• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengkajian Peluang Konsentrat Limbah Cair Dan Abu Boiler Pabrik Kelapa Sawit Sebagai Sumber Unsur Hara Tanah Ultisol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengkajian Peluang Konsentrat Limbah Cair Dan Abu Boiler Pabrik Kelapa Sawit Sebagai Sumber Unsur Hara Tanah Ultisol"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PENGKAJIAN PELUANG KONSENTRAT LIMBAH CAIR DAN ABU BOILER PABRIK KELAPA SAWIT SEBAGAI SUMBER UNSUR HARA

TANAH ULTISOL

SKRIPSI

OLEH

IRMA ELIA PERANGIN ANGIN 100301219

ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGKAJIAN PELUANG KONSENTRAT LIMBAH CAIR DAN ABU BOILER PABRIK KELAPA SAWIT SEBAGAI SUMBER UNSUR HARA

TANAH ULTISOL

SKRIPSI

Oleh

IRMA ELIA PERANGIN ANGIN 100301219

ILMU TANAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

Penelitian rumah kaca bertujuan untuk mengkaji peluang konsentrat limbah cair dan abu boiler sebagai penambah unsur hara tanah Ultisol. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua faktor yaitu pemberian konsentrat (0, 10, 20, 30 ton/ha) dan abu boiler (0, 50, 100, 150 kg K2O/ha).

Parameter yang diamati adalah pH, C-organik, N-total, P-tersedia, dan K-tukar,sedangkan sesudah panen masa vegetatif parameter yang diamati yaitu berat kering tajuk, berat kering akar, dan serapan N,P,K tanaman. Konsentrat dapat meningkatkan pH menjadi 5,63, C-organik 0,64%, N-total 0,11%, P-tersedia 30,49 ppm, K-tukar 0,552 me/100, tinggi tanaman 142,83 g, berat kering tajuk 11,70 g, berat kering akar 2,86 g, serapan N tanaman 22,132 mg N/tanaman, serapan P 0,752 mg P/tanaman, serapan K 23,453 mg K/tanaman dan abu boiler mampu meningkatkan pH menjadi 5,73, P-tersedia 23,98 ppm, K-tukar 0,715 me/100, serapan P 0,638 mg P/tanaman. Dosis yang terbaik pada aplikasi konsentrat limbah cair adalah 150 g/pot dan pada abu boiler adalah 27,3 g/pot.

(4)

ABSTRACT

Greenhouse study aims to assess the chances of concentrated wastewater and boiler ash as an nutrient source Ultisol. This study using a complete block randomized design with two factors, namely the provision of concentrate (0, 10, 20, 30 ton / ha) and boiler ash (0, 50, 100, 150 kg K2O / ha). Parameters measured were pH, organic C, N-total, P-available, and K-exchange, while the post-harvest period of vegetative parameters observed were plant height, shoot dry weight, root dry weight, and the uptake of N, P, K plants. Concentrate can raise the pH to 5.63, 0.64% organic C, N-total 0.11%, P available 30.49 ppm, K-exchange 0.552 me / 100, 142.83 g plant height, dry weight 11.70 g canopy, root dry weight of 2.86 g, N uptake 22.132 mg N / plant uptake P 0.752 mg P / plants, absorption K 23.453 mg K / plant and boiler ash is able to increase the pH to 5.73, P -available 23.98 ppm, K-exchange 0.715 me / 100, P uptake of 0.638 mg P / plant. The best dosage to the application of liquid waste concentrate was 150 g / pot and boiler ash is 27.3 g / pot.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pemanfaatan Konsentrat Limbah Cair dan Abu Boiler Pabrik Kelapa

Sawit sebagai pPenambah Unsur Hara Tanah Ultisol”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua

orang tua yang membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. Mukhlis Msi dan Ir. Razali,

MP. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan

memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis.

Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

pihak yang membutuhkan.

Medan, Maret 2015

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Selamat pada tanggal 18 Oktober 1991 dari

ayah Salanta Perangin angin dan ibu Ani Waty Sinabutar. Penulis merupakan

putri kedua dari tiga bersaudara.

Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Santo Thomas 2 Medan dan pada

tahun 2010 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis memilih minat studi Ilmu

Tanah, Program Studi Agroekoteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan

Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK), anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu

Tanah (IMILTA) dan sebagai anggota pada organisasi Ikatan Mahasiswa Katolik

(IMK).

Penulis melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan

Nusantara III Kebun Huta Padang Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan

(7)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK

...

i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian ... 2

Kegunaan Penulisan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tanah Ultisol ... 4

Limbah Pabrik Kelapa Sawit ... 5

Limbah Cair ... 6

Limbah Padat ... 10

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode Penelitian... 14

Pelaksanaan Penelitian ... 16

Persiapan contoh tanah ... 16

Persiapan konsentrat limbah cair ... 16

Persiapan Abu Boiler ... 16

Aplikasi perlakuan ... 17

Penanaman ... 17

Pemeliharaan ... 17

Parameter Pengamatan ... 17

Sesudah inkubasi ... 17

Sesudah panen ... 18

(8)

Hasil ... 19

pH Tanah ... 19

C-organik Tanah... 19

N-total Tanah ... 20

P-tersedia Tanah ... 21

K-tukar ... 22

Tinggi tanaman... 23

Berat kering tajuk ... 23

Berat kering akar ... 24

Serapan N tanaman ... 25

Serapan P tanaman ... 25

Serapan K tanaman ... 26

Pembahasan ... 37

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 30

Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

(9)

DAFTAR TABEL

No Uraian Hal

1 pH tanah Ultisol dengan pemberian konsentrat limbah cair dan abu boiler pabrik kelapa sawit

19

2 Kadar C-organik tanah Ultisol dengan pemberian konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit dan abu boiler pabrik kelapa sawit

20

3 Kandungan N-total tanah Ultisol dengan pemberian

konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit dan abu boiler pabrik kelapa sawit

26

4 Kandungan P-tersedia tanah Ultisol dengan pemberian

konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit dan abu boiler pabrik kelapa sawit

28

5 Kandungan K-tukar tanah Ultisol dengan pemberian

konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit dan abu boiler pabrik kelapa sawit

29

6 Tinggi tanaman dengan pemberian konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit dan abu boiler pabrik kelapa sawit

30

7 Berat kering tajuk dengan pemberian konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit dan abu boiler pabrik kelapa sawit

31

8 Berat kering akar dengan pemberian abu boiler pabrik kelapa sawit dan abu boiler pabrik kelapa sawit

32

9 Serapan N tanaman dengan pemberian konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit dan abu boiler pabrik kelapa sawit

33

10 Serapan P tanaman dengan pemberian konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit dan abu boiler pabrik kelapa sawit

34

11 Serapan K tanaman dengan pemberian konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit dan abu boiler pabrik kelapa sawit

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Uraian Hal

1 Analisis awal tanah 34

2 Analisis konsentrat 34

3 Analisis abu boiler 34

4 Bagan Penelitian 35

5 pH tanah Ultisol dengan pemberian konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit dan abu boiler pabrik kelapa sawit

36

6 Daftar Sidik Ragam pH tanah Ultisol 36

7 Kadar C-organik tanah Ultisol dengan pemberian konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit dan abu boiler pabrik kelapa sawit

37

8 Daftar Sidik ragam Kadar C-organik tanah Ultisol 37

9 Kandungan P-tersedia tanah Ultisol dengan pemberian

konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit dan abu boiler pabrik kelapa sawit

38

10 Daftar Sidik ragam Kandungan P-tersedia tanah Ultisol 38

11 Kandungan N-total tanah Ultisol dengan pemberian

konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit dan abu boiler pabrik kelapa sawit

39

12 Daftar Sidik ragam Kandungan N-total tanah Ultisol 39

13 Kandungan K-tukar tanah Ultisol dengan pemberian

konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit dan abu boiler pabrik kelapa sawit

40

14 Daftar Sidik ragam Kandungan K-tukar tanah Ultisol 40

15 Tinggi tanaman dengan pemberian konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit dan abu boiler pabrik kelapa sawit

41

16 Daftar Sidik ragam Tinggi tanaman 41

17 Berat kering tajuk dengan pemberian konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit dan abu boiler pabrik kelapa sawit

(11)

18 Daftar Sidik ragam Berat kering tajuk 42

19 Berat kering akar dengan konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit dan abu boiler pabrik kelapa sawit

43

20 Daftar Sidik ragam Berat kering akar 43

21 Serapan N tanaman dengan pemberian konsentrat limbah dan abu boiler pabrik kelapa sawit cair pabrik kelapa sawit

44

22 Daftar Sidik ragam Serapan N tanaman 44

23 Serapan P tanaman dengan pemberian konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit dan abu boiler pabrik kelapa sawit

45

24 Daftar Sidik ragam Serapan P tanaman 45

25 Serapan K tanaman dengan pemberian konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit dan abu boiler pabrik kelapa sawit

46

(12)

ABSTRAK

Penelitian rumah kaca bertujuan untuk mengkaji peluang konsentrat limbah cair dan abu boiler sebagai penambah unsur hara tanah Ultisol. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua faktor yaitu pemberian konsentrat (0, 10, 20, 30 ton/ha) dan abu boiler (0, 50, 100, 150 kg K2O/ha).

Parameter yang diamati adalah pH, C-organik, N-total, P-tersedia, dan K-tukar,sedangkan sesudah panen masa vegetatif parameter yang diamati yaitu berat kering tajuk, berat kering akar, dan serapan N,P,K tanaman. Konsentrat dapat meningkatkan pH menjadi 5,63, C-organik 0,64%, N-total 0,11%, P-tersedia 30,49 ppm, K-tukar 0,552 me/100, tinggi tanaman 142,83 g, berat kering tajuk 11,70 g, berat kering akar 2,86 g, serapan N tanaman 22,132 mg N/tanaman, serapan P 0,752 mg P/tanaman, serapan K 23,453 mg K/tanaman dan abu boiler mampu meningkatkan pH menjadi 5,73, P-tersedia 23,98 ppm, K-tukar 0,715 me/100, serapan P 0,638 mg P/tanaman. Dosis yang terbaik pada aplikasi konsentrat limbah cair adalah 150 g/pot dan pada abu boiler adalah 27,3 g/pot.

