• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok E Laporan Praktikum Food Colouring

N/A
N/A
Hania Mufidah

Academic year: 2025

Membagikan "Kelompok E Laporan Praktikum Food Colouring"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ILMU BAHAN

DISUSUN OLEH:

NASYWA HAFIZHATUR RAJABIYAH (012200031) SADHA GATHA (012200035)

SHERINA MASSAYU PUTRI (012200037)

POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL

YOGYAKARTA

2024

(2)

I. JUDUL

Judul praktikum yang telah dilakukan adalah “Pengujian Food Coloring Solution Sebagai Bahan Potensial Dosimeter”.

II. TUJUAN

Tujuan dari praktikum yang telah dilakukan adalah:

• Mengetahui efek radiasi gamma terhadap perubahan warna alami.

• Mengkaji kemungkinan reaksi kimia yang terjadi.

• Menyimpulkan kemungkinan pewarna bahan alami digunakan sebagai dosimeter dengan menguji linearitas absorbansi terhadap dosis serap yang diterima.

III. DASAR TEORI

Pengukuran dosis radiasi terserap dilakukan dengan menggunakan dosimeter. Pada hakikatnya semua bahan yang mengalami perubahan akibat iradiasi dapat dijadikan dosimeter asalkan perubahan tersebut dapat diukur dengan instrumen yang tersedia, stabil, mempunyai kedapat ulangan yang baik, mudah dibuat dan mudah digunakan. Berdasarkan kualitas dan penggunaannya secara relatif, dosimeter dapat dikelompokkan menjadi empat kelas utama yaitu:

Dosimeter Standar Primer (Primary Standart Dosimeter) Dosimeter ini digunakan oleh laboratorium standar nasional untuk mengkalibrasi medan radiasi, yang termasuk kelompok dosimeter ini adalah dosimeter kalorimeter dan dosimeter kamar pengion (ionization chamber).

Dosimeter standar acuan (Reference Standard Dosimeter). Dosimeter ini digunakan untuk mengkalibrasi medan radiasi dan juga untuk dosimeter rutin.

Berhubung tidak semua laboratorium atau fasilitas iradiasi mempunyai dosimeter standard primer, maka untuk mengkalibrasi medan radiasi dapat digunakan dosimeter standar acuan.

Dosimeter rutin (Routine Dosimeter). Dosimeter ini digunakan untuk pengukuran dosis radiasi terserap secara rutin. Contoh yang paling lazim digunakan adalah dosimeter red/clear perspex (PMMA), Dosimeter selulosa triasetat (CTA), dosimeter film radiokromik(FW-Technology) dan dosimeter alanin.

Dosimeter standar transfer (Transfer Standard Dosimeter). Dosimeter ini terutama dipilih dari dosimeter standar acuan atau dosimeter ruttin yang memungkinkan digunakan untuk dipertukarkan antara satu laboratorium dengan

(3)

laboratorium lain. Hal ini penting bagi akreditasi suatu fasilitas iradiasi sehingga laboratorium nasional dapat menetapkan keabsahan proses radiasi tertentu yang dijalankan oleh suatu fasilitas iradiasi.

IV. METODOLOGI Alat

1. Pipet volume 20 ml 2. Gelas ukur

3. Gelas beker 4. Pengaduk 5. Botol vial 6. Kuvet Bahan

1. Aquadest 2. Food colouring Langkah Kerja

• Dilakukan pembuatan larutan sampel dengan 1 tetes pewarna makanan dan 150 ml aquades.

• Sampel larutan dimasukkan dalam enam botol vial yang berbeda (Pastikan volume larutan dalam botol vial tersebut cukup saat dimasukkan dalam kuvet spektrofotometri UV Visible untuk dianalisis absorbansinya).

• Masing masing vial akan diiradiasi dengan waktu yang berbeda. beri label masing-masing vial.

