74
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : B. Sinaga Umur : 68 tahun
Pekerjaan : Pengusaha batu bata
2. Nama :Rismina Simanjuntak Umur :50 tahun
Pekerjaan :Pengusaha batu bata
3. Nama :Jahormat Simbolon Umur :67 tahun
Pekerjaan :Pengusaha batu bata
4. Nama : Jawakim Marbun Umur :58tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
5. Nama :Adurahman Umur : 35 tahun
Pekerjaan : pekerja batu bata
6. Nama :Syarif Umur :55tahun
75 7. Nama :Rusli Situmorang
Umur :63 tahun
Pekerjaan : ibu rumah tangga
8. Nama :Firman Wau Umur :38 tahun
Pekerjaan :pekerja batu bata
9. Nama :Marlina Laia Umur :27 tahun
Pekerjaan :ibu rumah tangga/istri Firman Wau
10.Nama :Timur Marbun Umur :54tahun
Pekerjaan :pengusaha batau bata
11.Nama :Bonar Sinaga Umur :62 tahun
Pekerjaan :pengusaha batu bata
12.Nama :Besman Manik Umur :44 tahun
76 13.Nama :Hebat Marbun
Umur :59 tahun
Pekerjaan :pengusaha batu bata
14.Nama :Gemos Marbun Umur :65 tahun
Pekerjaan :pengusaha batu bata
15.Nama :Dekman Simbolon Umur :50 tahun
Pekerjaan : pengusaha batu bata
16.Nama :Osman Simbolon Umur :51 tahun
Pekerjaan :pengusaha batu bata
17.Nama : Taruli Marbun Umur :45 tahun
77 LAMPIRAN
79
80
84
73
Daftar Pustaka
Abdurahman, Dudung, Penelitian Sejarah, PT.Logos Wancana Ilmu, Pamulang Timur:1999.
BPS Samosir dalam angka 2002,
Damsar, Indrayani, Pengantar Sosiolgi Ekonomi,Kencana, Jakarta:2009.
Hadiprabowo,Zahrul,Dumairy, Pembangunan di Indonesia, Ananda,
Yogyakarta:1983.
Kantor Kepala Desa Sigaol Marbun Kecamatan Palipi, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD), 2011.
Kristanto, Philip, Ekologi Industri,Andi, Yogyakarta:2002.
Mubyarto, Pemulihan Ekonomi Rakyat Menuju Kemandirian Desa, Aditya Media, Yogyakarta:2000
Sari,Novita, Usaha Batu Bata di Desa Sidodadi Batu 8 Kecamatan Pagar Merbau
Kabupaten Deli Serang (1970-1998), Skripsi S-1 Sejarah, Medan: Tidak
Diterbitkan.
Scort, James, Moral Ekonomi Petani, P3ES, Jakarta:1981
Surjadi, Pembangunan Masyarakat Desa, Alumni, Bandung:1975.
Suripin, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Andi, Yogyakarta:2002.
Suwardono, Mengenal Pembuatan Bata, Genteng dan Genteng Berglasir, CV. YRAMA WIDYA, Bandung:2002.
Zahara, Ita (2002), Kehidupan Masyarakat Pengusaha Batu Bata di Kelurahan
Sidodadi Kecamatan Kisaran Barat (1985-2000), Skripsi S-1 Sejarah, Medan:
24 BAB III
AWAL BERDIRI DAN BERKEMBANGNYA USAHA BATU BATA DI DESA SIGAOL MARBUN TAHUN 1970-2005
Pada bab terdahulu telah dijelaskan bahwa bagaimana kehidupan masyarakat
Desa Sigaol Marbun sebelum adanya usaha batu bata. Kehidupan masyarakatnya
menggambarkan kondisi tanah yang tanahnya berupa tanah liat dan tidak
memungkinkan sebagai lahan pertanian seperti jagung, cabai dan jenis tanaman
lainnya.Selain karena kondisi tanah yang kurang memungkinkan, tanaman padi juga
membutuhkan waktu yang lama yaitu setahun sekali baru bisa di panen.
Hal ini yang membuat dan mengharuskan masyarakat Desa Sigaol Marbun
berusaha mengatasinya dengan membuka usaha batu bata.Desa Sigaol Marbun
merupakan desa yang pertama kali membuka usaha batu bata didaerah Tapanuli Utara
dan batu bata yang di hasilkan berkualitas bagus sehingga banyak daerah-daerah yang
memesan batu bata ke daerah Sigaol Marbun.
Usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun berdiri pada tahun 1970 yang diawali
oleh seorang kakek yang bernama Genteng Sinaga. Genteng Sinaga ini pada tahun
1965 adalah sebagai pengusaha genteng, yang di awali membuat genteng untuk
keperluan sendiri. Namun karena ada juga permintaan dari masyarakat maka beliau
bertahan sampai lima tahun sebagai pengusaha genteng. Pada tahun 1970, Genteng
25
adanya kebutuhan akan batu bata maka sejak tahun 1970 inilah Genteng Sinaga
mengganti usaha genteng menjadi batu bata. Alasan Genteng Sinaga menganti
usahanya dari genteng menjadi batu bata yaitu karena pembuatan batu bata lebih
cepat dan lebih praktis dibandingkan pembuatan genteng.
Pada awalnya usaha batu bata yang di buka oleh Genteng Sinaga ini untuk
keperluan sendiri, namun melihat cara dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan
batu bata tidak terlalu sulit dan bahannya juga tersedia langsung di daerah tersebut
seperti tanah liat. Usaha batu bata yang dilakukan oleh Genteng Sinaga ternyata
membuahkan hasil dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya yang lebih baik lagi
dari pada masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani. Pembuatan batu bata
dilakukan dengan cara manual, karena belum ada alat-alat yang modern. Dari
penggilingan tanah, dan pencetakan masih dengan cara tradisional. Pencetak yang
digunakan saat itu adalah kayu yang dibentuk persegi panjang dan membaginya
menjadi beberapa bagian.
Awalnya hanya cetak satu yang artinya menggunakan cetakan hanya
menghasilkan satu biji batu bata. Kemudian berkembang seiring dengan
meningkatnya permintaan batu bata. Peningkatan permintaan mendorong Genteng
Sinaga mengembangkan usahanya dari cetak satu menjadi cetak empat11
11
26
Melihat keberhasilan Genteng Sinaga sebagai pengusaha batu bata, maka
sudah ada warga yang membuka usaha batu bata dan pada tahun 1975 sudah ada
sekitar 6 keluarga yang membuka kilang batu bata di Desa Sigaol Marbun. Setiap
kilang batu bata mempunyai 2-3 orang pekerja, yaitu anggota keluarganya sendiri.
Karena tradisionalnya alat yang digunakan seperti pada saat penggilingan dan
pencetakan batu bata hanya bisa memproduksi 400-600 batang batu bata saja dalam
sehari.
Berkembangnya usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun karena tanahnya yang
sesuai dengan material untuk membuat batu bata yaitu tanah liat. Akhirnya usaha batu
bata ini menjadi mata pencaharian utama di Desa Sigaol Marbun. Perkembangan
usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun telah mengubah kondisi kehidupan
masyarakat Desa Sigaol Marbun. Tetapi dengan adanya usaha batu bata yang di buka
di Desa Sigaol Marbun maka pertanian seperti tanaman padi tetap dilakukan oleh
masyarakat. Hal ini dilakukan karena menanam padi tidak memerlukan perawatan
khusus dan penanamannya juga dilakukan hanya sekali dalam setahun. Selain itu juga
hasil dari penanaman padi adalah untuk dikonsumsi oleh masyarakat sendiri dan
27 Tabel 3
Daftar Pengusaha Batu bata Tahun 1970-2000
No Tahun Jumlah Pengusaha
1 1970 4
2 1975 6
3 1980 9
4 1985 13
5 1990 15
6 1995 19
7 2000 23
Tabel di atas menunjukkan gambaran mengenai daftar pengusaha batu bata di
Desa Sigaol Marbun Kecamatan Palipi pada tahun 1970-2000. Pada tahun 1970 awal
adanya usaha batu bata yang di buka oleh Genteng Sinaga ini, tidak lama kemudian
masyarakat yang lainnya juga langsung mengikut Genteng Sinaga membuat batu bata
dari bahan tanah liat. Maka pada tahun 1970 jumlah penduduk Desa Sigaol Marbun
yang sudah membuka usaha batu bata sudah mencapai sekitar 5 KK. Kemudian
mereka mengembangkan teknologi pengolahan batu bata di desa ini hingga usaha
28
pada tahun 2000, jumlah penduduk di Desa Sigaol Marbun yang membuka usaha
batu bata sudah berkisar 23 KK.
3.1.Awal Berdirinya Usaha Batu Bata di Desa Sigaol Marbun
Kondisi topografi di Desa Sigaol Marbun tidak mendukung untuk menjadi
daerah pertanian, karena tanah didaerah ini merupakan tanah liat yang tidak sesuai
untuk ditanami seperti padi, jagung, cabai dan jenis tanaman lainnya. Mata
pencaharian penduduk Desa Sigaol Marbun sebelum adanya usaha batu bata ini
adalah bertani padi, tetapi hasil yang diperoleh hanya untuk kebutuhan subsisten
karena padi hanya ditanam dalam sekali satu tahun. Usaha pertanian tetap
diusahakan oleh masyarakat Sigaol Marbun, tetapi karena kondisi tanah kurang
memungkinkan untuk pertanian maka hasilnya juga kurang berkembang.
