MAKALAH
PEMBIAYAAN ULTRA MIKRO
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembiyaan Agribisnis (PNB2316) Program Studi S1 Agribisnis
Dosen Pengampu:
Budiyoko, S.P., M.Si
Oleh:
Kelompok 8
1. Muflikhatun (A1A022012) 2. Nurul Hidayah (A1A022076) 3. Galuh Muthia Dewi (A1A022100) 4. Deni Ramadhana (A1A022106) 5. Yellovia Deliska Puti (A1A022113) 6. Ade Irma Sefti P. (Z1A023030)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO
2023
ii DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR GAMBAR ... iii
I. PENDAHULUAN ... 1
II. TINJAUAN KRITIS ... 3
III. REKOMENDASI ... 7
IV. KESIMPULAN ... 9
DAFTAR PUSTAKA ... 10
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Peta sebaran debitur ultra mikro di Indonesia. ... 2 2. Jumlah target dan capaian debitur pembiayaan ultra mikro ... 4
1
I. PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari peranan lembaga keuangan, baik mikro maupun makro. Lembaga keuangan adalah badan usaha yang yang berfungsi menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana dan menyalurkannya ke pihak yang membutuhkan dana (Muttaqin & Hartono, 2019). Berdasarkan posisi kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada tahun 2021, Usaha Kecil mendapatkan kredit lebih besar yaitu sejumlah Rp 459.541 miliar dibandingkan dengan Usaha Mikro yang hanya mendapatkan kredit sebesar Rp 389.871 miliar (BPS, 2021). Disisi lain usaha mikro merupakan jenis usaha yang paling banyak dijalankan di Indonesia sebesar 98,68% dari keseluruhan UMKM di Indonesia (DJKN, 2020). Pelaku usaha mikro mengalami kesulitan memperoleh kredit dari perbankan, sehingga mereka lebih memilih lembaga non-formal seperti rentenir.
Namun, dibalik kemudahan rentenir terdapat bunga kredit yang besar sejumlah 10- 30% setiap bulannya serta akan diberikan sanksi berupa denda jika telat membayar.
Diperlukan program dari pemerintah untuk membantu pembiayaan usaha mikro.
Menyikapi kurangnya akses pembiayaan terhadap usaha mikro, pemerintah merilis sebuah program kredit dengan skema dana bergulir yaitu Pembiayaan Ultra Mikro (Hia et al., 2021). Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) yaitu program pembiayaan dari pemerintah sebagai pinjaman modal usaha yang ditujukan kepada para pelaku usaha ultra mikro. Dibentuk sejak tahun 2017 yang ditandai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 22 tahun 2017 (Halim, 2021). Program ini ditujukan untuk pelaku usaha ultra mikro yang belum mampu mengakses pembiayaan perbankan atau belum bankable. Pembiayaan UMi merupakan kelanjutan dari program bantuan sosial menjadi usaha mandiri yang menyasar usaha mikro yang berada di tingkat bawah (DJPb, 2021). Sasaran dari program pembiayaan UMi yaitu sejumlah 44,5 juta pelaku usaha mikro yang belum dijangkau oleh Kredit Usaha Rakyat (KUR) (Muttaqin & Hartono, 2019).
2
Pelaksana pembiayaan UMi ialah Badan Layanan Umum Pusat Investasi Pemerintah (BLU PIP) dengan posisi di bawah naungan Kementerian Keuangan.
Dalam pelaksanaannya, pembiayaan ultra mikro disalurkan melalui Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) yang terdiri dari PT. Pegadaian, PT. Permodalan Nasional Madani (PNM), dan PT. Bahana Artha Ventura (BAV). Sumber pendanaan berasal dari APBN yang terdiri dari rupiah murni, hibah/bantuan, pendapatan dari pembiayaan, maupun kerjasama pendanaan dan investasi.
Penyaluran pembiayaan dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP) kepada penyalur dilakukan lewat pembiayaan syariah dan konvensional (Surnida, 2020). Penyaluran pembiayaan UMi tersedia di seluruh wilayah Indonesia dengan penyaluran terbanyak berada di Pulau Jawa.