(13)

ABSTRACT

Greenhouse study aims to assess the chances of concentrated wastewater and boiler ash as an nutrient source Ultisol. This study using a complete block randomized design with two factors, namely the provision of concentrate (0, 10, 20, 30 ton / ha) and boiler ash (0, 50, 100, 150 kg K2O / ha). Parameters measured were pH, organic C, N-total, P-available, and K-exchange, while the post-harvest period of vegetative parameters observed were plant height, shoot dry weight, root dry weight, and the uptake of N, P, K plants. Concentrate can raise the pH to 5.63, 0.64% organic C, N-total 0.11%, P available 30.49 ppm, K-exchange 0.552 me / 100, 142.83 g plant height, dry weight 11.70 g canopy, root dry weight of 2.86 g, N uptake 22.132 mg N / plant uptake P 0.752 mg P / plants, absorption K 23.453 mg K / plant and boiler ash is able to increase the pH to 5.73, P -available 23.98 ppm, K-exchange 0.715 me / 100, P uptake of 0.638 mg P / plant. The best dosage to the application of liquid waste concentrate was 150 g / pot and boiler ash is 27.3 g / pot.

(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia menurut Direktorat Jenderal

Perkebunan (2011) cenderung meningkat selama tahun 2000-2011 Perkebunan

Besar Swasta (PBS) mendominasi luas areal kelapa sawit, diikuti oleh Perkebunan

Rakyat (PR) dan Perkebunan Besar Negara (PBN). Tahun 2011 luas areal kelapa

sawit Indonesia mencapai 8,91 juta ha, dengan rincian luas areal PBS sebesar 4,65

juta ha (52,22%), luas areal PR sebesar 3,62 juta ha (40,64%), dan luas areal PBN

sebesar 0,64 juta ha (7,15%).

Perkebunan kelapa sawit akan menghasilkan tandan buah segar (TBS)

yang diolah menjadi minyak sawit kasar (crude palm oil/CPO). Pada produksi

CPO akan dihasilkan juga limbah, berupa limbah padat (cangkang, serat, dan

tandan kosong) dan limbah cair. Pengolahan 1 ton TBS akan menghasilkan 23%

tandan kosong, 6,5% cangkang, 13% serabut (serat), dan 50% limbah cair. Dari

pengolahan 1 ton CPO akan menghasilkan 24 ton/jam atau 1,667 m3 limbah cair (Ditjen PPHP, 2006). Apabila kapasitas pengolahan TBS adalah 10 ton/jam, maka

limbah cair yang dihasilkan sebesar 6 m3/jam. Limbah cair kemudian dialirkan pada kolam limbah di lahan aplikasi dan dibiarkan mengendap. Endapan limbah

cair pada kolam inilah yang disebut konsentrat (Rahardjo, 2006). Cangkang dan

serat yang dihasilkan dari pengolahan 100 ton TBS digunakan sebagai bahan

bakar ketel uap (boiler) pada penggilingan minyak sawit yang akan menghasilkan

5% atau 1 ton abu boiler (Fauziah dan Henri, 2013).

Ultisol merupakan salah satu jenis tanah yang cukup luas di Provinsi

Sumatera Utara, namun tanah Ultisol memiliki masalah bila digunakan sebagai

(15)

yang berlangsung secara intensif, dan kandungan bahan organik pada tanah

Ultisol rendah karena adanya proses dekomposisi yang berlangsung cepat dan

sebagian terbawa erosi. Peningkatan produktivitas tanah Ultisol dapat dilakukan

dengan perbaikan tanah (ameliorasi), pemupukan, dan pemberian bahan organik

(Prasetyo danSuriadikarta, 2006).

Produksi limbah cair PKS lahan aplikasi dan abu boiler yang cukup

banyak dan belum dimanfaatkan dengan baik dan mengandung berbagai unsur

hara yang berguna bagi tanah yang miskin seperti ultisol. Dengan demikian perlu

dilakukan pemanfaatan limbah cair di lahan aplikasi dan abu boiler PKS sebagai

penambah unsur hara tanah Ultisol.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peluang konsentrat limbah cair

dan abu boiler pabrik kelapa sawit serta interaksi sebagai sumber hara tanah

Ultisol.

Hipotesa Penelitian

- Pemberian konsentrat limbah cair dari lahan aplikasi dapat meningkatkan

kadar hara tanah Ultisol.

- Pemberian abu boiler pabrik kelapa sawit dapat meningkatkan kadar hara

tanah Ultisol.

- Interaksi antara pemberian konsentrat limbah cair dan abu boiler dapat

(16)

Kegunaan Penelitian

Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan mengenai dosis

konsentrat limbah cair lahan aplikasi dan abu boiler pabrik kelapa sawit untuk

menambah unsur hara tanah Ultisol, dan sebagai salah satu syarat untuk mendapat

gelar sarjana di Program studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas

(17)

TINJAUAN PUSTAKA Tanah Ultisol

Ultisol adalah tanah dengan horizon subpermukaan yang berasal dari

akumulasi liat. Ultisol memiliki kejenuhan basah kurang dari 35% pada

kedalaman 125 cm di bawah batas atas dari horizon argilik atau kandik (tidak

lebih dari 200 cm di bawah permukaan tanah mineral) atau 180 cm di bawah

permukaan tanah mineral jika epipedon kelas – butir berpasir dan paling dangkal

terdapat pada 125 cm di bawah batas atas horizon argilik atau kandik atau 180 cm

di bawah permukaan tanah mineral (Soil survey staff. 2014). Horizon bawah tanah

ultisol berwarna merah dan kuning dan terlihat jelas timbunan oksida besi bebas.

Ultisol masih mempunyai mineral yang dapat melapuk dan terbentuk di atas

permukaan tanah tua (Buckman dan Brady, 1982).

Ultisol memiliki memiliki tingkat kemasaman kurang dari 5,5, bahan

organik rendah sampai sedang,dan nutrisi rendah. Ultisol memiliki kandungan Al

yang tinggi dan menyebabkan terfiksasinya unsur fosfat sehingga ketersediaan

fosfat di dalam larutan tanah berkisar 0-3 ppm (Munir, 1996). Nilai kejenuhan Al

yang tinggi terdapat pada Ultisol yang berasal dari bahan sedimen dan granit yaitu

>60% dan paling rendah terdapat pada Ultisol dari bahan volkan andesitik dan

gamping yaitu 0%. Bahan sedimen merupakan hasil dari proses pelapukan dan

pencucian. Proses pelapukan terjadi pada saat pembentukan batuan sedimen dan

saat pembentukan tanah (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).

Ultisol memiliki sifat fisik tanah yaitu daya pegang air rendah, tekstur

berlempung liat, permeabilitas tanah yang semakin rendah dari lapisan atas tanah

(18)

kedalaman sedang, berwarna merah sampai kuning, dan memiliki struktur

berbentuk blocking pada horizon Bt (Munir, 1996).

Ultisol merupakan jenis tanah yang banyak tersebar di indonesia hingga

mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan indonesia

(Subagyo, dkk. 2004). Sebaran terluas tanah Ultisol terdapat di Kalimantan

(21.938.000), Sumatera (9.469.000 ha), Maluku dan Papua (8.859.000 ha),

Sulawesi (4.303.000 ha), Jawa (1.172.000 ha), dan Nusa Tenggara (53.000 ha)

(Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).

Tanah Ultisol yang sangat luas merupakan lahan kering. Tanah Ultisol ini

biasanya dimanfaatkan sebagai lahan permukiman, perluasan lahan perkebunan

dan hutan tanaman industri. Hal ini berdampak pada timbulnya masalah baru yaitu

hilangnya lapisan top soil akibat pemerataan permukaan tanah dan yang tersisa

adalah lapisan sub soil yang kurang subur. Ultisol berpotensi menjadi lahan

persawahan apabila tersedia air yang cukup. Ultisol lebih sesuai digunakan untuk

tanaman kelapa sawit yang dikombinasikan dengan tanaman pakan ternak berupa

legume sebagai pengendali limpasan permukaan (Munir, 1996).

Limbah Pabrik Kelapa Sawit

Limbah kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa hasil tanaman

kelapa sawit yang tidak termasuk dala produk utama atau merupakan hasil ikutan

dari proses pengolahan kelapa sawit. Berdasarkan tempat pembentukannya,

limbah digolongkan menjadi limbah perkebunan kelapa sawit dan limbah industri

kelapa sawit. Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan

pada saat proses pengolahan kelapa sawit dan terbagi menjadi tiga golongan yaitu

(19)

Kelapa sawit yang diolah akan menghasilkan daging buah, biji sawit, dan

tandan kosong. Daging buah yang diolah akan diperoleh minyak sawit (CPO),

sludge yang berupa minyak kasar atau padatan dan juga serat atau sabut yang

digunakan sebagai bahan bakar. Biji sawit akan menghasilkan minyak inti yang

digunakan sebagai bahan pembuat minyak goreng, margarin dan lain-lain serta

bungkil sebagai pakan ternak. Biji sawit juga akan menghasilkan cangkang atau

tempurung yang digunakan pabrik sebagai bahan bakar. Tandan kosong

digunakan sebagai sumber bahan organik.

Hasil pengolahan tandan buah segar akan menghasilkan limbah. Limbah

ini digolongkan dalam tiga jenis yaitu limbah padat yang berupa tandan kosong

kelapa sawit (TKKS), cangkang, serabut atau serat, sludge atau lumpur dan

bungkil. Limbah cair berupa limbah yang dihasilkan dari pengolahan minyak

sawit (CPO) dan inti sawit (kernel). Limbah gas berasal dari gas cerobong dan uap

air buangan pabrik kelapa sawit. Salah satu pemanfaat dari pengolahan limbah

kelapa sawit adalah sebagai pupuk organik (Prayitno,dkk, 2008). 1. Limbah Cair

POME (Palm Oil Mill Effluent) merupakan hasil dari pengolahan pabrik

kelapa sawit berupa limbah yang berasal dari stasiun klarifikasi dan hidroksikon.

