• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SOSIAL KULTURAL KESEHATAN MASYARAKAT

N/A
N/A
Cintha Try Afradi

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH SOSIAL KULTURAL KESEHATAN MASYARAKAT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH SOSIAL KULTURAL KESEHATAN MASYARAKAT

“HUBUNGAN ADVOKASI DENGAN FAKTOR SOSIAL BUDAYA PENYAKIT ANEMIA”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. CINTHA TRY AFRADI (226110884) 2. FALISKA DEATRIANI KUSUMA (226110887) 3. FEYZA SYIFA AZZAHRA (226110890) 4. NAZYFAH (226110901) 5. NEZA LUNA (226110902) 6. RAFY ABDILLAH (226110907)

DOSEN PEMBIMBING : NOVELASARI, S.KM, M.Kes

SARJANA TERAPAN PROMOSI KESEHATAN TINGKAT 1B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “HUBUNGAN ADVOKASI DENGAN FAKTOR SOSIAL BUDAYA PENYAKIT ANEMIA” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah sosio kultural kesehatan masyarakat dengan Ibuk Novelasari, S.KM, M.Kes.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini kami mohon maaf. Besar harapan kami menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Padang, 14 Maret 2023

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

BAB I ... 4

PENDAHULUAN ... 4

1.1 Latar Belakang ... 4

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penulisan ... 5

BAB II ... 5

PEMBAHASAN ... 6

2.1 Pengertian Anemia ... 6

2.2Advokasi pemerintah terhadap anemia ... 6

2.3 Penyebab Anemia berkaitan dengan Sosio Budaya ... 7

2.4 Faktor Lingkungan Penyakit Anemia ... 9

2.5 Faktor Perilaku Penyakit Anemia ... 9

2.6 Faktor pelayanan terkait penyakit anemia ... 10

2.7 Program yang Berkaitan dengan Sosial Budaya Penyakit Anemia ... 11

BAB III ... 12

PENUTUP ... 12

3.1 Kesimpulan ... 12

3.2 Saran ... 12

DAFTAR PUSTAKA ... 13

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan dua milyar dengan prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan Afrika. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa anemia merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di abad modern ini, dimana kelompok yang berisiko tinggi anemia adalah wanita usia subur, ibu hamil, anak usia sekolah, dan remaja.

Anemia adalah keadaan dengan kadar hemoglobin, hematokrit dan sel darah merah yang lebih rendah dari nilai normal, yaitu hemoglobin <12g/dL untuk remaja. Anemia menyebabkan darah tidak cukup mengikat dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Bila oksigen yang diperlukan tidak cukup, maka akan berakibat pada sulitnya berkonsentrasi sehingga prestasi belajar menurun. Kemudian daya tahan fisik rendah sehingga mudah lelah, aktivitas fisik menurun dan mudah sakit karena daya tahan tubuh rendah, akibatnya jarang masuk sekolah atau bekerja.

Menurut data WHO, lebih dari 1,6 miliar orang di seluruh dunia mengalami anemia, yang merupakan sekitar 25% dari populasi dunia. Anemia juga lebih umum terjadi pada wanita dan anak-anak, terutama di negara-negara berkembang di mana kekurangan gizi sering terjadi. Di Indonesia, prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 37,1% dan pada balita sebesar 33,8%

(Riskesdas 2018). Kondisi ini menjadi perhatian karena dapat berdampak pada kesehatan dan produktivitas seseorang.

Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32 %, artinya 3- 4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktifitas fisik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian anemia?

