RENCANA PELATIHAN ALAT TANGKAP RAMAH LINGKUNGAN SEBAGAI BENTUK IMPLEMENTASI SDGS 14: KEHIDUPAN DI
BAWAH LAUT
DISUSUN OLEH:
Akbar Riza 26030120140090 PERIKANAN TANGKAP
DEPARTEMEN PERIKANAN TANGKAP
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik tanpa ada halangan.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini. Pembuatan makalah ini dimaksud untuk memenuhi tugas mata kuliah SDGS Kelautan dengan Dosen Pengampu .
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , kami selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Dengan karya ini kami berharap dapat membantu dalam mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia dengan adanya makalah ini.
Demikian yang bisa kami sampaikan, lebih dan kurang mohon maaf. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.
Wassalamualaikum wr.wb
Semarang, 30 November 2022
LATAR BELAKANG
Code Of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) adalah salah satu kesepakatan dalam konferensi Committee on Fisheries (COFI) ke-28 FAO di Roma pada tanggal 31 Oktober 1995, yang tercantum dalam resolusi Nomor: 4/1995 yang secara resmi mengadopsi dokumen Code of Conduct for Responsible Fisheries. Resolusi yang sama juga meminta pada FAO untuk berkolaborasi dengan anggota dan organisasi yang relevan untuk menyusun technical guidelines yang mendukung pelaksanaan dari CCRF. Tatalaksana ini menjadi asas dan standar internasional mengenai pola perilaku bagi praktek yang bertanggung jawab, dalam pengusahaan sumberdaya perikanan dengan maksud untuk menjamin terlaksananya aspek konservasi, pengelolaan dan pengembangan efektif sumberdaya hayati akuatik berkenaan dengan pelestarian ekosistem dan keaneka-ragaman hayati.
Kegiatan penangkapan ikan yang ramah lingkungan sebagai acuan dalam penggunaan teknologi dan alat penangkapan ikan ramah lingkungan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari segi metode pengoperasian, bahan dan kontruksi alat, daerah penagkapan serta ketersedian sumberdaya ikan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan sumberdaya ikan. Harapannya adalah nelayan dan semua pihak yang bergerak dibidang perikanan diseluruh perairan Indonesia dapat mematuhi peraturan dalam mengoperasikan alat tangkap dengan tetap menjaga lingkungan dan kelestarian sumber daya ikan.
Saat ini di Pelabuhan Perikanan Pantai Tawang dan di beberapa PPI di wilayah kab.
Kendal masih banyak beroperasi kapal perikanan dengan alat tangkap yang dilarang oleh Peraturan Menteri Kelautan RI, No. 2/ PERMENKP/ 2015, tentang pelarangan penggunaan alat Penangkapan Ikan Arad di WPP NRI dan Peraturan Menteri Kelautan RI, No. 71/
PERMEN- KP/ 2016, tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu perlu dilakukan
upaya pendampingan dalam rangka pengalihan dengan alat tangkap yang diperbolehkan. Selain itu dengan pelatihan tentang beberapa jenis alat tangkap ramah lingkungan tersebut diharapkan ada peningkatan terhadap keahlian nelayan untuk menambah produktifitas alat tangkap yang berakibat terhadap peningkatan hasil tangkapan.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalahnya adalah bagaimana Saat ini masih banyak nelayan yang masih keberatan untuk mengganti alat tangkap dengan alat tangkap yang diperbolehkan dan masih rendahnya produktifitas para nelayan kecil. Alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan merupakan suatu alat penangkapan ikan yang tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, yaitu sejauh mana alat tersebut tidak merusak dasar perairan, kemungkinan hilangnya alat tangkap, serta kontribusinya terhadap polusi. Factor lain adalah dampak terhadap bio-diversity dan target resources yaitu komposisi hasil tangkapan, adanya by catch serta tertangkapnya ikan-ikan muda.
Solusi yang di tawarkan
Solusi dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah nelayan mempunyai alternatif pilihan untuk menggunakan alat tangkap ramah lingkungan, yaitu selain alat tangkap yang dilarang dalam Peraturan Menteri Kelautan RI, No. 2/ PERMEN- KP/ 2015, tentang pelarangan penggunaan alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat tarik (Seine Nets) di WPP NRI dan Peraturan Menteri Kelautan RI, No. 71/ PERMEN- KP/ 2016, tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Selain itu dengan pelatihan tentang beberapa jenis alat tangkap ramah lingkungan tersebut diharapkan ada peningkatan terhadap keahlian nelayan untuk menambah produktifitas alat tangkap yang berakibat terhadap peningkatan hasil tangkapan.
TUJUAN
Dipahaminya teknis operasional beberapa jenis alat tangkap ramah lingkungan sebagai alternatif pengalihan alat tangkap yang telah dilarang, selain diharapkan ada peningkatan terhadap keahlian nelayan untuk menambah produktifitas alat tangkap yang berakibat terhadap peningkatan hasil tangkapan.
METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan Pelatihan Alat Tangkap Ramah Lingkungan adalah secara swakelola oleh KPA Pelabuhan Perikanan Pantai Tawang.
Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah dipahaminya teknis cara operasional beberapa jenis alat tangkap ramah lingkungan
Sasaran
Sasaran dari kegiatan Pelatihan Alat Tangkap Ramah Lingkungan adalah Pemilik kapal dan para nelayan.