• Tidak ada hasil yang ditemukan

Belajar Motorik: Pengenalan Awal

N/A
N/A
affalunga chan

Academic year: 2023

Membagikan " Belajar Motorik: Pengenalan Awal"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II PEMBAHASAN A. Belajar Motorik

a.) Pengertian Belajar

Menurut Asep Jihad (2008:2) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek- aspek yang ada pada individu yang belajar.

Menurut Slameto (20010 : 2) pengertian belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagi hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

b.) Pengertian Belajar Motorik

Drowaztky (1981) menyatakan belajar motorik adalah belajar yang diwujudkan melalui respons-respons muskuler yang umumnya di ekspresikan dalam bentuk gerakan tubuh atau bagian tubuh.

Meskipun tekanan belajar motorik adalah penguasaan keterampilan, bukan berarti aspek lain seperti domain kognitif dan afektif diabaikan. Belajar motorik dalam olahraga mencerminkan suatu kegiatan yang disadari dari mana aktivitas belajar diarahkan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

B. Karakteristik Belajar Motorik

Karakteristik penampilan merupakan indikator dari pengembangan belajar atau penguasaan keterampilan yang telah dikembangkan menjadikan seseorang dapat memiliki keterampilan yang lebih baik dari sebelumnya, dan semakin meningkatnya penguasaan keterampilan tersebut, maka waktu yang diperlukan untuk menampilkan keterampilan tersebut juga semakin singkat. Oleh karena itu

(2)

konsep belajar motorik berkaitan erat dengan konsep belajar yang dikembangkan oleh Gagne dan Bloom, yaitu perubahan sikap dan keterampilan atau perubahan yang terjadi pada domain afektif dan psikomotor.

Schmidt (1988) menjelaskan tentang karakteristik belajar motorik sebagai berikut:

A. Belajar Motorik Merupakan Suatu Proses

Dalam psikologi kognitif dijelaskan bahwa sebuah proses adalah seperangkat kejadian atau peristiwa yang berlangsung bersama-sama, dan mengasilkan beberapa perilaku tertentu. Lutan (1988) mengemukakan bahwa proses belajar motorik dipengaruhi oleh dua macam kondisi yaitu:

kondisi internal dan eskternal. Kondisi internal meliputi karakteristik yang melekat pada diri siswa, seperti kepribadian, inteligensi, tipe tubuh, motivasi, atau atribut lainya yang membedakan seseorang dengan yang lain. Kondisi eksternal adalah suatu keadaan di luar diri si belajar (siswa) yang memberikan pengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap terjadinya penguasaan keterampilan motorik.

B. Belajar Motorik adalah Hasil Latihan.

Perubahan perilaku motorik yang berupa keterampilan dipahami sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Belajar dan latihan dapat dilihat sebagai proses yang menghasilkan kemampuan respons. Rahantoknam (l986) menjelaskan hasil belajar diperoleh dari kondisi latihan atau pengalaman, bukan karena proses kematangan dan fluktuasi fisiologis.

C. Kapabilitas Bereaksi Merupakan Hasil Belajar Motorik.

Secara umum dapat dinyatakan tujuan belajar atau latihan adalah untuk memperkuat atau memantapkan sejumlah perubahan yang terdapat pada kondisi internal. Kondisi internal ini biasa disebut dengan istilah kebiasaan. Istilah kapabilitas penting sekali maknanya karena berimplikasi pada suatu keadaan berikut: Apabila telah terjadi suatu kebiasaan, dan

(3)

kebiasaan itu kuat, keterampilan akan dapat diperagakan selama situasi yang ada mendukung.

D. Hasil Belajar Motorik Relatif Permanen.

Proses belajar selalu menghasilkan perubahan yang relatif permanen, dan akan bertahan dalam waktu yang relatif lama. Dan hal ini merupakan salah satu ciri dari belajar motorik.

Salah satu dari tujuan belajar motorik selain untuk menguasai materi keterampilan yang dipelajari, juga agar keterampilan yang telah dikuasai tetap dapat dipertahankan. Karena keterbatsan kemampuan manusia maka diperlukan latihan untuk tetap mempertahankan hasil latihan yang telah diperoleh sebelumnya. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa hasil belajar itu bersifat relatih permanen sehingga keterampilan motorik akan tetap dapat dikuasai selama yang bersangkutan tetap berlatih untuk menjaga dan mempertahankan kondisi yang telah dimiliki.