2. Apa saja advokasi pemerintah terhadap penyakit anemia?

3. Apa saja penyebab anemia berkaitan dengan sosio budaya?

4. Apa saja penyebab faktor lingkungan terkait penyakit anemia?

5. Apa saja penyebab faktor perilaku terkait penyakit anemia?

(5)

6. Apa saja penyebab anemia yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan?

7. Bagaimana program yang berkaitan dengan sosial budaya penyakit anemia?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian anemia

2. Untuk mengetahui advokasi pemerintah terhadap penyakit anemia 3. Untuk mengetahui penyebab anemia berkaitan dengan sosio budaya 4. Untuk mengetahui penyebab faktor lingkungan terkait penyakit anemia 5. Untuk mengetahui faktor perilaku terkait penyakit anemia

6. Untuk mengetahui anemia yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan

7. Untuk mengetahui program yang berkaitan dengan sosial budaya penyakit anemia

(6)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Anemia

Anemia adalah menurunnya massa eritrosit yang menyebabkan ketidakmampuannya untuk memenuhi kebutuhan oksigen ke jaringanperifer. Secara klinis, anemia dapat diukur dengan penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit, namun yang paling sering digunakan adalah pengujian kadar hemoglobin (Bakta, 2015).

Anemia atau kekurangan sel darah merah yaitu suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein yang membawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal.Sel darah merah itu sendiri mengandung hemoglobin yang berperan untuk mengangkut oksigen dari paru – paru dan mengantarkan ke seluruhbagian tubuh. (Hasdianah

& Suprapto, 2016).

2.2 Advokasi pemerintah terhadap anemia

Advokasi pemerintah terhadap anemia dapat meliputi:

1. Pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat: Pemerintah dapat melakukan kampanye edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang anemia, penyebabnya, serta cara-cara mencegah dan mengatasi anemia. Ini dapat dilakukan melalui media massa, kampanye sosial, dan seminar atau lokakarya.

2. Peningkatan akses ke sumber daya nutrisi: Pemerintah dapat memperkuat program peningkatan akses ke sumber daya nutrisi yang diperlukan untuk mencegah dan mengatasi anemia, seperti bahan pangan yang kaya zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Pemerintah juga dapat memberikan suplemen zat besi dan vitamin lainnya secara gratis atau dengan harga terjangkau untuk kelompok yang membutuhkan.

3. Penanganan infeksi parasit dan penyakit menular: Pemerintah dapat memperkuat program penanganan infeksi parasit dan penyakit menular yang dapat menyebabkan anemia, seperti malaria, cacingan, dan infeksi usus. Hal ini dapat dilakukan melalui program imunisasi, pemberian obat secara massal, dan peningkatan akses ke sanitasi dan air bersih.

4. Peningkatan kesadaran tentang pentingnya pemeriksaan darah rutin: Pemerintah dapat mempromosikan pentingnya pemeriksaan darah rutin sebagai bagian dari program

(7)

kesehatan masyarakat. Hal ini dapat membantu mendeteksi dan mengatasi anemia lebih dini sebelum kondisinya memburuk.

5. Penegakan aturan dan peraturan tentang lingkungan: Pemerintah dapat menegakkan aturan dan peraturan yang berkaitan dengan lingkungan untuk mengurangi paparan terhadap faktor risiko anemia, seperti polusi udara dan air yang tercemar.

6. Pengembangan kerjasama antar sektor: Pemerintah dapat mengembangkan kerjasama antar sektor, termasuk sektor kesehatan, pendidikan, dan lingkungan, untuk mencegah dan mengatasi anemia secara holistik dan berkelanjutan.

2.3 Penyebab Anemia berkaitan dengan Sosio Budaya

Dalam beberapa kasus misalnya di masyarakat pesisir di Kecamatan Abeli, konsep anemia dianggap wajar yang ditandai dengan keadaan pucat dengan gejala pusing, lemah/kurang bergairah. Penyebab anemia menurut mereka karena ibu hamil kerja berat dan malas makan.

Dianggap sesuatu hal yang wajar sebagai konsekuensi dari setiap kehamilan dan berusaha diatasi sendiri berdasarkan pengalaman dari generasi sebelumnya yaitu cukup denganmengurut-urut kepala ibu sambil banyak beristirahat. Ibu hamil dalam menginterpretasikan masalah kesehatannya sendiri di dasarkan atas gejala atau rasa sakit yang mereka alami. Ada ibu hamil yang beranggapan jika gangguan kesehatan selama hamil adalah suatu hal yang wajar, ada juga yang mengalami gejala atau rasa sakit selama hamil jika masih dalam taraf ringan mereka berusaha mengatasi sendiri. Jika usaha tersebut ternyata tidak berhasil, baru kemudian mencari pertolongan pelayanan kesehatan tradisional atau pun professional.