POME yang dihasilkan dari pengolahan pabrik kelapa sawit sekitar 40-70 % dari

TBS dan yang masih mengandung minyak sekitar 0,5%, air 95% dan padatan 5%

sehingga perlu dilakukan pengolahan limbah dengan baik agar tidak mencemari

lingkungan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Proses pengolahan limbah cair yang disarankan oleh Pusat Penelitian

(20)

• Kolam Pembiakan. Kolam ini digunakan untuk mengaktifkan bakteri.

Karena limbah cair dari Fatpit masih asam, maka dilakukan penetralan

dengan penambahan kausatik soda. Pembiakan bakteri juga dilakukan

dengan proses seeding dengan lama pembiakan 3-7 hari.

• Kolam Pengasaman. Kolam ini juga dapat berfungsi sebagai kolam

pendingin tetapi fungsi utamanya adalah proses pengasaman, dimana

terjadi kenaikan kadar asam dan komponen – komponen asam yang

mudah menguap yaitu dari 1000 mg/l menjadi 5000 mg/l. Lamanya

limbah cair dalam kolam ini adalah 5 hari.

• Kolam Netralisasi. Suhu limbah cair akan semakin menurun sampai

sekitar 400C dan nilai pH dinaikkan dari 4,0 menjadi 7,0 dengan penambahan Kausatik Soda sebanyak 5-6 kg/ton limbah cair.

• Kolam Perombakan Anaerob Primer I. Pada kolam ini raksi

mikrobiologi berlangsung. Penguraian bahan – bahan organik

majemuk dalam limbah cair menjadi asam – asam organik yang mudah

menguap. Dengan terbentuknya asam maka pH akan kembali turun,

namun dapat dinetralisasi. Waktu penahan hidrolis pada kolam ini

sekitar 40 hari.

• Kolam Perombakan Anaerob Primer II. Proses yang terjadi pada kolam

ini sama dengan Kolam Perombakan Anaerob Primer I sehingga total

penahan hidrolis adalah 80 hari. BOD dapat diturunkan dari 25.000

(21)

• Kolam Pematangan Anerob Sekunder I. Pengubahan asam yang

mudah menguap menjadi gas – gas seperti metanan, karbon dioksida,

hidrogen sulfida. Waktu penahan hidrolis selama 20 hari.

• Kolam Pematangan Anerob Sekunder II. Proses pengubahan asam –

asam mudah menguap dilanjutkan dalam kolam kedua. Apabila pH

menurun maka dilakukan resikulasi. Waktu penahanan hidrolis selama

20 hari, maka total penahanan hidrolis adalah 40 hari. Pertumbuhan

bakteri penghasil metana lebih lambat dibandingkan bakteri penghasil

asam karena kurangnya energi. BOD turun dari 5.000 mg/l menjadi

1.750 mg/l dengan efisiensi penguraian 65%.

• Kolam Aerob. Penguraian selanjutnya terjadi secara aerobik yaitu

membutuhkan oksigen. Waktu penahanan hidrolis selama 15 hari.

BOD dapat ditekan dengan aerator dan suplai oksigen yang cukup dari

1.750 mg/l menjadi di bawah 100 mg/l. Efisiensi penguraian dengan

cara oksidasi dapat mencapai 95%.

• Kolam Sedimentasi. Kolam ini berfungsi memisahkan cairan dari

lumpur yang mengalir secara kontinyu dari kolam aerob. Penahanan

hidrolis selama 4 hari.

• Kolam Fakultatif dan Bak Pengontrol. Kolam fakultatif dapat

berfungsi sebai tempat untuk proses stabilisasi akhir dan bak

pengontrol berfungsi untuk pencegahan-pencegahan darurat.

Land Application. Pemanfaatan limbah cair untuk digunakan sebahai

bahan penyubur atau pemupukan tanaman. Limbah cair yang dialirkan

(22)

(Rahardjo, 2006).

Limbah yang sudah mengalami pengolahan dengan sistem pengolaman

akan dibuang ke badan air, tetapi saat ini pembuangan limbah ke badan air sudah

dilarang sehingga limbah di aplikasikan ke lahan perkebunan. Teknik aplikasi

limbah cair ke lahan dilakukan dengan cara penyemprotan/sprinkle untuk lahan

datar atau sedikit bergelombang untuk mengurangi aliran permukaan dari limbah

cair yang digunakan. Teknik flatbed atau teknik parit digunakan di lahan

berombak atau bergelombang dengan konstruksi diantara baris pohon yang

dihubungkan dengan saluran parit. Ukuran parit adalah 2,5m x 1,5m x 0,2m yang

dibuat setiap 2 baris tanaman (Dirjen PHPP, 2006). Hal ini sesuai dengan

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 28 pasal 3 tahun 2003 yaitu

pengaplikasian limbah cair ke areal perkebunan dilakukan dengan metode irigasi

yaitu dengan metode flatbed, furrow sistem, dan long bed sistem. pedoman teknis

pengkajian pemanfaatan air limbah dari industri minyak sawit pada tanah di

perkebunan kelapa sawit ditetapkan bahwa persyaratan minimal pengkajian

pemanfaatan air limbah yaitu pengaruh terhadap pembudidayaan ikan, pengaruh

terhadap kualitas tanah dan air, pengaruh terhadap kesehatan masyarakat, BOD

tidak boleh melebihi 5000 mg/L, nilai pH berkisar 6-9, dilakukan pada lahan

selain lahan gambut, dilakukan pada lahan selain lahan dengan permeabilitas

antara 1,5 - 15 cm/jam, tidak boleh dilaksanakan pada lahan dengan kedalaman air

tanah kurang dari 2 meter.

Endapan berupa lumpur berwarna hitam yang berada di rorak atau parit

yang berada pada lahan perkebunan atan Land Applicatoin disebut dengan

(23)

sebagai penyubur tanah bagi tanaman kelapa sawit karena mengandung unsur N,

P, K. Limbah cair dalam Land Application diproses menjadi limbah dengan

kandungan BOD 3500 mg/L – 5000 mg/L (Yan, 2014).

Dari hasil penelitian Febrika (2006) menunjukan bahwa aplikasi limbah

cair pabrik kelapa sawit dapat meningkatkan pH tanah hingga 7.30 pada jarak 60

cm dari parit aplikasi dan jarak yang semakin jauh maka pH tanah akan semakin

menurun. Aplikasi limbah cair juga dapat menaikan kadar nitrogen total (N-Total)

tanah, meningkatkan kadar P-tersedia dan kadar K-tukar. Penelitian Nuraima

(2008) juga menyatakan bahwa aplikasi konsentrat (endapan) LCPKS sampai

dosis 25 ton/ha (69,25 g/pot) dapat meningkatkan N-total, K-dapat tukar,

P-tersedia tanah dan memberikan respon pertumbuhan yang baik terhadap tanaman

jagung. Pada pnelitian Olan Harahap (2010) menyatakan bahwa aplikasi tandan

kosong kelapa sawit dan Konsentrat Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit sangat

berpengaruh nyata dalam memperbaiki nilai pH, C-organik, N-total, P-tersedia

dan KTK media tanam sub soil Ultisol setelah 2 minggu inkubasi.

Limbah Padat

1.1. Tandan Kosong

Janjangan kosong atau yang biasa disebut EFB (empty fresh bunch)

merupakan bekas TBS (tandan buah segar) yang berondolannya sudah lepas pada

saat pengolahan di pabrik kelapa sawit. Dari setiap TBS yang diolah akan

dihasilkan 20% janjangan kosong dari setiap berat TBS yang diolah.Janjangan

kosong mempunyai rasio C/N sangat tinggi sehingga proses dekomposisi dan

mineralisasi janjangan kosong dilapangan oleh mikroorganisme relatif lambat.

(24)

terlihat pada Tabel. Walaupun demikian janjangan kosong sangat kuat

menyerap dan menyimpan air. Janjangan kosong dapat dijadikan sebagai mulsa

untuk menahan air agar ketersediaan air bagi tanaman lebih terjamin terutama

untuk kelapa sawit TBM (tanaman belum menghasilkan). Janjangan kosong

juga mengandung nutrisi utama yang dibutuhkan kelapa sawit walaupun

dalam jumlah yang sedikit (Yan, 2014).

Tandan kosong mengandung unsur hara N,P,K, dan Mg setara dengan

3 kg pupuk urea, 12 kg pupuk MOP, dan 2 kg pupuk kieserit. Satu unit PKS

dengan kapasitas 30 ton TBS/jam atau 600 ton TBS?hari akan menghasilkan

pupuk NPK dan Mg setara dengan 360 kg urea, 72 kg CIRP, 1.440 kg MOP, dan

240 kg Kieserit (Ditjen PHPP, 2006)

2.2.Cangkang Dan Serat

Pemrosesan buah kelapa sawit menjadi ekstrak minyak sawit

menghasilkan limbah padat yang sangat banyak dalam bentuk serat,

cangkang dan tandan buah kosong. Setiap 100 ton tandan buah segar yang

diproses akan menghasilkan lebih kurang 20 ton cangkang, 7 ton serat. Cangkang

selanjutnya digunakan lagi sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap pada

penggilingan minyak sawit. Pembakaran dalam ketel uap dengan menggunakan

cangkang kelapa sawit ini akan menghasilkan 5% (1 ton) abu cangkang.

sawit (oil palm ashes) dengan ukuran butiran yang sangat halus. Abu hasil

pembakaran ini biasanya dibuang dekat pabrik sebagai limbah padat yang

tidak termanfaatkan, bahkan berpotensi menimbulkan gangguan terhadap

(25)

Abu boiler adalah abu hasil pembakaran sabut dan cangkang kelapa sawit.