Keterbatasan yang dimiliki manusia tersebut terbukti dengan munculnya teori lupa yang menjelaskan, bahwa kemampuan manusia untuk mengingat sangat terbatas dan makin lama makin berkurang, bahkan bisa hilang atau lupa sama sekali (Schmidt, l988).

E. Belajar Motorik Dapat Menimbulkan Efek Negatif

Pada hakekatnya keinginan belajar keterampilan motorik berusaha meningkatkan atau mempertahankan keterampilan yang telah dikuasai, namun dalam kenyataannya hasil belajar tidak selalu mengarah ke perbaikan. Perubahan perilaku sebagai hasil latihan pada seseorang dapat dianggap pengalaman, bukan karena proses kematangan dan fluktuasi fisiologis. sebagai peningkatan bagi seorang pelatih, dan juga sebagai suatu kemunduran bagiyang lain.

Sebagai contoh seorang peloncat indah melakukan loncatan salto ke belakang dari ketinggian 5 meter, pada saat melakukan tumpuan untuk melakukan lompatan kaki tumpu tidak berada pada posisi yang benar,

(4)

sehingga sebelum mengambil awalan sudah terpeleset dengan anggota tubuh tersentuh papan loncat sehingga jatuh ke kolam dengan posisi yang tidak benar dan menyebabkan cedera. Akibatnya si atlit tersebut merasa takut untuk melakukan loncat indah, karena pengalaman yang kurang menyenangkan. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya akselerasi negatif menurut Singer (l980) meliputi: (a) pengalaman sebelumnya kurang menyenangkan, (b) intensitas latihan menurun, atau terlalu tinggi.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Motorik.

Menurut Suryabrata (l98l) terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, faktor-faktor tersebut adalah:(l) bahan yang dipelajari; (2) faktor lingkungan yaitu: lingkungan alami dan lingkungan sosial;

(3) faktor instrumental, baik seperangkat alat keras maupun seperangkat alat lunak; (4) kondisi individu siswa meliputi, minat, motivasi, kecerdasan, bakat dan kemampuan kognitif.

Singer (l980) menjelaskan, dalam proses belajar motorik perlu mempertimbangkan tiga faktor utama yaitu: (l) Faktor proses belajar, artinya bagaimana siswa mengolah informasi sehingga terjadi otomatisasi dalam melakukan gerakan; (2) Faktor-faktor personal meliputi, ketajaman berpikir, persepsi, intelegensi, ukuran fisik, pengalaman, emosi, kapabilitas, motivasi, sikap, jenis kelamin dan usia; (3) Faktor-faktor situasi meliputi, situasi alami dan sosial. Khusus untuk anak usia delapan sampai sembilan tahun perbedaan jenis kelamin belum banyak berpengaruh terhadap proses belajar motorik (Annarino, l980).

D. Perubahan Perilaku

Perilaku merupakan cerminan dari diri kita sendiri. Perilaku adalah segala aktivitas yang dilakukan manusia yang memiliki bentangan yang sangat luas seperti berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain-lain (Notoatmodjo,

(5)

2007). Menurut Hilgard & Bower (1981) , belajar terjadinya perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang dilakukan berulang kali.

Proses pembentukan perilaku dapat berlangsung cepat atau dalam waktu pendek dan dalam waktu yang lama atau lambat. Menurut (Maulana, 2009) pembentukan perilaku menurut Maslow didasarkan pada tingkat kebutuhan manusia. Manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu physiological needs, safety needs, social needs or the belonging and love, the esteem needs, and self actualization needs.

Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar menurut Gagne (1985) dapat dikategorikan menjadi lima kelompok yaitu : 1) keterampilan intelektual, 2) informasi verbal, 3) strategi kognitif, 4) sikap, 5) keterampilan motorik.

Sedangkan menurut Bloom (1985) perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar yaitu : 1) afektif, 2) kognitif, dan 3) psikomotor.

Menurut Sugihartono (2007:74-76), tidak semua tingkah laku dikategorikan sebagai aktifitas belajar. Adapun tingkah laku yang dikategorikan sebagai perilaku belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a.) Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar

Suatu perilaku digolongkan sebagai aktifitas belajar apabila pelaku menyadari terjadinya perubahan tersebut atau sekurang-kurangnya merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya, misalnya menyadari pengetahuannya bertambah.

b.) Perubahan bersifat kontinyu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya akan berguna bagi kehidupan atau bagi proses belajar berikutnya.

