LAPORAN PROYEK PEMETAAN TOPOGRAFI MENGGUNAKAN THEODHOLITE
Laporan Praktikum
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Teori dan Praktik Pengukuran Tanah Yang diampu oleh Ibu Ir. Titi Rahayuningsih, M.Si.
Disusun Oleh Kelompok 4 :
1. Hendita Budi Pramana (240521606029)
2. Ikmal Nur Irwanda (240521604431)
3. Immanuel Surya Pratama (240521606366)
4. Isabella Rafi Anjani (240521600986)
5. Jelita Bulanisahadi (240521604638)
6. Lakshita Umanis Fauzi (240521603818)
PROGAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2024
KATA PENGATAR
Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang diberikan, sehingga laporan Praktikum Pengujian Ilmu Ukur Tanah Dengan Alat Theodholite ini bisa terselesaikan dengan baik. adapun laporan ini kami susun sebagai bagian dari tugas mata kuliah Teori dan Praktik Pengukuran Tanah
Dalam penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih banyak yang sebesar- besarnya kepada Ibu Ir. Titi Rahayuningsih, M.Si. selaku dosen pembimbing mata kuliah ini.
Kami selaku penyusun menyadari bahwa laporan praktikum ini belum dikatakan sempurna. Kami menerima kritik dan saran dari pembaca. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat bagi kita semua
Malang, 6 November 2024
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1... 6
PENDAHULUAN... 6
1.1 Latar Belakang... 6
1.2 Tujuan... 6
1.3 Manfaat Penelitian... 7
BAB 2... 8
DASAR TEORI... 8
BAB 3... 9
PELAKSANAAN PENGUKURAN... 9
3.1 Peralatan...9
3.2 Metode Yang Digunakan... 10
3.3 Syarat Yang Harus Dipenuhi Dalam Penggunaan Alat Theodholite...10
BAB 4... 12
HASIL PRAKTIKUM...12
Sketsa Gambar Pengukuran Theodholite...12
Tabel Pergi...12
Tabel Pulang... 13
3
DAFTAR TABEL
Tabel Pergi ...12 Tabel Pulang...13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1...9
Gambar 2...9
Gambar 3...9
Gambar 4...10
Gambar 5...10
Gambar 6...10
5
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pengukuran tanah merupakan salah satu kegiatan penting dalam bidang survei dan pemetaan yang bertujuan untuk memperoleh data geometris terkait luas, bentuk, dan posisi suatu lahan. Data tersebut menjadi dasar dalam berbagai proyek pembangunan, seperti perencanaan infrastruktur, konstruksi bangunan, serta pengelolaan lahan. Ketelitian dan akurasi dalam pengukuran sangat diperlukan agar hasil yang diperoleh dapat memenuhi kebutuhan teknis dan administratif.
Salah satu alat utama yang sering digunakan dalam pengukuran tanah adalah theodholite. Alat ini mampu mengukur sudut horizontal dan vertikal dengan presisi tinggi, sehingga memungkinkan pengukuran yang lebih detail dan akurat dibandingkan alat ukur sederhana. Penggunaan theodholite juga mendukung berbagai metode survei, seperti triangulasi dan traversing, yang menjadi dasar pengolahan data spasial.
Dalam praktiknya, pemahaman mendalam tentang cara kerja theodholite serta penerapannya di lapangan menjadi keterampilan yang wajib dikuasai oleh tenaga survei.
Oleh karena itu, kegiatan uji ukur tanah menggunakan theodholite dilakukan untuk memberikan pengalaman praktis kepada pengguna dalam mengoperasikan alat tersebut, serta untuk mempelajari bagaimana data yang diperoleh dapat diolah dan diinterpretasikan secara benar.
Laporan ini bertujuan untuk mendokumentasikan hasil uji ukur tanah menggunakan theodholite, meliputi prosedur pengukuran, analisis data, serta evaluasi ketelitian hasil pengukuran. Melalui laporan ini, diharapkan pembaca dapat memahami pentingnya pengukuran yang presisi dalam mendukung keberhasilan proyek teknis dan pembangunan.
1.2 Tujuan
a. Memahami prinsip kerja alat theodolite dalam pengukuran tanah.
b. Mempelajari dan melaksanakan tahapan-tahapan pengukuran tanah menggunakan theodolite.
c. Mengevaluasi tingkat keakuratan hasil pengukuran yang dilakukan.
d. Mengidentifikasi kendala yang terjadi selama pengukuran dan memberikan solusi untuk mengatasinya.
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan manfaat penting dalam meningkatkan pemahaman terkait penggunaan alat theodolite dalam pengukuran tanah. Melalui pengujian yang dilakukan, pembaca dan praktisi dapat memperoleh wawasan mengenai prinsip kerja theodolite, termasuk metode pengukuran sudut horizontal dan vertikal yang berperan dalam menghasilkan data yang presisi. Pengetahuan ini sangat relevan bagi pelajar, mahasiswa, maupun tenaga survei dalam memahami teknik dasar pengukuran tanah.
