• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan Belajar Motorik

N/A
N/A
GILANG EFENDI RAMADHAN

Academic year: 2023

Membagikan "Pengenalan Belajar Motorik"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH FILSAFAT OLAHRAGA

Dosen Pemgampu:

Dr. Argantos M. Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 4

1. Farid Athallah Afriani (23087110) 2. Fariski Asri Wahdani (23087111)

3. Fauzi Ahmad (23087112)

DEPARTEMEN KEPELATIHAN OLAHRAGA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2023

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah Pengantar Belajar Motorik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Suci Nanda Sari, S.Pd., M.Pd, selaku dosen di matakuliah Pengantar Belajar Motorik yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 05 September 2023

Penulis

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

BAB I Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penulisan ... 1

BAB II Pembahasan ... 2

A. Filsafat pendidikan jasmani dan olahraga ... 2

B. Masalah-masalah filsafat olahraga ... 4

C. Sifat raga/tubuh/fisik/dan keberadaanya...7

BAB III Penutup ... 9

A. Penutup ... 9

(4)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan. Perubahan hanya dapat dilihat dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Ketika seorang guru menjelaskan suatu materi pelajaran, sepertinya seorang siswa memperhatikan dengan seksama sambil mengangguk- anggukkan kepala, maka belum tentu siswa tersebut belajar. Kemungkinan siswa tersebut mengangguk-angguk kepala bukan karena memperhatikan materi pelajaran dan paham apa yang dikatakan guru, akan tetapi karena sangat mengagumi cara guru berbicara, atau mengagumi penampilan guru, sehingga ketika siswa tersebut ditanya tentang apa yang disampaikan guru, siswa tidak mengerti apa-apa. Sebaliknya, manakala ada siswa yang seakan-akan tidak memperhatikan, belum tentu siswa tersebut tidak sedang belajar. Kemungkinan otak dan pikiran siswa tersebut sedang mencerna apa yang dikatakan guru, sehingga ketika ditanya siswa tersebut dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

Berdasarkan adanya perubahan perilaku yang ditimbulkan, maka sebenarnya siswa sudah melakukan proses belajar. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari proses pembelajaran, dengan demikian seorang guru harus memahami secara teoritis bagaimana terjadinya perubahan perilaku itu. Dewasa ini sebagian guru tidak memperhatikan tentang perubahan perilaku siswa. Guru hanya memberikan materi-materi pelajaran tanpa memandang hasil dari proses belajar tersebut. Melihat fenomena yang berkembang, maka seorang guru dituntut mengimplikasikan dan mengembangkan teori-teori yang ada dalam pembelajaran, sehingga diharapkan proses belajar benar-benar dapat dilaksanakan secara maksimal.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk melengkapi Tugas Mata Kuliah Pengantar Belajar Motorik dan untuk menambah wawasan mengenai pengertian belajar motorik dan belajar gerak serta proses terjadinya gerak.

(5)

2

BAB II PEMBAHASAN

A. FILSAFAT PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

Kata filsafat berasal dari Yunani yaitu philos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan) kata ini dapat do artikan sebagai “cinta akan kebijaksanaan”. Pada dasarnya pendidikan jasmani adallah penanaman formal pengetahuan dan nilai- nilai melalui fisik.

Para ahli dalam pendidikan jasmani dan olahraga berkolaborasi dengan parah ahli filsafat yang tertarik bidang keilmuan pendidikan jasmani dan olahraga, untuk menganalisis seperti: olahraga, gerak manusia, play and game dari perspektif filosofis.

3 hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat di antaranya

• Keheranan (thaumasia)

• Kesangsian : Keraguan/raguh

• Kesadaran keterbatasan

para filsuf pendidikan jasmani, salah satu tema utama yang berulang adalah menganalisis filosofis sebagai sarana mengindefikasi, mengklarifikasi dan mempersoalkan tujuan dan sasaran pendidikan jasmani.

Tiga cabang utama penyelidikan filosofis

• Ontologi (Metafisika umum) yaitu cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang hakikat ilmu pengetahuan.

• Epistemologi mencoba untuk menjawab pertanyaan mendasar: apa yang

membedakan pengetahuan yang benar dan pengetahuan yang salah? Secara praktis, pertanyaan ini ditranslasikan ke dalam masalah metodologi ilmu pengetahuan

• Aksiologi yaitu cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum.

Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat sehingga nilai kegunaan ilmu itu dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.

