KEJAHATAN INTERNET (CYBERCRIME) DI INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi nilai Tugas Mata Kuliah IT Professional Dosen Pengampu : Evasaria Magdalena Sipayung,ST., M.T.
Nama : Janesia Isabel NIM : 31200050
Kelas/Jurusan : 8PSI51/Sistem Informasi
FAKULTAS TEKNOLOGI & DESAIN UNIVERSITAS BUNDA MULIA
SERPONG 2023
ii
ABSTRAK
Makalah ini membahas tentang kejahatan di internet di Indonesia. Internet telah memberikan kemajuan signifikan dalam kehidupan kita, tetapi juga membawa dampak negatif seperti meningkatnya kejahatan di dunia maya. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa kelemahan dalam dunia maya memiliki potensi menjadi bencana global yang mengancam berbagai sektor, seperti bisnis, keamanan nasional, perilaku masyarakat, perlindungan anak, dan sistem pemerintahan. Berdasarkan hasil penelitian, terungkap bahwa masyarakat saat ini masih sering menyalahgunakan media sosial sebagai sarana untuk menyebarkan kejahatan di dunia maya.
Terdapat sejumlah pelaku kejahatan di dunia maya yang dapat dijerat oleh undang-undang, diantaranya pencurian identitas, penipuan online, kebocoran data, dan penyebaran konten ilegal.
Makalah ini akan menggambarkan latar belakang kejahatan di internet di Indonesia, menganalisis tinjauan teori terkait, membahas jenis-jenis kejahatan yang paling umum, dan menyimpulkan pentingnya menghadapi tantangan ini.
Kata kunci: Cybercrime, Kejahatan, Internet, Pencurian identitas, Penipuan online, Kebocoran data, Penyebaran konten ilegal
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, yang telah melimpahkan kekuatan dan petunjuk dalam menyelesaikan makalah dengan judul "Kejahatan Internet (Cybercrime) di Indonesia". Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas akademik dalam mata kuliah IT Professional.
Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari dukungan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Evasaria Magdalena Sipayung, ST., MT., selaku dosen pengampu, yang telah memberikan arahan dan wawasan yang berharga dalam penyusunan makalah ini. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarga, teman, dan semua pihak yang telah memberikan dukungan moral dan motivasi dalam proses penulisan makalah ini.
Akhir kata, saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya dengan tangan terbuka menerima saran, masukan, dan kritik yang membangun guna penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat luas.
Tangerang, 28 Mei 2023
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 5
1.1 Latar Belakang ... 5
BAB II TINJAUAN TEORI ... 7
2.1 Definisi Cybercrime ... 7
2.2 Sejarah Cybercrime ... 8
BAB III PEMBAHASAN ... 9
3.1 Kasus Cybercrime di Indonesia... 9
3.2 Cara pencegahan dan penanggulangan Cybercrime... 10
BAB IV PENUTUP ... 12
4.1 Kesimpulan... 12
DAFTAR PUSTAKA ... 13
5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ragam teknologi informasi dalam bentuk digital telah menjadi populer dan diminati oleh masyarakat global, salah satunya adalah internet. Internet telah menghadirkan berbagai aplikasi yang memungkinkan pengguna komputer untuk berkomunikasi, mencari berita, dan berbisnis. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini secara signifikan mempengaruhi perkembangan teknologi secara umum dengan segala bentuk kreativitas manusia. Kemajuan teknologi ini telah meluas ke berbagai sektor, memungkinkan masyarakat untuk dengan cepat memperoleh informasi yang mereka butuhkan setiap saat.
Hingga saat ini, hampir sepertiga populasi dunia telah mengadopsi penggunaan internet dalam kehidupan sehari-harinya.
Transaksi pertukaran dara kini dapat dilakukan menggunakan berbagai perangkat seperti iPad, smartphone, handphone, dan laptop. Akses terhadap informasi dari berbagai belahan dunia pun menjadi lebih mudah. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tidak hanya didukung oleh beragam perangkat mobile, tetapi juga karena tersedianya banyak hotspot gratis di banyak tempat. Namun, perkembangan pesat dalam teknologi informasi dan komunikasi juga telah menyebabkan peningkatan penyalahgunaan teknologi tersebut. Hal ini mengakibatkan masalah yang sangat meresahkan, yaitu kejahatan yang terjadi dalam dunia maya atau yang biasa dikenal sebagai "cybercrime".
