• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok 1 Penyakit Menular Seksual

N/A
N/A
Agustina Dewi

Academic year: 2023

Membagikan "Kelompok 1 Penyakit Menular Seksual"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KEPERAWATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUSAL DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Reproduksi

Disusun oleh :

KELOMPOK I

1. I NENGAH ANTARA (223221330) 1. PUTU VINA VITRIADEWI (223221345) 2. NI PUTU KRISNA ANDIANI (223221342) 3. AGUSTINA DEWI ASTUTI (223221310) 4. DWI ANDRIYANI (223221369)

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Wira Medika Bali

2022

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual (Daili, 2007; Djuanda, 2007). Sejak tahun 1998, istilah STD mulai berubah menjadi STI (Sexually Transmitted Infection), agar dapat menjangkau penderita asimtomatik (Daili, 2009). Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba (bakteri, virus, dan parasit) yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhoeae, chlamydia, syphilis, trichomoniasis, chancroid, herpes genitalis, infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan hepatitis B.

Dalam semua masyarakat, Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan penyakit yang paling sering dari semua infeksi (Holmes, 2005; Kasper, 2005).

Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu dari sepuluh penyebab pertama penyakit yang tidak menyenangkan pada dewasa muda laki- laki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di negara berkembang. Dewasa dan remaja (15- 24 tahun) merupakan 25% dari semua populasi yang aktif secara seksual, tetapi memberikan kontribusi hampir 50% dari semua kasus IMS baru yang didapat. Kasus- kasus IMS yang terdeteksi hanya menggambarkan 50%- 80% dari semua kasus IMS yang ada di Amerika. Ini mencerminkan keterbatasan “screening” dan rendahnya pemberitaan akan IMS (Da Ros, 2008).

Diperkirakan lebih dari 340 juta kasus baru dari IMS yang dapat disembuhkan (sifilis, gonore, infeksi klamidia, dan infeksi trikomonas) terjadi setiap tahunnya pada laki- laki dan perempuan usia 15- 49 tahun. Secara epidemiologi penyakit ini tersebar di seluruh dunia, angka kejadian paling tinggi tercatat di Asia Selatan dan Asia Tenggara, diikuti Afrika bagian Sahara, Amerika Latin, dan Karibean. Jutaan IMS oleh virus juga terjadi setiap tahunnya, diantaranya ialah HIV, virus herpes, human papilloma virus, dan virus hepatitis B (WHO, 2007). Di Amerika, jumlah wanita yang menderita infeksi klamidial 3 kali lebih tinggi dari laki- laki. Dari seluruh wanita yang menderita infeksi klamidial, golongan umur yang memberikan kontribusi yang besar ialah umur 15-24 tahun (CDC, 2008). Di Indonesia sendiri, telah banyak laporan mengenai prevalensi infeksi menular seksual ini. Beberapa laporan yang ada dari beberapa lokasi antara tahun 1999 sampai 2001 menunjukkan prevalensi infeksi gonore dan klamidia yang tinggi antara 20%-35% (Jazan, 2003). Selain klamidia, sifilis maupun gonore, infeksi HIV/AIDS saat ini juga menjadi perhatian karena peningkatan angka kejadiannya yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu. Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es, yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah sebenarnya. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia yang sebenarnya belum diketahui secara pasti.

(3)

Diperkirakan jumlah orang dengan HIV di Indonesia pada akhir tahun 2003 mencapai 90.000 – 130.000 orang. Sampai dengan Desember 2008, pengidap HIV positif yang terdeteksi adalah sebanyak 6.015 kasus. Sedangkan kumulatif kasus AIDS sebanyak 16.110 kasus atau terdapat tambahan 4.969 kasus baru selama tahun 2008. Kematian karena AIDS hingga tahun 2008 sebanyak 3.362 kematian (Depkes, 2009). Di Propinsi Sumatera Utara sendiri, dari 12.855.845 jumlah penduduk yang tercatat, ada sedikitnya 2947 yang menderita infeksi menular seksual (Depkes, 2008).

Penyakit menular seksual juga merupakan penyebab infertilitas yang tersering, terutama pada wanita. Antara 10% dan 40% dari wanita yang menderita infeksi klamidial yang tidak tertangani akan berkembang menjadi pelvic inflammatory disease (WHO, 2008).

Dari data dan fakta di atas, jelas bahwa infeksi menular seksual telah menjadi problem tersendiri bagi pemerintah. Tingginya angka kejadian infeksi menular seksual di kalangan remaja dan dewasa muda, terutama wanita, merupakan bukti bahwa masih rendahnya pengetahuan remaja akan infeksi menular seksual. Wanita dalam hal ini sering menjadi korban dari infeksi menular seksual. Hal ini mungkin disebabkan masih kurangnya penyuluhan- penyuluhan yang diakukan oleh pemerintah dan badan-badan kesehatan lainnya.

Tidak adanya mata pelajaran yang secara khusus mengajarkan dan memberikan informasi bagi murid sekolah menengah atas, terutama siswi, juga menjadi salah satu penyebab tingginya angka kejadian infeksi menular seksual di kalangan remaja.

B. TUJUAN 1. Tujuan Umum

Penulisan makalah ini bertujuan untuk dapat memperoleh pengetahuan tentang penyakit – penyakit yang berhubungan dengan penyakit menular seksual.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang definisi penyakit HIV/AIDS, Sifilis dan Gonore.

b. Mahasiswa dapat mengetahui tentang distribusi dan frekuensi penyakit HIV/AIDS, Sifilis dan Gonore.

c. Mahasiswa dapat mengetahui tentang etiologi penyakit HIV/AIDS, Sifilis dan Gonore.

d. Mahasiswa dapat mengetahui tentang mekanisme HIV/AIDS, Sifilis dan Gonore.

e. Mahasiswa dapat megetahui tentang cara penularan HIV/AIDS, Sifilis dan Gonore.

f. Mahasiswa dapat mengetahui tentang manifestasi klinis HIV/AIDS, Sifilis dan Gonore.

g. Mahasiswa dapat mengetahui tentang cara pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS, Sifilis dan Gonore.

(4)

BAB II

TINJAUAN DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.

Penyakit menular seksual akan lebih beresiko apabila melakukan hubungan seksual dengan berganti – ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal (Sjaiful, 2007).

2. Bahaya Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual menyebabkan infeksi saluran reproduksi yang harus dianggap serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan, sakit perkepanjangan, kemandulan dan kematia (Sjaiful, 2007).

3. Tanda dan Gejala Penyakit Menular Seksual (Sajaiful, 2007) a. Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual.

b. Rasa nyeri pada perut bagian bawah.

c. Pengeluaran lender pada vagina/alat kelamin.

d. Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya.

e. Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal.

f. Timbul becak-bercak darah setelah berhubungan seks.

g. Bintil – bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin.

B. PEMBAHASAN 1. Penyakit HIV/AIDS a. Definisi HIV/AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007c).

Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan patologi

(5)

secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1 (Zein, 2006).

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).

HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik (Zein, 2006).

b. Distribusi Frekuensi

Penyakit ini sudah lama ada hanya saja belum disadari oleh para ilmuwan bahwa kasus–kasus yang ditemukan adalah kasus AIDS. Baru pada tahun 1981 Amerika Serikat melaporkan kasus–kasus penyakit infeksi yang jarang terjadi ditemukan dikalangan homoseksual, yang kemudian dirumuskan sebagai penyakit Gay Related Immune Deficiency (GRID), yakni penurunan kekebalan tubuh yang dihubungkan dengan kaum gay/homoseksual.

Kemudian pada tahun 1982, CD–USA (Centers for Disease Control) Amerika Serikat untuk pertama kali membuat definisi AIDS. Sejak saat itulah survailans AIDS dimulai. Dan juga ditemukan penyebab kelainan ini adalah LAV (Lymphadenophaty Associaterd Virus) oleh Luc Montagnier dari pasteur Institut, Paris.