Bagi ibu hamil di wilayah pesisir Abeli gejala anemia atau gejala lain yang dianggap biasa disesuaikan dengan penafsiran (label) yang mereka berikan. Adapun label dari gejala anemia yang ditemukan adalah :

(1). Ibu hamil merasa pusing-pusing, cara mengatasinya dengan banyak mengkonsumsi sayur-sayuran seperti bayam, kacang panjang mengkonsumsi susu, air teh dan air kelapa muda, ada juga yang mengatasinya dengan mengunjungi dukun dan mendapatkan pengobatan dengan minum air yang dibuatkan oleh dukun.

(2). Ibu hamil merasa loyo, ingin tidur terus, malas jalan, malas makan cara mengatasinya dengan tidak mengikutkan rasa malas, ada juga yang mengunjungi tenaga kesehatan ke bidan atau ke Posyandu.

(8)

(3). Perasaan lemah, kurang nafsu makan cara mengatasinya dengan beristirahat atau ke Posyandu.

(4). Ibu hamil merasa sakit pinggang cara mengatasinya dengan beristirahat yang cukup, ke bidan atau ke posyandu

Kepercayaan tentang konsep sehat sakit ini adalah cerminan dari nilai-nilai sosial budaya merupakan bentuk dari respon sosial budaya lokal, jika hal tersebut dikaitkan dengan suatu kondisi kehamilan seseorang, maka akan nampak jelas pengaruhnya dalam kehidupan keseharian ibu hamil tersebut. Sumber pengetahuan konsep anemia ini berlangsung secara turun temurun yang kebanyakan berasal dari mereka yang dianggap panutan, semisal orang tua, keluarga lain yang lebih berpengalaman bahkan mungkin juga berasal dari konsep pengobatan tradisional (baca;dukun). Apa yang mereka sebut sebagai ”pengetahuan” itu sebenarnya bukan merupakan pengetahuan yang dipelajari, namun yang didapatkan dalam daur kehidupan sebagai pewarisan kebudayaan mereka.

Pewarisan kebudayaan dapat dilakukan melalui enkulturasi dan sosialisasi. Enkulturasi atau pembudayaan adalah proses mempelajari dan menyesuaikan pikiran dan sikap individu dengan sistem nilai, norma, adat, dan peraturan hidup dalam kebudayaannya. Khusus di Kecamatan Abeli pemeliharaan kesehatan dan cara-cara penanggulangan masalah kehamilan dalam hal ini gejala anemia dilakukan dengan melaksanakan anjuran dan menghindari pantangan-pantangan yang diyakini oleh masyarakat dan didasarkan atas sistem kepercayaan dapat mengatasi anemia yang berlaku secara turun-temurun sebagai pewarisan kebudayaan.

Disisi lain, Ibu hamil membutuhkan makanan yang bergizi, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk memenuhi kandungan nutrisi bagi janin yang dikandungnya. Selama kehamilan kebutuhan zat besi ibu hamil meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan, namun karena berbagai kepercayaan mengenai kesehatan, dan suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan maka bisa saja dilakukan pengabaian terhadap hal-hal penting yang seharusnya dilakukan selama kehamilan. Hal lain bagi sebagian masyarakat dan kemudian ibu hamil sendiri, kehamilan dianggap sebagai sebuah proses biasa dalam daur kehidupan, padahal, kehamilan adalah proses penting. Karena itulah, banyak diabaikan hal-hal penting untuk perawatan kehamilan yang seharusnya menjadi fokus perhatian. Hal ini biasa terjadi jika tidak ada keluhan ibu hamil enggan memeriksakan kesehatannya Pendapat ini boleh jadi sangat erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat bahwa kehamilan adalah proses alamiah yang tidak perlu dirisaukan termasuk dalam hal ini anemia.