Selain karena kondisi tanah yang kurang memungkinkan, yang membuat
masyarakat Desa Sigaol Marbun beralih ke batu bata karena proses pembuatan batu
bata lebih cepat dibandingkan menunggu hasil dari tanaman seperti misalnya padi
yang hanya ditanam dalam seklai setahun.Sebelum dimulainya usaha batu bata di
Desa Sigaol Marbun, kehidupan masyarakat desa ini dilanda kemerosotan ekonomi.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kemerosotan ekonomi di Desa Sigaol
Marbun yaitu pertanian yang mereka usahakan sebagai mata pencaharian sampingan
29
di desa ini kurang memungkinkan untuk lahan pertanian karena jenis tanahnya yaitu
tanah liat.
Kondisi ini yang membuat dan mengharuskan masyarakat Desa Sigaol
Marbun berusaha mengatasinya dengan membuka usaha batu bata. Desa Sigaol
Marbun merupakan desa yang pertama kali membuka usaha batu bata didaerah
Tapanuli Utara, dan sampai sekarang hampir seluruh kepala keluarga mengandalkan
usaha batu bata sebagai mata pencaharian sehari-hari dan tidak dapat ditentukan
secara pasti jumlah pengusaha batu bata. Akan tetapi hampir setiap tanah kosong di
samping maupun di belakang rumah selalu ada tempat pembakaran batu bata. Mereka
membuat batu bata dari bahan tanah liat yang berasal dari daerah itu sendiri.Usaha
batu bata di Desa Sigaol Marbun berdiri pada tahun 1970 yang diawali dengan usaha
genteng selama 5 tahun yaitu pada tahun 1965. Genteng ini hanya untuk membuat
atap rumah sendiri. Akan tetapi karena kebutuhan batu bata di daerah Sigaol Marbun
meningkat maka pada tahun 1970 Bapak Genteng akhirnya berinisiatif untuk
membuat batu bata.
Awalnya yang membuka usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun ini yaitu
seorang Bapak yang bernama Bapak Genteng Sinaga. Bapak Genteng ini lah yang
pertama kali membuka usaha batu bata. Pada saat itu pembuatan batu bata dilakukan
dengan cara manual, karena belum ada alat-alat yang modern. Dari penggilingan
tanah, dan pencetakan masih dengan cara manual yaitu dengan cara membuat dengan
30
panjang dan membaginya menjadi beberapa bagian.Awalnya hanya cetak satu yang
artinya menggunakan cetakan yang hanya menghasilkan satu biji batu bata.
Kemudian berkembang seiring dengan meningkatnya permintaan akan batu bata.
Peningkatan permintaan mendorong Bapak Genteng mengembangkan usahanya dari
cetak satu menjadi cetak empat12
Berkembangnya usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun karena tanahnya yang
sesuai dengan material untuk membuat batu bata yaitu tanah liat.Akhirnya usaha batu
bata ini menjadi mata pencaharian utama di Desa Sigaol Marbun. Perkembangan
usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun telah mengubah kondisi kehidupan
masyarakat Desa Sigaol Marbun. Perubahan kehidupan yang dimaksud ditandai
dengan meningkatnya pendapatan serta penduduk desa tersebut mampu membeli
mobil untuk pengangkutan batu bata karena sebelumnya mereka masih menggunakan
kerbau sebagai pengangkutan batu bata tersebut. Dan juga pertumbuhan penduduk . Kemudian dari tahun ke tahun semakin banyak
warga yang membuka kilang batu bata di Desa Sigaol Marbun yang pada awalnya
hanya Bapak Genteng Sinaga, dan bertambah menjadi 4 warga yang membuka usaha
batu bata dengan cara manual dan alat-alat tradisional. Dan setiap kilang batu bata
mempunyai 2-3 orang pekerja, yaitu anggota keluarganya sendiri. Karena
tradisionalnya alat yang digunakan seperti pada saat penggilingan dan pencetakan
batu bata hanya bisa memproduksi 400-600 batang batu bata saja dalam sehari.
12
31
yang semakin bertambah tidak seimbang dengan pendapatan masyarakat terhadap
pertanian yang mereka usahakan.
3.1.1. Modal
Modal adalah salah satu faktor industri yang sangat menentukan berkembang
tidaknya suatu usaha, tanpa adanya modal tentu usaha apapun tidak akan berjalan
dengan baik. Dalam industri kecil batu bata modal merupakan faktor yang sangat
penting dalam menunjang kelancaran produksi atau kegiatan industri.
Para pengrajin usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun memperoleh modal
kebanyakan dari dana pribadi yang dimulai sejak dibukanya usaha batu bata pada
tahun 1970. Dimana para masyarakat Desa Sigaol Marbun menggunakan tabungan
mereka sendiri untuk membuka usaha batu bata13
Tetapi ada juga masyarakat Desa Sigaol Marbun meminjam uang di bank BRI
untuk membuka usahanya.Usaha yang dibuka jika semakin berkembang maka lama
kelamaan bisa menutupi utang yang dari BRI .
14
13
Wawancara dengan Rismina Simbolon (pengusaha batu bata) di Desa Sigaol Marbun tanggal 14 Juli 2015.
.Apapun alasanya mereka harus
menutupi pinjaman dari BRI.Sistem peminjaman yang dilakukan oleh penduduk Desa
Sigaol Marbun ke Bank BRI yaitu dengan melakukan pinjaman kira-kira Rp.
200.000.000.dengan meminjam uang untuk dijadikan modal ada jaminannya.
14
32
Jaminan yang dibuat dari pihak BRI yaitu adanya SKU (Surat Keteranagan Usaha)
yang dibuat oleh Kepala Desa.Untuk pengembalian uang yang dipinjam yaitu
mengangsur setiap perbulannya sekitar 5.000.000 perbulan dan wajib ditutupi.
3.1.2. Bahan Baku
Bahan baku adalah persediaan dari barang-barang yang berwujud yang
digunakan dalam proses produksi dimana dapat diperoleh dari sumber alam atau
dibeli oleh yang menghasilkan bahan mentah bagi perusahaan yang menggunakan.
Bahan baku juga merupakan kompnen yang sangat menentukan dalam proses
produksi.
Untuk menghasilkan batu bata maka diperlukan bahan baku yang merupakan
bahan dasar untuk diolah dan diproses menjadi batu bata. Dalam pembuatan batu
bata, bahan utamanya yang digunakan adalah berupa tanah liat yakni tanah yang
sesuai dengan tanah untuk membuat batu bata. Pada awalnya masyarakat Desa Sigaol
Marbun menggunakan tanah liat yang asli dari daerah itu sendiri. Tetapi lama
kelamaan tanah liat di desa ini semakin habis maka sebagian masyarakat membeli
tanah dari daerah dolok, misalnya dari ronggurnihuta, dan daerah-daerah gunung
yang ada di Samosir. Harga tanah yang di beli mencapai Rp. 300.0000 per satu truk
sehingga dengan ini penduduk Desa Sigaol Marbun yang membeli tanah akan
33
pengerukan maka lama kelamaan kualiatas tanah kurang bagus yaitu sebagian
tanahnya sudah bercampur dengan pasir tetapi masyarakat di desa tersebut tetap
menggunakan tanah tersebut tanpa mencampur tanah yang lain seperti tanah merah.
Dengan penggalian tanah yang dilakukan secara terus-menerus membuat
adanya cekungan ataupun lobang-lobang. Tetapi dengan adanya cekungan itulah yang
menjadi adanya jalan kearah Desa Sigaol Marbun keatas. Masyarakat Desa Sigaol
Marbun tidak menimbun tanah di penggalian tetapi mereka tetap melakukan
penggalian agar membuka jalan baru dengan pengerukan secara terus menerus karena
sejak adanya usaha batu bata di desa ini tidak ada bantuan seperti perbaikan jalan.
Jadi masyarakat yang berada di dolok desa tersebut tida membeli tanah karena masih
ada tanah mereka yang harus di gali15.
3.1.3. Peralatan
Dalam suatu kegiatan produksi, alat produksi ditujukan terhadap seperangkat
alat-alat yang digunakan untuk menghasilkan barang produksi. Dalam proses
pembuatan batu bata mereka menggunakan alat-alat seperti:
- cangkul,
- sekop,
15
34 -ayatan
-cetakan yang terbuat dari kayu
-plastik putih untuk menutup batu bata
-besi ton dan kawat rem sepeda untuk memotong tanah yang sudah terbentuk
-beko
-meja untuk tempat cetak batu bata
Pada awal adanya usaha batu bata ini yang didirikan oleh Genteng Sinaga
pada tahun 1970, alat yang digunakan untuk mengangkut batu bata tersebut adalah
‘PADATI’16. Pada tahun 1970 saat dibukanya usaha batu bata di Desa Sigaol
Marbun ini, para pengusaha usaha batu bata ini memijak—mijak tanah dengan kaki
sendiri. Agar waktu pemijatan relatif lebih cepat sebagian masyarakat desa ini
memanfaatkan kerbau untuk menginjak-injak dan sambil dibalik-balik dengan
cangkul. Dengan menggunakan tenaga kerbau dapat memakan waktu satu hari dan
menghasilkan batu bata sekitar 400-600 biji batu bata.Dan jika dikalikan dalam
sebulan maka bisa mencapai kira-kira 1200 biji batu bata per bulan.