Pada tahun 1984 Gallo dan kawan–kawan dari National Institute of Health, Bethesda, Amerika Serikat menemukan HTLV III ( Human T Lymphotropic Virus type III) sebagai sebab kelainan ini. Pada tahun 1985 ditemukan Antigen untuk melakukan tes ELISA, suatu tes untuk mengetahui terinfeksi virus itu atau tidaknya seseorang. Pada tahun 1986, International Commintte on Taxonomi of Viruses, memutuskan nama penyebab penyakit AIDS adalah HIV sebagai pengganti nama LAV dan HTLV III. 15 April 1987, Kasus AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan. Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda, Edward Hop, meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Kematian lelaki asing itu disebabkan AIDS. Hingga akhir 1987, ada enam orang yang didiagnosis HIV positif, dua di antara mereka mengidap AIDS. Sejak ditemukan tahun 1978, secara kumulatif jumlah kasus AIDS di Indonesia sampai dengan 30 September 2009 sebanyak 18.442 kasus. jumlah ini semakin meningkat dari tahun ke tahun.

(6)

Data Kementerian Kesehatan akhir 2009 menyebutkan penderita AIDS kelompok umur 20-29 tahun di Indonesia mencapai 49,07 persen. Berikutnya kelompok umur 30-39 tahun dengan 30,14 persen. Berdasarkan jenis kelamin 14720 kasus atau 73,7 persen diderita pria dan 5163 kasus adalah perempuan. Berdasarkan cara penularan, kasus AIDS kumulatif tertinggi melalui hubungan heteroseksual (50,3 persen), pengguna napza suntik/ penasun (40,2 persen), dan hubungan homoseksual (3,3 persen).Jumlah kasus AIDS kumulatif 19.973 kasus yang tersebar di 32 Provinsi di Indonesia. Penderita HIV positif terbanyak berada di DKI Jakarta dari Propinsi DKI Jakarta (7766), disusul Jawa Timur (4553), Jawa Barat (3077), Sumatera Utara (2783), dan Kalimantan Barat (1914).

Pada tahun 2014 diproyeksikan jumlah infeksi baru HIV usia 15-49 tahun sebesar 79.200 dan proyeksi untuk ODHA usia 15-49 tahun sebesar 501.400 kasus. Demikian laporan triwulan ketiga tahun 2009 Surveilans AIDS Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP &PL) Depkes.

c. Etiologi

Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus penyebab AIDS. Virus ini termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit.

Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang lain (Brooks, 2005).

d. Mekanisme Penyakit (RAP) 1) Tahap Pre Patogenesis

Tahap pre patogenesis tidak terjadi pada penyakit HIV AIDS. Hal ini karena penularan penyakit HIV terjadi secara langsung (kontak langsung dengan penderita). HIV dapat menular dari suatu satu manusia ke manusia lainnya melalui kontak cairan pada alat reproduksi, kontak darah (misalnya trafusi darah, kontak luka, dll), penggunaan jarum suntik secara bergantian dan kehamilan.

2) Tahap Patogenesis

Pada fase ini virus akan menghancurkan sebagian besar atau keseluruhan sistem imun penderita dan penderita dapat dinyatakan positif mengidap AIDS. Gejala klinis pada orang dewasa ialah jika ditemukan dua dari tiga gejala utama dan satu dari lima gejala minor.

(7)

Gejala utamanya antara lain demam berkepanjangan, penurunan berat badan lebih dari 10% dalam kurun waktu tiga bulan, dan diare kronis selama lebih dari satu bulan secara berulang-ulang maupun terus menerus. Gejala minornya yaitu batuk kronis selama lebih dari 1 bulan, munculnya Herpes zoster secara berulang-ulang, infeksi pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan oleh Candida albicans, bercak-bercak gatal di seluruh tubuh, serta pembengkakan kelenjar getah bening secara menetap di seluruh tubuh. Akibat rusaknya sistem kekebalan, penderita menjadi mudah terserang penyakit-penyakit yang disebut penyakit oportunitis. Penyakit yang biasa menyerang orang normal seperti flu, diare, gatal-gatal, dan lain-lain. Bisa menjadi penyakit yang mematikan di tubuh seorang penderita AIDS.

3) Tahap Inkubasi

Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV sampai dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS. Waktu yang dibutuhkan rata-rata cukup lama dan dapat mencapai kurang lebih 12 tahun dan semasa inkubasi penderita tidak menunjukkan gejala-gejala sakit. Selama masa inkubasi ini penderita disebut penderita HIV. Pada fase ini terdapat masa dimana virus HIV tidak dapat tedeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan sejak tertular virus HIV. Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi untuk menularkan virus HIV kepada orang lain dengan berbagai cara sesuai pola transmisi virus HIV. Mengingat masa inkubasi yang relatif lama, dan penderita HIV tidak menunjukkan gejala-gejala sakit, maka sangat besar kemungkinan penularan terjadi pada fase inkubasi ini.

4) Tahap Penyakit Dini

Penderita mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebalan tubuhnya menurun/

lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani uji antibody HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang beresiko terkena virus HIV.

5) Tahap Penyakit Lanjut

Pada tahap ini penderita sudah tidak bias melakukan aktivitas apa-apa. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk serta nyeri dada. Penderita mengalami jamur pada rongga mulut dan kerongkongan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada sistem persyarafan ujung (peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang selalu mengalami tensi darah rendah dan impotent. Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau cacar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya

(8)

adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (folliculities), kulit kering berbercak- bercak.

6) Tahap Post Patogenesis (Tahap Penyakit Akhir)

Fase ini merupakan fase terakhir dari perjalanan penyakit AIDS pada tubuh penderita.

Fase akhir dari penderita penyakit AIDS adalah meninggal dunia.

e. Mekanisme Penularan Penyakit

HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu (KPA, 2007).

Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu : kontak seksual, kontak dengan darah atau sekret yang infeksius, ibu ke anak selama masa kehamilan, persalinan dan pemberian ASI (Air Susu Ibu). (Zein, 2006).

1) Seksual

Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling dominan dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki. Senggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal (anus), oral (mulut) antara dua individu. Resiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV.

2) Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus HIV.

3) Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusuk ke dalam tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti jarum tato atau pada pengguna narkotik suntik secara bergantian. Bisa juga terjadi ketika melakukan prosedur tindakan medik ataupun terjadi sebagai kecelakaan kerja (tidak sengaja) bagi petugas kesehatan.

4) Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian hendaknya dihindarkan karena dapat menularkan virus HIV kecuali benda-benda tersebut disterilkan sepenuhnya sebelum digunakan.

5) Melalui transplantasi organ pengidap HIV.

6) Penularan dari ibu ke anak.

7) Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia dikandung, dilahirkan dan sesudah lahir melalui ASI.

f. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis infeksi HIV pada anak bervariasi dari asimtomatis sampai penyakit berat yang dinamakan AIDS. AIDS pada anak terutama terjadi pada umur muda karena sebagian besar (>80%) AIDS pada anak akibat transmisi vertikal dari ibu ke anak. Lima puluh persen kasus AIDS anak berumur < l tahun dan 82% berumur <3 tahun. Meskipun demikian ada juga bayi yang terinfeksi HIV secara vertikal belum memperlihatkan gejala AIDS pada umur 10 tahun.

