• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelayakan Usaha Industri Batu Bata Dan Kaitannya Dengan Usahatani Padi Sawah (Studi Kasus : Desa Sigaol Marbun Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Kelayakan Usaha Industri Batu Bata Dan Kaitannya Dengan Usahatani Padi Sawah (Studi Kasus : Desa Sigaol Marbun Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

Jumlah industri batu bata di Desa Sigaol Marbun Kecamatan Palipi dapat dilihat pada Tabel 1.3 di bawah ini. Desa Sigaol Marbun Pemilik usaha batu bata Pemilik usaha batu bata dan usaha pertanian padi. Tabel 1.3 menunjukkan bahwa sebagian warga Desa Sigaol Marbun mempunyai industri batu bata dan mempunyai pekerjaan sampingan di bidang pertanian sawah.

Adakah hubungan antara pendapatan industri batu bata dengan biaya eksplisit budidaya padi di Desa Sigaol Marbun Kecamatan Palipi? Untuk mengetahui hubungan pendapatan industri batu bata dengan biaya eksplisit budidaya padi sawah di desa Sigaol Marbun Kecamatan Palipi. Sebagai bahan masukan bagi pemilik usahatani batu bata dan budidaya padi di desa Sigaol Marbun Kecamatan Palipi.

Usaha industri batu bata dan ladang pasir merupakan gabungan yang amat bijak dalam meningkatkan pendapatan petani.

Tabel 1.2 Jenis Usaha Rakyat di Bidang Bangunan/Kontruksi Menurut Desa  di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir, 2018
Tabel 1.2 Jenis Usaha Rakyat di Bidang Bangunan/Kontruksi Menurut Desa di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir, 2018

Produk Batu Bata

Batu bata dibuat dengan bahan dasar tanah liat atau umumnya dikatakan tanah liat yang merupakan hasil pelapukan batuan keras (beku) dan batuan sedimen. Industri kecil batu merupakan industri yang menggunakan tanah sebagai bahan baku utama dan bahan penolong berupa air dan pasir melalui proses pencampuran, pembentukan bahan, pengeringan dan pembakaran. Sifat fisik batu bata adalah sifat-sifat batu bata tanpa adanya pembebanan atau perlakuan (Nur, 2008).

Sifat fisik batako antara lain berat jenis (berat jenis) yang akan digunakan 1,60 gr/cm3 - 2,00 gr/cm3, warna berdasarkan warna jingga kecoklatan, dan dimensi yang dibutuhkan harus mempunyai panjang maksimal 16 inci. (40cm). ), lebar maksimal 3 inci-12 inci (7,50 cm-30,0 cm) dan ketebalan berkisar antara 2 inci-8 inci (5 cm-20 cm) (Trianingsih dan Hidayah, 2014).

Proses Produksi Batu Bata

Setelah keluar dari cetakan, tanah liat yang telah dipres dipotong menjadi tiga buah bata yang teksturnya masih lembab dan agak lunak. Kemudian batu bata tersebut dibuat dan ditumpuk di atas becak. Setelah batu bata kering ditumpuk di tempat pembakaran batu bata, kemudian dipanggang selama 3 hari 3 malam.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Industri Batu Bata

Bahan bakar merupakan pembangkit energi yang diperlukan untuk menjalankan mesin dan peralatan produksi pada industri tertentu. Kebutuhan kayu bakar merupakan bagian penting bagi kelangsungan usaha redstone dan merupakan salah satu komponen biaya yang harus dikeluarkan. Tingkat kebutuhan kayu bakar cukup besar karena merupakan sumber energi utama dalam produksi batu merah.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pekerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Pada industri kecil dan industri rumahan seperti industri kecil batu bata, tenaga kerja biasanya terdiri dari dua kategori yaitu pekerja keluarga dan pekerja non keluarga. Modal sendiri adalah modal yang diperuntukkan bagi penyertaan pemilik dan akan terus dijalankan selama usaha tersebut masih berjalan.

Sedangkan modal eksternal adalah modal yang diperoleh dari pinjaman yang dijalankan untuk jangka waktu tertentu yang harus dibayar kembali beserta bunganya (Sumarni dan Soeprihanto, 2010). Modal tetap dalam industri batu bata terdiri dari peralatan yang digunakan untuk proses pembuatan batu bata seperti cangkul, printer dan tempat proses pembakaran (barak). Modal operasional dalam proses pembuatan batu bata merupakan modal yang digunakan untuk pembelian kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan industri batu bata, seperti pembelian bahan baku, pembelian bahan bakar, dan perekrutan tenaga kerja.

