
c) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria (UUPA)
d) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
e) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Penanganan dan Penyelesaian Kasus Pertanahan.
33Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar PeneIitian Hukum, UI-Press, Jakarta, hal 10
xl
2) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder juga dapat diartikan sebagai publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen- dokumen resmi. Adapun macam dari bahan hukum sekunder adalah berupa buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal- jurnal hukum dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.34
3) Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang merupakan bahan hukum pelengkap yang sifatnya memberikan petunjuk atau penjelasan tambahan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum tersier yang terdapat dalam penelitian misalnya kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan bahan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan dengan menghimpun bahan hukum berupa literatur dan peraturan perundang-undangan. Bahan hukum yang diperoleh, kemudian dikumpulkan dan dipelajari serta dikutip dari berbagai sumber seperti literatur, peraturan perundang-undangan, jurnal, yang
34 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Cet 5, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Hal. 67
xli
berkaitan dengan judul dan permasalahan yang penulis teliti, selanjutnya akan diinterpretasikan dan dianalisis berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku dan berkaitan dengan judul serta permasalahan yang penulis teliti.
5. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan di lapangan oleh penyusun yakni menggunakan analisis data kualitatif, yang dimana penelitian bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.35.
Data yang dikumpulkan baik dari penelitian kepustakaan mapun yang diperoleh di lapangan selanjutnya akan dianalisa dengan pendekatan kualitatif sehingga diperoleh data yang bersifat deskriptif.
Mengingat sifat penelitian maupun objek penelitian, maka semua data yang diperoleh akan diolah secara kualitatif, dengan cara data yang terkumpul di pisahkan sesuai kategori masing-masing dan kemudian ditafsirkan dalam usaha untuk mencari jawaban terhadap masalah penelitian dengan menggunakan metode deduktif ditarik suatu
35 Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal.
6
xlii
kesimpulan dari anlisis yang telah selesai diolah tersebut yang merupakan hasil penelitian.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini akan diuraikan sebagaimana gambaran tentang penelitian ilmiah ini secara keseluruhan, artinya dalam sub bab ini akan diuraikan secara sistematis keseluruhan ini yang terkandung dalam penelitian tesis ini. Secara garis besar tesis ini nantinya akan terbagi menjadi 4 bab yang terdiri dari:
BAB I: PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dijabarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian yang menjawab permasalahan yang ada, kerangka pikir, manfaat penelitian, metode penelitian, jadwal penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menjelaskan berbagai landasan akademik yang digunakan sebagai dasar penelitian yang akan dilakukan diantaranya tinjauan umum tentang perlindungan hukum, tinjauan umum tentang tanah, tinjauan umum tentang peralihan hak atas tanah, tinjauan umum tentang hak atas tanah (hak milik), kajian umum tentang sertipikat hak atas tanah, kajian umum tentang prosedur administrasi pertanahan dan cacat hukum administrasi.
BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
xliii
Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan yaitu menjelaskan tentang apa bentuk perlindungan hukum bagi pemegang sertipikat hak milik terhadap penerbitan sertipikat yang tidak sesuai prosedur administrasi.
BAB IV: PENUTUP
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan bab sebelumnya dan dikemukakan pula saran-saran yang berhubungan dengan permasalahan yang ada dalam peneliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Kedudukan Hukum
1. Pengertian Kedudukan Hukum
Kedudukan hukum atau locus standi adalah suatu keadaan ketika suatu pihak dianggap memenuhi syarat untuk mengajukan permohonan untuk menyelesaikan sengketa di suatu pengadilan.36 Pengertian tersebut menunjukkan bahwa kedudukan hukum merupakan bagian dari suatu peristiwa hukum. Sementara peristiwa itu sendiri berupa sengketa yang berlangsung dalam suatu proses peradilan yang diselenggarakan suatu instusi pengadilan. Para pihak telah memiliki kedudukan hukum tersebut yang terlibat sengketa dimaksud haruslah memenuhi syarat secara hukum agar dapat terlibat dalam proses penyelesaian sengketa di pengadilan.
Kedudukan hukum merupakan hal yang mutlak dalam suatu proses peradilan tanpa lokus standi yang kuat maka sengketa yang dimohonkan di pengadilan tidak akan diterima. Kompetensi seseorang untuk memiliki kedudukan hukum harus berdasarkan peraturan yang berlaku.
Tidak semua orang atau pihak yang dapat dipandang layak untuk terlibat dalam sengketa di pengadilan, jika bukan mereka yang dimaksud oleh hukum fomilnya. Pengadilan dalam negara hukum merupakan katup
36 R. Suroso. 1993. Pengantar Ilmu Hukum,, Jakarta : Sinar Grafika. Hal.106.
29
penekan (pressure value) bagi pelanggar hukum sehingga sebagai badan peradilan memiliki fungsi dan peran menegakan kebenaran dan keadilan.37 B. Tinjauan Umum Tentang Pendaftaran Tanah
1. Pengertian Pendaftaran Tanah
Menurut Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan pemerintah. Pemberian jaminan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi seluruh rakyat Indonesia dapat terwujud melalui 2 (dua) upaya, yaitu :
a. Tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan jiwa dan ketentuan- ketentuannya,
b. Penyelenggaran pendaftaran tanah untuk dengan mudah membuktikan hak atas tanah yang dikuasainya.