Beberapa kasus cybercrime telah muncul di Indonesia, seperti penipuan, peretasan (hacking), penyadapan data pribadi orang lain, pengiriman email spam, dan manipulasi data dengan menggunakan program komputer untuk mengakses data milik orang lain. Kejahatan- kejahatan yang dilakukan oleh pelaku cybercrime telah menimbulkan kerugian yang besar bagi para korban, serta berdampak negatif terhadap perekonomian dan reputasi bangsa Indonesia di mata dunia. Kejahatan ini juga memiliki tingkat mobilitas yang tinggi, tidak hanya terbatas di dalam satu wilayah, tetapi juga menyebar antar wilayah, bahkan melintasi batas negara. Dalam melakukan kejahatan, pelaku menggunakan peralatan yang kompleks
6
untuk memanfaatkan kelemahan sistem hukum dan keamanan sistem informasi secara maksimal.
Tindak pidana atau kejahatan ini merupakan sisi paling buruk dalam kehidupan modern masyarakat informasi akibat kemajuan pesat teknologi. Oleh karena itu, penting untuk memberikan perhatian dan pengawasan yang baik terhadap perkembangan teknologi informasi guna mencegah munculnya berbagai macam kejahatan yang memanfaatkan dan diakibatkan oleh kemajuan teknologi tersebut.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Cybercrime
Cybercrime adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan teknologi komputer dan telekomunikasi. (Danuri, n.d.). Menurut Widodo, bahwa cybercrime diartikan sebagai kegiatan seseorang, sekelompok orang, badan hukum yang memakai komputer bagaikan fasilitas melakukan kejahatan, dan sebagai sasaran (target). (Angkupi et al., 2014).
Dalam beberapa literatur, cybercrime umumnya dianggap sebagai computer crime. The U.S. Department of Justice mendefinisikan kejahatan komputer sebagai: “...any illegal act requiring knowledge of computer technology for its perpe-tration, investigation, or prosecution”. Organization of European Community Development membagikan definisi lain,yaitu: “any illegal, un-ethical or unauthorized behavior relating to the automatic processing and/or the transmission of data”. Hamzah mendefinisikan sebagai
“kejahatan di bidang PC secara universal bisa dimaksud bagaikan pemakaian PC secara ilegal”. (Rokhman & Liviani, 2020)
Istilah cybercrime merupakan tindakan pidana kriminal yang dilakukan pada teknologi internet melalui proses penyerangan atas fasilitas umum di dalam cyber space maupun data pribadi yang besifat penting maupun dirahasiakan. (Widya et al., 2018).
Cybercrime juga dapat diartikan sebagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan tindakan kriminal yang menggunakan internet sebagai sarana pelaksanaannya. Contohnya adalah carding, di mana seseorang mencuri kode PIN ATM orang lain untuk digunakan dalam transaksi online, serta penggunaan media internet seperti web server dan mailing list untuk menyebarkan alat-alat pembajakan. Pengiriman email anonim yang berisi iklan (spamming) juga dapat menjadi contoh kejahatan yang memanfaatkan internet sebagai medianya, dan pelakunya dapat dikenai tuntutan atas pelanggaran privasi.
8 2.2 Sejarah Cybercrime
Sejarah kejahatan di internet atau yang dikenal dengan istilah cybercrime tak bisa lepas dari perkembangan teknologi. Pada tahun 1988, seorang mahasiswa berhasil menciptakan worm atau virus yang menyerang program komputer dan menyebabkan matinya sekitar 10% dari total jumlah komputer yang terhubung ke internet di seluruh dunia.
Namun, sebenarnya benih-benih kejahatan di dunia maya telah ada sejak tahun 1950- an, di mana para mahasiswa di Massachusetts melakukan percobaan untuk memasuki sistem komputer yang ada. Pada tahun 1950-an, para mahasiswa di Massachusetts Institute of Technology (MIT) memiliki rasa ingin tahu dan keahlian dalam mengeksplorasi jaringan telepon dan sistem kontrol di Tech Model Railroad Club, serta merancang komputer di Massachusetts Institute of Technology Artificial Intelligence Laboratory (MIT Al Lab). Pada waktu itu, tujuan para mahasiswa dan ahli teknologi lainnya adalah untuk mengembangkan teknologi informasi, terutama internet, dan belum ada niatan untuk memanfaatkan teknologi tersebut untuk melakukan kejahatan. Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi komputer dan informasi semakin maju dan menyebar ke seluruh negara di dunia.
Pada tahun 1990 muncul sebuah gelombang baru yang lebih memanfaatkan perkembangan teknologi informasi ini untuk melakukan kejahatan. Mereka mulai menyerang situs-situs milik publik ataupun pribadi, demi mencari kesenagan atau keuntungan. Dari situlah lahir istilah cybercrime atau yang disebut juga sebagai kejahatan mayantara. Kejahatan mayantara adalah salah satu bentuk atau dimensi baru dari kejahatan masa kini yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi yang sangat pesat.