Biaya Produksi

Biaya eksplisit adalah biaya yang sebenarnya dikeluarkan oleh petani, antara lain biaya penggunaan tenaga kerja di luar rumah tangga, pembelian input produksi (benih, pupuk, pestisida), pajak tanah, sewa tanah. Biaya variabel merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh suatu perusahaan pada waktu tertentu atas pembayaran seluruh input variabel yang digunakan dalam proses produksi. Jenis biaya variabel pada perusahaan batu bata ini adalah biaya bahan baku, bahan bakar dan tenaga kerja.

Biaya total merupakan penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel dalam proses produksi. Menurut Nurdin (2010), pendapatan total atau pendapatan total dapat diartikan secara luas sebagai hasil penjualan barang yang diperoleh penjual.

Pendapatan

Analisis Keklayakan Usaha

Jika BEP Produksi = Total produksi, maka usaha berada pada posisi impas atau tidak untung/tidak rugi. Jika Harga BEP = Harga Jual, maka usaha berada pada posisi impas atau tidak untung/tidak rugi. Penghasilan bersih merupakan penghasilan yang dikenakan wajib pajak atau menjadi dasar penghitungan pajak penghasilan.

Produksi Usahatani

Faktor – Faktor Produksi Usahatani

Hal ini terlihat dari besarnya kompensasi yang diterima lahan dibandingkan dengan faktor produksi lainnya. Penyiapan tanah untuk produksi pangan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu tanpa olah tanah, olah tanah, dan olah tanah maksimal (Rukmana, 2002). Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan harus cukup diperhitungkan dalam proses produksi, tidak hanya dari segi ketersediaan tenaga kerja, tetapi juga dari segi mutu dan jenis tenaga kerja.

Menurut Langit (2019), semakin banyak tenaga kerja yang digunakan maka semakin banyak output yang dapat dihasilkan dalam produksi. Setiap proses produksi harus disediakan tenaga kerja yang cukup, jumlah tenaga kerja yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu agar optimal. Penggunaan tenaga kerja dikatakan intensif apabila tenaga kerja yang dikonsumsi dapat memberikan hasil yang optimal dalam proses produksinya dan dapat mengolah lahan seluas lahan yang dimiliki.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhannya sendiri maupun untuk keperluan masyarakat. Menurut Mubyarto dalam Darmawati (2014), modal adalah barang atau uang serta faktor produksi tanah dan tenaga kerja untuk menghasilkan barang baru, yaitu dalam hal ini produk pertanian. Menurut Satriani (2018) dalam kegiatan proses produksi pertanian, modal 13 terbagi menjadi dua bagian yaitu modal tetap dan modal variabel.

Dengan demikian, modal tetap diartikan sebagai biaya-biaya yang timbul dalam proses produksi dan tidak habis satu kali pun. Manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan serta evaluasi proses produksi, karena proses produksi ini melibatkan banyak orang (tenaga kerja) dari berbagai tingkatan, maka manajemen juga berarti bagaimana mengelola orang-orang tersebut pada tingkat atau tahapan proses produksi. Manajemen usahatani adalah kemampuan petani dalam menentukan, mengatur dan menggabungkan faktor-faktor produksi yang dikuasainya serta mampu menjamin produksi pertanian sesuai dengan yang diharapkan (Soekartawi, 2008).

Penelitian Terdahulu

Total produksi batu bata berada di atas BEP produksi, dan harga jual batu bata juga berada di atas harga BEP. Berdasarkan hasil tersebut maka toko batu bata di Desa Tanjung Mulia Kecamatan Pagar Merbau layak untuk dioperasikan. Dampak positif industri batu bata terhadap tingkat kemiskinan rumah tangga petani yang menjalankan industri batu bata adalah seluruh responden (100%) berada di atas garis kemiskinan setelah menjalankan industri batu bata.

Namun karena jenis tanah di desa ini adalah tanah liat, maka pertanian yang dilakukan warga desa Sigaol Marbu hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup saja. Hal ini dilakukan karena adanya kebutuhan akan batu bata, sehingga mulai tahun 1970 usaha genteng sinaga menggantikan usaha genteng batu bata. Artinya setiap Rp yang dikeluarkan petani untuk biaya menanam padi akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 1,8.

Analisis kontribusi budidaya padi sawah terhadap pendapatan keluarga petani di Desa Amogena II Kecamatan Langowan Timur Kabupaten Minahasa. Analisis pendapatan keluarga petani dan kontribusi budidaya padi sawah terhadap pendapatan keluarga petani di Desa Amongena II Kecamatan Lagowan Timur Kabupaten Minahasa. Budidaya padi sawah mampu memberikan kontribusi yang cukup terhadap pendapatan keluarga petani di desa Amongena II dengan hasil sebesar 53% per musim tanam.