Abu hasil pembakaran serabut/serat dan cangkang kelapa sawit menghasilkan

kerak keras berwarna putih-keabuan akibat pembakaran pada suhu tinggi. Data

dari pabrik kelapa sawit perkebunan menunjukan bahwa lebih dari 100

ton/minggu dihasilkan cangkang dan serabut/serat buah sawit yang menghasilkan

3-5 ton/minggu kerak boiler (abu). Limbah dari pembakaran ini juga

mengandung silika yang cukup tinggi yakni 71,14%. Kandungan silika yang

tinggi pada abu boiler ini dimanfaatkan untuk kegiatan pembuatan aspal dan beton

(Yelvi dan Mukhlis, 2013).

Hasil uji komposisi kandungan unsur kimia dari abu boiler yang dilakukan

Hutahean (2007) adalah SiO2 58,02%, Al2O3 8,7%, Fe2O3 2,6%, CaO 12,65%,

MgO 4,23%, Na2O 0,41%, K2O 0,72%, H2O 1,97%. Kandungan silika yang tinggi

dapat menyebabkan abu mengeras karena abu memilki sifat reaktif. Sifat silika

yang reaktif dan aktivitas pozzolanik yang bagus. Hasil penelitian Fauziah dan

Henri (2013) menyatakan bahwa aspal dengan bahan campuran abu boiler ini

memiliki nilai stabilitas yang tinggi karena adanya sifat pozzolan yang

ditambahkan pada aspal beton akan membuat reaksi senyawa yang membuat

campuran menjadi keras dan kaku.

Abu boiler selain mengandung silika yang tinggi juga banyak mengandung

unsur hara yang sangat bermanfaat dan dapat diaplikasikan pada tanaman sawit

sebagai pupuk tambahan atau pengganti pupuk anorganik. Unsur hara yang

terkandung dalam abu boiler adalah N 0,74%, P2O5 0,84%, K2O 2,07%, Mg

0,62%. Melihat kandungan Abu boiler dan jumlah yang dihasilkan setiap 100 ton

(26)

memberikan keuntungan secara ekonomis dan ramah lingkungan, diharapkan

pemberian Abu boiler kelapa sawit sebagai pupuk pada media pembibitan dapat

menambah ketersediaan unsur hara pada tanah sehingga perkembangan dan

pertumbuhan bibit kelapa sawit juga semakin baik (Astianto, 2012).

Abu boiler dapat dimanfaatkan sebagai sumber kalium karena kandungan

kalium pada abu boiler dapat mencapai 30%. Selain itu, abu boiler yang

merupakan limbah padat dapat menjadi bahan amelioran karena mempunyai

sifat-sifat kejenuhan basa tinggi, dapat meningkatkan pH tanah. Menurut penelitian

Rini (2005) abu boiler dapat memperbaiki sifat kimia tanah gambut yang bersifat

(27)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara. Dan analisis dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai

pada September 2014 sampai Februari 2015.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanah Ultisol Kebun Bandar Betsi,

Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun (Adiwiganda dkk, 1995),

kosentrat limbah pabrik kelapa sawit, abu boiler, serta bahan-bahan kimia yang

dipergunakan untuk keperluan analisis laboratorium.

Alat yang digunakan adalah cangkul, timbangan, polibag 10 kg, dan

beberapa alat yang digunakan waktu analisis di laboratorium.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)

faktorial dengan dua faktor perlakuan yang terdiri dari 3 ulangan yaitu:

Faktor I : konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit

L0 : tanpa pemberian konsentrat limbah cair

L1 : konsentrat 50 g/pot (setara 10 ton bahan organik/ha)

L2 : konsentrat 100 g/pot (setara 20 ton bahan organik/ha)

(28)

Faktor II : Abu Boiler

A0 : tanpa pemberian abu boiler

A1 : Abu 9,1 g/pot (setara 50 kg K2O/ha)

A2 : Abu 18,2 g/pot (setara 100 kg K2O/ha)

A3 : Abu 27,3 g/pot (setara 150 kg K2O/ha)

Sehingga didapat 16 kombinasi perlakuan yaitu :

Sehingga didapat 16 x 3 : 48 unit percobaan

Model linier untuk Rancangan Acak Lengkap faktorial dengan dua faktor

tersebut adalah :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + Σijk

Dimana :

Yijk : Respon yang diamati

µ : Nilai Tengah Umum

ρi : Pengaruh blok ke-i dari faktor perlakuan

αj : Pengaruh perlakuan konsentrat ke-j dari faktor perlakuan

βk : Pengaruh perlakuan abu boiler ke-k dari faktor perlakuan

(αβ)jk : pengaruh interaksi perlakuan konsentrat ke-j dan perlakuan abu boiler

ke-k

Σijk : Faktor Galat Percobaan

L0A0 L1A0 L2A0 L3A0

L0A1 L1A1 L2A1 L3A1

L0A2 L1A2 L2A2 L3A2

(29)

Selanjutnya data di analisis dengan sidik ragam (Analisis of Varian) pada

setiap parameter yang di ukur dan di uji lanjutan bagi perlakuan yang nyata

dengan menggunakan Uji Jarak Duncan (Duncan’s Multiple Range Test)

taraf 5 %.

Pelaksanaan Percobaan Persiapan Contoh Tanah

Tanah Ultisol diambil dari Kebun Bandar Betsy PTPN III kecamatan

Bandar Masilam Kabupaten Simalungun. Tanah diambil secara zig-zag dan

diambil pada kedalaman 0-20 cm kemudian dimasukan kedalam goni lalu

dikompositkan. Tanah dikering udarakan lalu diayak dan dimasukan kedalam pot

setara dengan 10 kg BTKO, kemudian dilakukan analisis awal yang meliputi pH,

C-organik, N-total, P-tersedia, K-tukar.

Persiapan Konsentrat Limbah Cair

Konsentrat diambil dari kolam lahan aplikasi di Kebun Sei Mangke PTPN

III. Konsentrat diambil pada beberapa kolam lahan aplikasi di Kebun Dusun Hulu

kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun lalu dimasukan ke dalam goni

dan dikompositkan kemudian dianalisis pH, C-Organik, N-total, P2O5 dan K2O

(ekstraksi HCl 25%).

Persiapan Abu Boiler

Abu boiler diambil dari sisa pembakaran cangkang kelapa sawit dan serat

yang digunakan sebagai bahan bakar boiler dan dianalisis pH, C-Organik,

(30)

Aplikasi Perlakuan

Setiap perlakuan konsentrat limbah cair dan abu boiler selanjutnya

dimasukkan kedalam masing-masing polibag lalu dikompositkan dalam setiap pot

dan diinkubasi selama 4 minggu. Selama inkubasi, kondisi harus pada kondisi

lembab dan apabila mulai kering dapat dilakukan penyiraman sesuai kondisi

lapang.

Penanaman

Setelah masa inkubasi, dilakukan penanaman. Biji jagung ditanam dalam

pot sebanyak 2 biji/pot dengan kedalaman 2 cm.

Pemeliharaan

Penjarangan dilakukan 1 minggu setelah tanam dengan meninggalkan

1 tanaman yang baik pertumbuhannya. Jika tidak ada tanaman yang tumbuh

dalam pot maka dilakukan penyulaman. Penyiraman dilakukan setiap hari.

Penyiangan dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan mencabut langsung

gulma yang ada di dalam pot. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi

lapangan.

Parameter Pengamatan a. Sesudah Inkubasi

Untuk analisis tanah dilakukan setelah inkubasi yang meliputi:

1. pH (H2O) tanah (Elektrometri)

2. C-organik (Walkey and Black)

3. N-total (Kjeldhal)

4. P-tersedia (Bray II)

5. K-tukar (NH4oAc 1N pH 7)

(31)

1. Bobot kering tajuk tanaman yang diukur pada akhir masa vegetatif.

2. Bobot kering akar tanaman yang diukur pada akhir masa vegetatif.

3. Serapan N tanaman diukur dengan mengalikan berat kering tajuk dengan

kadar N tanaman.

4. Serapan P tanaman diukur dengan mengalikan berat kering tajuk dengan

kadar P tanaman.

5. Serapan K tanaman diukur dengan mengalikan berat kering tajuk dengan

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pH tanah

Aplikasi konsentrat limbah cair dan abu boiler pabrik kelapa sawit

berpengaruh nyata pada pH tanah Ultisol, namun interaksi antara konsentrat dan

abu boiler tiak berpengaruh nyata terhadap pH tanah (Lampiran 1). pH tanah

dengan pemberian konsentrat limbah cair dan abu boiler pabrik kelapa sawit

[image:32.595.109.513.348.450.2]

disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. pH Ultisol dengan pemberian konsentrat limbah cair dan abu boiler pabrik kelapa sawit.

Perlakuan A0

(0 g/pot)

A1

(9,1 g/pot)

A2

(18,2 g/pot)

A3

(27,3 g/pot) Rataan

L0 (0 g/pot) 5,02 5,30 5,48 5,64 5,36c

L1 (50 g/pot) 5,14 5,27 5,52 5,71 5,41b

L2 (100 g/pot) 5,41 5,47 5,72 5,70 5,58b

L3 (150 g/pot) 5,38 5,56 5,70 5,87 5,63a

Rataan 5,24c 5,40bc 5,61ab 5,73a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf 5%

Pada tabel 1 terlihat pH tanah Ultisol meningkat akibat pemberian

konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit dari 5.36 (tanpa pemberian) menjadi

5,63 (konsentrat 150 g/pot). pemberian Abu boiler juga dapat meningkatkan pH

Ultisol yaitu dari dosis A0 (tanpa pemberian) yaitu 5.24 dan pada dosis A3 (abu

boiler 27,3 g/pot) yaitu 5.73

C-organik Tanah

Aplikasi konsentrat limbah cair juga dapat meningkatkan kadar C-organik tanah

Ultisol secara nyata, namun aplikasi abu boiler pabrik kelapa sawit dan interaksi tidak

berpengaruh nyata dengan kadar C-organik tanah (Lampiran 2) yang tersaji pada Tabel

(33)

Tabel 2. Kadar C-organik Ultisol dengan pemberian konsentrat limbah cair dan abu boiler pabrik kelapa sawit (%).

