Pembangunan benteng atau pondok di Klaten pada masa pemerintahan Sunan Paku Buwan IV. merupakan peristiwa yang sangat penting mengingat hari lahirnya Kabupaten Klaten. Peletakan batu pertama pembangunan benteng atau gubuk ini dimulai pada pukul 11.00 WIB pada hari Sabtu Kliwon, 12 Rabiulakir, Alip, 1731 (Rupa Mantri Swaraning Jalak) atau tanggal 28 Juli 1804. Pembangunan benteng atau gubuk Klaten ini tercatat dalam kitab-kitab tradisional Jawa, misalnya dalam Babad Bedhahing N ga y o g yakarta, Geger Sepehi, dan lain-lain.
Bahkan, tahun pembangunannya masih tertulis pada gapura atau gapura bekas benteng atau pondok tersebut, yakni 1806. Menurut Dinas Pariwisata Kabupaten Klaten dan LPPM Universitas Sebelas Maret Surakarta (2005), sebelum benteng atau pondok tersebut dibangun pada tahun Klaten, pemerintah kolonial sudah membangun benteng atau Loji di Desa Merbung. Namun dengan mempertimbangkan lokasi, situasi dan kondisi setempat, maka pada tahun 1804 benteng atau pondok tersebut dipindahkan ke kota kecil yaitu Klaten.
Dipilihnya desa Klaten sebagai tempat dibangunnya benteng atau pondok membuat desa yang awalnya tidak dikenal ini mulai dikenal masyarakat luas. Pembangunan benteng atau permainan Klaten telah mendorong munculnya Klaten sebagai pusat pemerintahan desa (pemerintah daerah). Dipilihnya Klaten sebagai salah satu Pos Penundaan, karena telah didirikan benteng atau pondok di desa Klaten, sehingga dapat menunjang pelaksanaan konservasi.
Kini masyarakat bisa melihat salinan prasasti Upit di belakang Kantor Desa Kahuman, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. KLATEN – Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, menjadi tuan rumah Kongres Sampah kedua yang digelar Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam rangka perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Sabtu. Kongres sampah kedua ini dihadiri Sekda Jateng, Bupati Blora, Wakil Bupati Klaten, Kepala OPD Provinsi Jawa Tengah, Ketua OPD Kabupaten Klaten dan para aktivis lingkungan hidup.
Besar ADWI 2022,
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Menparekraf) RI Sandiaga Salahuddin Uno mengunjungi Desa Wisata Bugisan, Prambanan, Klaten. Kedatangan Menparekraf Sandigaga Uno, Jumat, karena desa wisata Bugisan masuk dalam 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. Saya ucapkan selamat, Jumat ini desa wisata Bugisan masuk 50 besar desa wisata terbaik Indonesia dari 3.500 peserta,” ujarnya.
Dikatakannya, daya tarik tari Desa Wisata Bugisan adalah Candi Plaosan atau Candi Si Kembar yang memiliki filosofi cinta. Ia berharap, dengan masuknya Desa Wisata Bugisan ke dalam ekosistem pengembangan Kawasan Subprioritas Borobudhur, maka semakin banyak wisatawan yang datang ke Kabupaten Klaten, khususnya Desa Wisata Bugisan. Saya melihat Desa Wisata Bugisan sebagai klaster percontohan 1,1 juta lapangan pekerjaan baru yang berkualitas di masyarakat pedesaan.
Menparekraf didampingi Bupati Klaten, Sri Mulyani, Kepala Desa Bugisan dan jajarannya mengunjungi seluruh produk asli desa wisata Bugisan, mulai dari jamu, ecoprint, pahatan batu, serta menyaksikan pertarungan pegunungan sayur mayur, prings, sekolah kitab suci jawa. dan tarian asli Bugisan. Saat ditemui, Bupati Klaten Sri Mulyani menyampaikan rasa syukurnya atas masuknya desa wisata Bugis dalam 50 besar ADWI 2022. Kedatangan bapak menteri menambah semangat kami untuk mengembangkan desa wisata di kabupaten Klaten,” .
Terakhir, Bugisan Resort Village tidak hanya masuk dalam 50 besar ADWI 2022, namun menjadi Kampung Berseri Astra. Sepatu kulit masih menjadi primadona untuk melengkapi gaya berbusana, baik tua maupun muda. Melihat di Kabupaten Klaten, terdapat sebuah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) bernama “Sepatu Twentino” yang memproduksi sepatu kulit sapi yang kualitasnya berani diadu dan tidak perlu diragukan lagi.