Manusia mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat dan dengan ilmu

pengetahuan. Letak perbedaan yang mendasar antara keduanya ialah berkisar pada kata distematik dan terkendali.

Lima hal pokok yang membedakan antara ilmu dan akal sehat yaitu :

(6)

3

• Ilmu pengetahuan dikembangkan melalui Struktur-struktur teori, dan diuji konsistensi internalnya. Dalam mengembangkan strukturnya, hal itu dilakukan dengan tes ataupun pengujian secara empiris/faktual.

• Dalam ilmu pengetahuan, teori dan hipotesis selalu diuji secara empiris/faktual.

Halnya dengan orang yang bukan ilmuwan dengan cara selektif.

• Adanya pengertian kendali yang dalam penelitian ilmiah dapat mempunyai pengertian yang bermacam-macam.

• Ilmu pengetahuan menekankan adanya hubungan antara fenomena secara sadar dan sistematis.

• Perbedaan terletak pada cara memberi penjelasan yang berlainan dalam mengamati suatu fenomena.

(7)

4

B. MASALAH – MASALAH FILSAFAT OLAHRAGA

Sportivitas adalah kebajikan olahraga yang mendasar. Ini juga dianggap penting untuk kehidupan sipil dan budaya di luar olahraga. Namun demikian, konsep tersebut mendapat sedikit perhatian filosofis. Literatur tentang sportivitas berpusat pada pandangan bahwa kebajikan ini membutuhkan lebih dari sekadar kepatuhan pada aturan formal.

Namun, ada dua perselisihan utama dalam literatur: apakah sportivitas adalah kebajikan di semua tingkatan olahraga atau hanya di tingkat rekreasi dan apakah sportivitas adalah konsep yang bersatu atau sekelompok kebajikan yang berbeda.

Memang, perilaku yang sesuai dengan olahraga rekreasi mungkin secara moral tidak dapat diterima di tingkat kompetitif dan sebaliknya. Diskontinuitas moral antara olahraga rekreasional dan kompetitif meluas ke sportivitas. Secara khusus, karena tujuan dari olahraga rekreasional adalah ‘hiburan yang menyenangkan’, esensi dari sportivitas dalam konteks itu adalah ‘kemurahan hati’.

*Kecurangan berbeda dengan sportivitas, kecurangan mewakili, setidaknya prima facie, bentuk utama dari kegagalan moral dalam olahraga. Menyontek terbukti menjadi konsep yang sangat sulit untuk didefinisikan. Pada permainan olahraga untuk yang menag dan kalah pasti ada akan tetapi suatu hal keburukan jika terdapat yang melakukan kecurangan. Pemahaman akal sehat tentang kecurangan sebagai pelanggaran yang disengaja dari aturan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif penuh dengan kesulitan.

Mengesampingkan masalah definisi dan beralih ke status moral dari kecurangan, keberatan moral terhadap kecurangan biasanya bertumpu pada dua argumen utama. Yang pertama menyebutkan tesis ke tidak cocokkan logis – gagasan bahwa melanggar aturan tidak kompatibel dengan bermain game, karena bermain game membutuhkan kepatuhan yang ketat pada aturan.

(8)

5

Argumen kedua bersandar pada gagasan bahwa menyontek adalah upaya untuk mendapatkan keuntungan yang tidak adil, yaitu, keuntungan yang tidak diizinkan berdasarkan kesepakatan antara pemain atau seperangkat norma yang diharapkan untuk dipatuhi oleh para pemain.

Keberatan berdasarkan keadilan tidak boleh menjadi dasar larangan untuk pembalasan atau kompensasi kecurangan yang dilakukan untuk membangun kembali keadilan setelah ketidakadilan yang telah menempatkan pesaing pada kerugian yang tidak adil.

*Peningkatan kinerja para atlet telah berusaha untuk meningkatkan kinerja mereka dengan menerapkan berbagai peningkat kinerja yang berbeda, mulai dari zat farmasi (misalnya steroid anabolik) hingga peralatan (misalnya pakaian renang poliuretan 100%

seluruh tubuh), dengan manipulasi genetik tampaknya sudah dekat. Bentuk peningkatan yang paling banyak dibahas adalah penggunaan obat peningkat kinerja yaitu doping. Ada tiga sisi dalam perdebatan doping: pro-doping, anti-doping, dan anti-anti-doping.