16
35 3.1.4. Tenaga Kerja
Dalam proses pembuatan batu bata, hal yang juga penting adalah dengan
adanya tenaga kerja. Dalam kegiatan proses pembuatan batu bata tenaga kerja sangat
diperlukan sebagai penggerak bagi berlangsungnya proses produksi menghasilkan
barang.
Pada awal adanya usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun ini pada tahun
1970, usaha ini merupakan usaha yang masih usaha kecil-kecilan. Awalnya pekerja
ataupun tenaga kerja yang bekerja berasal dari kalangan sendiri. Maksudnya keluarga
sendiri dan kebanyakan anak-anak mereka.Setelah pulang sekolah paling lama
kira-kira pukul 13.30 mereka sudah mulai bekerja untuk membantu oraangtuanya. Suami
yang mengolah tanah liat tersebut, maka istri yang mencetak sedangkan anaknya
mengangkat batu bata dengan menggunakan beko untuk disusun dan dijemur17
Untuk tahapan selanjutnya dalam proses pembakaran biasanya si istri yang
melakuikan pembakaran. Pada umumnya tenaga kerja yang diperlukan dalam usaha
batu adalah pria.Terutama dalam hal pengangkutan tanah, pengangkutan batu bata
yang sudah dicetak juga dalam hal pembakaran. Jadi dalam hal ini masyarakat Desa
Sigaol Marbun tidak membutuhkan modal yang begitu banyak karena hanya
membutuhksn kayu bakar untuk proses pembakaran dan tidak memerlukan gaji buat .
17
36
karyawan karena mereka masih menggunakn tenaga kerja dari anggota keluarga
sendiri
3.1.5. Pengangkutan Bahan Baku
Pada awal adanya usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun yang dibuka oleh
Genteng Sinaga ini pada tahun 1970-an, dalam hal membuat atau memproduksi batu
bata di Desa Sigaol Marbun maka bahan baku yang digunakan untuk memproduksi
batu bata di desa ini berasal dari tanah asli Desa Sigaol Marbun, yaitu tanah liat.
Dalam proses pembuatan batu bata ini masyarakat Desa Sigaol Marbun tidak
mencampur tanah liat dengan bahan baku yang lain seperti tanah merah. Tetapi
mereka membuat batu bata dengan menggunakan tanah liat sendiri.
Tanah liat didesa ini dalam hal pengangkutannya yaitu digali kemudian
setelah digali tanah di angkut dengan menggunakan alat angkut yaitu Padati.Padati ini
yaitu sejenis delman.Padati ini dibuat sendiri oleh pengusaha batu bata yang di buat
oleh Bapak Genteng Sinaga. Karena tidak adanya sapi di Desa Sigaol Marbun, maka
yang membawakan delman tersebut adalah seekor kerbau.Tetapi padati ini digunakan
pada awal adanya usaha batu bata ini.
Supaya mudah dalam proses pembuatan batu bata selanjutnya yaitu kegiatan
pengadukan tanah, maka tanah itu digarpu untuk mengambil dan membuang semak
37
bebas dari batu ataupun kerikil. Tetapi ada juga yang menggunakan anyaman untuk
menyaring tanah.
Seiring dengan kemajuan zaman dan semakin berkembangnya usaha batu bata
di desa ini maka masyarakat Desa Sigaol Marbun menggunakan beko dan juga sekop.
Sekop dapat menggali tanah liat di Desa Sigaol Marbun ini sebagai bahan utama
dalam pembuata batu bata dan juga menggunakan cangkul.
Setelah diangkut, tanah tersebut di ulet dengan cara diinjak—injak dengan
kaki dan sebagian memanfaatkan kaki kerbau untuk menginjak-injak sambil
dibalik-balik dengan cangkul. Setelah terbentuk seperti bubur, tanah tersebut dipindahkan ke
tempat lain yang dekat dengan pencetakan bata. Tetapi tidak langsung di cetak,
ditunggu dulu sampai beberapa jam agar kelebihan air akan menetes keluar. Jadi
untuk menghasilkan kualitas tanah yang baik, tanah tersebut ditiriskan terlebih
dahulu.
Dalam hal penggalian tanah yang dilakukan secara terus menerus maka
persediaan tanah didesa ini semakin berkurang. Penduduk desa Sigaol Marbun yang
berada didekat pasar membeli tanah yang berasal dari daerah hutaginjang, dan juga
dari daerah lain yang dari daerah Samosir. Tetapi masyarakat yang tinggal di dolok
Sigaol Marbun tetap menggali tanah yang ada di daerah tersebut.Walaupun sudah
mulai menipis maka mereka tetap menggali keatas.Hal ini dilakukan untuk sekalian
38 3.1.6. Pencetakan
Pada awal dibukanya usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun oleh Genteng
Sinaga pada tahun 1970-an, pencetakan batu bata yang dilakukan dengan memakai
cetakan manual yaitu cetak satu yang terbuat dari bahan kayu. Proses pembuatan batu
bata di Desa Sigaol Marbun dilakukan dengan cara berdiri dan diletakkan di atas meja
yang sudah disediakan.
Cetakan tersebut dibuat sendiri oleh masyarakat Sigaol Marbun, cetakan
tersebut masih menghasilkan satu biji batu bata. Kemudian tidak lama kemudian
berkembang menjadi cetak dua yang menghasilkan dua biji batu bata dan semkain
berkembang ke cetak empat dan semakin menghasilkan batu bata dengan jumlah
yang banyak.
Pencetakan batu bata yang dilakukan dengan cetakan satu biji batu bata
dilakukan dengan cara berdiri. Tanah yang telah di injak-injak oleh kerbau tadi dan
menjadi lembut selanjutnya dipindahkan ketempat pencetakan tanah yang terbuat dari
papan yang dapat mencetak 1 biji batu bata yang dilakukan di meja yang sudah
disediakan. Begitu lah seterusnya dilakukan sampai cetak empat yang mencetak 4 biji
batu bata sekaligus.Tempat pencetakan tanah berupa papan yang sudah dibentuk
seperti bentuk batu bata. Melalui cara pencetakan tangan ini jumlah batu bata yang
dihasilkan dalam satu hari hanya dalam jumlah ratusan, tidak sampai angka ribuan
39
Karena pada awal adanya usaha batu bata di Desa Sigaoal Marbun adalah
merupakan usaha kecil-kecilan, sistem pencetakan seperti ini masih tetap dilakukan
walaupun memakan waktu yang relatif lama dengan hasil yang tidak terlalu banyak.
Ukuran cetakana yang di buat yaitu bermacam-macam tergantung dari cetakan yang
di buat karena mereka sendiri yang membuat cetakan tersebut. Jadi dalam setiap
cetakan dibuat besi di pinggirncetakan supaya setiap pencetakan kayu tersebut tidak
cepat habis.
3.1.7. Penjemuran
Tanah yang telah dibentuk yang masih basah, yang belum bisa dimanfaatkan
sebagai bahan bangunan karena masih rapuh bila terkena air. Untuk itu tanah yang
telah dicetak selanjutnya disusun dan dikeringkan dibawah sinar matahari. Proses
pengeringan batu bata yang dilakukan di Desa Sigaol Marbun adalah bisa sampai 2-3
hari dengan melihat kondisi cuaca setiap hari. Jika musim kemarau, batu bata yang
dikeringkan hanya membutuhkan waktu 2-3 hari tetapi jika musim hujan, batu bata
yang dikeringkan bisa memakan waktu 1 minggu untuk pengeringan18
Proses penjemuran batu bata yang dilakukan di Desa Sigaol Marbun yaitu
dilakukan di samping usaha ataupun di samping rumah. Batu bata yang dijemur .
18
40
ditutup dengan plastik agar terlindung dari hujan. Tetapi ada juga yang melakukan
penjemuran di depan rumah dan melihat daerah yang kosong.
Proses penjemuran yang dilakukan di Desa Sigaol Marbun sebagian mereka
menjemur di sebuah rumah-rumah yang sengaja dibuat khusus untuk menjemur.
Proses penjemuran seperti itu membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
proses penjemuran yang dilakukan langsung dibawah terik matahari. Proses
penjemuran yang dilakukan di rumah-rumah tersebut membutuhkan waktu selama
7-15 hari dalam hal pengeringan jika musim kemarau. Lain lagi jika musim hujan maka
penjemuran dilakukan sampai 20-30 hari karena mereka hanya mengharapkan
embusan angin.
Dalam proses penjemuran batu bata yang dilakukan di Desa Sigaol Marbun
dalam sekali pembakaran batu bata yang dibakar bisa mencapai 1500 batu bata.
Kemudian proses penjemuran biasa dibuat sampai 8-15 tumpukan batu bata jika batu
batanya bagus dan agak mengeras. Tetapi jika batu batanya agak lembek tumpukan
batu bata dibuat hanya 3-5 tumpukan batu bata. Proses penjemuran yang dilakukan di
Desa Sigaol Marbun tidak ada perbedaan sampai sekarang.
Setelah tanah yang telah dicetak mengeras, tanah itu disusun ditempat yang
telah disediakan supaya terlindung dari hujan. Hal ini dilakukan supaya tanah yang
41 3.1.8. Pembakaran
Dalam proses pengolahan batu bata setelah batu bata di jemur dan sudah keras
dan mongering maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah proses pembakaran.