Perlakuan A0

(0 g/pot) A1 (9,1 g/pot) A2 (18,2 g/pot) A3

(27,3 g/pot) Rataan

L0 (0 g/pot) 0,330 0,348 0,291 0,427 0,349b

L1 (50 g/pot) 0,458 0,418 0,409 0,423 0,427a

L2 (100 g/pot) 0,666 0,509 0,779 0,593 0,637a

L3 (150 g/pot) 0,683 0,628 0,628 0,626 0,641a

Rataan 0,53 0,48 0,53 0,52

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf 5%

pemberian konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit meningkat yaitu dari

0,35% (tanpa pemberian) menjadi 0,64% (konsentrat 150 g/pot) namum

peningkatan dosis konsentrat tidak berpengaruh nyata terhadap kadar C-organik.

Kadar C-organik tanah Ultisol akibat pemberian abu boiler berkisar 0,5% dan

tergolong masih rendah.

N-total Tanah

Selain peningkatan pH dan C-organik, aplikasi konsentrat limbah cair

pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap N-total tanah (Lampiran 5).

Aplikasi abu boiler dan interaksi tidak berpengaruh nyata terhadap N-total tanah.

Kadar N-total tanah Ultisol dengan pemberian konsentrat limbah cair dan abu

[image:33.595.111.513.113.217.2]

boiler pabrik kelapa sawit disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan N-total tanah Ultisol akibat pemberian konsentrat limbah Cair dan abu boiler pabrik kelapa sawit (%).

Perlakuan A0 (0 g/pot) A1 (9,1 g/pot) A2 (18,2 g/pot) A3

(27,3 g/pot) Rataan

L0 (0 g/pot) 0,077 0,074 0,061 0,085 0,074b

L1 (50 g/pot) 0,088 0,085 0,073 0,064 0,078a

L2 (100 g/pot) 0,095 0,096 0,113 0,086 0,098a

L3 (150 g/pot) 0,115 0,095 0,112 0,107 0,107a

Rataan 0,094 0,088 0,090 0,086

[image:33.595.114.513.588.692.2]
(34)

Tabel 3 menunjukan bahwa konsentrat berpengaruh nyata dalam

peningkatan N-total tanah dari 0,07% (tanpa pemberian) menjadi 0,11%

(konsentrat 150 g/pot) namun peningkatan dosis tidak berpengaruh nyata terhadap

kadar N-total tanah dan tergolong kriteria sangat rendah. pemberian abu boiler

pabrik kelapa sawit dapat tidak meningkatkan kadar N-total tanah secara

signifikan dan masih tergolong kriteria sangat rendah.

P-tersedia Tanah

Aplikasi konsentrat limbah cair dan abu boiler pabrik kelapa sawit

menunjukan pengaruh nyata terhadap P-tersedia tanah Ultisol, namun interaksi

antara konsentrat dan abu boiler tidak berpengaruh nyata terhadap P-tersedia

tanah (Lampiran 7). P-tersedia tanah Ultisol dengan pemberian konsentrat limbah

[image:34.595.114.512.445.549.2]

cair dan abu boiler pabrik kelapa sawit disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. P-tersedia tanah Ultisol dengan pemberian konsentrat limbah cair dan abu boiler pabrik kelapa sawit (ppm).

Perlakuan

A0

(0 g/pot)

A1

(9,1 g/pot)

A2

(18,2 g/pot)

A3

(27,3 g/pot) Rataan

L0 (0 g/pot) 1,60 1,16 1,54 12,70 4,25b

L1 (50 g/pot) 1,16 1,58 3,97 14,42 5,28b

L2 (100 g/pot) 14,81 15,79 24,70 26,63 20,48a

L3 (150 g/pot) 20,03 22,53 37,23 42,18 30,49a

Rataan 9,40b 10,26b 16,86ab 23,98a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf 5%

Dari Tabel 4 terlihat bahwa pemberian konsentrat limbah cair pabrik

kelapa sawit pada dosis L2 (konsentrat 100 g/pot) yaitu 30,49 ppm baru dapat

meningkatkan kadar P-tersedia secara nyata dari perlakuan kontrol L0

(tanpa pemberian) yaitu 4,25 ppm menjadi 20,48 ppm. Abu boiler dapat

meningkatkan kandungan P-tersedia tanah yaitu dari 9,40 ppm (rendah) pada

perlakuan kontrol menjadi 23,98 ppm (sedang) pada perlakuan A3

(35)

K-tukar Tanah

Pada Lampiran 9 menunjukan bahwa pemberian konsentrat limbah cair

dan abu boiler pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap kadar K-tukar

tanah Ultisol, namun interaksi antara konsentrat dan abu boiler tidak menunjukan

[image:35.595.113.514.250.357.2]

pengaruh nyata terhadap kadar K-tukar. Hal ini disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. K-tukar tanah dengan pemberian konsentrat limbah cair dan abu boiler pabrik kelapa sawit (me/100)

Perlakuan

A0

(0 g/pot)

A1

(9,1 g/pot)

A2

(18,2 g/pot)

A3

(27,3 g/pot) Rataan

L0 (0 g/pot) 0,439 0,575 0,655 0,670 0,58b

L1 (50 g/pot) 0,472 0,592 0,676 0,722 0,61a

L2 (100 g/pot) 0,564 0,625 0,713 0,721 0,65a

L3 (150 g/pot) 0,567 0,620 0,714 0,748 0,66a

Rataan 0,510b 0,603a 0,689a 0,715a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf 5%

Dari Tabel 5 menunjukan bahwa pemberian konsentrat limbah cair pabrik

kelapa sawit meningkatkan kadar K-tukar tanah dari perlakuan kontrol yaitu

0,585 me/100 g (sedang) menjadi 0,662 me/100 (tinggi) pada perlakuan

pemberian konsentrat 150 g/pot. aplikasi abu boiler pabrik kelapa sawit

meningkatkan kadar K-tukar tanah dari perlakuan L0 (tanpa pemberian) yaitu

0,510 me/100 (sedang) menjadi 0,715 me/100 (tinggi) pada perlakuan A3 (abu

boiler 27,3 g/pot). Aplikasi abu boiler pabrik kelapa sawit meningkatkan kadar

K-tukar tanah dari perlakuan L0 (tanpa pemberian) yaitu 0,510 me/100 (sedang)

menjadi 0,715 me/100 (tinggi) pada perlakuan A3 (abu boiler 27,3 g/pot),

Peningkatan dosis tidak menunjukan pengaruh nyata terhadap kadar K-tukar

(36)

Tinggi Tanaman

Pemberian konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman (lampiran 11). Pemberian abu boiler dan interaksinya

tidak menunjukan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Hal ini dapat dilihat

[image:36.595.110.513.250.356.2]

dalam Tabel 6.

Tabel 6. Tinggi tanaman akibat aplikasi konsentrat limbah cair dan abu boiler pabrik kelapa sawit (cm)

Perlakuan

A0

(0 g/pot)

A1

(9,1 g/pot)

A2

(18,2 g/pot)

A3

(27,3 g/pot) Rataan

L0 (0 g/pot) 66,67 110,67 101,00 105,00 95,83b

L1 (50 g/pot) 136,67 137,67 131,00 119,33 131,1ab

L2 (100 g/pot) 127,33 147,67 142,00 147,67 141,1ab

L3 (150 g/pot) 156,33 147,33 121,67 146,00 142,83a

Rataan 121,75 135,83 123,92 129,50

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf 5%

Tabel 6 menunjukan bahwa aplikasi konsentrat limbah cair pabrik kelapa

sawit dapat meningkatkan tinggi tanaman dari perlakuan L0 (tanpa pemberian)

yaitu 95.83 cm menjadi 142.83 cm pada dosis L3 (konsentrat 150 g/pot). Abu

boiler dapat meningkatkan tinggi tanaman dari 121,75 cm (tanpa pemberian)

menjadi 129,50 cm (abu boiler 27,3 g/pot).

Berat Kering Tajuk

Pada lampiran 13 menunjukan bahwa aplikasi konsentrat limbah cair

berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk, namun aplikasi abu boiler dan

interaksinya tidak menunjukan pengaruh nyata terhadap berat kering tajuk. Hal ini

(37)
[image:37.595.112.513.112.217.2]

Tabel 7. Berat kering tajuk akibat pemberian konsentrat limbah cair dan abu boilerpabrik kelapa sawit (cm)

Perlakuan A0 (0 g/pot) A1 (9,1 g/pot) A2 (18,2 g/pot) A3

(27,3 g/pot) Rataan

L0 (0 g/pot) 1,75 2,87 4,82 6,32 3,94b

L1 (50 g/pot) 8,44 9,60 10,42 7,96 9,10a

L2 (100 g/pot) 9,83 11,95 12,01 12,99 11,70a

L3 (150 g/pot) 12,47 12,57 7,17 14,60 11,70a

Rataan 8,12 9,25 8,61 10,47

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf 5%

Dari Tabel 7 menunjukan bahwa aplikasi konsentrat limbah cair pabrik

kelapa sawit sampai dosis 150 g/pot dapat meningkatkan berat kering tajuk

tanaman sebesar 11,70 g dari berat awal pada perlakuan kontrol yaitu 3,94 g.

Pemberian abu boiler meningkatkan berat kering tajuk tanaman hingga 10,47 g

dengan pemberian abu boiler 27,3 g/pot.

Berat Kering Akar

Pemberian konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata

terhadap berat kering akar tanaman (lampiran 15). Aplikasi bau boiler dan

interaksi antara konsentrat dan abu tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering

[image:37.595.114.514.542.646.2]

akar yang tersaji pada Tabel 8.