• Catat laju dosis radiasi gamma pada saat praktikum. Hitung perkiraan dosis radiasi gamma yang diserap larutan dosis (dosis radiasi = laju dosis x waktu iradiasi)

• Hitung absorbansi masing-masing vial yang telah diiradiasi dengan waktu yang berbeda menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan range panjang gelombang 300-650 nm. Blanko yang digunakan adalah aquadest.

• Catat absorbansi maksimum yang terhitung.

• Plot kurva antara panjang gelombang (nm) terhadap absorbansi dalam dosis radiasi yang berbeda (terdapat 6 variasi dosis radiasi).

(4)

• Plot kurva antara dosis radiasi gamma terhadap selisih absorbansi maksimum (∆A=Ai-A0) Ai merupakan absorbansi maksimum didosis radiasi tertentu sedangkan A0 merupakan absorbansi maksimum larutan yang tidak diiradiasi.

V. DATA PENGAMATAN

• Laju dosis = 2304 Gy/jam

Dosis radiasi (Gy) = laju dosis x waktu

Variasi waktu (menit) Dosis radiasi (Gy)

0 0

15 576

30 1152

45 1728

60 2304

75 2880

Tabel 5.1 Data Waktu Iradiasi dan Dosis yang dihasilkan.

• Panjang gelombang = 515 nm

• Data absorbansi

Data radiasi (Gy) λ (nm) Abs minggu 1 Abs minggu 2 Abs minggu 3

0 515 0,562 0,542 0,570

576 515 0,259 0,242 0,256

1152 515 0,072 0,061 0,054

1728 515 0,009 0,023 0,021

2304 515 0,014 0,022 0,017

2880 515 0,010 0,006 0,021

Tabel 5.2 Data Absorbansi Sampel dengan Spektrofotometer UV-VIS

• Data dosis radiasi dan selisih absorbansi maksimum

∆A=[Ai-A0]

Dari perhitungan diatas diperoleh:

Data radiasi (Gy) ∆A 1 ∆A 2 ∆A 3

0 0 0 0

576 0,303 0,3 0,314

1152 0,49 0,481 0,516

1728 0,553 0,519 0,549

2304 0,548 0,52 0,553

2880 0,552 0,536 0,549

Tabel 5.3 Data Selisih Absorbansi Maksimum tiap Sampel

(5)

VI. PENGOLAHAN DATA a. Waktu vs Dosis radiasi

Grafik 6.1 Perbandingan Dosis dengan Waktu Iradiasi

b. Penentuan panjang gelombang maksimum

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Dosis (Gy)

Waktu (Menit)

Perbandingan Dosis dan Waktu

(6)

c. Dosis radiasi vs selisih absorbansi maksimum

Grafik 6.2 Perbandingan Selisih Absorbansi Maksimum dengan Dosis Radiasi

VII. PEMBAHASAN

Praktikum “Pengujian Food Coloring Solution Sebagai Bahan Potensial Dosimeter” ini bertujuan untuk mengetahui efek radiasi gamma terhadap perubahan warna alami; mengkaji kemungkinan reaksi kimia yang terjadi; serta menyimpulkan kemungkinan pewarna bahan alami digunakan sebagai dosimeter dengan menguji linearitas absorbansi terhadap dosis serap yang diterima. Pengukuran dosis radiasi terserap dilakukan dengan menggunakan dosimeter. Pada hakikatnya semua bahan yang mengalami perubahan akibat iradiasi dapat dijadikan dosimeter asalkan perubahan tersebut dapat diukur dengan instrumen yang tersedia, stabil, mempunyai kedapat ulangan yang baik, mudah dibuat dan mudah digunakan.