*Olahraga yang Mengerikan dan Berbahaya risiko cedera fisik yang signifikan merupakan bagian intrinsik dari partisipasi dalam banyak olahraga. Kategori olahraga berbahaya mencakup olahraga tanpa kekerasan seperti panjat tebing bebas dan ski lereng, olahraga tabrakan seperti American football dan rugby, dan olahraga tempur seperti tinju dan seni bela diri campuran. Nilai mereka terletak pada cita-cita perfeksionis dari ‘penegasan diri’, di mana kita menantang dan menolak batas-batas kehidupan kita yang biasa dan berusaha untuk memperluas batas-batas itu untuk melampaui batas-batas yang terlihat dari keberadaan kita.

Russell lebih lanjut berpendapat bahwa jenis olahraga ini dapat menjadi manfaat praktis khusus bagi anak-anak. Kegiatan semacam itu menempatkan anak-anak dalam konteks di mana mereka harus menghadapi bahaya, dengan demikian mempersiapkan anak untuk kedewasaan, serta membantu anak menemukan dan menegaskan aspek-aspek dirinya.

(9)

6

*Jenis Kelamin, Gender, dan Ras persaingan olahraga secara tradisional dipisahkan berdasarkan jenis kelamin di sepanjang perbedaan biner pria / wanita, dan tantangan terhadap pemahaman yang berlaku tentang seks dan gender telah terdengar dalam komunitas olahraga sejak 1960-an.

Untuk mengawasi pemisahan jenis kelamin dalam kompetisi, otoritas olahraga telah mengadopsi berbagai pendekatan untuk verifikasi jenis kelamin pada waktu yang berbeda sejak tahun 1930-an. Ini termasuk tes visual, tes kromosom, dan tes testosteron.

*Penggemar dan Penonton apa cara terbaik untuk menonton olahraga? Apakah ketertarikan dan kekaguman kita pada olahragawan elit dapat dipertahankan secara moral?

Perdebatan tentang bentuk penonton yang paling berharga telah berkisar pada apakah model penonton purist (puritan) lebih unggul dari model partisan.

Puritan memperoleh kesenangan estetika dari permainan yang bagus. Puritan tidak memiliki kesetiaan kepada tim tertentu tetapi menghargai prestasi keunggulan atletik hanya berdasarkan prestasi mereka. Mereka menghargai permainan yang bagus, karena orang mungkin menghargai sebuah karya seni tanpa mengetahui atau peduli tentang identitas senimannya.

(10)

7

C. SIFAT RAGA/TUBUH/FISIK DAN KEBERADAANNYA

*Hakikat Jiwa penulis mengemukankan tiga pendapat tentang hakikat jiwa. Pertama. jiwa atau nafs merupakan substansi berdiri sendiri yang berbeda dengan jasad. Pendapat seperti ini pernah ditolak oleh Democritos dan beberapa mutakalimun. Mereka menekankan kesatuan jasad dan ruh, sehingga saat jasad mati, ruh pun demikian. Inilah pendapat yang menentukan kekekalan ruh.10 Kedua, ruh merupakan subtansi sendiri dan terpisah dengan jasad. Pendapat ini sejalan dengan Ibnu Sina. Pendapat dapat diamati dalam pemikiran para filsuf Yunani, seperti Plato dan Aristoteles. Pendapat ini sejalan dengan pemikiran Abu Hamid al Ghozali. Walaupun terdapat kesamaan, bukan berarti Ghozali setuju dengan mereka. Perbedaannya cukup signifikan seperti yang dijelaskan di atas. Mirip bukan berarti sama .11 Ketiga, ada pendapat yang mengatakan bahwa jiwa adalah jasad sekaligus substansi. Ia dibentuk dari dua jenis tersebut yang tersusun dari empat elemen, yakni panas, dingin, basah, dan kering. Cara pandang ini didukung oleh Ja‟far Ibnu Mubasyir yang berpendapat bahwa ruh merupakan integrasi jasad antara jasad dan ruh.12 Penjelasan di atas menunjukkan keragaman paham mengenai hakikat nafs. Dari sini dapat dilihat perbedaan pendapat dalam kandungan hakikat nafs.

*Jiwa adalah aspek spiritual yang diyakini sebagai inti dari keberadaan manusia. Jiwa dianggap tidak dapat dipengaruhi oleh unsur fisik atau materi, sehingga memiliki sifat abadi dan tidak terikat pada ruang dan waktu. Jiwa diartikan sebagai pusat keberadaan manusia yang memiliki kemampuan untuk merasakan, berpikir, dan bertindak secara sadar dan mandiri.