(Sawerigading Makassar, 2019).
9
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kasus Cybercrime di Indonesia
Tren cybercrime di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dengan adanya berbagai jenis dan variasi serangan yang berbeda dibandingkan tahun sebelumnya, meskipun beberapa serangan masih tetap sama. Kejahatan siber terjadi karena beberapa faktor, termasuk adanya pelaku kejahatan, modus kejahatan yang digunakan, kesempatan untuk melancarkan kejahatan, adanya korban kejahatan, reaksi sosial terhadap kejahatan, dan keberlakuan hukum.
Peringkat Indonesia dalam kejahatan internet di dunia telah menggantikan posisi Ukraina yang sebelumnya menduduki posisi pertama. Menurut penelitian Verisign, perusahaan yang memberikan pelayanan intelijen di dunia maya yang berpusat di California, Amerika Serikat, Indonesia tercatat memiliki persentase paling tinggi terjadinya kejahatan ini. (Danuri, n.d.)
Pemerintah Indonesia dan lembaga penegak hukum telah mengambil berbagai langkah untuk mengatasi kejahatan internet. Mereka telah mendirikan unit khusus seperti Detasemen Khusus 88/Anti Cybercrime dalam upaya untuk melacak dan menangkap pelaku kejahatan siber. Selain itu, ada juga upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran tentang keamanan siber di kalangan masyarakat Indonesia. Kampanye edukasi dan pelatihan dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang ancaman kejahatan internet dan cara melindungi diri secara online. Beberapa kasus kejahatan komputer juga telah diajukan ke pengadilan. Meskipun sedikit berbeda dengan tindakan kejahatan siber, namun karena sarana yang digunakan masuk dalam bidang komputer, telekomunikasi, dan informasi, kasus-kasus ini dapat dianggap sebagai contoh kejahatan yang serupa. Berikut adalah beberapa contoh kasus tersebut:
1) Putusan Mahkamah Agung No. 363 K/Pid/1984 tanggal 25 Juni 1984 mengenai penggelapan uang di bank melalui komputer. Perbuatan pidana ini merupakan kerja sama antara orang luar dengan oknum pegawai BRI Cabang Brigjen Katamso
10
Yogyakarta, yang terjadi dari tanggal 15 September sampai dengan 12 Desember 1982.
Modus operandi yang digunakan adalah dengan mentransfer uang melalui kliring, kemudian warkat kliring yang diterima dari kliring tersebut oleh oknum pegawai BRI, secara melawan hukum dan tanpa sepengetahuan bagian kartu, dibebankan kepada rekening orang lain yang bukan merupakan rekening yang tertera pada warkat kliring.
2) Berikutnya, terdapat kasus pembobolan di BNI Cabang New York. Kasus ini melibatkan seorang pegawai yang bekerja di BNI Cabang New York mulai dari tahun 1980 hingga September 1985. Selama bekerja, pegawai tersebut bertugas sebagai operator komputer yang memiliki akses ke Citybank New York atau Mantrust New York, dan memegang password dengan kode tertentu. Pada tanggal 31 Desember 1986, pegawai tersebut bekerja sama dengan orang lain untuk berhasil mengoperasikan komputer di sebuah hotel dengan tujuan melakukan transfer ke rekening bank tertentu. Mereka menggunakan USER ID dan password yang melanggar hukum. Proses tersebut dimulai dengan memerintahkan Citybank New York untuk mentransfer dana dari rekening BNI ke rekening BNI di Mantrust. Kemudian, pegawai tersebut mentransfer dana ke beberapa bank lain untuk keuntungan pribadinya.