Teknologi proses pembakaran yang dilakukan di Desa Sigaol Marbun adalah:
- Menyusun atau mengisi ruangan pembakaran dengan batu bata mentah
- Membakar batu bata dalam tungku pembakaran. Pembakaran dilakukan
denagn menggunakan bahan bakar kayu pinus. Pembakaran berlangsung
selama 3 hari 3 malam bergantung kepada jumlah batu bata yang dibakar.
Cara penyusunan batu bata yang dilakukan di Desa Sigaol Marbun untuk
proses pembakaran yaitu batu bata mentah disusun/diatur pada tungku dapur
pembakaran yang berukuran minimal 2m x 3m dan maksimal berukuran 4m x 5m
untuk membentuk rongga/ruang penyalaan kayu bakar. Rongga dibentuk seperti gua
membujur dalam dapur pembakaan batu bata.
Satu tungku mempunyai 2-5 rongga penyalaan, batu bata di dalam dapur
disusun sedemikian rupa sehingga terdapat celah satu dengan yang lain. Dengan celah
yang cukup serta susunan yang baik maka panas dapat merambat dengan lebih baik
ke tempat batu bata yang terjauh pusat pembakaran.
Bahan bakar yang digunakan pada pembakaran batu bata di Desa Sigaol
Marbun adalah berupa kayu pinus yaitu sisa ponggol penebangan sebagai bahan
42
pengrajin untuk penyalaan mula dapur. Bahan bakar utama yang digunakan adalah
bahan bakar padat yaitu kayu pinus. Dengan menggunakan kayu bakar lebih sulit
diperoleh karena kayu masih dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat Desa Sigaol
Marbun sebagai sumber perapian untuk memasak, sehingga harganya relatif cukup
mahal.
Pembakaran dengan kayu bakar dilakukan lebih dari satu orang untuk
menjaga api supaya tidak padam. Batu bata tersebut dibakar dengan menggunakan
api yang besar sampai bata matang. Pembakaran batu bata dilakukan dengan
menggunakan api yang tidak terlalu besar dan tidak boleh mati untuk menjaga agar
batu bata yang dihasilkan tidak berwarna hitam atau mentah.
Mulai dari awal adanya usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun selalu
menggunakan bahan bakar kayu. Karena tidak adanya bahan bakar yang lain yang
bisa digunakan. Kemudian karena kayu bakar di daerah Samosir banyak ditemukan.
Setiap pengrajin membutuhkan kayu bakar sebanyak 3 truk sekali pembakaran. Jika
bata sudah masak semua api dipadamkan dan tidak ditambah kayu bakar lagi. Proses
pembakaran batu bata ini dianggap selesai apabila batu bata telah menunjukkan asap
berwarna putih dan biasanya pekerja yang menangani proses pembakaran ini telah
memahami bentuk dan warna batu bata yang dikatakan telah masak atau telah selesai
43
Maka setiap pekerja yang menangani pembakaran akan selalu mengontrol
pengapian selama pembakaran berlangsung. Setelah pembakaran batu bata selesai,
batu bata yang tadi berwarna coklat akan berubah menjadi kemerah-merahan.
Lamanya pembakaran dilakukan dalam waktu selama 3 hari 3 malam. Setelah
diperkirakan masak semua, maka dibiarkan sampai dingin. Pendinginan dilakukan
sekitar 2x24 jam. Kemudian bata yang sudah masak tadi dibongkar dan diangkut
ketempat yang mudah terjangkau oleh angkutan untuk dipasarkan.
Tempat pembakaran di Desa Sigaol Marbun dilakukan diberbagai
tempat.Sebagian masyarakat Sigaol Marbun membakar batu bata disamping rumah
supaya mereka tidak terganggu untuk mengerjakan pekerjakan rumah seperti
memasak. Tetapi ada juga masyarakat Sigaol Marbun melakukan proses pembakaran
di daerah yang jauh dari tempat usahanya karena tidak adanya tempat atau lahan
kosong untuk proses pembakaran. Selain itu, mereka membakar di daerah yang jauh
untuk menjaga asap. Dalam proses pembakaran, batu bata yang dibakar dalam sekali
pembakaran bisa mencapai 10.000 batu bata.
3.1.9. Pemasaran
Pemasaran hasil-hasil produksi merupakan pekerjaan akhir atau usaha akhir
dari kegiatan usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun.Pemasaran batu bata menjadi
44
harus mendapat perhatian utama karena tanpa adanya proses pemasaran maka
kegiatan-kegiatan usaha tidak akan menghasilkan nilai komersial.
Pada awalnya, usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun memang adalah usaha
yang hanya usaha sampingan dalam hal memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tetapi
seiring dengan perkembangan zaman sehingga semakin banyak pula yang membuka
kilang batu bata hingga mencapai 60 orang pengusaha batu bata dan sudah
menggunakan alat-alat mesin membuat usaha ini menjadi mata pencaharian utama
bagi masyarakat Desa Sigaol Marbun.
Sejak pertama kali usaha ini dikembangkan oleh penduduk Desa Sigaol
Marbun, hasil produksi batu batanya memang untuk dikomersialkan, selain untuk
keperluan keluarga juga. Hal ini dilakukan karena ketika itu sebelum muncul usaha
batu bata di Desa ini keadaan perekonomian masyarakat Desa Sigaol Marbun kurang
baik, maka dengan munculnya usaha batu bata di desa ini dimanfaatkan masyarakat
desa setempat untuk dapat keluar dari permasalahan perekonomian yang mereka
hadapi.
Kegiatan usaha batu bata ini terus berlanjut dan semakin lama mereka tidak
hanya membuat batu bata untuk keperluan sendiri tetapi juga untuk dijual kepada
konsumen dikarenakan banyaknya pesanan batu bata seiring perkermbangan
pembangunan di sekitar daerah ini. Hasil penjualan batu bata digunakan untuk
45
Pemasaran batu bata tidaklah sulit, karena hampir semua bangunan baik untuk
perumahan, jembatan, maupun lainnya membutuhkan batu bata. Selama masih ada
rencana pembangunan dan prasarana lain, usaha pembuatan batu bata masih cukup
menjanjikan.
Penjualan batu bata di Desa Sigaol Marbun pada umumnya dalam bentuk
satuan.Sedangkan harga batu bata dapat berubah-ubah tergantung dari musim dan
jumlah pemesanan konsumen. Pada umumnya saat musim hujan, harga batu bata
melunjak tinggi. Hal itu dikarenakan sudah mengeringkannya dan sumber bahan
bakar seperti kayu sulit di dapat.
Pemasaran batu bata yang dilakukan di Desa Sigaol Marbun ini adalah
menjual langsung hasil produksi batu bata kepada konsumen yang datang langsung
kepada pengusaha batu bata. Biasanya harga yang diberikan akan sedikit lebih murah
dan konsumen dapat menawar harga batu bata. Pemasaran batu bata di Desa Sigaol
Marbun juga dilakukan dengan memilih memasarkan langsung karena pengusaha
mempunyai modal sendiri dan juga memiliki kendaraan atau truk pengangkut batu
bata pengusaha mengaku mendapatkan untung yang lebih banyak dibanding
menjualnya kepada agen yang membeli langung ke lokasi industri batu bata.
Pada awal adanya usaha batu bata ini yang dibuat oleh Bapak Genteng Sinaga
pemasaran atau konsumen batu bata yaitu hanya dari desa ke desa saja. Terkadang
46
kenaikan harga jual batu bata dipasaran, maka para pengusaha batu bata di Desa
Sigaol Marbun berupaya untuk terus meningkatkan hasil produksinya.
Dikarenakan semakin banyaknya permintaan dan pembangunan semakin
meningkat pula permintaan batu bata dan lebih luas pula pemasarannya sampai ke
daerah-daerah seperti ke Aceh, Dolok Sanggul, Sumbul, Sidikalang, dan Porsea.
Usaha batu bata merupakan salah satu jenis usaha dibidang bangunan/
material yang memiliki prospek ekonomi yang baik. Namun demikian tidak serta
merta seseorang dapat melakukan kegiatan usaha tersebut dengan mengharap
keuntungan yang besar tanpa memahami dunia bahan bangunan, khususnya mengenal
usaha pembuatan batu bata
3.2.Perkembangan Usaha Batu bata di Desa Sigaol Marbun Kecamatan Palipi Tahun 2000-2005
3.2.1. Penggunaan Mesin
Pada awal usaha batu bata ini yaitu masih menggunakan cetak manual atau
cetak tangan.Dimana masih menghasilkan batu bata dalam jumlah yang masih dalam
hitungan ratusan. Semakin berkembangnya usaha batu bata yang ada di Desa Sigaol
Marbun ditunjukkan dengan adanya cetak batu bata yaitu mesin batu bata yang sudah
47
Pada proses pembuatan batu bata yang telah menggunakan
mesin,membuatnya lebih praktis dan lebih cepat karena semua sudah menggunakan
mesin baik dalam pengolahan tanah maupun dalam pencetakannya. Dalam jangka
waktu satu hari dapat menghasilkan batu bata lebih dari 1500 batu bata. Dalam
proses pembuatan batu bata di Desa Sigaol Marbun yang dilakukan dengan cetak
mesin yaitu membutuhkan empat (4) orang pekerja yaitu satu orang mencetak batu
bata, satu orang memasukkan tanah ke dalam mesin, satu orang mengambil batu bata
dari cetakan dan mengantarkan ke tempat penjemuran 19
Tetapi bila dibandingkan dengan pembuatan batu bata secara manual atau
cetak tangan di Desa Sigaol Marbun, biaya Tenaga kerja yang dbutuhkan untuk
pembuatan batu bata lebih banyak. Dimana biaya yang harus dikeluarkan dalam
penggunaan cetak mesin yaitu minyak solar untuk mesin cetak batu bata, rokok buat
pekerja, upah pekerja, tempat tinggal pekerja, kopi, dll. .