Pengertian pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah menyatakan :38 Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang- bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
37 M. Yahya Harahap. 2008,. Hukum Acara Perdata bagi Pemimpin Visioner. Bandung : Alfabeta, Hal. 229
38 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997
30
Pendaftaran tanah dilakukan dalam bentuk peta dan daftar, dan salah satu rangkai kegiatan dari pendaftaran tanah adalah pemeliharaan data fisik dan data yuridis yang dilakukan dalam bentuk peta dan daftar yang memuat data fisik dan data yuridis dari bidang tanah-bidang tanah dan satuan rumah susun.39 Yang dimaksud dengan data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas, dan luas bidang-bidang tanah dan satuan rumah susunan yang didaftar, termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya. Sedangkan data yuridis adalah keterangan mengenai status hukm bidang tanah dan satuan rumah susunan yang didaftar, pemegang haknya dan hak pihak lain serta beban-beban yang lain yang membebaninya (Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah).
Hak atas tanah adalah hak sebagai mana diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang dasar pokok agraria kemudian yang dimaksud dengan bidang tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan satuan bidang yang terbatas. Pendaftaran tanah untuk pertama kali dapat dilakukan dengan cara sistematik dan sporadik.
Pendaftran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftran tanah untuk pertama kali atas prakarsa pemerintah yang dilakukan secara serentak dan meliputi semua objek pendaftaran tanha yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Sedangkan pendaftran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftran tanah untuk pertama kali untuk dilakukan atas permintaan pihak yang berkepentingan, mengenai
39 Arba, H.M, 2015, Hukum Agraria Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, Hal. 148
31
satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/keurahan secara individu atau masal.40
Pendaftaran tanah yang bertujuan memberikan jaminan kepastian hkum dikenal dengan sebutan Recht Cadaster/Legal Cadaster. Recht Cadaster merupakan jaminan kepastian hukum yang hendak diwujudkan dalam pendaftarn tanah, meliputi kepastian status hak yang didaftar, kepastian subjek hak, dan kepastian objek hak. Pendaftran tanah ini menghasilkan sertipikat sebagai tanda bukti haknya.
Pendaftran tanah merupakan persyaratan dalam upaya menata dan mengatur peruntukan, penguasa, pemilikan dan penggunaan tanah termasuk untuk mengatasi berbagai masalah pertanahan. Pendaftran tanah ditujukan untuk memberi kepastian hak dan perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah dengan pembuktian sertipikat tanah, sebagai instrumen untuk penataan penguasaan dan pemilikan tanah serta sebagai instrumen pengendali dalam penggunaan dan pemanfaatan tanah.41
2. Asas-Asas Pendaftaran Tanah
Asas-asas pendaftran tanah diatur dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Dalam pasal tersebut menyatakan nahwa pendaftran tanah dilaksankan berdasarkan asas sederhana, anam, terjangkau, mutakhir dan terbuka.
40 Sahnan. 2018. Hukum Agraria Indonesia. Malang : Setara Press. Hal.109
41 Adrian sutedi. 2017. Sertipikat Hak Atas Tanah. Cetakan ke 4. Jakarta : Sinar Grafika, Hal. 59.
32
Adapun penjelasan asas-asas pendaftarn tanah diatur dalam penjelasan Pasal 2 Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftran Tanah antar lain sebagai berikut :42
a. Asas sederhana adalah suatu kegiatan berupa daftar isi tanah untuk dimaksudkan mudah dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan terutama hak atas tanah. Sebagaimana hal ini tentunya dengan cara sederhana terutama harus adanya proses pengurusan harus menghemat biaya, waktu dan prosedurnya sehingga lebih efektif dalam pelaksanaan pendaftaran tanah.
b. Asas aman adalah kegiatan pendaftaran tanah ditujukan untuk memberikan informasi yang sesuai dengan tujuan pendaftaran tanah tersebut.
c. Asas terjangkau adalah tujuan dari kegiatan pendaftaran tanah juga diperuntukkan bagai kebutuhan masyarakat dengan golongan ekonomi lemah. Sehingga dalam proses pendaftaran tanah dapat dijangkau dengan pembebanan biaya yang efisien atas pendaftaran tanah.
d. Asas Mutakhir adalah bahwa kegiatan pendaftaran tanah diperlukan pemeliharaan data yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Hal ini dibuktikan apabila adanya perubahan maka harus disesuaikan sesuai dengan pencatatan perubahan-perubahan data terakhir yang terjadi dikemudian hari.
42 Soelarman Broto Soelarno, 1997, Aspek Teknik Yuridis Pendaftran Tanah Berdasarkan PP nomor 24 Tahun 1997,Yogyakarta : Deputi BPN, Hal 2
33
e. Asas terbuka adalah bahwa kegiatan pendaftaran tanah harus tersimpan di Kantor Pertanahan yang sesuai dengan keadaan nyata di lapangan dan masyarakat dapat memperoleh akses informasi data yang benar.
Menurut Soedikno Mertokusumo menyatakan bahwa dalam pendaftaran tanah dikenal 2 macam asas, yaitu :43
a. Asas Specialiteit, artinya pelaksanaan pendaftaran tanah itu diselenggarakan atas dasar peraturan perundang-undangan tertentu, yang secara teknis menyangkut masalah pengukuran, pemetaan, dan pendaftaran peralihannya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pendaftaran tanah dapat memberikan kepastian hukum terhadap hak atas tanah, yaitu memberikan data fisik yang jelas mengenai luas tanah, letak, dan batas-batas tanah.
b. Asas Openbaarheid (Asas Publisitas) Asas ini memberikan data yuridis tentang siapa yang menjadi subyek haknya, apa nama hak atas tanah, serta bagaimana terjadinya peralihan dan pembebanannya. Data ini sifatnya terbuka untuk umum, artinya setiap orang dapat melihatnya.
Hal ini bahwa setiap orang berhak mengetahui data yuridis tentang subjek hak, nama hak atas tanah, peralihan hak dan pembebanan hak atas