(9)

Gejala klinis yang terlihat adalah akibat adanya infeksi oleh mikroorganisme yang ada di lingkungan anak. Oleh karena itu, manifestasinya pun berupa manifestasi nonspesifik berupa gagal tumbuh, berat badan menurun, anemia, panas berulang, limfadenopati, dan hepatosplenomegali. Gejala yang menjurus kemungkinan adanya infeksi HIV adalah adanya infeksi oportunistik, yaitu infeksi dengan kuman, parasit, jamur, atau protozoa yang lazimnya tidak memberikan penyakit pada anak normal. Karena adanya penurunan fungsi imun, terutama imunitas selular, maka anak akan menjadi sakit bila terpajan pada organisme tersebut, yang biasanya lebih lama, lebih berat serta sering berulang. Penyakit tersebut antara lain kandidiasis mulut yang dapat menyebar ke esofagus, radang paru karena Pneumocystis carinii, radang paru karena mikobakterium atipik, atau toksoplasmosis otak. Bila anak terserang Mycobacterium tuberculosis, penyakitnya akan berjalan berat dengan kelainan luas pada paru dan otak. Anak sering juga menderita diare berulang.

g. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan

Program pencegahan penularan dan penyebaran HIV lebih dipusatkan pada pendidikan masyarakat mengenai cara-cara penularan HIV. Dengan demikian, masyarakat (terutama kelompok perilaku resiko tinggi) dapat mengubah kebiasaan hidup mereka sehingga tidak mudah terjangkit HIV. Dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari HIV/AIDS adalah sebagai berikut :

1) Membiasakan Diri dengan Perilaku Seks yang Sehat

Sebagian besar penularan HIV terjadi melalui hubungan seksual. Oleh karena itu, membiasakan diri dengan perilaku seks yang sehat dapat menjauhkan diri dari penularan HIV. Misalnya, dengan tidak berhubungan seks di luar nikah, tidak berganti-ganti pasangan, dan menggunakan pengaman (terutama pada kelompok perilaku beresiko tinggi) sewaktu melakukan aktivitas seksual.

2) Menggunakan Jarum Suntik dan Alat-alat Medis yang Steril

Para tenaga medis hendaknya memperhatikan alat-alat kesehatan yang mereka gunakan.

Jarum suntik yang digunakan harus terjamin sterilitasnya dan sebaiknya hanya sekali pakai. Jadi, setiap kali menyuntik pasien, seorang tenaga medis harus memakai jarum suntik yang haru. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penularan HIV melalui jarum suntik. Selain itu, penggunaan sarung tangan lateks setiap kontak dengan cairan tubuh juga dapat memperkecil peluang penularan HIV.

3) Menjauhi Segala Bentuk Penggunaan Narkoba

Para pangguna narkoba sangat rentan tertular HIV, terutama pengguna narkoba suntik.

Fakta menunjukkan bahwa penyebaran HIV di kalangan pengguna narkoba suntik tiga sampai lima kali lebih cepat dibanding perilaku resiko lainnya.

(10)

4) Tidak Terima Transfusi Darah dari Orang yang Mengidap HIV

Pemeriksaan medis yang ketat pada setiap transfusi darah dapat mencegah penularan HIV. Sebelum transfusi darah berlangsung, para ahli kesehatan sebaiknya melakukan tes HIV untuk memastikan bahwa darah yang akan didonorkan bebas dari HIV.

5) Menganjurkan Wanita Pengidap HIV untuk Tidak Hamil

Meskipun hamil adalah hak setiap wanita, namun bagi wanita pengidap HIV dianjurkan untuk tidak hamil. Sebab, wanita hamil pengidap HIV dapat menularkan virus kepada janin yang dikandungnya. Jika ingin hamil, sebaiknya mereka selalu berkonsultasi.

Program penanggulangan HIV/AIDS yaitu lewat jalur pendidikan mempunyai arti yang sangat strategis karena besarnya populasi remaja di jalur sekolah dan secara politis kelompok ini adalah aset dan penerus bangsa. Salah satu kelompok sasaran remaja yang paling mudah dijangkau adalah remaja di lingkungan sekolah (closed community) (Muninjaya, 1998).

Keimanan dan ketaqwaan yang lemah serta tertekannya jiwa menyebabkan remaja berusaha untuk melarikan diri dari kenyataan hidup dan ingin diterima dalam lingkungan atau kelompok tertentu. Oleh karena itu diperlukan peningkatan keimanan dan ketaqwaan melalui ajaran-ajaran agama. (BNN, 2009)

Sebagian masyarakat Indonesia menggangap bahwa seks masih merupakan hal yang tabu. Termasuk diantaranya dalam pembicaraan, pemberian informasi dan pendidikan seks.

Akibatnya jalur informasi yang benar dan mendidik sulit dikembangkan (Zulaini, 2000).

Cara-cara mengurangi resiko penularan AIDS antara lain melalui seks aman yaitu dengan melakukan hubungan seks tanpa melakukan penetrasi penis ke dalam vagina, anus, ataupun mulut.

2. Penyakit Sifilis

a. Definisi Penyakit Sifilis

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum.

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.

Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh.

Penyakit sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakiti ini mulai menurun, tapi masih merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, saraf dan dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang di kandungnya. Sehingga menyebabkan kelainan bawaan pada bayi tersebut. Sifilis sering disebut sebagai “Lues Raja Singa”.

b. Distribusi Frkuensi

Data yang dilansir Departemen Kesehatan menunjukkan penderita sifilis mencapai 5.000 – 10.000 kasus per tahun. Sementar di Cina, laporan menunjukkan jumlah kasus yang

(11)

diaporkan naik dari 0,2 per 10.000 jiwa pada tahun 1993 menjadi 5,7 kasus per 100.000 jiwa pada tahun 2005. di Amerika Serikat, dilaporkan sekitar 36.000 kasus sifilis tiap tahunnya, dan angka sebenarnya diperkirakan lebih tinggi. Sekitar tiga per lima kasus terjadi kepada lelaki. Penyakit menular sexual (PMS) didunia kesehatan sekarang sudah banyak dibahas dan menjadi percakapan. Hali ini dikarenakan semakin bertambahnya penderita PMS. Baik menimpa secara langsung maupun tidak langsung.

c. Etiologi

Sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema Pallidum termasuk golongan Spirochaeta dan genus treponema yang berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron dan lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi. Organisme ini bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin, bahkan oleh Aquades. Didalam darah donor yang disimpan dalam lemari es Treponema Pallidum akan mati dalam waktu tiga hari tetapi dapat ditularkan melalui tranfusi mengunakan darah segar ( Soedarto, 1990 ).

d. Gejala

Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi. Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang menyebabkan kerusakan jantung, kerusakan otak maupun kematian. Gejala lainnya adalah merasa tidak enak badan (malaise), kehilangan nafsu makan, mual, lelah, demam dan anemia. Sedangkan pada fase laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten kadang luka yang infeksius kembali muncul. Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan; sebelum perkembangan tes serologikal.

e. Mekanisme Penyakit 1) Tahap1

9-90 hari setelah terinfeksi. Timbul: luka kecil, bundar dan tidak sakit chancre- tepatnya pada kulit yang terpapar/kontak langsung dengan penderita. Chancre tempat masuknya penyakit hampir selalu muncul di dalam dan sekitar genetalia, anus bahkan mulut. Pada kasus yang tidak diobati (sampai 1 tahun berakhir), setelah beberapa minggu, chancre akan menghilang tapi bakteri tetap berada di tubuh penderita.

2) Tahap 2

1-2 bulan kemudian, muncul gejala lain: sakit tenggorokan, sakit pada bagian dalam mulut, nyeri otot, demam, lesu, rambut rontok dan terdapat bintil. Beberapa bulan kemudian akan menghilang. Sejumlah orang tidak mengalami gejala lanjutan.

(12)

3) Tahap 3

Dikenal sebagai tahap akhir sifilis. Pada fase ini chancre telah menimbulkan kerusakan fatal dalam tubuh penderita. Dalam stase ini akan muncul gejala: kebutaan, tuli, borok pada kulit, penyakit jantung, kerusakan hati, lumpuh dan gila.

f. Mekanisme Penularan Penyakit

Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam uterus). Luka terjadi terutama pada alat kelamin eksternal, vagina, anus, atau di dubur. Luka juga dapat terjadi di bibir dan dalam mulut, Wanita hamil dengan penyakit ini dapat terbawa ke bayi.