Pada praktikum kali ini digunakan bahan pewarna makanan berwarna merah dari merk koepoe koepoe yang dilarutkan ke dalam air kemudian diiradiasi menggunakan sumber CO-60 yang memiliki laju dosis 2304 Gy/jam. Pada suatu pewarna terdapat kromofor yaitu gugus gugus atom dalam molekul yang bertanggung jawab untuk menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu dalam spektrum tampak, sehingga menghasilkan warna yang terlihat oleh mata manusia. Kromofor biasanya memiliki ikatan rangkap terkonjugasi atau gugus fungsi tertentu yang memungkinkan transisi elektron ketika cahaya diserap.

y = 0,0002x + 0,1535 R² = 0,7364 y = 0,0002x + 0,1514

R² = 0,73 y = 0,0002x + 0,1639

R² = 0,7049

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7

0 1000 2000 3000 4000

Selisih Absorbansi Maksimum

Dosis Radiasi (Gy)

Perbandingan Selisih Absorbansi Maksimum dengan Dosis Radiasi

ABS 1 ABS 2 ABS 3 Linear (ABS 1) Linear (ABS 2) Linear (ABS 3)

(7)

Pewarna makanan berwarna merah ini mengandung zat pewarna sintesis FD&C 40 (Allura Red AC) dan FD&C 3 (Erythrosine). FD&C 40 (Allura Red AC) merupakan pemberi warna merah tua keoranye dengan gugus pembawa warna atau kromofor yaitu gugus azo (N=N) sedangkan FD&C 3 (Erythrosine) merupakan pemberi warna merah muda terang dengan gugus pembawa warna atau kromofor yaitu gugus Iodine (I).

Gambar 7.1 Struktur Molekul Allura Red AC

Gambar 7.2 Struktur Erythrosine

Pada praktikum ini diketahui bahwa larutan yang diiradiasi akan mengalami degradasi warna. Semakin besar dosis yang diberikan, pengurangan warna semakin tinggi. Efek tersebut diakibatkan oleh reaksi air dengan radiasi atau yang lebih dikenal dengan radiolis air. Reaksi ini merupakan fenomena yang menginisiasi terjadinya degradasi warna yang terjadi pada sampel. Radiolisis air akan menghasilkan spesi tereksitasi secara elektronik dan molekul terionisasi yang selanjutnya dari wujud tersebut akan terbentuk produk primer berupa spesi-spesi reaktif seperti eaq - , OH*, H*, dan HO2* atau O2 serta produk molecular.

Spesi-spesi tersebut kemudian akan bereaksi dengan struktur zat warna. Pada pewarna azo seperti FD&C Red 40, gugus -N=N- dapat tereduksi menjadi gugus -NH2,

(8)

yang tidak memiliki sifat kromofor sehingga menyebabkan pemudaran atau hilangnya warna. reaksi ini akan menyebabkan pemudaran warna atau perubahan warna dari merah menjadi pucat, cokelat, atau bahkan tidak berwarna, bergantung pada tingkat degradasi molekul.

Pada FD&C Red 3 (Erythrosine), radiasi gamma dapat menyebabkan dehalogenasi (penghilangan gugus iodin) atau pemutusan kerangka xantena. Inti xantena dalam erythrosine menyerap cahaya dan bertanggung jawab atas warna merahnya. Pemutusan kerangka xantena mengakibatkan terganggunya sistem kromofor untuk menyerap cahaya merah sehingga terjadi perubahan warna menjadi kuning pucat atau tidak bewarna.

Pada iradiasi pada zat pewarna ini dilakukan dengan variasi lama waktu iradiasi yaitu 0 menit, 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit dan 75 menit. Berdasarkan grafik 6.1 dapat diketahui bahwa semakin lama waktu iradiasi maka dosis iradiasi pun semakin besar. Selanjutnya sampel yang sudah diiradiasi akan dilakukan uji absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS dan didapatkan hasil seperti pada table 5.2 dari hasil absorbansi tersebut dapat diketahui bahwa terdapat penurunan absorbansi seiring adanya peningkatan dosis, hal ini menunjukan bahwa pewarna makanan sensitive terhadap dengan iradiasi gamma sehingga sesuai untuk digunakan sebagai dosimeter.