3.2 Cara pencegahan dan penanggulangan Cybercrime
Sebenarnya, tidak mungkin untuk sepenuhnya mencegah atau menanggulangi kejahatan mayantara atau cybercrime. Namun, keterbatasan yang dimiliki oleh pihak kepolisian dalam mengungkap kejahatan mayantara atau cybercrime membuat kejahatan ini masih sulit untuk dicegah dan ditanggulangi. Untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan mayantara atau cybercrime, dapat merujuk pada teori pre- emptive, preventive, dan represif yang dikemukakan oleh Prof. A.S. Alam. Terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan ini:
1) Menjaga keamanan sistem
Tujuan utama dari sistem keamanan adalah mencegah kerusakan pada bagian dalam sistem akibat masuknya pengguna yang tidak diinginkan. Dalam hal ini, penting untuk memiliki sistem keamanan yang terintegrasi dengan baik untuk
11
meminimalkan kemungkinan terjadinya kerusakan tersebut. Pengamanan terhadap serangan sistem melalui jaringan juga dapat dilakukan melalui pengamanan FTP, SMTP, Telnet, dan pengamanan Web Server. Terdapat beberapa perangkat lunak yang dapat digunakan untuk memperkuat sistem keamanan, diantaranya:
a. Internet Firewall, berperan dalam mencegah akses dari pihak eksternal ke dalam sistem internal. Fungsinya adalah untuk melindungi data yang ada dalam jaringan komputer agar tidak dapat diakses oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
b. Kriptografi, yaitu teknik yang digunakan untuk menyandikan atau mengenkripsi data. Sebelum data dikirim melalui internet, data tersebut akan dienkripsi terlebih dahulu. Kemudian, di komputer tujuan, data tersebut akan didekripsi kembali ke bentuk aslinya agar dapat dibaca dan dimengerti oleh penerima. Dengan menggunakan kriptografi, data yang dikirimkan melalui internet menjadi lebih aman dan terjamin keamanannya dari akses oleh pihak yang tidak berwenang.
c. Secure Socket Layer (SSL), berfungsi untuk menyandikan data. Dengan menggunakan SSL, komputer-komputer yang berada di antara komputer pengirim dan penerima tidak dapat lagi membaca isi data.
2) Menegakkan peraturan perundang-undangan khusus cybercrime
Meskipun undang-undang ITE saat ini telah mengatur tentang kejahatan berteknologi, perlu dipertimbangkan untuk membuat undang-undang yang khusus mengatasi cybercrime. Hal ini dikarenakan tidak semua kejahatan berteknologi dapat digolongkan sebagai cybercrime. Pentingnya penerapan undang-undang tersebut juga menjadi hal yang utama untuk memastikan efektivitas dalam penanggulangan kejahatan di dunia maya.
3) Meningkatkan kerjasama antar negara
Cybercrime, sebagai kejahatan mayantara, melibatkan pelaku yang dapat berada di luar negeri sementara kejahatannya terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk melakukan kerjasama antarnegara dalam upaya penanganan cybercrime ini.
12
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kejahatan di internet di Indonesia merupakan masalah yang kompleks dan signifikan.
Kejahatan di internet di Indonesia meliputi pencurian identitas, penipuan online, kebocoran data, dan penyebaran konten ilegal. Dalam menghadapi tantangan ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang ancaman siber, meningkatkan perlindungan keamanan, dan memperkuat hukum terkait dengan kejahatan di internet. Pendidikan dan pelatihan mengenai keamanan siber juga perlu ditingkatkan untuk mengurangi kerentanan individu dan organisasi terhadap serangan online.
Penting untuk terus memantau perkembangan teknologi dan mengembangkan strategi yang efektif untuk melawan kejahatan di internet.
Dalam rangka menghadapi tantangan kejahatan di internet, hal yang perlu diperhatikan adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko cybercrime, meningkatkan keahlian dan kemampuan aparat penegak hukum dalam mengungkap dan menangani kejahatan mayantara, serta memperkuat kerjasama internasional dalam hal penanganan cybercrime. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan dapat mengurangi dampak negatif dan menjaga keamanan di dunia maya.
DAFTAR PUSTAKA
Angkupi, P. S., Ki Hajar Dewantara No, J., & Metro, K. (2014). KEJAHATAN MELALUI MEDIA SOSIAL ELEKTRONIK DI INDONESIA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN SAAT INI 1 (Vol. 2, Issue 1). Bulan Mei.
Danuri, M. (n.d.). TREND CYBER CRIME DAN TEKNOLOGI INFORMASI DI INDONESIA.
Rokhman, M., & Liviani, H.-I. (2020). Kejahatan Teknologi Informasi (Cyber Crime) dan Penanggulangannya dalam Sistem Hukum Indonesia. 23(2).
Sawerigading Makassar, U. (2019). PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
TERHADAP TERJADINYA KEJAHATAN MAYANTARA (CYBERCRIME) Raodia. In Cybercrime) Jurisprudentie | (Vol. 6).
Widya, N., Dosen, S. ", Pamulang, U., Surya Kencana, J., Pamulang, S., & Selatan, T. (2018).
KEJAHATAN CYBER DALAM PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI BERBASIS KOMPUTER. In Jurnal Surya Kencana Dua: Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan (Vol. 5).