Spirochaeta penyebab sifilis dapat ditularkan dari satu orang ke orang yang lain melalui hubungan genito-genital (kelamin-kelamin) maupun oro-genital (seks oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu kepada bayinya selama masa kehamilan.

Harus terjadi kontak langsung dengan kulit orang yang telah terinfeksi disertai dengan lesi infeksi sehingga bakteri bisa masuk ke tubuh manusia. Pada saat melakukan hubungan seksual (misal) bakteri memasuki vagina melalui sepalut lendir dalam vagina, anus atau mulut melalui lubang kecil. Sifilis sangan infeksius pada tahap 1 dan 2. selain juga dapat disebarkan per-plasenta.

g. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan

Sama seperti penyakit menular seksual lainnya, sifilis dapat di cegah dengan cara melakukan hubungan seksual secara aman misalkan menggunakan kondom. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah seseorang agar tidak tertular penyakit sifilis. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain :

1) Tidak berganti-ganti pasangan.

2) Berhubungan seksual yang aman: selektif memilih pasangan dan pempratikkan

‘protective sex’.

3) Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfusi darah yang sudah terinfeksi.

3. Penyakit Gonore

a. Definisi Penyakit Gonore

Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva).

Gonore (GO) adalah penyakit Menular Seksual yang paling sering terjdi dan paling mudah terjadi. Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan secara langsung dari seseorang ke orang lain melalui kontak seks. Namun penyakit gonore ini dapat

(13)

juga ditularkan melalui ciuman atau kontak badan yang dekat. Kuman patogen tertentu yang mudah menular dapat ditularkan melalui makanan, transfusi darah, alat suntik yang digunakan untuk obat bius.

b. Distribusi Frekuensi

Infeksi gonore ditularkan melalui hubungan seksual, dapat juga ditularkan kepada janin pada saat proses kelahiran berlangsung. Walaupun semua golongan rentan terinfeksi penyakit ini, tetapi insidens tertingginya berkisar pada usia 15-35 tahun. Di antara populasi wanita pada tahun 2000, insidens tertinggi terjadi pada usia 15 -19 tahun (715,6 per 100.000) sebaliknya pada laki-laki insidens rata-rata tertinggi terjadi pada usia 20-24 tahun (589,7 per 100.000). Epidemiologi N. gonorrhoeae berbeda pada tiap – tiap negara berkembang. Di Swedia, insiden gonore dilaporkan sebanyak 487/100.000 orang yang menderita pada tahun 1970. Pada tahun 1987 dilaporkan sebanyak 31/100.000 orang yang menderita, pada tahun 1994 dilaporkan penderita gonore semakin berkurang yaitu hanya sekitar 31/100.000 orang yang menderita. Di Amerika Serikat, insiden dari kasus gonore mengalami penurunan. Di dunia diperkirakan terdapat 200 juta kasus baru setiap tahunnya.

c. Etiologi

Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva).

Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian.Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi.

d. Gejala

Gejala dari penyakit ini tebagi atas dua yaitu gejala yang terdapat pada laki– laki dan perempuan, dimana gejala tersebut adalah sebagai berikut :

1) Gejala pada laki – laki

 Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi.

 Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis.

 Penderita sering berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk ketika penyakit ini menyebar ke uretra bagian atas. Lubang penis tampak merah dan membengkak.Pada wanita, gejala awal bisa timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi.

(14)

2) Gejala pada wanita

 Penderita wanita seringkali tidak menunjukkan gejala selama beberapa minggu atau bulan, dan diketahui menderita penyakit ini hanya setelah mitra seksualnya tertular.

 Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam.

 Infeksi bisa menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra dan rektum; menyebabkan nyeri pinggul yang dalam atau nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

 Nanah yang keluar bisa berasal dari leher rahim, uretra atau kelenjar di sekitar lubang vagina.

 Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus (lubang dubur) bisa menderita gonore pada rektumnya.

 Penderita merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan.

Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar, tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah.

 Pada pemeriksaan dengan anaskop akan tampak lendir dan cairan di dinding rektum penderita.

 Melakukan hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang penderita gonore bias menyebabakn gonore pada tenggorokan (faringitis gonokokal).

 Biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan menelan.

 Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata maka bisa terjadi infeksi mata luar (konjungtivitis gonore).

 Bayi baru lahir bisa terinfeksi oleh gonore dari ibunya selama proses persalinan, sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah.

 Pada dewasa, bisa terjadi gejala yang sama, tetapi seringkali hanya 1 mata yang terkena.

 Jika infeksi ini tidak diobati bisa terjadi kebutaan.

e. Cara Penularan Penyakit

Orang yang terkena gonore umumnya tertular pertama kali dengan orang yang terinfeksi saat melakukan hubungan seksual melalui vagina, oral, anus.

Sedangkan kontak non seksual terjafi pada ibu hamil yang terkena gonore kemudian menularkan pada anaknua saat prose persalinan.

Bakteri ini masuk melalui lapisam dalam uretra (saluran kemih), leher rahim, rektum (jalur usus besar ke anus) dan tenggorokkan atau bagian putih mata (konjungtiva). Gonore

(15)

bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian.

Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi.

f. Manifestasi Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap nanah, dimana ditemukan bakteri penyebab gonore.Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di laboratorium.Jika diduga terjadi infeksi tenggorokan atau rektum, diambil contoh dari daerah ini dan dibuat biakan.

g. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan

Satu-satunya cara untuk mencegah penyakit gonore ini adalah menghindari gaya hidup aseks bebas dan selalu setia kepada pasangan. Dengan melakukan seks bebas, kita bisa dengan mudah tertutar penyakit gonore ini. Oleh karena itu , untuk memutus rantai penyakit gonore ini, kita tidak berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seksual. Karena kita tidak pernah tahu seseorang tersebut menderita penyakit gonore maupun penyakit menular seksual yang lainnya.

(16)

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN PENYAKIT MENULAR SEKSUSAL (GONOREA)

A. PENGKAJIAN 1. Anamnesis

a. Identitas klien

Meliputi nama,umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnose medik.

b. Keluhan utama

Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ketempat pelayanan kesehatan adalah nyeri.

c. Riwayat penyakit dahulu

Sering diderita oleh klien yang pernah mengalami penyakit herpes simplex atau memiliki penyakit seperti ini.

d. Riwayat penyakit keluarga

Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.

2. Pola Fungsi Kesehatan

Adapun yang harus dikaji antara lain:

a. Aktivitas/Istirahat

Tanda : Kurang tidur/gangguan tidur; gangguan hubungan seksual, emosional dan menstruasi pada wanita, sering berganti-ganti pasangan, hubungan seksual yang tidak aman, malaise.

b. Sirkulasi

Tanda : Kulit hangat, demam, peningkatan TD/nadi akibat demam, nyeri, ansietas, kemerahan di sekitar vulva, sakit kepala.

c. Eliminasi

Tanda : rabas purulent pada wanita, disuria (nyeri saat berkemih), rasater bakar/melepuh.

d. Makanan/Cairan

Tanda : anoreksia, penurunan BB akibat ansietas.

e. Nyeri/Kenyamanan

Tanda : nyeri pada area vulva/genitalia, nyeri pada otot (mialgia); radang papula, gatal.

(17)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus Gonorea berdasarkan SDKI, diantaranya :

 Nyeri akut (D.0077) b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi, infeksi gonorrhea.

 Ansietas (D.0080) b.d krisis situasional, kurang terpapar informasi.

 Gangguan Integritas/kulit (D.0129) b.d neuropati perifer (gonorrhea).