Setelah itu dari data pada table 5.2 dihitung selisih absorbansi maksimum dengan dosis iradiasi sehingga didapatkan grafik 6.2 dimana perhitungan selisih absorbansi maksimum menunjukan pola hubungan linear dengan dosis radiasi semakin nilai regresi mendekati 1 maka semakin baik akurasi dosisnya, sedangkan pada grafik 6.2 nilai dari regresi menunjukan nilai 0,7 sehingga bisa dikatakan bahwa pewarna makan cukul stabil dalam pengukurannya meskipun belum sangat sempurna. Hal ini dikarenakan adanya faktor stabilitas setelah iradiasi dan pengaruh lingkungan seperti suhu dan Cahaya yang dapat mengurangi stabilitasnya.

(9)

VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :

• Radiasi gamma akan berinteraksi dengan air, kemudian menghasilkan beberapa spesi radikal yang kemudian spesi tersebut akan memutus gugus kromofor pada pewarna makanan yang Dimana gugus kromofor merupakan gugus yang membawa warna pada pewarna makanan.

• Reaksi antara radiasi gamma dengan pewarna makanan

• Pewarna makanan berpotensi sebagai dosimeter dikarenakan cukup sensitif terhadap radiasi gamma yang ditunjukan pada perubahan warna dan absorbansi.

IX. Daftar Pustaka

Radiant, A., & Colorant, B. (2022). Radiation Effects on Food Colorants. Journal of Food Science and Technology.

Natural, D. Y., & Research, S. (2023). Natural Dyes as Potential Radiation Dosimeters.

International Journal of Radiation Biology.

Gamma, R., & Organic, C. (2021). Gamma Radiation and Its Effects on Organic Compounds. Journal of Chemical Physics.

Spectro, P., & Analysis, A. (2020). Spectrophotometric Analysis of Color Changes in Food Dyes. Food Chemistry.

Chemical, S., & Stability, R. (2023). Chemical Stability of Food Dyes under Radiation Exposure. Journal of Applied Polymer Science.

(10)

X. LAMPIRAN

Gambar 10.1 Pembuatan Sampel

Gambar 10.2 Pelabelan Sampel

Gambar 10.3 Pengiradiasian Sampel

(11)

Gambar 10.4 Hasil Iradiasi Sampel

Gambar 10.5 Pengukuran Absorbansi Sampel

Referensi

Dokumen terkait

2) Mengetahui pengaruh pemberian variasi tegangan dengan metode CLME terhadap hasil absorbansi material GO pada hasil karakteristisasi spektrofotometer UV-Vis, 3) Mengetahui

Hal ini sangat penting dilakukan dalam analisis secara spektrofotometri UV-Vis karena pada panjang gelombang maksimum dihasilkan absorbansi tertinggi

Penetapan absorbansi 5-HMF dilakukan pada panjang gelombang 284 nm menggunakan Spektrofotometer-UV didapatkan hasil yang tidak melebihi persyaratan absorbansi 5-HMF dalam

Penetapan absorbansi 5-HMF dilakukan pada panjang gelombang 284 nm menggunakan Spektrofotometer-UV didapatkan hasil yang tidak melebihi persyaratan absorbansi 5-HMF dalam

Metode yang digunakan yaitu analisis kurva pertumbuhan berdasarkan hubungan besarnya absorbansi dari sampel bakteriosin yang diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada

Emas dalam sampel yang dilarutkan dengan kombinasi asam HNO3, HCl, H2SO4 5M dan KI 1,5M dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis sehingga diperoleh absorbansi pada panjang

2) Mengetahui pengaruh pemberian variasi tegangan dengan metode CLME terhadap hasil absorbansi material GO pada hasil karakteristisasi spektrofotometer UV-Vis, 3) Mengetahui

Pembahasan Pada percobaan ini dilakukan praktikum analisis metilen blue menggunakan instrument spektrofotometer UV-Vis Single beam dengan menggunakan metode kurva standar Percobaan