Selain itu, penelitian ini membantu meningkatkan keterampilan praktis dalam mengoperasikan alat theodolite di lapangan. Dengan memahami tahapan dan prosedur pengukuran yang benar, pengguna dapat meminimalkan kesalahan dan meningkatkan efisiensi kerja. Hal ini sangat bermanfaat bagi profesi di bidang survei, konstruksi, dan pemetaan yang membutuhkan akurasi tinggi dalam pengumpulan data spasial.
Hasil penelitian ini juga dapat menjadi referensi dalam pengembangan metode pengukuran yang lebih efektif dan akurat. Dengan mendokumentasikan kendala dan solusi selama proses pengukuran, penelitian ini memberikan kontribusi bagi perbaikan teknis pengukuran di masa depan. Secara keseluruhan, penelitian ini mendukung kebutuhan pembangunan infrastruktur yang mengandalkan data geodetik yang terpercaya.
7
BAB 2 DASAR TEORI
Pengukuran tanah merupakan proses penting dalam survei dan pemetaan yang bertujuan untuk menentukan posisi relatif suatu titik di permukaan bumi. Menurut Kartika (2017), survei pemetaan menggunakan alat ukur presisi tinggi, seperti theodolite, memungkinkan pengukuran sudut horizontal dan vertikal secara akurat untuk menentukan jarak, elevasi, dan luas suatu lahan. Theodolite merupakan alat optik mekanis yang dilengkapi dengan teleskop, sumbu vertikal, sumbu horizontal, dan lingkaran derajat, yang bekerja berdasarkan prinsip pengukuran sudut.
Dalam praktiknya, pengukuran menggunakan theodolite dilakukan dengan metode traversing, triangulasi, dan leveling, yang bertujuan untuk memperoleh koordinat dan elevasi titik secara tepat (Priyanto, 2015). Data yang dihasilkan kemudian dapat digunakan untuk kebutuhan teknis, seperti perencanaan konstruksi, pemetaan topografi, dan pengelolaan lahan. Ketelitian hasil pengukuran sangat bergantung pada kalibrasi alat, keahlian operator, serta kondisi lingkungan di lapangan.
Theodolite secara umum dibagi menjadi dua jenis, yaitu theodolite manual dan digital. Theodolite manual menggunakan pembacaan skala secara mekanis, sedangkan theodolite digital dilengkapi dengan teknologi elektronik yang mempermudah pembacaan data. Keakuratan theodolite sangat dipengaruhi oleh kalibrasi alat, keterampilan operator, dan kondisi lingkungan (Rahman, 2021). Dalam praktiknya, theodolite juga dapat diintegrasikan dengan teknologi modern seperti sistem GPS untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi dalam survei lapangan.
Point Penting:
1. Definisi dan Fungsi Theodolite: Alat untuk mengukur sudut horizontal dan vertikal dengan presisi tinggi.
2. Metode Pengukuran: Traversing, triangulasi, dan leveling.
3. Keunggulan: Presisi tinggi, fleksibilitas medan, kompatibel dengan teknologi modern.
4. Keterbatasan: Sensitivitas terhadap cuaca dan kebutuhan pelatihan teknis.
5. Aplikasi: Perencanaan konstruksi, pemetaan topografi, dan pengelolaan lahan.
BAB 3
PELAKSANAAN PENGUKURAN z
3.1 Peralatan a. Theodholite
Gambar 1
b. Statif / Tripod
Gambar 2 c. Rambu ukur
Gambar 3
d. Kompas
9
Gambar 4
e. Meteran
Gambar 5 f. Paku
Gambar 6
3.2 Metode Yang Digunakan a. Metode Traversing
b. Metode Triangulasi c. Metode Leveling
d. Metode Intersection (Potong Garis) e. Metode Resection (Potong Balik) f. Metode Tacheometry
3.3 Syarat Yang Harus Dipenuhi Dalam Penggunaan Alat Theodholite
a. Stabilitas Statif (Tripod): harus berdiri kokoh dan stabil di atas permukaan tanah agar theodolite tidak bergeser selama pengukuran.
b. Kalibrasi Alat: Theodolite harus dalam kondisi terkalibrasi dengan baik untuk menjamin hasil pengukuran yang akurat.
c. Penyeimbangan Alat (Leveling): Posisi theodolite harus sejajar dengan permukaan
horizontal menggunakan spirit level.
d. Titik Referensi yang Jelas: Titik awal dan titik tujuan harus memiliki tanda yang jelas dan dapat dilihat dengan mudah.
e. Pengaturan Plummet: Optical plummet atau plumb bob harus digunakan untuk memastikan posisi theodolite tepat di atas titik pengukuran.
f. Kondisi Lingkungan yang Mendukung: Lingkungan harus mendukung, dengan cuaca cerah dan tanah yang stabil untuk meminimalkan gangguan.
g. Operator yang Terampil: Pengguna alat harus memahami cara kerja theodolite serta metode pengukuran yang digunakan.
h. Jarak Pandang yang Cukup: Area pengukuran harus memiliki jarak pandang yang tidak terhalang menuju titik target.