Program pembiayaan UMi bertujuan untuk mempermudah proses memperoleh pinjaman modal untuk para pelaku usaha ultra mikro sekaligus memperlebar peluang usaha. Pembiayaan ini diharapkan bisa mengatasi penyebab utama terhambatnya pertumbuhan usaha mikro yaitu pembiayaan yang tidak memadai oleh bank dan persyaratan agunan yang tinggi (Gupta et al., 2018).
Gambar 1. Peta sebaran debitur ultra mikro di Indonesia.
3
II. TINJAUAN KRITIS
Pembiayaan ultra mikro yang menargetkan kelompok-kelompok usaha rakyat skala di bawah UMKM berkontribusi penting dalam meningkatkan kesejahteraan dan pemulihan ekonomi melalui ekonomi kerakyatan. Dengan pembiayaan UMi ini pemerintah turut membantu para pelaku usaha mikro yang selama ini belum mendapatkan akses permodalan dari bank. Selain menyalurkan modal dalam bentuk kredit, penyalur pembiayaan UMi juga memberikan dukungan berupa pendampingan dan pelatihan untuk para pelaku usaha. Pendampingan diberikan dalam bentuk motivasi, konsultasi tentang usaha, peningkatan kualitas sumber daya manusia, pengawasan kepada debitur, dan bentuk pendampingan lainnya.
Bimbingan dilaksanakan beriringan dengan tenor yang diambil oleh debitur (Monika, 2021).
Menurut Data BLU PIP, sejak tahun 2017 hingga 2021, sektor perdagangan eceran menerima kontribusi tertinggi dari dana pembiayaan UMi, yaitu sebesar 94,48%. Sementara itu, sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan menerima 3,51%, sektor industri pengolahan menerima 1,09%, dan sektor jasa menerima 0,92% (Havitz, 2023). Sektor perdagangan eceran memiliki peran paling berpengaruh dalam menggerakkan roda perekonomian masyarakat melalui usaha ultra mikro yang memenuhi kebutuhan konsumen akhir secara langsung.
Pembiayaan ultra mikro memberikan fasilitas dana hingga Rp20 juta per debitur, naik dari tahun sebelumnya dengan jumlah maksimal Rp10 juta per debitur dengan tenor peminjaman UMi kurang dari 52 minggu atau satu tahun (Hariyanti et al., 2023). Namun, realisasi di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar pembiayaan yang disalurkan bernilai kurang dari Rp5 juta, menyesuaikan kebutuhan masing-masing debitur. Dengan demikian, pembiayaan UMi telah berhasil menjangkau lebih banyak pelaku usaha, seperti terlihat dari capaian debitur yang melebihi target per tahun sejak program diluncurkan pada tahun 2017.
4
Target debitur untuk pembiayaan UMi di tahun 2023 ialah sejumlah 2,2 juta debitur. Target ini meningkat dari tahun 2022 sebanyak 2 juta debitur. Awal mula diluncurkan hanya menarget 0,3 juta debitur, sehingga terlihat adanya peningkatan yang cukup signifikan (PIP, 2023). Hal ini menunjukkan adanya keseriusan dari pemerintah dalam memperluas jangkauan UMKM lewat pembiayaan UMi dan mendukung pertumbuhan ekonomi di berbagai wilayah.
Realisasi pembiayaan pada semester I tahun 2022, jumlah debitur yang menerima pembiayaan telah mencapai 1.001.891 pelaku usaha. Jumlah ini melebihi 50% dari target yang telah direncanakan dengan dana penyaluran sebesar Rp3.941,93 miliar. Per 14 Juni 2023, jumlah debitur yang telah mendapatkan kredit sejumlah 568.574 pelaku usaha atau 25,8% dari target 2,2 juta debitur di tahun 2023. Sejak tahun 2017 capaian jumlah debitur setiap tahun selalu melebihi target yang telah direncanakan. Sejak tahun 2017 hingga sekarang secara keseluruhan PIP Kemenkeu telah menyalurkan dana sebesar Rp28,55 triliun kepada 7,9 juta debitur.
(Pajak.com, 2023).