 Hipertermia (D.0130) b.d proses penyakit (infeksi gonorrhea).

 Gangguan eleminasi urine (D.0040) b.d iritasi kandung kemih.

 Gangguan citra tubuh (D.0083) b/d perubahan struktur/bentuk tubuh.

 Pola seksual tidak efektif (D.0071) b.d ketakutan terinfeksi penyakit menular seksual, hambatan hubungan dengan pasangan.

 Defisit pengetahuan (D.0111) b.d kurang terpapar informasi.

 Risiko infeksi (D.0142) d.d penyakit kronis (gonorrhea).

(18)

C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Rencana tindakan keperawatan yang terdiri dari tujuan dan kriteria hasil sesuai SLKI (2019) dan intervensi keperawatan sesuai SIKI (2018), diantaranya yaitu :

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI) 1 Nyeri akut (D.0077) b.d

agen pencedera fisiologis (inflamasi, infeksi, gonorrhea)

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 8jam, maka status tingkat nyeri pasien menurun.

(L.08066).

Kriteria hasil :

1. Frekuensi nadi pasien membaik (60-100 x/menit)

2. Pola nafas pasien membaik (16-20 x/menit)

3. Keluhan nyeri pasien menurun (Skala 0)

Manajemen Nyeri (I.08238) dikolaborasikan dengan Pemberian Analgetik (I.08243)

Observasi

 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.

 Identifikasi skala nyeri.

 Identifikasi faktor memperberat dan memperingan nyeri.

 Identifikasi riwayat alergi obat.

 Monitor efektifitas analgetik Terapeutik

 Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.

 Jelaskan strategi meredakan nyeri.

 Jelaskan efek terapi dan efek samping obat.

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian farmakologis (analgetik).

2 Ansietas (D.0080) b.d Tujuan : Setelah dilakukan intervensi  Reduksi Ansietas (I.09314)

(19)

krisis situasional, kurang terpapar informasi

selama 3 x 8 jam, maka status tingkat ansietas pasien dan keluarga menurun.

(L.09093).

Kriteria hasil :

1. Frekuensi pernapasan pasien membaik (16-20 x/menit) 2. Frekuensi nadi pasien membaik

(60-100 x/menit)

3. Tekanan darah pasien membaik, Pola tidur pasien membaik (7-9 jam/hari)

4. Pasien dan keluarga tidak merasa kebingungan

5. Pasien dan keluarga tidak merasa khawatir.

6. Pasien dan keluarga tidak merasa gelisah dan tegang

Observasi

 Identifikasi saat tingkat ansietas berubah.

 Identifikasi kemamopuan mengambil keputusan.

 Monitor tanda-tanda ansietas Terapeutik

 Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan.

 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika perlu.

 Pahami situasi yang membuat ansietas.

 Dengarkan dengan penuh perhatian.

 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan.

 Diskusikan perencanaan realistis tntang peristiwa yang akan datang.

Edukasi

 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang akan dialami.

 Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis.

 Amjurkan mngungkapkan perasaan dan pressepsi.

 Latih teknik relaksasi.

3 Gangguan Integritas/kulit Tujuan : Setelah dilakukan intervensi  Perawatan Integritas Kulit (I.11353)

(20)

(D.0129) b.d neuropatiperifer (gonorrhea)

keperawatan selama 3 x 8 jam, maka status integritas kulit dan jaringan pasien meningkat. (L.14125).

Kriteria hasil :

1. Kerusakan jaringan menurun 2. Nyeri menurun (Skala 0) 3. Kemerahan menurun 4. Jeringan parut menurun

Observasi

 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit.

Terapeutik

 Ubah posisi tiap 2 jam jika tirahbaring.

 Lakukan pemijatan pada area menonjolan tulang, jika perlu.

 Gunakan produk berbahan pertolium atau minyak pada kulit kering.

 Gunakan produk berbahan ringan dan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif.

 Hindarkan produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering.

Edukasi

 Anjurkan menggunankan pelembab (mis. Lotion).

 Anjurkan minum yang cukup.

 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.

 Anjurkan meningkatkan asupanbuah dan sayur.

 Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem.

 Anjurkan mandi dengan sabun secukupnya.

Perawatan Luka (I.14564) dikolaborasikan dengan Perawatan Area Insisi

(21)

(I.14558) Observasi

 Monitor karakteristik luka (mis. Drainasi, warna, ukuran, bau).

 Periksa lokasi insisi adanya kemerahan, bengkak, dan tanda-tanda dehisensi.

 Monitor proses penyebuhan area insisi.

 Monitor tanda dan gejala infeksi.

 Monitor tanda-tanda infeksi Terapeutik

 Lepaskan balutan dan plester secara perlahan.

 Cukur rambut disekitar daerah luka, jika perlu.

 Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan.

 Bersihkan jaringan nekrotik.

 Usap area insisi dari area yang bersih menuju area yang kurang bersih.

 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu.

 Pasang balutan sesuai dengan jenis luka.

 Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka.

 Ganti balutan luka sesuai jadwal.

 Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-1,5 gr/kgBB/hari.

Edukasi

(22)

 Jelaskan tanda dan gejala infeksi.

 Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi protein dan kalori.

 Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandi.

Kolaborasi

 Kolaborasi prosedur debridement, jika perlu.

 Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu.

4 Hipertermia (D.0130) b.d proses penyakit (infeksi gonorrhea)

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 8 jam, maka status

termoregulasi pasien membaik.

(L.14134).

Kriteria hasil :

1. Keluhan demam/menggigil menurun

2. Suhu tubuh membaik (36,5 – 37,5oC) 3. Suhu kulit membaik

(36,5 – 37,5 oC)

4. Frekuensi nafas membaik (16-20 x/menit)

Manajemen Termoregulasi (I.08238) dikolaborasikan dengan Pemberian Obat Oral (I.03128)

Observasi

 Identifikasi penyebab hipertermia (dehidrasi, infeksi).

 Monitor suhu tubuh.

 Monitor kompikasi hipertermia.

 Observasi kemungkinan alergi, interaksi dan kontra-indikasi obat Terapeutik

 Sediakan lingkungan yang sejuk.

 Longgarkan atau lepaskan pakaian.

 Berikan oksigen, jika perlu pemberian antiperitik atau aspirin.

 Lakukan prinsip 6 benar.

 Berikan obat sebelum/ sesudah makan sesuai kebutuhan.

Edukasi

(23)

 Anjuran tirah baring.

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.

 Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu.

 Jelaskan jenis obat , alasan pemberian, tindakan yang diharapkan, dan efek samping sebelum pemberian.

5 Gangguan eleminasi urine (D.0040) b.d iritasi kandung kemih

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 8 jam, maka status

eleminasi urine pasien membaik.

(L.04034).

Kriteria hasil :

1. Sensasi berkemih meningkat 2. Desakan berkemih menurun 3. Distensi kendung kemih menurun 4. Volume residu urin menurun 5. Disuria menurun

6. Frekuensi BAK membaik

Dukungan Perawatan Diri : BAB/BAK (I.11349) dikolaborasikan Manajemen Eliminasi Urine (I.04152)

Observasi

 Identifikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai usia.

 Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urinemonitor eliminasi urine (mis. Frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna).

 Monitor integritas kulit pasien.

Terapeutik

 Dukung penggunaan toilet/commode/pispot/urinal secara konsisten.

 Bersihkan alat bantu BAK/BAB setelah digunakan.

 Sediakan alat bantu (mis. Kateter, eksternal, urinal), jika perlu.

 Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur.

Edukasi

 Ajarkan tanda dan gejala injeksisaluran kemih.

(24)

 Anjurkan BAK/BAB secara rutin.

 Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu.

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu 6 Gangguan citra tubuh

(D.0083) b/d perubahan struktur/bentuk tubuh

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 8 jam, maka status citra tubuh pasien meningkat. (L.09067).