Proses pembuatan batu bata yang dilakukan secara cetak mesin yaitu:
awalnya tanah yang sudah disiapkan dekat dengan mesin cetak batu bata dan
dimasukkan kedalam mesin. Tanah diaduk dan dipadatkan kemudian dicetak
berbentuk persegi panjang. Cetakan tanah yang kluar dari mesin berbentuk
memanjang tersebut dipotong mengunakan kawat yang sudah terpasang. Setelah
tanah tercetak, disusun dan dikeringkan disuatu tempat ataupun tanah kosong.Setelah
19
48
tempat pembakaran dikosongkan dari pembakaran sebelumnya, cetakan dimasukkan
dan dibakar. Proses pembakaran dilakukan selama 3 hari 3 malam tanpa berhenti.
Berkembangnnya usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun, karena tanahnya
yang sesuai dengan material untuk membuat batu bata yaitu tanah liat. Akhirnya
usaha batu bata ini menjadi mata pencaharian utama di Desa Sigaol
Marbun.Perkembangan usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun telah mengubah
kondisi kehidupan masyarakat Desa Sigaol Marbun.
Setelah usaha batu bata ini berkembang menjadi mata pencaharian utama
asyarakat Desa Sigaol Marbun, alat-alat yang digunakan mulai berkembang sedikit
demi sedikit seperti alat pencetak batu bata yang awalnya masih menggunakan cetak
satu yang hanya bisa menghasilkan satu biji batu bata. Dan semakin berkembang
dengan adanya cetak dua, tiga dan sampai cetak empat yang bisa menghasilkan batu
bata dengan sampai empat biji batu bata. Kemudian pada tahun 2000, pengusaha batu
bata di Desa Sigaol Marbun sudah menggunakan cetak mesin yang didatangkan dari
Bandung untuk memproduksi batu bata. Penggunaan mesin mempermudah
pembuatan batu bata dan menghasilkan batu bata dalam jumlah yang lebih banyak.
Setelah menggunkan cetak mesin, maka alat-alat yang digunakan dalam
pembuatan batu bata yaitu:
49
- Mesin dompeng yang berfungsi sebagai penggerak mesin pencetak
batu bata
- Cangkul
- Sekop
- Beko
- Plastik putih
Tabel 4
Daftar Pengusaha Batu bata Tahun 2000-2005 No Tahun Jumlah
Pengrajin
1 2000 23
2 2001 25
3 2002 29
4 2003 32
5 2004 44
6 2005 49
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, setelah berkembangnya usaha batu
bata di Desa Sigaol Marbun yang ditandai dengan adanya cetak mesin batu bata
50
semakin banyaknya masyarakat Sigaol Marbun yang membuka usaha batu bata. Pada
tahun 2001, penduduk Desa Sigaol Marbun yang membuka usaha batu bata sudah
sekitar 25 KK. Kemudian pada tahun 2002 penduduk Siagol Marbun yang membuka
usaha batu bata sudah mencapai 29 KK dan sampai pada tahun 2005, penduduk Desa
Sigaol Marbun yang membuka usaha batu bata yaitu sekitar 49 KK.
3.2.2. Tenaga Kerja
Seluruh bahan baku untuk menghasilkan barang harus diolah dan diproses
oleh para tenaga kerja. Pada awal adanya usaha batu bata yang telah di buka oleh
Genteng Sinaga penduduk Desa Sigaol Marbun awalnya masih menggunakan tenaga
kerja kerbau dalam hal pengolaan tanah dengan di injak-injak oleh kerbau. Awal
usaha batu bata ini yaitu pada tahun 1970, usaha ini masih usaha kecil-kecilan
sehingga penduduk Desa Sigaol Marbun yang telah membuka usaha batu bata belom
mencari tenaga kerja atau karyawan untuk dipekerjakan dalam proses pembuatan batu
bata.
Awal adanya usaha batu bata di desa ini pekerja ataupun tenaga kerjanya yang
telah membantu dalam proses pembuatan batu bata di Desa Sigaol Marbun ini yaitu
berasal anggota keluarga sendiri. Pada tahun 1998 dengan semakin bertambanya
pengusaha batu bata di desa ini membuat mereka harus mencari tenaga kerja untuk
51
Ditambah dengan semakin berkembangnya usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun
ini yaitu pada tahun 2000 dengan adanya cetak mesin batu bata maka kebanyakan
pengusaha batu bata ini harus mencari tenaga kerjanya.
Asal pekerja yang dipekerjakan oleh pengusaha batu bata di Desa Sigaol
Marbun yaitu orang-orang Jawa yang dari daerah Lubuk Pakam, Tebing Tinggi dan
juga dari daerah Sidikalang.Sistem kerja mereka yaitu para pekerja yang datang
langsung ke Desa Sigaol Marbun yang di dengar berita bahwa masyarakat Sigaol
Marbun membutuhkan tenaga kerja untuk di pekerjakan sebagai pengolah batu
bata.Dengan menggunakan cetakan mesin mereka dapat memproduksi batu bata
1000-1500 biji batu bata perharinya dengan pekerja 4-5 orang.
Pada tahun 2000, pendapatan yang diperoleh oleh pekerja industri batu bata di
Desa Sigaol Marbun yaitu hanya Rp. 15.000 per harinya.Dan perbulannya mereka
mendapatkan Rp. 450.000 per orang. Tetapi dengan semakin berkembangnya usaha
batu bata dan semakin banyaknya permintaan akan batu bata maka harga batu bata
pun semakin naik dan tentunya gaji para karyawan juga bertambah naik menjadi Rp.
600.000 per minggunya bersih. Rokok dan makanan ditanggung oleh pengusaha batu
bata dan juga tempat tinggal telah disediakan buat pekerja industri batu bata yang
datang dari daerah lain seperti dari daerah Lubuk Pakam dan juga dari Tebing20
20
52
Para pekerja yang memproduksi batu bata di Desa Sigaol Marbun ini
bermacam-macam.Ada yang sudah berumah tangga dan ada juga yang masih lajang.
Jadi mereka yang berumah tangga membawa sang istri dan juga anak-anaknya ke
daerah Sigaol Marbun dan mereka tinggal di sebuah rumah seperti kos-kosan yang
telah disediakan oleh pengusaha batu bata. Sehingga mereka yang dari darah jauh
seperti dari Lubuk Pakam dan juga dari Tebing tinggi harus pulang sekali dalam
setahun seperti hari raya21
Jumlah pekerja dalam satu pengusaha batu bata hampir 15-20 orang karena
setiap satu pengusaha batu bata memiliki 3 sampai 4 usaha batu bata sehingga
membutuhkan tenaga kerja yang banyak untuk mengolah batu batanya. Tenaga kerja
yang diperlukan dalam usaha batu bata ini pada umumnya ialah pria. Terutama dalam
proses pengangkutan tanah, pengangkutan batu bata yang sudah di cetak, juga dalam
proses pembakaran batu bata. Tetapi di daerah Sigaol Marbun bukan hanya pria saja
yang dicari tetapi juga perempuan dalam hal mencetak dan juga mendorong beko
berisi batu bata untuk dikeringkan.Sehingga upah antara pekerja wanita dengan pria
tidak berbeda.
.
21
53 3.1.Transportasi
Usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun cukup berkembang pesat dari awal
usaha ini mulai dikembangkan oleh para pemduduk Desa Sigaol Marbun dan juga
dikarenakan oleh kualitas batu bata yang dihasilkan di Desa Sigaol Marbun ini adalah
kualitas yang cukup baik sehingga banyak daerah yang memesan batu bata ke Desa
Sigaol Marbun dan juga dikarenakan oleh faktor tanah yang hanya menggunakan
bahan tanah liat dan tidak adanya campuran seperti tanah merah.
Transportasi merupakan suatu jasa yang digunakan guna mengangkat
barang-barang dan orang-orang yang dibawa dari suatu tempat ketempat yang lain.
Transportasi yang digunakan untuk mengangkut bahan mentah dan hasil produksi
digunakan jenis angkut truk. Hal ini dilakukan agar dapat mengangkut hasil produksi
dalam jumlah yang banyak.Dengan demikian dapat menambah pendapatan pengusaha
tersebut.
Namun pada tahun 1980 hanya 3 pengusaha yang memiliki transportasi
pribadi. Pengusaha yang tidak memiliki alat angkutan sendiri biasanya menggunakan
truk yang dimiliki oleh agen atau transportasi pembeli batu bata hasil produksi
tersebut.
Pada tahun 1980 –an para pengusaha batu bata di Desa Sigaol Marbun
mengumpulkan barang produksi batu bata untuk dijual pada konsumen.
54
milik sendiri karena sebagian kecil para pengusaha sudah memiliki transportasi
sendiri.
3.2. Harga
Pada awal adanya usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun ini yaitu hanya
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bahkan untuk membuat batu bata sendiri
membangun rumah sendiri. Usaha batu bata ini berkembang pesat sesuai dengan
meningkatnya pembangunan sekarang ini dan semakin meningkat pula permintaan
batu bata. Harga batu bata bergantung pada kualitas batu yang dihasilkan.Dimana
perbedaan harga didasarkan pada besar kecilnya batu bata tersebut. Pada umumnya
ukuran batu bata dengan menggunakan cetak manual lebih besar dari pada cetak
mesin. Ukuran batu bata berukuran tebal 4,5 cm dan panjang kira-kira 20 cm dengan
menggunakan cetak manual. Sedangkan ukuran batu bata dengan cetak mesin
berukuran kira-kira ketebalan 3-4 cm sedangkan lebar kira-kira 20 cm.