Dampak pelaksanaan pembiayaan UMi terhadap kesejahteraan debitur dapat diukur melalui survei keekonomian. Survei keekonomian dilaksanakan melewati dua tahap yaitu survei baseline dan survei endline. Survei baseline dilakukan untuk mengetahui tingkat ekonomi debitur pada awal periode pembiayaan, sedangkan
0 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000
2022 2021 2020 2019 2018 2017
Target dan Capaian Debitur
Target Capaian
Gambar 2. Jumlah target dan capaian debitur pembiayaan ultra mikro.
5
survei endline dilakukan untuk mengetahui tingkat ekonomi debitur pada akhir periode atau setelah pembiayaan. Hasil survei menunjukkan terjadi peningkatan nilai keekonomian sebesar 2,79 poin pada tahun 2021, dari semester I tahun 2020 (baseline) sebesar 49,85 poin meningkat menjadi 52,64 di semester I tahun 2021 (endline) (DJPb, 2022). Hal ini menunjukkan bahwa pembiayaan UMi dapat meningkatkan kesejahteraan dan sektor perekonomian daerah terus tumbuh. Kredit UMi mampu meningkatkan kelas ekonomi debitur dari ultra mikro menjadi mikro serta dapat mengakses perbankan. Hal tersebut dapat mengantarkan usaha debitur untuk lebih maju lagi.
Dibalik keberhasilan pembiayaan ultra mikro, ada juga kegagalan yang dihadapi. Kegagalan dari pembiayaan ultra mikro terjadi ketika usaha yang dibiayai tidak mampu berkembang ataupun debitur gagal bayar. Apabila usaha yang dibiayai tidak mampu bertumbuh dan berkembang, maka pembiayaan tersebut dapat dikatakan gagal, bahkan berisiko mengalami kegagalan refinancing. Gagal bayar akan menimbulkan kerugian bagi pemerintah dan lembaga keuangan (Havitz, 2023). Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.05/2020 tentang Pembiayaan Ultra Mikro menyebutkan bahwa jika debitur UMi gagal membayar pinjaman, pemerintah akan tetap menagih kepada penyalur. Hal ini karena akad perjanjiannya ialah antara pemerintah dan penyalur, bukan antara pemerintah dan debitur. Dalam pelaksanaannya pembiayaan ultra mikro (UMi) juga mengalami beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam era digital seperti sekarang, antara lain:
1. Aksesibilitas
Digitalisasi telah memudahkan para pelaku usaha untuk mendapatkan pembiayaan UMi. Namun, kurangnya pemahaman tentang teknologi dan keterbatasan mengakses jaringan internet akan menyulitkan pelaku usaha mikro yang memiliki modal terbatas.
2. Rendahnya Literasi Digital
Banyak masyarakat UMi yang masih kesulitan dalam memahami konsep penggunaan teknologi digital dalam pengelolaan keuangan. Hal ini disebabkan
6
oleh rendahnya literasi digital dan kurangnya aksesibilitas ke infrastruktur teknologi.
3. Keamanan
Banyak transaksi yang dilakukan secara online, sehingga risiko yang dihadapi pembiayaan UMi semakin besar. Digitalisasi membutuhkan privasi dan keamanan yang memadai untuk melindungi data pelanggan.
4. Kepercayaan
Digitalisasi memudahkan pelaku usaha dalam mengajukan pinjaman secara online. Namun, disisi lain juga meningkatkan risiko penipuan dan dan kasus fraud. Diperlukan kepercayaan dari lembaga pembiayaan dalam membentuk sistem keamanan yang kuat dan memberikan edukasi tentang risiko penipuan kepada para pelaku usaha.
5. Ketersediaan Data
Banyak pelaku usaha UMi yang tidak mempunyai data ataupun surat-surat lengkap dan akurat tentang usaha mereka. Hal ini mempersulit proses pengajuan pembiayaan.