Kriteria hasil :

1. Verbalisasi kecacatan bagian tubuh menurun

2. Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun 3. Verbalisasi kekhawatiran pada

penolakan/reaksi orang lain 4. Respon non-verbal pada

perubahan tubuh membaik 5. Hubungan sosial membaik

Promosi Citra Tubuh (I.09305) dikolaborasikan dengan Promosi Koping (I.09312)

Observasi

 Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan.

 Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi social.

 Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri.

Terapeutik

 Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya.

 Diskusikan perbedaan penampian fisik terhadap harga diri.

 Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis.

 Diskusikan presepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh.

Edukasi

 Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh.

 Anjurkan mengungkapkan gambaran diri tentang citra tubuh.

 Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun kelompok.

(25)

7 Pola seksual tidak efektif (D.0071) b.d ketakutan terinfeksi penyakit menular seksual, hambatan hubungan dengan pasangan

Tujuan : setelah dilakukan intervensi selama 3 x 8 jam maka status kontrol resiko pasien dan keluarga meningkat (L.14128).

Kriteria hasil :

1. Kemampuan mencari informasi tentang faktor resiko meningkat 2. Kemampuan mengidentifikasi

faktor risiko meningkat

3. Kemampuan melakukan stratefi kontrol resiko meningkat

Edukasi Seksualitas (I.12447) dikolaborasikan dengan Konseling Seksualitas (I.07214)

Observasi

 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.

 Identifikasi masalah sistem reproduksi, masalah seksualitas dan penyakit menular.

 Monitor stres, kecemasan, depresi dan penyebab disfungsi seksual.

Terapeutik

 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.

 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.

 Berikan kesempatan untuk bertanya.

Edukasi

 Jelaskan jenis obat , alasan pemberian, tindakan yang diharapkan, dan efek samping sebelum pemberian.

 Edukasi anatomi dan fisiologi sistem reproduksi.

 Jelaskan resiko tertular penyakit menular seksual.

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan spesialis seksologi, jika perlu 8 Defisit pengetahuan

(D.0111) b.d kurang

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 1 x 8 jam, maka status tingkat

Edukasi Kesehatan (I.12383) Observasi

(26)

terpapar informasi pengetahuan pasien dan keluarga membaik. (L.12111).

Kriteria hasil :

1. Pola tidur pasien membaik (7-9 jam/hari)

2. Pasien dan keluarga tidak merasa kebingungan

3. Pasien dan keluarga tidak merasa khawatir

4. Pasien dan keluarga tidak merasa gelisah dan tegang

 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.

Terapeutik

 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.

 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.

 Berikan kesempatan untuk bertanya.

Edukasi

 Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.

9 Risiko infeksi (D.0142) d.d penyakit kronis (gonorrhea)

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 8 jam, maka status tingkat pengetahuan pasien dan keluarga membaik. (L.12111).

Kriteria hasil :

1. Pola tidur pasien membaik

2. Pasien dan keluarga tidak merasa kebingungan

3. Pasien dan keluarga tidak merasa khawatir

Pencegahan Infeksi (I.14539) Observasi

 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik.

Terapeutik

 Lakukan prinsip 6 benar (pasien, obat, dosis, waktu, rutem dokumentasi).

 Batasi jumblah pengunjung.

 Berikan perawatan kulit.

 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien.

 Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi.

(27)

4. Pasien dan keluarga tidak merasa gelisah dan tegang

Edukasi

 Jelaskan tanda dan gejala infeksi.

 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.

 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka dan luka operasi.

 Anjurkan meningkatkan asupannutrisi dan cairan.

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

Perawatan Persalinan Resiko Tinggi (I.07228) Observasi

 Identifikasi kondisi umum pasien.

 Monitor tanda-tanda vital pada ibu dan janin.

 Monitor tanda persalinan.

 Identifikasi posisi janin dengan USG.

 Identifikasi pendarahan pasca persalinan.

Terapeutik

 Dukung orang terdekat.

 Gunakan tindakan pencegahan universal.

 Fasilitasi rotasi manual kepala janin dan oksiput posterior ke posisi anterior, jika perlu.

 Lakukan resusitasi neonatal, jika perlu.

(28)

 Dokumentasikan prosedur.

Edukasi

 Jelaskan prosedur tindakan yang dilakukan.

 Jelaskan karakteristik bayi baru lahir yang terkait dengan kelahiran beresiko tinggi

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian anestesi maternal, sesuai kebutuhan.

(29)

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah diatas dapat disimpulkan :

1. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS.

2. Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum.

3. Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva).

4. Program pencegahan penularan dan penyebaran HIV lebih dipusatkan pada pendidikan masyarakat mengenai cara-cara penularan HIV.

5. Sifilis dapat di cegah dengan cara melakukan hubungan seksual secara aman misalkan menggunakan kondom.

6. Satu-satunya cara untuk mencegah penyakit gonore ini adalah menghindari gaya hidup seks bebas dan selalu setia kepada pasangan.

B. SARAN

1. Bagi instansi terkait

a. Dalam rangka mencegah penyebar luasan penyakit seksual ini maka perlu meningkatkan upaya promotif dengan cara melakukan penyuluhan tentang penyakit menular seksual sehingga masyarakat lebih bias waspada.

b. Melakukan pengendalian terhadap makin banyaknya kegiatan seks bebas.

2. Bagi masyarakat

a. Agar dapat mengendalikan dan memutus mata rantai penyebaran penyakit seksual dengan cara tidak berganti – ganti pasangan.

b. Dan melakukan hubungan seksual secara aman.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Heldalina. Muhammad Arfian Nur Rizky Matnur 2021. Laporan Pendahuluan Gonorrhea.

Kalimantan Timur : Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur Jurusan Keperawatan Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan.

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

(31)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA “Ny.S” DENGAN PMS (PENYAKIT MENULAR SEKSUAL) GONORHEA DI PUSKESMAS I BANGLI

TANGGAL 8 OKTOBER 2022

A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS PASIEN

Penanggung Jawab

Nama : Ny. S Nama : Tn. SN

Umur : 28 Thn Umur : 32 tahun

Pendidikan : SD Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pedagang Jenis kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Kawin Pekerjaan : Swasta

Agama : Hindu Alamat : Bangli

Suku : Bali

Status perkawinan : Kawin

Alamat : Bangli

Agama : Hindu

No CM : 012345

Tanggal MRS : 8 Oktober 2022 Tanggal Pengkajian : 8 Oktober 2022

Sumber informasi : Pasien dan Rekam Medis 2. ALASAN MRS

a. Keluhan utama MRS : Nyeri perut

bagian bawah dan saat buang air kecil

terasa nyeri, gatal pada vagina

b. Keluhan saat dikaji : Nyeri perut

bagian bawah

c. Riwayat penyakit sekarang :

Sebelum ke pelayanan kesehatan pasien mengalami nyeri pada perut bagian bawah, saat buang air kecil pasien merasa nyeri dan gatal pada vagina, keluhan ini sudah dirasakan pasien selama 7 hari dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien mengatakan suami pasien pernah terkena Sifilis satu bulan yang lalu dan sudah berobat ke pelayanan Kesehatan. Pasien mengatakan terkena PMS gonorea sudah dari trimester I, pada saat itu pasien rutin meminum obat antibiotik yang diberikan dari dokter, tetapi saat ini ibu mengalaminya gejala yang sama dikarenakan ibu kurang menjaga kebersihan. Kali ini merupakan kehamilan pertama pasien, pasien sudah pernah ke dokter untuk memeriksakan kandungan. Pasien merasa khawatir

(32)

akan kondisinya dan kondisi bayi. Pasien mengatakan gerakan bayi masih dirasakan bergerak seperti biasa.

d. Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien mengatakan suami pasien pernah terkena Sifilis satu bulan yang lalu dan sudah berobat ke pelayanan kesehatan. Pasien mengatakan terkena PMS gonorea sudah dari trimester I, pada saat itu pasien rutin meminum obat antibiotik yang diberikan dari dokter, tetapi saat ini ibu mengalaminya gejala yang sama dikarenakan ibu kurang menjaga kebersihan.