Usahatani padi sawah di Desa Amongena II dapat menjadi sumber pendapatan utama petani untuk memenuhi kebutuhan keluarga petani. Penentuan wilayah penelitian dilakukan secara sengaja mengingat mayoritas masyarakat di kota tersebut mempunyai industri rumahan batu bata dan mempunyai pekerjaan sampingan sebagai petani sawah. Dengan kata lain, industri batu bata dan pertanian padi merupakan salah satu sumber pendapatan masyarakat di Desa Sigaol Marbun.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Penentuan Populasi dan Sampel .1 Populasi

Sampel

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian adalah 30 responden dari 63 keluarga batak dan padi sawah di wilayah penelitian. Metode alokasi proporsional merupakan teknik pengambilan sampel yang digunakan apabila populasi anggota atau unsurnya homogen dan bertingkat secara proporsional (Bayuprima, 2016). Setelah dilakukan perhitungan dengan metode alokasi proporsional, maka jumlah sampel pemukiman I sebanyak 16 responden, pemukiman II sebanyak 12 responden, dan pemukiman III sebanyak 2 responden.

Data primer diperoleh dengan observasi langsung dan wawancara terhadap responden berdasarkan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data primer yang dikumpulkan meliputi data pendapatan industri batu bata, pendapatan usahatani padi sawah, dan hubungan pendapatan industri batu bata dengan biaya bersih usahatani padi sawah.

Metode Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan kedua dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif dengan menghitung pendapatan usaha budidaya padi. Untuk menjawab permasalahan ketiga digunakan metode deskriptif dan metode analisis korelasi untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu pendapatan industri batu bata dan biaya eksplisit budidaya padi sawah dengan bantuan program Microsoft Excel. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara variabel terikat (x) yaitu biaya eksplisit pertanian (y) dengan pendapatan dari batu bata, sesuai ketentuan yang berlaku pada tabel di bawah ini (Sugiyono, 2013).

Defenisi dan Batasan Operasional

Definisi

Petani adalah orang-orang yang melakukan usaha pertanian, terdiri dari suami, istri, anak dan orang lain yang ikut serta dalam keluarga, dihitung dalam satuan kehidupan. Biaya produksi adalah segala biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dalam menjalankan proses produksi suatu perusahaan pada industri batu bata, dihitung dalam rupiah (Rp). Produksi industri batu bata merupakan hasil produksi yang diperoleh dalam satu kali proses produksi yang diukur dalam satuan.

Harga jual adalah sejumlah uang yang harus dibayar konsumen kepada pemilik untuk memperoleh batu tersebut (Rp/buah). Penerimaan merupakan total pendapatan yang diterima produsen berupa uang yang diperoleh dari penjualan barang yang diproduksi. Pendapatan adalah selisih antara total pendapatan dengan total biaya yang dikeluarkan, dihitung dalam rupiah (Rp).

Batasan Operasional

Gambar

Tabel  1.1  Luas  Panen,  Produksi,  dan  Produktivitas  Padi  Sawah  Menurut  Desa di Kecamatan Palipi, 2018
Tabel 1.2 Jenis Usaha Rakyat di Bidang Bangunan/Kontruksi Menurut Desa  di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir, 2018
Tabel  1.3  Jumlah  Industri  Batu  Bata  di  Desa  Sigaol  Marbun  Kecamatan  Palipi Kabupaten Samosir, 2021
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
+4

Referensi

Dokumen terkait

Batu bata adalah salah satu unsur bangunan dalam pembuatan konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah liat ditambah air dengan atau tanpa bahan campuran lain melalui beberapa

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketersediaan input (bahan baku, modal, tenaga kerja) pada usaha pembuatan batu bata dengan tandan kosong kelapa sawit sebagai

Judul KJ\iian : PENGEMBANGAN MASY ARAKAT DALAM USAHA.. INDUSTRI KECIL BATU BATA (KASUS DESA

di bidang Industri Rumah Tangga, yaitu percetakan batu bata. Dalam menjalankan usahanya mereka sering kekurangan modal. Oleh sebab itu, mereka berutang kepada

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketersediaan input (bahan baku, modal, tenaga kerja) pada usaha pembuatan batu bata dengan tandan kosong kelapa sawit sebagai

49 Penelitian yang dilakukan pada tiga kawasan sentra industri batu bata di Sulawesi Tenggara menunjukkan bahwa akses pengusaha batu bata pada lembaga-lembaga pembiayaan

Penelitian ini akan melakukan studi tentang material yang dapat dipakai untuk campuran kotoran sapi sebagai bahan baku dalam pembuatan batu bata sehingga dapat mengurangi

Desa Ledok Kulon adalah salah satu sentra industri batu bata merah di Kabupaten Bojonegoro yang tetap eksis sampai sekarang meskipun ada pesaing baru batu bata putih yang