7
III. REKOMENDASI
Perbaikan dan penyempurnaan penyaluran pembiayaan ultra mikro (UMi) berperan penting dalam pelaksanaan usaha. Usaha mikro dengan modal yang terbatas, bisa memiliki potensi yang besar untuk menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan ekonomi daerah, dan mensejahterakan masyarakat. Untuk memastikan pelaku usaha mikro dapat tumbuh dan berkontribusi secara optimal, program pembiayaan mikro harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Melalui perbaikan dan penyempurnaan program, pelaku usaha mikro dapat memperoleh akses terhadap pembiayaan yang berkelanjutan dan terjangkau. Hal ini tidak hanya memungkinkan mereka untuk mengembangkan bisnisnya tetapi juga menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih stabil dan inklusif. Berikut rekomendasi untuk perbaikan dan penyempurnaan skema penyaluran pembiayaan ultra mikro:
1. Meningkatkan Koordinasi antar Lembaga Penyalur
Meningkatkan koordinasi antara lembaga-lembaga terkait dalam penyaluran pembiayaan ultra mikro, seperti Kementerian Koperasi dan UKM, LPDB-KUMKM, PIP, dan LPMUKP. Dengan kerja sama yang erat dan saling mendukung, akan memudahkan untuk menentukan kebijakan program agar penyaluran biaya mencapai sasaran secara efektif. Koordinasi yang baik juga akan memperlancar pertukaran informasi, sehingga perbaikan bisa dilakukan tepat waktu.
2. Mengadakan Sosialisasi Pembiayaan Ultra Mikro
Mengadakan sosialisasi tentang pembiayaan ultra mikro melalui pertemuan komunitas di desa. Dengan adanya sosialisasi, informasi tentang skema pembiayaan ini dapat disampaikan dengan jelas dan mudah diakses oleh pelaku usaha. Harapannya akan memotivasi lebih banyak pelaku usaha mikro untuk memanfaatkan peluang pembiayaan yang tersedia.
3. Proses Pengajuan Kredit yang Mudah
Menyederhanakan dan mempermudah prosedur pembiayaan, sehingga dana bisa cair dengan cepat. Mengurangi persyaratan dokumen yang
8
membebani peminjam, karena kebanyakan pelaku usaha mikro memiliki sumber daya yang terbatas.
4. Evaluasi Penyaluran Pembiayaan
Penyalur harus memperhatikan kualitas kredit yang diberikan dan memastikan debitur memiliki kemampuan untuk membayar kembali pinjaman.
Direktorat Jenderal Perbendaharaan mengatur tentang mekanisme monitoring dan evaluasi pembiayaan ultra mikro untuk meminimalkan risiko gagal bayar.
5. Pendampingan dan Pelatihan Kepada Debitur
Pemerintah dan lembaga keuangan terus berupaya untuk memberikan pendampingan dan pelatihan kepada debitur UMi. Pendampingan dan pelatihan ini penting dilakukan untuk memastikan bahwa debitur memahami tanggung jawab mereka, memanfaatkan pembiayaan dengan benar, serta memiliki kemampuan untuk melunasi pinjaman dengan sukses.
6. Monitoring dan Evaluasi
Penyalur memantau secara berkala terhadap penggunaan dana, jumlah pendapatan, dan pengelolaan dari usaha yang dilakukan debitur. Hal ini untuk memastikan dana yang diperoleh digunakan sesuai tujuan. Kemudian, menanyakan ulasan tentang pengalaman debitur dengan pembiayaan UMi ini dan mengevaluasi tingkat kepuasan debitur dengan layanan yang diperoleh.
7. Bekerja Sama dengan Pemangku Kepentingan Lain
Lembaga penyalur melakukan kerja sama dengan dengan lembaga pemerintah maupun organisasi non-pemerintah untuk memperdalam keahlian dan sumberdaya dalam melaksanakan program pembiayaan.
Dengan adanya rekomendasi solusi tersebut diharapkan penyaluran pembiayaan ultra mikro dapat diperbaiki dan disempurnakan sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pelaku usaha ultra mikro dalam mengembangkan usahanya. Setiap solusi harus disesuaikan juga dengan kebutuhan dan kondisi usaha serta menyesuaikan dari berbagai pihak untuk mencapai keberhasilan dalam evaluasi skema penyaluran pembiayaan ultra mikro.
9
IV. KESIMPULAN
1. Pembiayaan UMi merupakan kelanjutan dari program bantuan sosial menjadi kemandirian usaha yang menyasar usaha mikro yang berada di tingkat bawah.