Tabel 8. Berat kering akar tanaman akibat aplikasi konsentrat limbah cair dan abu boiler pabrik kelapa sawit (cm)

Perlakuan A0 (0 g/pot) A1 (9,1 g/pot) A2 (18,2 g/pot) A3

(27,3 g/pot) Rataan

L0 (0 g/pot) 0,65 0,89 1,12 0,95 0,90b

L1 (50 g/pot) 2,24 2,17 2,23 2,25 2,22a

L2 (100 g/pot) 1,70 2,19 2,77 1,99 2,16a

L3 (150 g/pot) 2,48 2,75 2,86 3,34 2,86a

Rataan 1,77 2,00 2,24 2,14

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf 5%

Tabel 8 menunjukan bahwa pemberian konsentrat limbah cair

meningkatkan berat kering akar tanaman yaitu dari L0 (tanpa pemberian) seberat

(38)

tidak menunjukan pengaruh nyata terhadap berat kering akar tanaman. Abu boiler

juga meningkatkan berat kering akar hingga 2,24 g pada perlakuan A2 (abu boiler

18,2 g/pot) dari berat awal yaitu 1,77 g pada perlakuan kontrol.

Serapan N Tanaman

Pemberian konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata

terhadap serapan N tanaman (lampiran 17). Pemberian abu boiler an interaksi

antara konsentrat dan abu boiler tidak berpengaruh nyata terhadap serapan N

tanaman. Serapan N tanaman akibat aplikasi konsentrat limbah cair dan abu boiler

[image:38.595.110.513.362.464.2]

pabrik kelapa sawit disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Serapan N tanaman akibat aplikasi konsentrat limbah cair dan abu boiler pabrik kelapa sawit (mg N/tanaman)

Perlakuan

A0

(0 g/pot)

A1

(9,1 g/pot)

A2

(18,2 g/pot)

A3

(27,3 g/pot) Rataan

L0 (0 g/pot) 1,85 4,97 7,44 11,39 6,41b

L1 (50 g/pot) 17,00 18,70 18,50 12,63 16,71a

L2 (100 g/pot) 17,71 27,99 20,89 28,53 23,78a

L3 (150 g/pot) 30,44 21,53 14,80 21,75 22,13a

Rataan 16,75 18,30 15,41 18,57

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf 5%

Tabel 9 menunjukan bahwa dengan pemberian konsentrat limbah cair

meningkatkan serapan N tanaman yaitu dari L0 (tanpa pemberian) sebesar 6,413

mg N/tanaman menjadi L2 (konsentrat 100 g/pot) sebesar 22,132 mg N/tanaman.

Pemberian abu boiler meningkatkan serapan N hingga 18,575 mg N/tanaman pada

pemberian abu boiler 27,3 g/pot

Serapan P Tanaman

Pemberian konsentrat limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata

terhadap serapan P tanaman namun pemberian abu boiler dan interaksi antara

konsentrat dan abu tidak menunjukan pengaruh nyata (lampiran 19). Hal ini

(39)
[image:39.595.112.513.112.217.2]

Tabel 10. Serapan P Tanaman Akibat Aplikasi Konsentrat Limbah Cair dan abu boiler pabrik kelapa sawit (mg P/tanaman)

Perlakuan A0 (0 g/pot) A1 (9,1 g/pot) A2 (18,2 g/pot) A3

(27,3 g/pot) Rataan

L0 (0 g/pot) 0,066 0,072 0,164 0,305 0,15b

L1 (50 g/pot) 0,326 0,342 0,517 0,392 0,39a

L2 (100 g/pot) 0,599 0,641 0,765 0,785 0,69a

L3 (150 g/pot) 0,758 0,709 0,467 1,072 0,75a

Rataan 0,43b 0,44a 0,47a 0,63a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf 5%

Pada Tabel 10 terlihat bahwa pemberian konsentrat limbah cair dapat

meningkatkan serapan P tanaman yaitu dari L0 (tanpa pemberian) sebesar 0,152

mg N/tanaman menjadi L3 (konsentrat 150 g/pot) sebesar 0,752 mg N/tanaman,

tanaman. Aplikasi abu boiler pabrik kelapa sawit meningkatkan serapan P

tanaman dari 0,437 mg P/tanaman pada perlakuan kontrol menjadi 0,638 mg

P/tanaman pada perlakuan A3 (abu boiler 27,3 g/pot). Peningkatan dosis

konsentrat dan abu boiler tidak berpengaruh nyata terhadap serapan P

Serapan K Tanaman

Pemberian konsentrat limbah cair dan abu boiler pabrik kelapa sawit

berpengaruh nyata terhadap serapan K tanaman, namun interaksi antara konsentrat

dan abu tidak berpengaruh nyata (lampiran 21). Hal ini dapat dilihat pada Tabel

11.

Tabel 11. Serapan K Tanaman Akibat Aplikasi Konsentrat Limbah Cair dan abu boiler pabrik kelapa sawit (mg K/tanaman)

Perlakuan A0 (0 g/pot) A1 (9,1 g/pot) A2 (18,2 g/pot) A3

(27,3 g/pot) Rataan

L0 (0 g/pot) 2,591 5,410 7,561 12,593 7,03b

L1 (50 g/pot) 11,928 18,233 20,430 15,293 16,47a

L2 (100 g/pot) 19,452 23,519 24,998 28,324 24,07a

L3 (150 g/pot) 24,283 24,988 14,536 30,004 23,45a

Rataan 14,564 18,037 16,881 21,553

[image:39.595.115.518.602.702.2]
(40)

Tabel 11 menunjukan bahwa pemberian konsentrat limbah cair

meningkatkan serapan K tanaman yaitu dari L0 (tanpa pemberian) sebesar 7,038

mg K/tanaman menjadi L3 (konsentrat 150 g/pot) sebesar 23,453

mg K/tanaman. Aplikasi abu boiler meningkatkan serapan K tanaman dari 14,564

mg K/tanaman pada perlakuan kontrol menjadi 21,553 mg K/tanaman pada

perlakuan A3 (abu boiler 27,3 g/pot). Pembahasan

Pemberian konsentrat limbah cair dapat meningkatkan pH tanah, kadar

C-organik tanah, kadar N-total, P-tersedia, dan K-tukar tanah Ultisol. Peningkatan

pH dan C-organik tanah dipengaruhi oleh konsentrat limbah cair yang memiliki

pH tinggi yaitu 7,8 dan kadar C-organik yaitu 11,75%. Peningkatan kadar N-total,

P-tersedia, dan K-tukar tanah disebabkan oleh proses dekomposisi bahan organik.

Menurut Kasno (2009) bahan organik yang melapuk akan menghasilkan unsur

hara makro (N,P,K) yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Selain itu

menurut Tisdale (1985) proses dekomposisi bahan organik juga akan

menghasilkan asam-asam organik tanah yang dapat mengikat logam Al, Fe, dan

Ca sehingga unsur P dapat tersedia dalam tanah.

Aplikasi konsentrat limbah cair pada tanah Ultisol berpengaruh nyata pada

tinggi tanaman, berat kering tajuk, berat kering akar dan serapan N,P,K tanaman.

Tinggi tanaman, berat kering tajuk dan berat kering akar dipengaruhi oleh

ketersediaan unsur N dan P pada tanah. Menurut Hakim, dkk (1986) tanaman

mengabsorpsi N pada waktu tanaman tumbuh aktif dan Nitrogen harus tersimpan

dalam tanaman sebelum terbentuknya sel baru, sehingga pertumbuhan tanaman

(41)

(2002) unsur P dapat mempengaruhi volume jaringan tanaman dimana volume

jaringan tanaman dilihat pada berat kering tajuk. Selain itu menurut Winarso

(2005) Posfor dapat mempercepat perkembangan akar, proses fotosintesis,

respirasi, pembelahan sel dan pembesaran sel tanaman. Serapan N,P,K tanaman

meningkat karena ketersediaan unsur N,P, dan K pada tanah juga meningkat.

Pada pemberian abu boiler pada tanah Ultisol dapat meningkatkan pH

tanah, P-tersedia dan K-tukar serta serapan P tanaman. Peningkatan pH tanah

disebabkan oleh kandungan pH abu boiler yang tinggi yaitu 9,99. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian Christina (2014) yaitu dengan pemberian abu boiler

sampai dosis 66 g/pot meningkatkan pH tanah dari 5,60 menjadi 6,21.

Peningkatan pH juga mempengaruhi ketersediaan P dalam tanah karena dengan

semakin tinggi nilai pH maka kelarutan logam dalam tanah menurun, sehingga

unsur P dapat lepas dari ikatan logam dan tersedia pada tanah. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Hakim (1986) yaitu pH tanah dapat mempengaruhi bentuk

orthoposfat dalam tanah yaitu HPO42- atau H2PO4- . pada pH alkalis bentuk HPO42-

lebih banyak tersedia, sedangkan pada pH masam posfat tersedia dalam bentuk

H2PO4- . Kadar K-tukar dalam tanah meningkat karena abu boiler memiliki

kandungan Kalium yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rini (2005)

yaitu abu boiler memiliki kandungan kalium hingga 30% sehingga abu boiler

dapat menjadi sumber kalium. Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian

Christina (2014) yaitu dengan pemberian abu boiler sebanyak 44 g/pot mampu

meningkatkan kadar K-tukar tanah menjadi 0,20 me/100 g.

Aplikasi abu boiler tidak berpengaruh pada C-organik tanah, tinggi

(42)

boiler tidak mengandung unsur N karena pada saat proses pembakaran serat dan

cangkang dalam tungku boiler di pabrik kelapa sawit, unsur N menguap sehingga

aplikasi abu boiler tidak berpengaruh terhadap kadar N-total pada tanah, serapan

N tanaman, dan tinggi tanaman dimana unsur N penting bagi masa vegetatif

tanaman. Abu boiler merupakan bahan mineral sehingga kandungan Kalium

dalam abu boiler tersedia dalam waktu yang lebih lama, sehingga tanaman

menyerap unsur Kalium dalam jumlah sedikit.