Pemilik Twentino Shoes, Tantia Nindi Pramesti mengatakan, bisnis sepatu kulit miliknya sudah berdiri kurang lebih 20 tahun dan merupakan usaha warisan sang ayah.
Nindi (29) menyampaikan produk yang dihasilkan Twentino beragam mulai sepatu pantofel, boots, slop beskap, sandal yang
Dijelaskannya, dalam pengerjaannya Twentino juga memproduksi sendiri, mulai dari pembuatan pola hingga finishing, dibantu enam orang pekerja. Alat pembuatan sepatu masih tradisional, oven masih tradisional, dan mesin yang digunakan standar pembuatannya.
Alat pembuatan sepatu masih tradisional, oven pun masih tradisional, dan mesin yang digunakan standar untuk membuat
Ia mengatakan dalam sehari Twentino mampu menghasilkan 30 pasang sepatu kulit sapi dengan pemilihan bahan yang berkualitas
Saat ini Twentino sudah memiliki reseller dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan produknya juga telah merambah hingga luar pulau
Kita ingin lebih mengembangkan diera jaman sekarang mengikuti model, meskipun saat ini terkendala ditukang
Soto Bathok Ndoro Ndeso bisa menjadi referensi sarapan dengan kesegaran kuah Soto Bathok menyatu dengan suasana warung makan bernuansa natural dan wajib dicoba. Soto Bathok Ndoro Ndeso Linggar Saputra terletak di dekat pintu gerbang perbatasan Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Jalan Raya Tugurejo, Bugisan, Prambanan, Klaten. Saat ditanya tim Diskominfo Klaten, Linggar mengatakan Soto Bathok Ndoro Ndeso dibuka tiga bulan lalu atau sekitar Maret 2022 dengan konsep natural atau kembali ke alam.
Mulai dari tata letak, ruang seni, dan lokasi yang berbatasan dengan persawahan serta terdapat sungai kecil. Sajiannya sangat beragam, mulai dari sop ayam, sop daging, babat, dilengkapi dengan sate seperti telur, usus dan tentunya aneka gorengan. Dari tiga tahun Soto Bathok Ndoro Ndeso menjadi primadona, soto ayam dan soto daging sapi.
Soto Bathok Ndoro Ndeso karena lokasinya yang strategis dan aksesnya mudah, banyak orang atau wisatawan yang datang.
Wisata Air Alami Penuh Legenda
Di sekitar Umbul Jolotundo juga terdapat berbagai olahan lele atau ikan nila segar hasil penangkaran. Di komplek Umbul Jolotundo terdapat area parkir, toilet, kamar mandi, tempat duduk di tepi kolam renang dan musala. Di balik kejernihan airnya, Umbul Jolotundo rupanya menyimpan sejumlah legenda yang masih terpelihara hingga saat ini.
Menurut sesepuh di sekitar Umbul Jolotundo, pada zaman dahulu kala ada seorang kyai yang menangkap ikan dengan jaring. Menurut cerita warga sekitar, dahulu kala ada seorang Demang yang mempunyai seorang putri bernama Roro Amis. Suatu hari, Roro Amis dan teman-temannya berenang menggunakan rakit yang terbuat dari pohon pisang (gedebok).
Ia marah, dan memaki-maki siput kecil yang ada di Umbul Jolotundo, semua ujungnya sudah tidak tajam lagi, melainkan tumpul. Artinya, siapa pun yang berenang di Umbul Jolotundo, kakinya tidak akan tertusuk siput kecil seperti dirinya. Tak hanya itu, ia juga mengutuk agar tidak ada lagi pohon pisang yang tumbuh di sekitar Umbul Jolotundo.
Berdasarkan cerita rakyat, telapak kaki tersebut milik seorang ksatria dalam tokoh pewayangan bernama Bisma. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri untuk bisa beradaptasi agar tetap bisa bekerja maksimal. Selain diharapkan menyelesaikan pekerjaan, ASN harus mampu menguasai bidang pekerjaan yang diberikan pimpinan daerah.
Menurutnya, kunci pola pikir seimbang adalah menikmati pekerjaan yang dipercayakan, namun tetap menjaga profesionalisme dengan terus belajar dan mengembangkan diri. Ia pun mengaku tak segan-segan menambah ilmunya dengan berdiskusi bersama para staf yang sebelumnya pernah bekerja di bidang pekerjaan yang digelutinya. Latar belakang pendidikan memang jauh dari bidang yang dicakup, namun sebagai ASN kita harus siap diterjunkan dan ditugaskan dimanapun.