3. RIWAYAT OBSTETRI DAN GINEKOLOGI a. Riwayat menstruarsi

 Menarche : Umur 11 Tahun

 Siklus : Teratur ( √ ) Tidak ( - )

 Banyaknya : 80cc/Hari

 Lama : 4-5 Hari Siklus 28 Hari

 Keluhan : Tidak ada keluhan menstruasi

 HPHT : 20 Juni 2022 b. Riwayat pernikahan

 Menikah : 2 Kali

 Lama : 3 Tahun

c. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : -

Anak Ke Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak

No Thn Umur

Kehamilan

Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perdarahan Jenis Kelamin

BB Pj

1 2022 24 minggu tidak ada

- - - - - - - - -

d. Riwayat kehamilan saat ini Status Obstetrikus :

 G1P1A1H1 UK : 28 Minggu

 TP : 27 Maret 2023

 ANC kehamilan sekarang : Pasien mengatakan selama hamil rutin memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas banyak 1 kali, bidan ± 5 kali, di puskesmas pasien mendapatkan imunisasi TT. Pasien juga melakukan USG di dokter kandungan untuk melihat kondisi kandungannya.

e. Riwayat keluarga berencana

 Akseptor KB : Bidan

 Jenis : Pil KB

 Lama : 1 Tahun

 Masalah : Tidak ada masalah

(33)

4. RIWAYAT PENYAKIT

a. Klien : Pasien mengatakan terkena

PMS gonorea sudah dari trimester rutin

minum antibiotik, tidak ada Riwayat DM, Hipertensi, Hemofilia dan penyakit menular.

b. Keluarga : Pasien mengatakan

suami pasien pernah terkena Sifilis satu bulan

yang lalu dan sudah berobat ke pelayanan kesehatan, tidak ada Riwayat DM, Hipertensi, Hemofilia.

5. POLA FUNGSIONAL KESEHATAN

a. Pemeliharan dan persepsi terhadap kesehatan

Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap kesehatannya. Jika pasien atau keluarga ada yang sakit, pasien dan keluarga selalu memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan (Puskesman, Rumah sakit, Bidan Praktek).

b. Nutrisi / metabolik

Pasien mengatakan selama sakit, pasien dapat makan 3 kali perhari habis 1 porsi dan minum 1,5 liter/hari.

c. Pola eliminasi

Selama sakit ini px tidak mengalami gangguan dalam BAB, px BAB 1 kali sehari dengan konsistensi cair, berwarna kuning kecoklatan dan berbau khas. Untuk BAK pasien mengatakan 3-5 kali sehari berwarna kuning dan berbau khas. Pasien merasa nyeri saat buat air kecil, skala nyeri 4. Vagina terasa gatal sehingga mengganggu aktivitas.

d. Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum 0 

Mandi 0

Toileting 0

Berpakaian 0

Mobilisasi di tempat tidur 0

Berpindah 0

Ambulasi ROM 0

Keterangan : 0 : Mandiri 1 : Alat bantu

2 : Dibantu orang lain

3 : Dibantu orang lain dan alat 4 : Tergantung total

Kesimpulan : Pasien melakukan ativitas mandiri

(34)

e. Pola tidur dan istirahat

Pasien tidak ada gangguan pola tidur dan istirahat untuk saat ini., Pasien biasa tidur 7-8 jam sehari.

f. Pola kognitif dan perseptual

Komunikasi lancar dan memori baik. Pasien dapat mengungkapkan perasaanya dan menjelaskan kondisi yang di alami.

g. Pola persepsi diri

Pasien mengatakan khawatir dengan kondisinya, malu dan takut merepotkan keluarga dengan kondisinya.

h. Pola seksual dan reproduksi :

Pasien mengatakan melakukan hubungan seksual dengan suaminya 1-2 kali seminggu sebelum hamil. Saat hamil pasien tetap melakukan hubungan seksual dengan suaminya. Namun saat mengetahui suami pasien mengalami PMS, pasien tidak melakukan hubungan seksual sampai suami pasien sembuh. Pasien mengatakan jarang melakukan kebersihan setelah berhubungan seksual.

i. Pola peran – hubungan

Pasien didampingi suaminya saat masuk, serta tampak suami pasien menemani pasien saat pemeriksaan.

j. Pola manajemen koping stress

Pasien merasa cemas dengan keadaan-nya dan bayinya. Pasien mengatakan jika dirinya mengalami masalah, maka dia akan menceritakan dan berbagi dengan orang terdekat untuk memutusan masalah tersebut.

k. Sistem nilai dan keyakinan

Pasien menganut kepercayaan Agama Hindu dan menjalankan tradisi adat bali.

Bersembahyang setiap hari serta hari keagamaan. Pasien berdoa agar dirinya cepat smebuh dan bisa beraktivitas seperti biasanya.

6. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum :

 GCS : E4V5M6

 Tingkat kesadaran : Composmentis

 Tanda – tanda vital : TD : 110/80mmHg N : 90x/mnt RR : 12x/mnt T: 36.5oC

 BB : 65 kg TB: 160 cm LILA : 25 cm

(35)

Head toe toe :

 Kepala wajah :

- Inspeksi : Bentuk simetris, Kulit kepala bersih, Rambut ada, Wajah pucat - Palpasi : Nyeri tekan (tidak ada), Edema (tidak ada), Cloasma ada

 Mata

- Inspeksi : Konjungtiva Anemis +/+, Icterus -/-, Pupil isokor - Palpasi : Nyeri tekan (-)

 Leher

- Inspeksi : Bentuk simetris, Hiperpigmentasi (-)

- Palpasi : Pembesaran kelenjar tiroid (-), Pembesaran limfa (-)

 Dada

- Inspeksi : Penggunaan otot bantu napas (-), Ictus cordis tidak terlihat, Bentuk dada simetris, Payudara +/+

- Palpasi : Nyeri tekan (-), Vocal fremitus kanan kiri sama, Denyut IC regular dengan frekuensi 80x /menit teraba di ICS V

- Perkusi : Sonor +/+

- Auskultasi: Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Ronchi -/-, Suara S1S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-)

 Abdomen

- Inspeksi : Luka bekas operasi (-), Benjolan (-), Sianosis (-), Distensi (-), Striae alba (+), Linea nigra (+), Pembesaran sesuai UK: sesuai UK

- Palpasi : Nyeri tekan (-), Gerakan Janin : Ada Kontraksi : Tidak ada

Ballottement : Ada

Leopold I : Kepala/Bokong/Kosong TFU: 24 cm diatas simfisis Leopold II : Kanan : Punggung/Bagian kecil/Bokong/Kepala

Kiri : Punggung/Bagian kecil/Bokong/Kepala Leopold III : Presentasi Kepala/Bokong/Kosong

Leopold IV : Belum masuk PAP (Konvergen/Divergen/Sejajar)

Penurunan kepala : 5/5 Bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas simfisis pubis Kontraksi : Tidak ada

- Perkusi : Suara Timpani (+)

- Auskultasi : BU (+) normal, Bising usus 10x/menit, DJJ : Cepat 120x/mnt

(36)

-

 Genetalia dan Perineum :

Kebersihan : Kemerahan, Bau

Keputihan : Ada (Karakteristik : terdapat cairan putih keruh kekuningan lembek) Hemoroid : Tidak ada

 Ekstremitas

Atas :

Oedema : tidak ada Varises : tidak ada Crt : < 2 detik Bawah :

Oedema : tidak ada Varises : tidak ada CRT : < 2 detik

Refleks : reflekx patella ada 7. DATA PENUNJANG

 Pemeriksaan Laboratorium :

( + ) Gonorea ( Sample cairan lendir leher rahim), Prepat Gram, Preparat G.O, Kultur G.O

8. DIAGNOSA MEDIS

G1P0A0 UK 24 Minggu, Gonorrhea

9. PENGOBATAN Cefixime 2x 400mg.

Paracetamol 3x500mg.