Interaksi antara pemberian konsentrat limbah cair dan abu boiler tidak

menunjukan adanya pengaruh. hal ini dikarenakan konsentrat limbah cair dan abu

boiler merupakan dua jenis bahan yang berbeda. Konsentrat limbah cair

merupakan bahan organik yang berasal dari endapan lumpur berwarna hitam yang

terdapat pada kolam di lahan aplikasi. Konsentrat limbah cair banyak

mengandung unsur hara. Abu boiler merupakan bahan mineral yang berasal dari

hasil pembakaran antara cangkang sawit dan serat pada tungku boiler. Abu boiler

banyak mengandung unsur Kalium yang tinggi. Pada saat diaplikasikan ke tanah,

konsentrat dan abu boiler tidak saling mendukung dalam penyediaan unsur hara

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Konsentrat limbah cair dari lahan aplikasi dapat digunakan sebagai sumber

unsur hara NPK tanah Ultisol.

2. Abu boiler pabrik kelapa sawit hanya dapat digunakan sebagai sumber hara

Kalium dan dapat meningkatkan pH tanah Ultisol.

3. Interaksi antara pemberian konsentrat limbah cair dan abu boiler pabrik kelapa

sawit tidak dapat digunakan sebagai sumber unsur hara tanah Ultisol.

Saran

Sebaiknya menggunakan konsentrat limbah cair sebagai sumber hara dan

abu boiler sebagai sumber kalium bagi tanaman budidaya maupun tanaman kelapa

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Astianto, A., 2012. Pemberian Berbagai Dosis Abu Boiler Pada Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pembibitan Utama (Pre Nursery). Fakultas Pertanian Universitas Riau, Riau.

Buckman, H. O., dan N. C Brady, 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhatara Karya Akasara, Jakarta.Buol, S. W. D., F. D. Hole dan R. J. Mc. Craken. 1982. Soil Genesis and Classification, Second Edition, The Lowa State University Press, Ames.

Christina, S. 2014. Pemanfaatan Abu Boiler Pabriuk Kelapa Sawit sebagai Sumber Unsur Kalium (K). Skripsi. USU. Medan.

Damanik, M.M.B., B.E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, dan H. Hanum. 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan.

Dirjen bibprodbun., 2004. Statistika Perkebunan. Dirjen Bina Produksi Minyak Kelapa Sawit untuk Produksi Biogas. Vol. 9 (1).

Dirjen Perkebunan. 2011. Luas Areal Kelapa Sawit menurut Provinsi di Indonesia. Jakarta.

Ditjen PHPP., 2006. Pedoman Pengolahan Limbah Industri Kelapa Sawit. Jakarta. Deptan.

Fauziah, M dan Henri, F., 2013. Pemanfaatan Limbah Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Bahan Tambah untuk Meningkatkan Kekuatan dan Keawetan Campuran Asphal Concrete Binde Coursev(AC-BC). Prosiding Seminar National. Universitas Islam Indonesia.

Febrika, A. 2006. Penyebaran Unsur Hara dari Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit yang Diaplikasikan pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Amal Tani. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan

Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Edisi Keenam. Terjemahan S. Adisoemarto. PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta.

Hakim, dkk. 1986. Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung.

Hartatik, W. 2011. Fosfat alam sumber pupuk P yang murah. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Hutahean, B. 2007. Sifat Mekanika Beton yang Dicampur dengan Abu Cangkang sawit. Skripsi Jurusan Fisika, FMIPA UNIMED, Medan.

(45)

Kasno, A. 2009. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah. Balai Penelitian Tanah.

Mangoensoekarjo, S dan Semangun, H. 2003. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. UGM Press. Yogyakarta.

Muktamar, Z, Silmi, F dan Nanik, S., 2003. Adsorpsi Paraquat oleh Bahan Mineral Tanah Ultisol dan Entisol pada Berbagai Konsentrasi. Jurnal Limer untuk Pertanian Indonesia. Vol 5(2) : 40 – 47.

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama di Indonesia. Pustaka Jaya, Jakarta.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Prasetyo, B., H dan D. A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, Potensi dan Teknologi Pengelolaan tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 25 (2).

Prayitno, S., D. Indradewa dan B. H. Setioyono. 2008. Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) yang Dipupuk dengan Tandan Kosong dan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal Pertanian. Vol 15 (1).

Prijono, S. 2013. Instruksi Kerja Pengukuran pH, Bahan Organik, KTK, KB. Universitas Brawijaya. Malang.

Rahardjo, P. N. 2006. Teknik Pengelolaan Limbah Cair yang Ideal untuk Pabrik Kelapa Sawit. JAI vol 2 (1).

Rini, Hazli, N., Hamzar, S., Teguh, B. P., 2005.Pemberian Fly Ash Pada Lahan Gambut untuk Mereduksi Asam Humat dan Kaitannya Terhadap Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). MIPA FKIP Universitas Riau, Pekan Baru.

Rosmarkam, A. Dan Yuwono, N. W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Samhadi, S. H. 2006. Ironi Sawit dan Ambisi Nomor Satu Dunia. Komisi Pengawas Persaingan Usaha RI. Jakarta.

Soil survey staff. 2014. Keys to soil taxonomy. 12th Edition. United States Departemen of Agriculture Natural Resources Service.

Suryadono., 2009. Tingkat Kesuburan Tanah Ultisol pada Lahan Pertambangan Batu Bara Sangatta Kalimantan Timur. Jurnal Tek.Ling. Vol 10 (3) : 337-346. Jakarta, BPPT.

(46)

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava Media, Yogyakarta.

Yan, A. 2014. Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jaqs). Makalah Seminar Umum Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.

(47)

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Analisa Awal Tanah Ultisol

Parameter Satuan Nilai

pH (H2O) --- 4.88

C-organik % 0.56

N-total % 0.054

P-tersedia ppm 4.22

K-tukar me/100 0.525

Lampiran 2. Hasil Analisa Konsentrat Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

Parameter Satuan Nilai

pH (H2O) --- 7.8

C-organik % 11.75

N-total % 1.86

P-tersedia ppm 1.51

K-tukar me/100 0.51

Lampiran 3. Hasil Analisa Abu Boiler Pabrik Kelapa Sawit

Parameter Satuan Nilai

pH (H2O) --- 9.99

(48)

Lampiran 4. pH Tanah Ultisol dengan Pemberian Konsentrat dan Abu Boiler

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

L0A0 4,94 5,11 5,02 15,07 5,02

L0A1 5,58 5,12 5,21 15,91 5,30

L0A2 5,37 5,54 5,53 16,44 5,48

L0A3 5,59 5,68 5,65 16,92 5,64

L1A0 4,99 5,32 5,10 15,41 5,14

L1A1 5,44 5,13 5,24 15,81 5,27

L1A2 5,35 5,53 5,68 16,56 5,52

L1A3 5,76 5,68 5,69 17,13 5,71

L2A0 5,39 5,44 5,39 16,22 5,41

L2A1 5,48 5,54 5,40 16,42 5,47

L2A2 5,72 5,67 5,78 17,17 5,72

L2A3 5,65 5,74 5,71 17,10 5,70

L3A0 5,43 5,43 5,27 16,13 5,38

L3A1 5,46 5,58 5,63 16,67 5,56

L3A2 5,83 5,56 5,70 17,09 5,70

L3A3 5,88 5,76 5,97 17,61 5,87

Total 87,86 87,83 87,97 263,66

Rataan 5,491 5,489 5,498 5,493

Lampiran 5. Daftar Sidik Ragam pH Tanah

SK db JK KT F Hit. F 0.05

Blok 2 0,0007 0,0003 0,02tn 3,32

Perlakuan 15 2,4234 0,1616 11,22* 2,04

L 3 0,5827 0,1942 13,49* 2,92

A 3 1,7201 0,5734 39,81* 2,92

L x A 9 0,1205 0,0134 0,93tn 2,21

Galat 30 0,4321 0,0144

Total 47 2,8562

KK= 2,18 %

Keterangan :

KK : Koefesien Keragaman tn : Tidak Nyata

(49)

Lampiran 6. Kadar C-organik Tanah Ultisol dengan Pemberian Konsentrat dan Abu Boiler (%)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

L0A0 0,195 0,265 0,531 0,991 0,330

L0A1 0,243 0,340 0,460 1,043 0,348

L0A2 0,048 0,265 0,560 0,873 0,291

L0A3 0,195 0,378 0,709 1,282 0,427

L1A0 0,243 0,530 0,600 1,373 0,458

L1A1 0,243 0,302 0,709 1,254 0,418

L1A2 0,243 0,416 0,567 1,226 0,409

L1A3 0,292 0,378 0,600 1,270 0,423

L2A0 0,668 0,450 0,880 1,998 0,666

L2A1 0,292 0,605 0,630 1,527 0,509

L2A2 1,072 0,454 0,810 2,336 0,779

L2A3 0,438 0,530 0,810 1,778 0,593

L3A0 0,480 0,719 0,850 2,049 0,683

L3A1 0,341 0,833 0,709 1,883 0,628

L3A2 0,536 0,567 0,780 1,883 0,628

L3A3 0,536 0,492 0,850 1,878 0,626

Total 6,065 7,524 11,055 24,64

Rataan 0,379 0,470 0,691 0,513

Lampiran 7. Daftar Sidik Ragam kadar C-organik Tanah

SK db JK KT F Hit. F 0.05

Blok 2 0,8228 0,41 21,329 3,32

Perlakuan 15 0,94995 0,06 3,283 2,04

L 3 0,79 0,26 13,68* 2,92

A 3 0,02 0,01 0,43tn 2,92

L x A 9 0,13 0,01 0,77tn 2,21

Galat 30 0,5787 0,0193

Total 47 2,3515

KK = 27,05

Keterangan :

KK : Koefesien Keragaman tn : Tidak Nyata

(50)

Lampiran 8. N-Total Tanah Ultisol akibat Pemberian Konsentrat dan Abu Boiler (%)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