(9)

2.4 Faktor Lingkungan Penyakit Anemia

Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan anemia adalah:

1. Pajanan terhadap logam berat: Pajanan terhadap logam berat seperti timbal dan raksa dapat menyebabkan kerusakan pada sel darah merah dan menghambat produksi hemoglobin, sehingga meningkatkan risiko terjadinya anemia.

2. Pajanan terhadap bahan kimia beracun: Pajanan terhadap bahan kimia beracun seperti pestisida dan herbisida dapat menyebabkan kerusakan pada sel darah merah dan mengganggu produksi hemoglobin, sehingga meningkatkan risiko terkena anemia.

3. Air yang tercemar: Air yang tercemar oleh limbah industri atau limbah rumah tangga dapat mengandung logam berat atau bahan kimia beracun yang dapat menyebabkan anemia jika dikonsumsi secara terus-menerus.

4. Polusi udara: Pajanan terhadap polusi udara, terutama polutan-partikel kecil (PM2,5), telah dikaitkan dengan peningkatan risiko anemia.

5. Kondisi sanitasi yang buruk: Kondisi sanitasi yang buruk, seperti kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi yang layak, dapat meningkatkan risiko terkena infeksi parasit usus yang dapat menyebabkan anemia.

Oleh karena itu, untuk mencegah dan mengatasi anemia yang disebabkan oleh faktor lingkungan, perlu dilakukan pengendalian dan pengurangan paparan terhadap faktor risiko, seperti pengurangan penggunaan bahan kimia beracun dan pemeliharaan lingkungan yang sehat dan bersih. Selain itu, penting juga untuk memperbaiki sanitasi dan kebersihan lingkungan, serta menghindari mengonsumsi air dan makanan yang tercemar.

2.5 Faktor Perilaku Penyakit Anemia

Beberapa faktor perilaku yang dapat menyebabkan anemia antara lain:

1. Kebiasaan makan yang tidak sehat: Kekurangan nutrisi seperti zat besi, vitamin B12, dan asam folat dapat terjadi akibat kebiasaan makan yang tidak sehat, seperti mengonsumsi makanan yang terlalu banyak karbohidrat dan lemak namun rendah protein dan nutrisi lainnya.

2. Diet vegetarian atau vegan: Orang yang mengikuti diet vegetarian atau vegan cenderung memiliki risiko lebih tinggi terkena anemia karena kekurangan asupan zat besi dari sumber-sumber hewani.

3. Gangguan makan: Gangguan makan seperti bulimia dan anoreksia dapat menyebabkan anemia akibat kekurangan nutrisi.

(10)

4. Kehilangan darah: Kehilangan darah akibat cedera, menstruasi yang berat, atau persalinan juga dapat menyebabkan anemia.

5. Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan: Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan tertentu dapat merusak sel darah merah dan menyebabkan anemia.

6. Kurangnya aktivitas fisik: Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan penurunan volume sel darah merah dan memperburuk anemia.

7. Merokok: Merokok dapat merusak sel darah merah dan memperburuk anemia.

8. Oleh karena itu, untuk mencegah dan mengatasi anemia, penting untuk mengadopsi kebiasaan makan yang sehat, menghindari merokok dan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, serta melakukan aktivitas fisik yang cukup. Selain itu, untuk kasus anemia yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi, dapat dilakukan suplementasi zat besi dan vitamin lainnya di bawah pengawasan dokter.

2.6 Faktor pelayanan terkait penyakit anemia

Berapa faktor pelayanan kesehatan yang mempengaruhi penyakit anemia meliputi:

1. Edukasi tentang anemia: Edukasi yang tepat tentang anemia kepada pasien dan masyarakat secara umum dapat membantu mencegah terjadinya anemia. Pendidikan tentang diet yang sehat dan kaya zat besi serta pengetahuan tentang penyebab anemia seperti infeksi, kehamilan, atau penyakit kronis dapat membantu mencegah terjadinya anemia.

2. Deteksi dini dan diagnosa yang akurat: Deteksi dini dan diagnosa yang akurat sangat penting untuk mengatasi kasus anemia. Pemeriksaan darah yang lengkap dan penilaian riwayat kesehatan pasien dapat membantu dokter untuk menentukan jenis anemia yang terjadi dan mengidentifikasi penyebabnya.