Kontrol satu minggu lagi @15/10/2022

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

DS :

Pasien mengatakan nyeri tumpul pada perut bawah dirasakan hilang timbul, skala nyeri 4 dan nyeri memberat pada vagina saat buang

Proses inflamasi

Merangsang pengeluaran histamin, bradykinin, dan

prodtatglandin

Nyeri Akut

(37)

air kecil.

DO :

Pasien sesekali tampak meringis, dan memegang perut bagian bawah. TTV: TD = 110/80mmHg N = 90x/mnt, RR = 18x/mnt, T = 36.5oC.

Reseptor nyeri menghantarkan impuls ke system saraf pusat

Nyeri Akut

DS :

Pasien mengatakan khawatir akan kondisinya dan kondisi bayinya.

DO :

Pasien tampak tegang. Kontak mata buruk, sering berkemih.

N : 90x/mnt, RR : 18x/mnt

Tingkat Pendidikan

Kurang pengetahuan dan informasi

Ansietas

Ansietas

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil Analisa data di atas, maka diagnosa keperawatan yaitu : a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencendera fisiologis

b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

C. RENCANA KEPERAWATAN

No Tgl / jam Diagnosa Rencana Keperawatan

Tujuan Intervensi

1 Sabtu, 8/10/2022,

10.45 WITA

Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 30 menit, diharapkan nyeri akut menurun dengan kriteria hasil:

1. Keluhan nyeri sedang (3)

Manajemen Nyeri (I.08238) dikolaborasikan dengan

Pemberian Analgetik (I.08243) Observasi

 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi,kualitas, intensitas nyeri.

 Identifikasi skala nyeri.

 Identifikasi faktor memperberat dan memperingan nyeri.

 Identifikasi riwayat alergi obat.

 Monitor efektifitas analgetik Terapeutik

(38)

 Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.

 Jelaskan strategi meredakan nyeri.

 Jelaskan efek terapi dan efek samping obat.

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian farmakologis (analgetik).

2 Sabtu, 8/10/2022,

10.45 WITA

Ansietas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 30 menit, diharapkan tingkat ansietas menurun dengan kriteria hasil:

1. Verbalisasi khawatir khawatir terhadap kondisi yang dihadapi menurun (5) 2. Perilaku tegang

menurun (5) 3. Verbalisasi

kebingungan menurun (5)

Reduksi Ansietas (I.09314) Observasi

 Identifikasi saat tingkat ansietas berubah.

 Identifikasi kemamopuan mengambil keputusan.

 Monitor tanda-tanda ansietas Terapeutik

 Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan.

 Temani pasien untuk

mengurangi kecemasan, jika perlu.

 Pahami situasi yang membuat ansietas.

 Dengarkan dengan penuh perhatian.

 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan.

 Diskusikan perencanaan realistis tntang peristiwa yang akan datang.

Edukasi

 Jelaskan prosedur, termasuk

(39)

sensasi yang akan dialami.

 Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,

pengobatan, dan prognosis.

 Amjurkan mngungkapkan perasaan dan pressepsi.

 Latih teknik relaksasi.

D. IMPLEMENTASI Tgl/Jam No. Dx

Kep

Implementasi Evaluasi Proses Paraf/Nama

Sabtu, 8/10/2022,

10.45 WITA

1 - Memonitor frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi nafas, TD.

TD : 110/80mmHg N : 90x/mnt

RR : 18x/mnt T: 36.5oC 11.00

WITA

1 - Menjelaskan strategi meredakan nyeri dengan kompres hangat pada bagian nyeri dan anjuran penggunaan analgetik secara tepat

Pasien mengatakan akan mencoba menggunakan kompres hangat saat nyeri muncul dan mengerti tentang penggunaan pereda nyeri yang diberikan

11.05 WITA

2 - Menciptakan suasana terapiutik untuk membina kepercayaan - Memahami situasi yang

membuat ansietas, Mendengarkan dengan penuh perhatian

Pasien mengatakan merasa relaks dan siap menerima informasi yang akan diberikan.

11.10 WITA

2 - Menjelaskan prosedur, termasuk perburukan yang mungkin dialami - Menginformasikan

secara faktual mengenai pengobatan dan

perkembangan penyakit (Meningkatkan personal hygiene, menunda

- Pasien dapat memahami penjelasan yang

diberikan dan suami pasien paham akan penjelasan yang diberikan.

- Pasien mengatakan merasa lebih tenang setelah diberikan

(40)

hubungan seksual selama pengobatan, dan kondisi perburukan yang

mungkin dialami, rutin control untuk

pemantauan kondisi ibu dan janin)

penjelasan akan kondisi- nya.

11.15 WITA

1 - Melatih pasien teknik relaksasi nafas dalam - Melakukan tindakan

kolaboratif dalam pemberian analgetik

- Pasien mengatakan merasa lebih tenang, dan akan mencoba berlatih teknik relaksai.

- Pasien mendapat terapi paracetamol 3x 500 mg.

E. EVALUASI Tgl/Jam No.

Dx Kep

Evaluasi Hasil

Sabtu , 11.15 WITA 8/10/2022

1 S : Pasien mengatakan akan mencoba kompres hangat dan teknik relaksasi saat nyeri muncul, pasien mengerti dengan anjuran penggunaan analgetik.

O : Pasien tampak lebih relaks, skala nyeri 4, TD : 110/80mmHg N : 90x/mnt RR : 18x/mnt T: 36.5oC, pasien dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam.

A : Nyeri Akut

P : Pertahankan kondisi pasien

2 S : Pasien mengatakan sudah lebih tenang setelah mendapatkan penjelasan tentang kondisinya dan mendapatkan perawatan.

O : Pasien tampak tenang, pasien dapat memberikan umpan balik dengan penjelasan yang diberikan, dapat mengambil keputusan untuk proses perawatannya. N : 90x/mnt RR : 18x/mnt.

A : Ansietas teratasi

P : Pertahankan kondisi pasien

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Identifikasi faktor penularan HIV/Aids pada pekerja migran ³%RUR´ DGDODK GDUL KXEXQJDQ seksual berisiko kekerasan Seksual, Hubungan seksual dengan orang yang

Pencegahan: tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah salah satu cara yang 100% efektif untuk pencegahan. Kondom

Infeksi yang penularannya melalui hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular... Menurut saudari yang termasuk jenis-jenis dari infeksi menular seksual tersebut

Penularan infeksi Hepatitis B di Amerika Serikat ternyata paling sering terjadi akibat hubungan seksual. Hepatitis B ini sering di jumpai pada remaja dan orang

Penyakit ini tidak selalu tergolong PMS, tetapi pasangan seksual dari perempuan yang terinfeksi jamur ini dapat mengeluh gatal dengan gejala bintik-bintik kemerahan di

karena penularan penyakit gonorrhoeae pada subpopulasi perempuan terinfeksi hanya tertular dari subpopulasi laki-laki saja, sedangkan subpopulasi laki-laki yang terinfeksi

Saat ini banyak orang yang beranggapan jika saya atau pasangan tidak berganti-ganti pasangan, maka saya tidak mungkin terkena infeksi HPV.. Pandangan ini sebenarnya salah,

Isolasi Kegiatan yang dilakukan dengan melakukan pemisahan, selama masa penularan terhadap orang atau hewan yang terinfeksi dari yang lain pada tempat tertentu,