L0A0 0,040 0,120 0,070 0,230 0,077

L0A1 0,061 0,110 0,052 0,223 0,074

L0A2 0,049 0,073 0,061 0,183 0,061

L0A3 0,052 0,077 0,126 0,255 0,085

L1A0 0,067 0,117 0,080 0,264 0,088

L1A1 0,092 0,070 0,092 0,254 0,085

L1A2 0,067 0,067 0,086 0,220 0,073

L1A3 0,067 0,046 0,080 0,193 0,064

L2A0 0,098 0,095 0,092 0,285 0,095

L2A1 0,098 0,110 0,080 0,288 0,096

L2A2 0,117 0,110 0,113 0,340 0,113

L2A3 0,070 0,129 0,058 0,257 0,086

L3A0 0,092 0,132 0,120 0,344 0,115

L3A1 0,120 0,067 0,098 0,285 0,095

L3A2 0,117 0,113 0,107 0,337 0,112

L3A3 0,104 0,113 0,104 0,321 0,107

Total 1,31 1,55 1,42 4,28

Rataan 0,08 0,10 0,09 0,09

Lampiran 9. Daftar Sidik Ragam N-total Tanah

SK db JK KT F Hit. F 0.05

Blok 2 0,00 0,00 1,798 3,32

Perlakuan 15 0,01 0,00 1,738 2,04

L 3 0,01 0,00 6,10* 2,92

A 3 0,00 0,00 0,3tn 2,92

L x A 9 0,00 0,00 0,77tn 2,21

Galat 30 0,01 0,00

Total 47 0,0295

KK = 24,93

Keterangan :

KK : Koefesien Keragaman tn : Tidak Nyata

(51)

Lampiran 10. P-tersedia Tanah Ultisol dengan pemberian konsentrat dan abu Boiler (ppm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

L0A0 1,47 2,00 1,34 4,81 1,60

L0A1 0,95 1,58 0,95 3,48 1,16

L0A2 1,47 0,63 2,53 4,63 1,54

L0A3 28,53 3,89 5,68 38,10 12,70

L1A0 0,63 1,26 1,58 3,47 1,16

L1A1 0,84 1,05 2,84 4,73 1,58

L1A2 2,00 4,74 5,16 11,90 3,97

L1A3 15,89 18,53 8,84 43,26 14,42

L2A0 12,95 23,05 8,42 44,42 14,81

L2A1 11,58 11,37 24,42 47,37 15,79

L2A2 28,95 14,53 30,63 74,11 24,70

L2A3 20,74 36,74 22,42 79,90 26,63

L3A0 29,47 18,63 12,00 60,10 20,03

L3A1 17,26 35,16 15,16 67,58 22,53

L3A2 42,42 36,32 32,95 111,69 37,23

L3A3 48,74 30,21 47,58 126,53 42,18

Total 263,89 239,69 222,50 726,08

Rataan 16,49 14,98 13,91 15,13

Lampiran 11. Daftar Sidik Ragam P-tersedia

SK db JK KT F Hit. F 0.05

Blok 2 54,05 27,02 0,514 3,32

Perlakuan 15 7787,72 519,18 9,866 2,04

L 3 5759,99 1920,00 36,49* 2,92

A 3 1654,56 551,52 10,48* 2,92

L x A 9 373,16 41,46 0,79tn 2,21

Galat 30 1578,65 52,62

Total 47 9420,4173

KK = 47,96

Keterangan :

KK : Koefesien Keragaman tn : Tidak Nyata

(52)

Lampiran 12. K-tukar Tanah Ultisol akibat Pemberian Konsentart dan Abu Boiler (me/100)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

L0A0 0,504 0,389 0,425 1,318 0,439

L0A1 0,639 0,535 0,552 1,725 0,575

L0A2 0,695 0,620 0,650 1,965 0,655

L0A3 0,703 0,613 0,694 2,010 0,670

L1A0 0,492 0,426 0,497 1,415 0,472

L1A1 0,661 0,513 0,602 1,776 0,592

L1A2 0,644 0,700 0,682 2,027 0,676

L1A3 0,785 0,677 0,703 2,165 0,722

L2A0 0,630 0,500 0,562 1,693 0,564

L2A1 0,641 0,577 0,658 1,876 0,625

L2A2 0,749 0,658 0,733 2,140 0,713

L2A3 0,715 0,680 0,769 2,164 0,721

L3A0 0,590 0,546 0,564 1,700 0,567

L3A1 0,637 0,596 0,627 1,860 0,620

L3A2 0,755 0,689 0,697 2,141 0,714

L3A3 0,790 0,696 0,760 2,245 0,748

Total 10,631 9,416 10,174 30,221

Rataan 0,664 0,588 0,636 0,630

Lampiran 13. Daftar Sidik Ragam K-tukar Tanah

SK db JK KT F Hit. F 0.05

Blok 2 0,05 0,024 27,218 3,32

Perlakuan 15 0,37 0,025 28,536 2,04

L 3 0,05 0,016 18,38* 2,92

A 3 0,31 0,103 119,46* 2,92

L x A 9 0,01 0,001 1,61tn 2,21

Galat 30 0,03 0,001

Total 47 0,4435

KK = 4,67

Keterangan :

KK : Koefesien Keragaman tn : Tidak Nyata

(53)

Lampiran 14. Tinggi Tanaman akibat Pemberian Konsentrat dan Abu Boiler (cm)

Perlakuan Blok Tota Rataan

I II III

L0A0 90 57 53 200,00 66,67

L0A1 107 157 68 332,00 110,67

L0A2 85 117 101 303,00 101,00

L0A3 81 120 114 315,00 105,00

L1A0 148 133 129 410,00 136,67

L1A1 130 134 149 413,00 137,67

L1A2 143 137 113 393,00 131,00

L1A3 99 137 122 358,00 119,33

L2A0 124 122 136 382,00 127,33

L2A1 174 133 136 443,00 147,67

L2A2 144 122 160 426,00 142,00

L2A3 172 128 143 443,00 147,67

L3A0 166 150 153 469,00 156,33

L3A1 147 157 138 442,00 147,33

L3A2 115 131 119 365,00 121,67

L3A3 180 176 82 438,00 146,00

Total 2105 2111 1916 6132,00

Rataan 131,563 131,938 119,750 127,750

Lampiran 15. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman

SK db JK KT F Hit. F 0.05

Blok 2 1537,1250 768,5625 1,46 3,32

Perlakuan 15 24247,6667 1616,5111 3,07 2,04

L 3 17254,3333 5751,4444 10,92* 2,92

A 3 1429,1667 476,3889 0,90tn 2,92

L x A 9 5564,1667 618,2407 1,17tn 2,21

Galat 30 15804,2083 526,8069

Total 47 41589,0000

KK = 17,97

Keterangan :

KK : Koefesien Keragaman tn : Tidak Nyata

(54)

Lampiran 16. Berat Kering Tajuk Tanaman dengan Pemberian Konsentrat dan Abu Boiler (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

L0A0 3,81 0,83 0,60 5,24 1,75

L0A1 4,06 2,77 1,79 8,62 2,87

L0A2 3,50 6,24 4,72 14,46 4,82

L0A3 6,84 5,56 6,56 18,96 6,32

L1A0 9,49 6,66 9,16 25,31 8,44

L1A1 10,76 5,48 12,55 28,79 9,60

L1A2 9,22 9,63 12,42 31,27 10,42

L1A3 5,10 7,66 11,12 23,88 7,96

L2A0 8,40 9,50 11,60 29,50 9,83

L2A1 15,94 10,28 9,63 35,85 11,95

L2A2 11,88 11,85 12,30 36,03 12,01

L2A3 14,47 11,11 13,39 38,97 12,99

L3A0 13,24 10,58 13,59 37,41 12,47

L3A1 14,37 13,23 10,10 37,70 12,57

L3A2 5,82 6,89 8,81 21,52 7,17

L3A3 19,34 4,30 20,15 43,79 14,60

Total 156,24 122,57 158,49 437,30

Rataan 9,765 7,661 9,906 9,110

Lampiran 17. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Tajuk

SK db JK KT F Hit. F 0.05

Blok 2 50,6037 25,3019 3,25 3,32

Perlakuan 15 636,5580 42,4372 5,45 2,04

L 3 481,58

Gambar

Tabel 1. pH Ultisol dengan pemberian konsentrat limbah cair dan abu boiler pabrik kelapa sawit
Tabel 2. Kadar C-organik Ultisol dengan pemberian konsentrat limbah cair dan abu boiler pabrik kelapa sawit (%)
Tabel 4. P-tersedia tanah Ultisol dengan pemberian konsentrat limbah cair   dan abu boiler pabrik kelapa sawit (ppm)
Tabel 5. K-tukar tanah dengan pemberian konsentrat limbah cair dan abu boiler   pabrik kelapa sawit (me/100)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai kandungan minyak awal (sebelum penambahan Abu Tandan Kosong Kelapa Sawit) pada sampel limbah cair pabrik kelapa sawit sebesar

Pemanfaatan limbah lumpur padat (Sludge) pabrik pengolahan kelapa sawit sebagai alternatif penyediaan unsur hara di tanah Ultisol. Percobaan rumah kasa yang memanfaatkan sludge

menentukan efisiensi penyisihan parameter BOD pada limbah cair pabrik kelapa sawit, mempelajari pengaruh faktor variasi kerapatan tanaman, variasi kadar limbah, dan

Penelitian rumah kaca membandingkan abu boiler pabrik kelapa sawit dengan pupuk MOP (KCl) sebagai sumber Kalium pada tanah Inseptisol.. Penelitian ini dirancang

Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit sebagai Pupuk terhadap Biodiversitas Tanah. Sludge composting: A Case Study on Palm Oil Mill

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dosis campuran kompos TKKS dengan abu boiler dan limbah cair pabrik kelapa sawit yang optimum untuk pertumbuhan dan produksi

Tulisan ini merupakan Skripsi dengan judul “ Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit Menggunakan Pupuk Organik Aktif Dari Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit : Pengaruh Lubang

Proses aktivasi perendaman abu boiler pabrik kelapa sawit selama 24 jam dengan larutan H 3 PO 4 10%... 36 Abu boiler pabrik