i. Pencatatan Data yang Sistematis: Data hasil pengukuran harus dicatat secara rapi agar tidak ada kesalahan
11
BAB 4
HASIL PRAKTIKUM
Sketsa Gambar Pengukuran Theodholite
Tabel Pergi
TA TITIK BA BT BB V V° H H° sin(90°-V) cos°(90-V)
P1 P2 1342 1304 1366 90 52 20 90,9 358 52 40 358,8778 -0,0152 0,9999
1390
P3 1338 1298 1258 90 49 40 90,8 358 52 0 358,8667 -0,014 0,9999
ΔH P1 P2 122,530 mm Diketahui tinggi titik P1 = 0
0,122529915 m Tinggi titik P2 = Hp1+ΔH P1 = 0,1225
ΔH P1 P3 -23,5635 mm
-0,023563499 m Tinggi titik P3 = Hp1+ΔH P1 = -0,0236
P2 P1 1579 1534 1501 88 50 0 88,8 235 21 20 235,3556 0,020361 0,9997927
1410
P3 1614 1576 1536 88 44 40 88,7 173 32 0 173,5333 0,022 0,9997599
ΔH P2 P1 34,78106443 mm Diketahui tinggi titik P1 = 0
0,0348 m Tinggi titik P2 = Hp1+ΔH P1 = 0,0348
ΔH P2 P3 4,871197025 mm
0,0049 m Tinggi titik P3 = Hp1+ΔH P1 = 0,0049
P3 P2 1449 1409 1369 89 59 0 90 59 14 0 59,2333 0,0003 1,0000
1410
P1 1270 1230 1190 89 48 40 89,8 0 14 40 0,2444 0,003 1,0000
ΔH P3 P2 3,327105538 mm Diketahui tinggi titik P1 = 0
0,0033 m Tinggi titik P2 = Hp1+ΔH P1 = 0,0033
ΔH P3 P1 206,3736732 mm
0,2064 m Tinggi titik P3 = Hp1+ΔH P1 = 0,2064
Tabel Pulang
13
ALAT TITIK BA BT BB V V° H H° sin(90°-V) cos°(90-V)
P1 P2 1149 1111 1071 92 40 40 92,7 56 1 20 56,0222 -0,0467 0,9989
1430
P3 1110 1070 1030 92 48 40 92,8 115 27 20 115,4556 -0,049 0,9988
ΔH P1 P2 -45,011 mm Diketahui tinggi titik P1 = 0
-0,0450 m Tinggi titik P2 = Hp1+ΔH P1 = -0,0450
ΔH P1 P3 -31,876 mm
-0,031875569 m Tinggi titik P3 = Hp1+ΔH P1 = -0,0319
Detil 1 1290 1282 1273 95 5 0 #### 199 58 40 199,9778 -0,08860 0,9961
Detil 2 1220 1213 1205 95 1 0 95 25 55 0 25,9167 -0,0874 0,9962
ΔD1 1686,654 mm
1,6867 m
ΔD2 1488,530 mm
1,4885 m
Jarak anatara P1 ke Detil 1 1,6867 m Jarak anatara P1 ke Detil 2 1,4885 m
P2 P1 1089 1050 1014 92 40 40 92,7 346 24 9 346,4025 -0,04672 0,9989081
1450
P3 1211 1188 1166 92 42 0 92,7 347 11 20 347,1889 -0,047 0,9988899
ΔH P2 P1 49,9899033 mm Diketahui tinggi titik P1 = 0
0,0500 m Tinggi titik P2 = Hp1+ΔH P1 = 0,0500
ΔH P2 P3 50,25629503 mm
0,0503 m Tinggi titik P3 = Hp1+ΔH P1 = 0,0503
Detil 3 1420 1439 1457 89 40 0 #### 120 10 0 120,1667 0,00582 1,0000
Detil 4 1512 1495 1477 89 52 40 89,9 296 10 0 296,1667 0,0021 1,0000
ΔD3 -3699,875 mm
-3,6999 m
ΔD4 3499,984 mm
3,5000 m
Jarak anatara P2 ke Detil 3 -3,6999 m Jarak anatara P1 ke Detil 4 3,5000 m
P3 P2 1079 1039 1099 92 40 40 92,7 0 40 40 0,6778 -0,0467 0,9989
1440
P1 1113 1089 1064 92 42 40 92,7 1 4 40 1,0778 -0,047 0,9989
ΔH P3 P2 494,3360258 mm Diketahui tinggi titik P1 = 0
0,4943 m Tinggi titik P2 = Hp1+ΔH P1 = 0,4943
ΔH P3 P1 119,4886321 mm
0,1195 m Tinggi titik P3 = Hp1+ΔH P1 = 0,1195
Detil 5 1435 1424 1412 90 35 0 #### 189 12 20 189,2056 -0,01018 0,9999
Detil 6 1448 1461 1474 90 33 20 90,6 13 40 20 13,6722 -0,0097 1,0000
ΔD5 2299,762 mm
2,2998 m
ΔD6 -2599,756 mm
-2,5998 m Jarak anatara P1 ke Detil 5 2,2998 m Jarak anatara P1 ke Detil 6 -2,5998 m