Pada awal adanya usaha batu bata di desa ini yaitu masih menggunakan cetak
manual atau cetak tangan, harga batu bata pada tahun 1975-an masih mencapai Rp
70,00 per biji. Keuntungan masih bisa diperoleh karena bahan dasar yaitu tanah liat
masih didapatkan dari daerah itu sendiri.
Penjualan batu bata di Desa Sigaol Marbun pada umumnya dalam bentuk
55
jumlah pemesanan konsumen. Pada umumnya saat musim hujan, harga batu bata
melunjak tinggi. Kenaikan harga juga dipicu kenaikan harga barang-barang pokok
untuk kebutuhan sehari-hari maka secara otomatis harga batu bata juga mengalami
kenaikan. Dan juga dikarenakan sudah mengeringkannya dan sumber bahan bakar
seperti kayu sulit di dapat.
Setelah berkembangnya usaha batu bata yang ada di Desa Sigaol Marbun ini
dengan adanya mesin cetak batu bata pada tahun 2000 dan menghasilkan banyak batu
bata setiap harinya maka harga batu bata semakin meningkat dan sampai tahun 2005
harga batu bata mencapai Rp 270,00 – Rp 300,00 per bijinya.
Harga batu bata juga dipengaruhi oleh musin dimana pada musim kemarau
harga batu btaa akan cenderung lebih murah. Hal ini disebabkan pada musim
kemarau banyak produksi batu bata yang dihasilkan karena penjemuran yang relatif
lebih cepat. Pada musim hujan harga batu bata akan sedikit lebih mahal dikarenakan
batu bata yang telah selesai diolah dan dicetak akan susah untuk kering sehingga
batu bata tersebut tidak akan bisa dibakar dan di produksi lebih banyak dan kayu
bakar yang digunakan untuk pembakaran batu bata susah didapat. Apabila batubata
itu tetap saja di bakar tanpa dikeringkan atau dijemur terlebih dahulu maka hasil yang
di dapatkan pun tidak maksimal. Jika hal ini terjadi maka harga batu bata pun akan
56
Jumlah produksi batu bata menyebabkan batu bata tidak banyak beredar di
pasaran sehingga secara otomatis harganya akan melunjak karena jumlah permintaan
lebih besar dibandingkan jumlah produksi.
Tabel 5. Pendapatan Pengusaha Batu bata dengan Cetak Manual di Desa Sigaol Marbun:
No Tahun Pendapatan/bulan
1 1970 Rp. 300.000- Rp. 450.000
2 1980 Rp. 450.000- Rp. 650.000
3 1990 Rp. 650.000- Rp. 700.000
4 2000 Rp. 700.000- Rp. 950.000
Tabel 6. Pendapatan Pengusaha Batu bata dengan Cetak Mesin di Desa Sigaol Marbun:
No Tahun Pendapatan/Bulan
1 2001 Rp. 950.000- Rp. 110.000
2 2002 Rp. 110.000- Rp. 1.220.000
3 2003 Rp. 1.220.000- Rp. 1.996.600
4 2004 Rp. 1.996.600- Rp. 2.770.000
57
Dari data yang di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa pendapatan yang di
peroleh pengusaha batu bata yang ada di Desa Sigaol Marbun tertinggi yaitu Rp.
3.550.000 dan terendah Rp. 1.220.000, pendapatan pengusaha industri batu bata di
58 BAB IV
DAMPAK USAHA BATU BATA BAGI MASYARAKAT DESA SIGAOL MARBUN TAHUN 1970-2005
Pada awal adanya usaha batu bata yang ada di Desa Sigaol Marbun,
penggunaan bahan baku batu bata ini adalah tanah liat yang berasal dari daerah Sigaol
Marbun sendiri. Penggunaan bahan baku tanah liat ini menghasilkan batu bata
dengan kualitas yang bagus dengan tidak dicampurnya dengan bahan lain seperti
tanah merah.
Perkembangan teknologi pengolahan usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun
menjadikan usaha ini menjadi mata pencaharian utama bagi masyarakat Desa Sigaol
Marbun sendiri. Teknlogi pengolahan batu bata yang terus berkembang semakin
maju, dimana teknologi pengolahan dengan menggunakan cetak manual bisa beralih
ke cetak mesin dan semakin mempermudah pengolahan batu bata dan menghasilkan
batu bata dalam jumlah yang banyak perharinya.
Dengan semakin berkembangnya usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun ini
ternyata juga membuahkan hasil yang positif terhadap perkembangan kehidupan di
desa ini. Dengan adanya penghasilan yang tetap dan penjualan produksi batu bata ini,
maka para pengusaha telah mampu memenuhi kebutuhan pokoknya sendiri dalam
kehidupan sehari-hari. Kebutuhan pokok yaitu kebutuhan primer seperti pangan,
59
hasil yang positif maka dengan semakin berkembangnya usaha batu bata di Desa
Sigaol Marbun membawa dampak negatif juga terhadap masyarakat Desa Sigaol
Marbun yaitu merusakkan ekosistem tanah dengan mengeksploitasi Sumber Daya
Tanah secara terus menerus, dibuktikan dengan banyaknya lubang hasil penggalian
tanah untuk bahan baku usaha batu bata22
Perkembangan perekonomian akibat pengolahan alam, disamping untuk
mengembangkan lingkungan hidup juga merusakkan sebahagian lingkungan hidup.
Pengerukan ataupun penggalian tanah yang dilakukan secara terus menerus akan
mengakibatkan kerusakan lingkungan seperti tanah longsor, banjir dan lainnya .
23
.
4.1. Sosial
Kehidupan sosial manusia dipengaruhi oleh kedudukan dan peran mereka
dalam masyarakat.Begitu pula interaksi berdampak pada hubungan sosial individu
dengan sesamanya. Hubungan sosial dapat terjadi dengan berbagai kepentingan atau
didasari pada sebuah latar belakang yang sederhana, seperti komunikasi,
bercakap-cakap adalah sangat penting bagi manusia sebagi makhluk sosial, biasa terjadi dua
atau lebih individu yang bertemu, baik saling mengenal maupun tidak akan terlibat
dalam sebuah topik pembicaraan. Seperti sudah kebiasaan, dimana saja manusia akan
berinteraksi dengan sesamanya. Interaksi dengan tujuan ekonomi juga dapat terjadi
22
Philip Kristanto, Ekologi Industri, (Surabaya: Penerbit Andi, 2000). Hlm.5.
23
60
karena lewat aktivitas sosial dan sebaliknya. Interaksi sebagai kegiatan sosial dapat
memicu konflik.
Setiap komunikasi masyarakat akan selalu mempunyai norma-norma sesuai
dengan tradisi masyarakat itu sendiri. Tanpa adanya sebuah norma ataupun
auran-aturan maka masyarakat akan cenderung anarkis terhadap masyarakat lainnya.
Norma adalah sebuah nilai yang diyakini masyarakat untuk dipatuhi dari
kesepakatan-kesepakatan yang terjadi antara masyarakat itu sendiri. Adapun system
kekerabatan yang tumbuh antara sesama pengusaha batu bata dan pengusaha batu
bata dengan masyarakat lainnya selalu berdasarkan adat istiadat yang ada di
masyarakat Batak Toba.
Adat istiadat yang dimaksud yaitu Dalihan Natolu24
Penduduk Desa Sigaol Marbun berasal dari latarbelakang yang sama,
sehingga tradisi-tradisi mufakat, gotong royong dan kearifan lokal yang lain sudah
dilakukan oleh masyarakat sejak adanya Desa Sigaol Marbun dan hal tersebut secara , yaitusomba
marhula-hula, manat mardongan tubu, elek marboru tetap menjadi aturan yang ditaati dan
dipegang teguh oleh masyarakat Desa Sigaol Marbun. Artinya adalah bahwa disetiap
kehidupan bermasyarakat ada kedudukan yang harus di hormati sesuai dengan
predikat yang ada, karena konsep dalihan natolu tersebut sudah mencakup
keseluruhan konsep dari adat-istiadat masyarakat bata yang ada.
24
61
efektif dapat menghindarkan adanya benturan-benturan antar kelompok masyarakat.
Dengan adanya usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun yaitu mengakibatkan asap
ataupun polusi bagi masyarakat Desa Sigaol Marbun.
4.2. Pendidikan
Pendidikan sangat penting bagi masa depan anak-anak. Pendidikan
merupakan salah satu faktor untuk mencapai tingkat kemajuan serta faktor untuk
mendapat kehidupan yang lebih layak. Pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat
merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan.
Pendidikan ini juga merupakan suatu konsumsi yang sangat erat hubungannya
dengan lingkungan sosial dan sudah merupakan tuntutan jaman. Pendidikan biasanya
bisa didapatkan dimana saja. Baik itu pendidikan non formal maupun pendidikan
formal.Manfaat pendidikan sangatlah banyak mulai dari mempersiapkan diri untuk
mencari nafkah, mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi maupun
kepentingan masyarakat, melestarikan kebudayaan dan lain-lain.