*Raga adalah aspek fisik yang merupakan tubuh manusia yang dapat dipahami secara materi atau fisik. Manusia memiliki raga sebagai wadah perwujudan jiwa di dunia fisik. Raga

(11)

8

dianggap sebagai bagian dari manusia yang memiliki sifat terikat pada ruang dan waktu serta dapat dipengaruhi oleh lingkungan.

Keberadaan jiwa dalam diri manusia menurut socrates menjadi inti sari ruh yang berada pada.Kedudukan tertinggi (Tumanggor&Sudaryanto, 2017). Jiwa sebagai tempat mempersepsikan segala sesuatu, mengatur tubuh, tempat munculnya berbagai macam perasaan, dan sumber keinginan meraih kesenangan. Manusia berkehendak dan dapat bergerak dikarenakan jiwa yang melahirkan idea-idea atau gagasan-gagasan. Apabila jiwa itu hilang (ruh meninggalkan tubuh) maka tubuh manusia akan membusuk (mati). Apabila jiwa tidak sehat, maka tubuh manusia menjadi kosong, tidak ada lagi keinginan, tidak ada lagi rasa, hilang akal budi yang bisa membuat manusia berfikir, serta hilangnya moral dan etika. Menjadi seorang atlet diperlukan kerja keras mulai dari awal periodesasi sampai dengan waktu kejuaraan. Latihan fisik, tubuh, teknik, taktik dan mental yang keras dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Latihan yang berat dan juga target juara terkadang menjadi beban tersendiri bagi atlet. Seorang atlet yang tidak pernah menang maupun atlet yang selalu menang memiliki beban psikis yang berbeda- beda. Beberapa tokoh olahraga berpendapat bahwa untuk mencapai prestasi puncak ditentukan oleh kematangan mental dan juga jiwa yang sehat.

Jiwa dikatakan sehat apabila kondisi fisik, mental, spiritual, dan sosial seseorang berkembang sehingga orang tersebut dapat menyadari kemampuan diri, mengatasi tekanan, bekerja secara produktif, dan mampu berkontribusi terhadap kelompoknya. Sedangakan mental dikatakan kuat ketika seseorang berada dalam kondisi merasakan ketenangan batin, tentram, nyaman dan dapat menikmati kehidupan sehari-hari serta menghargai orang di sekitarnya. Mental yang matang terlihat dari kematangan emosinya dan dapat mengeluarkan potensi diri dalam menghadapi tantangan kehidupan. Seorang atlet harus bisa mengatasi berbagai

(12)

9

kesulitan selama latihan dan juga kejuaraan. Jiwa yang sehat serta mental yang kuat dapat mengembangkan personalitas kemanusiaannya sebagai manusia yang rasional dan bermoral, serta dapat mengatasi rasa takut gagal dan kecemasan yang berlebihan.

BAB III PENUTUP

A. Penutup

Menyadari bahwa makalah yang saya buat masih jauh dari kata sempurna, kedepannya saya akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

Kepada seluruh pembaca diharapkan agar dapat memberikan kritik dan sarannya demi tercapainya kemampuan pembuatan makalah selanjutnya. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang Anda berikan sangatlah membantu penulis dalam membuat makalah yang lebih baik lagi.

Referensi

Dokumen terkait

Muhammad Irvan Andriana. Judul: Pengaruh Model Pembelajaran pendekatan taktis antara kelompok motorik tinggi dan kelompok motorik rendah terhadap hasil belajar

DESKRIPSI MATAKULIAH : Matakuliah ini membahas Algoritma dan Pemrograman dengan Bahasa C, meliputi: pengantar algoritma, flowchart dan pseudocode , bahasa pemrograman

ANAK PUTUS SEKOLAH WAJIB BELAJAR 9 TAHUN. Disusun untuk memenuhi

1) Peneliti dan guru membahas penerapan belajar pada anak didik untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan mozaik dengan media biji-bijian(

TUGAS MAKALAH PENGANTAR BISNIS. BUKU

ANALISIS PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PADA MASA BELAJAR DIRUMAH BDR DI TK KELOMPOK B AL-WASHLIYAH BANDA ACEH SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Dokumen ini membahas tentang penggunaan elektronik kamus untuk belajar bahasa

>Menurut Kiram pengertian motorik dan gerak seringkali menjadi satu hal ini disebabkan karena diantara kedua istilah tersebut sangat sulit ditarik suatu batasan yang konkret sehingga