3. Penanganan yang tepat: Penanganan yang tepat tergantung pada jenis anemia yang dialami oleh pasien. Pemberian suplemen zat besi atau transfusi darah mungkin diperlukan dalam beberapa kasus. Namun, terkadang pengobatan medis saja tidak cukup dan perubahan gaya hidup, seperti diet sehat dan olahraga teratur, juga dapat membantu mengatasi anemia.

4. Monitoring dan follow-up: Pemantauan dan follow-up yang teratur setelah pengobatan sangat penting untuk memastikan kesembuhan pasien dan mencegah kambuhnya anemia. Pemeriksaan darah teratur dan konsultasi dengan dokter dapat membantu pasien memperoleh penanganan yang lebih efektif dan mengurangi risiko kekambuhan.

(11)

2.7 Program yang Berkaitan dengan Sosial Budaya Penyakit Anemia Program yang Berkaitan dengan Sosial Budaya Penyakit Anemia meliputi:

1. Melakukan advokasi tentang program penanggulangan kasus anemia pada ibu hamil yang akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo.

2. Melaksanakan surveilans dengan acuan data sekunder dari arsip puskesmas.

3. Melakukan screening gizi terhadap ibu hamil dengan melakukan pemerikaan status anemia ibu hamil setiap bulan di posyandu.

4. Dari hasil surveilans dan screening gizi, ditemukan masalah. Untuk memperkecil atau menghilangkan masalah dilakukan intervensi dengan cara melakukan asuhan gizi dan diklat (pendidikan dan pelatihan).

5. Untuk dapat melakukan semua program tersebut, perlu adanya advokasi yang baik kepada semua mitra agar program dapat dijalankan dengan baik.

(12)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 1999)

3.2 Saran

Bagi pembaca dan masyarakat sebaiknya harus menjaga kesehatan lingkungan dan makanan serta pola makan agar memenuhi kecukupan akan Fe pada tubuh kita sehingga kita terjauhi dari penyakit anemia, terlebih anemia yang disebabkan karena kurangnya zat besi untuk memproduksi darah.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/4099/3/BAB%2011.pdf

https://www.kompasiana.com/tatikbahar/552a5b73f17e615901d623c3/aspek-sosial- budaya-anemia-pada-ibu-hamil

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/20811 http://eprints.umpo.ac.id/8134/4/BAB%202.pdf

https://www.studocu.com/id/document/universitas-pendidikan-indonesia/profesionalisasi- administrasi-pendidikan/materi-mengenai-anemia/24052085

https://eprints.umm.ac.id/45562/3/BAB%20II.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Penyakit-penyakit tersebut memiliki tingkat keseriusan yang tinggi sehingga berbagai upaya pencegahan untuk mengurangi faktor risiko dilakukan agar dapat menekan

Individu-individu yang tinggal di lingkungan pertetanggaan dengan tingkat linking social capital yang rendah menunjukkan risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kesehatan yang

• Mengurangi pajanan faktor risiko dari lingk fisik, biologik &amp; sosial seluruh komunitas.. – Modifikasi lingk fisik, biologik&amp; sosial secara luas, al; pengolahan

Ada lembaga yang menaungi masyarakat dalam mengatasi kebersihan lingkungan Bertambahnya kepedulian pemerintah terhadap kesehatan masyarakat Adanya peraturan pemerintah

• Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan Lahan. • Permenkes Nomor

Wacana masyarakat madani yang sudah menjadi arus utama dewasa ini, baik di lingkungan masyarakat, pemerintah, dan akademisi, telah mendorong berbagai kalangan untuk memikirkan,

▪ Belum terintegrasinya Laboratorium Kesehatan ▪ Belum terbangunnya jejaring laboratorium baik milik pemerintah maupun swasta ▪ Belum optimalnya surveilans penyakit dan faktor risiko

i KESEHATAN LINGKUNGAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SRIWIJAYA Skripsi, September 2021 Qoyin Nuzela Analisis Risiko Kesehatan Paparan NO2 Dan SO2 Udara Ambien Dan