Adanya idealisme yang tinggi bagi orang batak untuk mencari jati diri yang
lebih tinggi yaitu hagabeon, hasangapon dan hamoraon (kebahagiaan, harga diri,
ataupun kekuasaan dan kekayaan). Bagi orang Batak idealisme ini tidak terlepas dari
62
Harapan dan keinginan yang tinggi dari para pengusaha batu bata yang ada di
Desa Sigaol Marbun ini yaitu untuk menyekolahkan anaknya dan hal ini tidak
terlepas juga dari motto orang batak yaitu “anakkon hi do hamoraon di au” yang
artinya anaknya lah yang paling berharga bagi orang tuanya atau anaknya lah yang
menjadi kekayaan bagi orang tua.
Pendidikan yang dimaksud dalam pemikiran masyarakat Desa Sigaol Marbun
bukanlah pengalaman yang mereka dapat dalam menjalani hidup.Dibalik semua itu,
masyarakat Desa Sigaol Marbun menginginkan anak-anaknya mendapat pendidikan
formal dari instansi pemerintahan.
Bagi para pengusaha batu bata yang ada di Desa Sigaol Marbun, motivasi
untuk menyekolahkan aak-anak mereka mulai dari SD sampai SMA bahkan
keperguruan tinggi merupakan kewajiban setiap keluarga. Kesadaran akan pendidikan
dalam diri masyarakat Desa Sigaol Marbun sudah ada sejak dahulu. Akan tetapi
akibat pendapatan yang sangat minim sehingga banyak masyarakat yang tidak
mampu membiayai sekolah anak mereka sehingga anak-anak mereka hanya
disekolahan sebatas SMP (Sekolah Menengah Pertama) bahkan ada yang tidak tamat
SD (Sekolah Dasar). Dan jika sudah menyelesaikan sekolah Menengah Pertama
(SMP) suda bisa mengambil langsung seorang mentari ataupun bidan desa25
25
63
Untuk pendidikan, minat para orang tua di Desa Sigaol Marbun untuk
menyekolahkan anaknya semakin terwujud dengan adanya tingkat pendapatan
masyarakat yang lebih baik. Dengan adanya usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun,
masyarakat sudah bisa menyekolahkan anaknya ke tingkat SMA bahkan sudah
banyak yang menyekolahkan anaknya sampai keperguruan tinggi. Para orangtua
mengharapkan anaknya kelak tidak sama nasibnya dengan mereka.
Sebelum adanya usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun ini tingkat
pendidikan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai tingkat Sekolah
Menengah Pertama (SMP) relatif masih rendah. Hal ini disebabkan masih sangat
rendahnya kesadaran akan pentingnya arti pendidikan.
Pada tahun1980 di Desa Sigaol Marbun masih satu buah Sekolah Dasar yaitu
SD Impres Kobun No 17.Sedangkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) ada di pusat kecamatan dan harus menempuh jarak sekitar 5
kilometer dan bahkan sampai 15 kilometer. Dan sebagian besar ditempuh dengan
berjalan kaki atau naik sepeda, sedangkan yang lain memilih tinggal di tempat kos
atau tinggal ditempat sanak saudara26
Masyarakat beranggapan bahwa dengan pendidikan yang tinggi bisa lebih
mudah untuk mendapatkan pekerjan yang layak, serta kehidupan mereka tidak lagi
sebagai petani.Masyarakat juga mengharapkan kelak anak mereka tidak lagi sebagai .
26
64
petani dan juga sebagai pekerja batu bata dan tidak menahan panas matahari dan
dinginnya air hujan. Hal inilah yang membuat masyarakat Desa Sigaol Marbun
berusaha keras untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Mereka rela menguras
tenaga serta pikiran supaya mereka bisa menyekolahkan anak-anak mereka sampai
keperguruan tinggi.
Tabel 7 Sarana Prasarana Sekolah di Desa Sigaol Marbun Kecamatan Palipi
No SEKOLAH JUMLAH
GEDUNG
JUMLAH
GURU
JUMLAH
SISWA
1 SD 1 8 110
2 SLTP
3 SLTA
4 SMK
65
Tabel 8. Indikator Pendidikan di Desa Sigaol Marbun
Indikator
Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menegah Desa Sigaol Marbun Tahun 2003.
4.3. Ekonomi
Pada tahun 1955 awal adanya Desa Sigaol Marbun sampai tahun 1970-an,
masyarakat Desa ini dilanda masalah perekonomian yang diakibatkan oleh tanaman
yang ditanam tidak begitu menghasilkan hasil yang baik dikarenakan oleh faktor
tanah yang tidak mendukung. Jenis tanah di desa ini yaitu berupa tanah liat.
Masyarakat Desa Sigaol Marbun hanya mengandalkan perekonomian subsisten untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya.
Kesulitan perekonomian yang mereka hadapi kemudian dapat teratasi setelah
66
batu bata ini kemudian berhasil dan semakin berkembang karena penggunaan tanah
yang cocok dengan usaha batu bata.Batu bata yang dihasilkan juga berkualiatas tinggi
dan tidak adanya campuran tanah merah.
Usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun ini semakin berkembang hingga dapat
menaikkan taraf prekonomian hidup masyarakat Desa Sigaol Marbun. Pada tahun
1998 pengusaha batu bata di Desa Sigaol Marbun sudah sampai 10 unit tungku batu
bata. Kemudian pada tahun 2005 pengusaha batu bata di desa ini semakin bertambah
yaitu mencapai 60 unit / tungku batu bata dan sampai adanya cetak mesin batu bata
penduduk Desa Sigaol Marbun rata-rata satu kepala rumah tangga mempunyai dua
sampai 3 tempat usaha batu bata yang telah di buka27
Usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun berkembang dan menjadi mata
pencaharian uatama di desa ini, walaupun perbaikan perekonomian masyarakat tidak
sampai pada tingkat konsumsi yang tinggi, yakni terhadap barang-barang mewah,
tetapi setidaknya usaha kerajinan batu bata manfaatnya terasa begitu berarti untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan sebagai tambahan untuk dana pendidikan
anak sampai kepada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
. Perkembangan usaha batu bata
ini juga berdampak positif yakni menjadi jalan keluar bagi masyarakat Sigaol
Marbun untuk mengatasi permasalahan perekonomian yang mereka alami sebelum
usaha batu bata ini berkembang di Desa Sigaol Marbun.
27
67
Hal ini berbeda dengan sebelum adanya usaha batu bata di desa ini, situasi
perekonomian dan pendidikan masih sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Masyarakat juga tidak mementingkan pendidikan. Kebanyakan dari
anak-anak Desa Sigaol Marbun ketika itu hanya menamatkan anaknya sampai tingkat
SMP dan bahkan SD tidak tamat.
Dampak positif dengan adanya usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun ini
ditunjukan dengan semakin meningkatnya taraf kesejahteraan rakyat. Dalam kurun
waktu tidak banyak lagi masyarakat Desa Sigaol Marbun yang menganggur, dan
mereka dapat memenuhi kehidupan sehari-hari mereka tanpa kesulitan, walaupun
yang mereka capai hanya tingkat kesejahteraan hidup yang sederhana.
Kesejahteraan hidup masyarakat Desa Sigaol Marbun yang terus meningkat
terlihat dari segi tempat tinggal mereka. Pada tahun 1990-an tempat tinggal mereka
sudah terlihat lebih baik, rumah-rumah telah berdiri dengan bangunan batu
bata.walaupun tidak seluruhnya rumah di desa ini bangunanya terbuat dari batu bata
atau beton. Ada juga sebahagian yang masih dengan separoh batu, tetapi kondisi ini
sudah lebih baik dibanding kondisi rumah sebelum kemunculan usaha batu bata yang
hanya dibangun dengan papan. Selain itu juga sebagian masyarakat Desa Sigaol
68
bata dan bahan tanah liat dann mobil pribadi, walaupun tidak semua penduduk desa
Sigaol Marbun memiliki mobil28
Maka dengan melihat kondisi rumah yang telah membaik dapat disimpulkan
bahwa terdapat perkembangan perekonomian penduduk setelah kemunculan usaha
batu bata di Desa Sigaol Marbun. .
28
69 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pertanian merupakan sektor ekonomi utama yang menopang kehidupan
hampir seluruh masyarakat Desa Sigaol Marbun, namun ada juga beberapa orang
yang berprofesi sebagai Pegawai Negri Sipil (PNS). Sebelum adanya usaha batu bata
di Desa Sigaol Marbun mata pencaharian utama di desa ini yaitu bertani. Jenis
tanaman yang mereka tanam seperti cabai, jagung, padi dan juga umbi-umbian.Selain
bertani, pada umumnya masyarakat Desa Sigaol Marbun juga peternak yang terdiri
dari ternak besar, kecil dan unggas. Ternak besar seperti kerbau, ternak kecil seperti
kambing dan babi, sedangkan unggas diantaranya adalah ayam. Tetapi karena jenis
tanah di desa ini berupa tanh liat, maka pertanian yang dilakukan oleh penduduk
Desa Sigaol Marbu hanya untuk memenuhi kebutuhan subsisten. Usaha pertanian
tetap diusahakan oleh masyarakat Desa Sigaol Marbun, tetapi karena kondisi tanah
yang kurang memungkinkan untuk pertanian, maka hasilnya juga kurang
berkembang.Kondisi ini yang membuat dan mengharuskan masyarakat Desa Sigaol
Marbun berusaha mengatasinya dengan membuka usaha batu bata.
Usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun berdiri pada tahun 1970 yang di
awali oleh seorang kakek yang bernama Genteng Sinaga. Genteng Sinaga pada tahun
70
keperluan sendiri. Namun karena ada juga permintaan dari masyarakat maka beliau
bertahan sampai lima tahun sebagai pengusaha genteng dan bahkan penduduk Sigaol
Marbun yang lainnya juga ikut membuat usaha genteng tetapi hanya untuk keperluan
sendiri. Kemudian pada tahun 1970, Genteng Sinaga mengganti usaha genteng
menjadi batu bata. Hal ini dilakukan karena adanya kebutuhan akan batu bata maka
sejak tahun 1970 inilah Genteng Sinaga mengganti usaha genteng menjadi batu bata.
Pembuatan batu bata yang dilakukan oleh Genteng Sinaga ini membuahkan hasil dan
juga karena bahan baku yang digunakan juga tersedia di desa ini. Pembuatan batu
bata yang dilakukan oleh Genteng Sinaga dilakukan dengan menggunakan alat-alat
tradisional yaitu yang terbuat dari kayu yang dibentuk persegi panjang dan
membaginya menjadi beberapa bagian yang disebut cetak manual. Dengan melihat
keberhasilan Genteng Sinaga, maka penduduk Desa Sigaol Marbun yang lainnya juga
mengikut Genteng Sinaga membuat batu bata dari bahan tanah liat. Berkembangnya
usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun karena tanahnya yang sesuai dengan material
untuk membuat batu bata yaitu tanah liat. Akhirnya usaha batu bata ini menjadi mata
pencaharian utama di Desa Sigaol Marbun.Dengan adanya usaha batu bata di desa in
I tidak membuat masyarakat Desa Sigaol Marbun berhenti tidak bertani, tetapi
mereka tetap melakukan dan menanam padi.
Pada awalnya usaha batu bata ini masih menggunakan cetak manual atau
cetak tangan.Dimana mamsih menghasilkan batu bata dalam jumlah yang masih
71
Sigaol Marbun ditunjukkan dengan adanya cetak batu bata yaitu mesin cetak batu
bata yang sudah digunakan oleh para pengusaha batu bata yaitu pada tahun 2000.
Perkembangan usaha batu bata di Desa Sigaol Marbuntidak terlepas dengan kondisi
tanah di desa ini yang sangat mendukung usaha pembuatan batu bata. Selain itu
perkembangan usaha batu bata ini juga dipengaruhi oleh kualitas tanah yang bagus
dengan tidak menggunakan bahan campuran seperti tanah merah karena bahan
untuk pembuatan batu bata di Desa Sigaol Marbun asli menggunakan tanah liat.
Dengan adanya usaha batu bata ini, penduduk Desa Sigaol Marbun dapat
mengatasi permasalahan perekonomian yang mereka hadapi dengan memanfaatkan
Sumber Daya Alam yang tersedia.Perbaikan dalam taraf perekonomian mereka
secara tidak langsung juga memperbaiki tingkat pendidikan. Dengan berkembangnya
usaha batu bata maka pengusaha dan pekerja dapat meningkakan pendidikan
anak-anaknya.Dari hasil mengelola atau bekerja pada usaha batu bata, maka mereka
memperoleh biaya pendidikan. Bagi masyarakat Desa Sigaol Marbun pendidikan
merupakan sesuatu yang harus dimiliki karena merupakan salah satu penyebab
peningkat martabat keluarga. Peningkatan perekonomian masyaraat Desa Sigaol
Marbun juga mengalami peningkatan yang drastis yang mana dapat dilihat dari
rumah-rumah penduduknya yang rata-rata sudah permanen juga barang-barang yang
72 5.2. Saran
Sebagai sebuah usaha kecil yang member dampak positif bagi kehidupan
masyarakat Desa Sigaol Marbun, sangat diperlukan adanya dukungan dan perhatian
dari pemerintah guna memperlancar usaha produksi. Berbagai bantuan baik dalam
permodalan maupun pendidikan yang snagat diharapkan, hal itu dikarenakan belum
adanya sekolah menengah tingkat atas di Desa Sigaol Marbun sehingga apabila
penduduknya ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi maka mereka harus
menempuh jarak sekitar 10-15 kilometer. Serta diharapkan agar pemerintah
menghimbau pihak bank untuk tidak mempersulit proses peminjaman modal. Dari
pihak pengusaha dan pekerja diharapkan untuk mau menerima perubahan yang
menyangkut kegiatan usaha batu bata. Penulis juga berharap kepada Pemerintah
Kabupaten Samosir supaya memperbaiki jalan di daerah Desa Sigaol Marbun.Supaya
12 BAB II
GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI
2.1. Letak Geografis
Desa Sigaol Marbun merupakan salah satu desa di Kecamatan Palipi yang
berada di Kabupaten Samosir. Kecamatan Palipi terletak sekitar 20 kilometer dari
pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran
dari Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2004.
Kecamatan Palipi berbatasan dengan wilayah:
Sebelah Utara berbatasan :berbatasan dengan Kecamatan Simanindo dan
Kecamatan Ronggur Nihuta
Sebelah Selatan :berbatasan dengan Kecamatan Sitio-tio dan Danau
Toba
Sebelah Barat :berbatasan dengan Kecamatan Pangururan
Sebelah Timur :berbatasan dengan Kecamatan Naingolan
Secara geografis Kabupaten Samosir terletak antara 2˚21’38’’ -2’49’48’’ LU
dan 98˚ 24’00’’ -99˚ 01’48’’ BT dengan ketinggian antara 904-2.157 di atas
13
Pada tahun 1931 waktu jaman Belanda terpilih satu Raja atau Pandua di Desa
Sigaol Marbun, yang terpilihnya satu marga yaitu marga marbun yang bernama
Jongga Marbun. Sesudah terpilihnya Jongga Marbun terbentuklah Sigaol Marbun,
karena pada itulah siapa yang memimpin suatu daerah atau yang memegang
kekuasaan mulai jaman itulah terbentuk Sigaol Marbun, karena memegang Kerajaan
pada saat itu marga Marbun, maka pada tahun 1932 Sigaol Marbun terdiri dari 3
Kampung yaitu:
1. Sigaol Dolok
2. Kampung Puntu Bosi
3. Kampung Sipoholon
Kemudian Belanda memerintahkan Pandua Marbun agar Kampung Puntu
Bosi dan Kampung Sipoholon disatukan, maka pada tahun 1948 kedua kampung ini
disatukan dan Sigaol Marbun menjadi 2 kampung yaitu Sigaol Dolok dan Kampung
Puntu Bosi Sipoholon. Kemudian pada tahun 1955, terbentuklah Kecamatan Palipi
yang dipimpin oleh Camat. Camat memerintahkan Pandua agar Sigaol Marbun
disatukan yaitu Sigaol Dolok dan Kampung Puntu Bosi Sipoholon jadi satu kampong
dan saat itulah Sigaol Marbun menjadi satu nama yaitu Desa Sigaol Marbun dengan
batas-batas6:
6
14
Sebelah Utara - Desa Huta Ginjang
Sebelah Selatan - Desa Sigaol Simbolon
Sebelah Barat - Desa Reniate
Sebelah Timur - Desa Simbolon Purba
Desa Sigaol Marbun Kabupaten Samosir memiliki luas wilayah 6,4��2 yang
terdiri dari luas daratan 6,4 ��2 dan perairan Danau Toba 0��27.
Pembagian wilayah Desa Sigaol Marbun dibagi menjadi 4 (empat) dusun
yang dipimpin oleh Kepala Dusun yang merupakan bagian dari struktur Pemerintahan
Desa. Masing-masing dusun tidak ada pembagian wilayah secara administrasi
pemerintahan, namun secara kultur bisa dibedakan atas beberapa kampung yang
dikenal dengan “huta8” ataupun ‘Lumban9
Selama puluhan tahun kondisi ini masih tetap dipertahankan dan belum ada
masalah, kecuali persoalan keadministrasian karna belum dikenal penamaan jalan dan
penomoran rumah warga.
’, masing-masing kampung ini memiliki
nama tersendiri yang menjadi identitas setiap warga yang bermukim di dalamnya.
Secara administratif ke empat dusun yang ada di Desa Sigaol Marbun
Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir yaitu:
7
BPS Kabupaten Samosir dalam angka 2002.hlm 3.
8
Huta adalah kampung atau perkampungan yang bersifat otonom dalam Kerajaan Batak.
9
15 1. Dusun I yaitu: -Hamente
-Sampe Horas
-Aek Nauli
-Banjar Marbun
-Silintong
-Kobun
2. Dusun II yaitu:-Naibaho
-Sidolgi-dolgi
-Buntu Mauli
-Sigalingging
-Sosor Sada
-Parhombanan
-Sosor Dua
-Lumban Julu
-Onan Jadi
-Sitapongan
16 3.Dusun III yaitu: -Hutasitanggang
-Lumban Sinaga
-Sigeduk
-Upasuhut
-Lumban Manik
-Sirimbang
-Lumban tonga-tonga
-Buntu Bosi
-Siulakhosa
4. Dusun IV yaitu: -Simar Haliang
-Upahoda
-Sosor baru
-Sipoholon
Akan tetapi pada tahun 2000, dusun IV digabung ke dusun I maka pada
saat itu Desa Sigaol Marbun menjadi tiga dusun. Jarak waktu antara pembukaan dari