(6)

c.) Perubahan bersifat positif dan aktif

Dikatakan positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Makin banyak usaha belajar dilakukan maka makin baik dan makin banyak perubahan yang diperoleh. Perubahan dalam belajar bersifat aktif berarti bahwa perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.

d.) Perubahan bersifat permanen

Perubahan yang terjadi bersifat permanen atau menetap, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih.

e.) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku dalam belajar mensyaratkan adanya tujuan yang akan dicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

f.) Perubahan yang mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasil dirinya akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebaginya.

E. Praktik atau Tindakan

Praktik merupakan suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior) untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, seperti fasilitas. Menurut Notoatmodjo (2010) Praktik sendiri mempunyai beberapa tingkatan, yaitu:

a.) Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

(7)

b.) Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.

c.) Mekanisme (mecanism)

Apabila sesorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

d.) Adopsi (adoption)

Merupakan praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik

Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor- faktor baik dari dalam maupun luar subjek. Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku ini disebut determinan. Ada 2 teori tentang faktor-faktor perilaku (Notoatmodjo, 2010). Teori Lawrence Green yaitu :

a.) Faktor-faktor predisposisi (disposing factors)

Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, diantaranya :

1) Pengetahuan, merupakan hasil "tahu" dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap pengetahuan ini. Selain penginderaan juga dengan penciuman, perasa, dan perabaan. Pengetahuan yang cukup di dalam cognitive domain mempunyai enam tingkatan, yaitu tahu (know) artinya mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Memahami (comprehension) mempunyai arti suatu kemampuan untuk menjelaskan atau mempraktikan secara benar. Aplikasi (application) dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan pengetahuan tentang pentingnya yang telah dipelajari. Sedangkan analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk

(8)

menghubungkan dan menguraikan dalam seluruh materi tersebut. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap materi tersebut.

2) Sikap, merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (rekasi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi praktik (tindakan) atau (reaksi tertutup).

3) Tindakan, tingkatan-tingkatan praktik antara lain persepsi, respon terpimpin, mekanisme serta adaptasi.

4) Keyakinan 5) Kepercayaan 6) Nilai-nilai 7) Tradisi

b.) Faktor – faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk adalah sarana dan terjadinya perilaku kesehatan, misalnya puskesmas, posyandu, rumah sakit, tempat pembungan sampah, makanan yang bergizi, uang, dan sebagainya.

c.) Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Terkadang meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya.

G. Belajar Pada Pengalaman

John Dewey mengemukakan bahwa belajar tergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri dan topik dalam kurikulum seharusnya saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai kaitan satu sama lain (Sugihartono dkk, 2007:108). Pembelajaran berbasis pengalaman adalah tata cara yang dilakukan oleh guru dan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran melalui kegiatan

(9)

membingkai pengalaman, mengaktifkan pengalaman, dan refleksi pada pengalaman.

Dikutip dari pengertian belajar menurut James O. Whittaker dalam Djamarah (2011:2) menyatakan bahwa “belajar adalah proses dimana tingkah laku di timbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”. Dan teori belajar Behavioristik yaitu suatu teori perihal perubahan perilaku sebagai perolehan dari pengalaman (Thobroni,2015 hlm.55).

Dari hasil penelitian Saputro (2015) menyimpulkan bahwa penerapan teori Behavioristik dapat mengurangi siswa mengoperasikan handphone pada saat jam pembelajaran berlangsung.

(10)
(11)
(12)

Referensi

Dokumen terkait

2) Memperkuat tubuh anak, artinya kemampuan motorik kasar anak akan memudahkan anak dalam melakukan gerakan. Anak yang dapat melakukan berbagai macam gerakan

Dokumen ini membahas tentang pengenalan bunyi yang dihasilkan tubuh

Dokumen ini membahas tentang hakikat kata dan jenis-jenis kata yang penting dalam memahami

Dokumen ini membahas tentang definisi komputer, komponennya, dan cara kerja sistem

Dokumen ini membahas tentang definisi arsitek, arsitektur, apresiasi arsitektur, serta trinitas

Dokumen ini membahas tentang teknologi web, termasuk organisasi internasional yang terlibat dalam penelitian dan

Dokumen ini membahas tentang penggunaan alat dalam pembelajaran untuk meningkatkan gerakan dan gerakan

Dokumen ini membahas tentang anatomi bagian atas tubuh manusia, khususnya tentang struktur dan artikulasi tulang di daerah bahu dan