2. Pembiayaan ultra mikro disalurkan melalui Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) yang terdiri dari PT. Pegadaian, PT. Permodalan Nasional Madani (PNM), dan PT. Bahana Artha Ventura (BAV). Kemudian LKBB akan menyalurkan dananya kepada para pelaku usaha.
3. Keberhasilan pembiayaan UMi ialah capaian jumlah debitur setiap tahun selalu melebihi target yang telah direncanakan. Sejak tahun 2017 hingga sekarang secara keseluruhan PIP Kemenkeu telah menyalurkan dana sebesar Rp28,55 triliun kepada 7,9 juta debitur.
4. Kegagalan dari pembiayaan ultra mikro terjadi ketika usaha yang dibiayai tidak mampu berkembang ataupun debitur gagal bayar.
5. Rekomendasi untuk perbaikan dan penyempurnaan skema penyaluran pembiayaan ultra mikro antara lain: meningkatkan koordinasi antar lembaga penyalur, mengadakan sosialisasi pembiayaan ultra mikro, proses pengajuan kredit yang mudah, evaluasi penyaluran pembiayaan, pendampingan dan pelatihan kepada debitur, monitoring dan evaluasi, serta bekerja sama dengan pemangku kepentingan lain.
10
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2021. Posisi Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada Bank Umum. Statistika Indonesia.
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. 2020. UMKM Bangkit, Ekonomi Indonesia Terungkit. Kementerian Keuangan, Jakarta.
Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 2021. Pembiayaan UMi (Ultra Mikro).
Kementerian Keuangan, Jakarta.
Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 2022. Akselerasi Pembiayaan Ultra Mikro sebagai Salah Satu Aksi Konkret Pemerintah dalam Mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional. Kementerian Keuangan, Jakarta.
Gupta, V., Saini, J. S., & Chaddha, S. 2018. MSME Financing : Growth and Challenges. International Journal for Research in Engineering Application &
Management, 4(7), 716–727.
Halim, A. 2021. Pengaruh Pembiayaan Ultra Mikro dan Pendampingan Terhadap Peningkatan Pendapatan Pelaku Usaha Mikro di Kabupaten Mamuju.
AKUNTABEL, 18(2), 262–271.
Hariyanti, D., Hamzah, Z. M., Nazir, N., Hasiholan, D., & Soeharjoto. 2023.
Sumber Pendanaan Ultra Mikro Guna Pengembangan Usaha. Community Development Journal, 4(2), 5311–5318.
Havitz, M. G. Al. 2023. Analisis Pembiayaan Ultra Mikro Bagi Peningkatan Aksesibilitas Lembaga Keuangan Masyarakat. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan.
Hia, V. D. P., Handaka, R. D., & Zega, Y. T. 2021. Pengaruh Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Melalui Pertumbuhan Produksi Industri Mikro dan Kecil. Jurnal Perbendaharaan, Keuangan Negara, Dan Kebijakan Publik, 6(1), 75–84.
Monika, J. L. 2021. Analisa Persepsi “Pedagang Makanan Keliling” Tentang Kebijakan Pembiayaan Usaha Ultra Mikro (UMi) Pada Era Pandemi Covid- 19 di Kota Medan. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan.
11
Muttaqin, A. A., & Hartono, A. R. 2019. Implementasi Penerapan Pembiayaan Ultra Mikro di BMT-UGT Sidogiri. Journal of Islamic Economic and Business, 2(2), 273–299.
Pajak.com. Juni 2023. PIP Kemenkeu Salurkan Pembiayaan Ultramikro Rp 2,33 T.
Diakses 15 Oktober 2023 dari https://www.pajak.com/keuangan/pip- kemenkeu-salurkan-pembiayaan-ultramikro-rp-233-t/.
Pusat Investasi Pemerintah. 2023. PIP Kemenkeu Target 2,2 Juta Debitur pada 2023. Kementerian Keuangan, Jakarta.
Surnida, D. 2020. Pembiayaan Ultra Mikro Dalam Peraturan Menteri Keuangan No 95/PMK.05/2018 dan Fatwa Dewan Syariah Nasional No 119/DSN- MUI/II/2018. Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 12(1), 100–123.