1.1. Ilmu pengetahuan dan perkembangannya
Kemunculan ilmu pengetahuan pertama kali di Eropa yaitu pada zaman Yunani Kuno. Periode ini adalah periode yang sangat penting bagi peradaban manusia, karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia, dari mitosentris yaitu sangat mengandalkan mitos dalam menjelaskan fenomena alam, ke pola pikir logosentris yang mana sangat memperhatikan pengguanaan kausalitas dalam memahami fenomena alam. Akibat dari perubahan pola pikir manusia yang pasif berubah menjadi aktif dan kritis dalam menghadapi fenomena alam, sehingga alam dijadikan objek penelitian.1
1.2. Perkembangan ilmu pada zaman Yunani 1. Periode Yunani Kuno
Kemunculan sains di Eropa bermula dari filsuf-filsuf Yuanani yang tinggal di pulau- pulau Mediterania Timur dan sekitarnya di akhir abad ke-6 sampai ke-5 SM. Karya mereka hanya dikenal melalui cuplikan-cuplikann, rujukan-rujukan, yang dibuat oleh para pengarang setelah mereka.
a. Filsafat alam
Filsuf alam pertama adalah Thales (624-546 SM). Ia di beri gelar bapak filsafat karena ia merupakan orang pertama yang berfilsafat dan mempertanyakan: “Apa sebenarnya asal usul alam semesta?” pertanyaan ini dijawab berdasarkan pendekatan rasional bukan pendekatan mitologi. Thales mengatakan bahwa asal usul alam semesta adalah air, karena air adalah unsur penting bagi setiap makhluk hidup. Air dapat berubah menjadi gas seperti uap dan benda padat sepeti es, dan bumi berada diatas air.
Setelah thales muncul Anaximander (610-540 SM) yang mana ia melihat alam semesta sebagai sesuatu yang selalu berubah, seperti suatu yang dingin dapat berubah menjadi panas. Filsuf alam yang berpengaruh juga adalah Parmenides (515-440 SM) yang mana menurut Parmenidas, realitas merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah.
b. Filsafat kaum Sofis
Setelah masa-masa filsafat alam berakhir maka muncul masa transisi. Pada masa ini, focus filsafat tidak lagi pada alam akan tetapi pada manusia. Ini terjadi disebabkan karena filsafat alam tidak dapat memberikan penjelasan yang memuaskan tentang
1 Suparlan Suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafat Modern, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2005), hlm 41-42.
manusia. Oleh karena itu, kaum Sofis memulai kajian tentang manusia dan menyatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran. Tokoh utama kaum Sofis adalah Protagoras (481-411 SM). Menurut Protagoras kebenaran bersifat subjektif dan relative.
Akibatnya tidak ada ukuran yang absolut dalam etika, metafisika, dan agama. Bahkan teori matematika tidak dianggap Protagoras mempunyai kebenaran yang absolut.
Tokoh yang selanjutnya yaitu Gorgias (483-375 SM) adalah tokoh kaum Sofis yang mengeluarkan tiga proposisi, pertama, bahwa realitas itu tidak ada, pemikiran lebih baik tidak menyatakan apa-apa tentang realitas, kedua, bila sesuatu itu ada ia tidak akan dapat diketahui. Hal ini disebabkan karena pengindraan tidak dapat dipercaya karena bersumber pada ilusi. Akal tidak mampu meyakinkan tentang alam karena akal telah diberdaya oleh subjektivitas, ketiga, sekalipun realitas dapat diketahui, tetapi ia tidak dapat diberitahukan kepada orang lain.
Pengaruh positif kaum sofis adalah menggerakkan kemauan untuk berfilsafat dan membuka peluang bagi para filsuf untuk berpikir lebih kreatif serta mengingatkan bahwa persoalan utama dalam berfilsafat bukanlah alam akan tetapi adalah manusia.2 1.3. Periode keemasan filsafat dan Ilmu Yunani
Pandangan kaum sofis tidak sejalan dengan para filsuf setelah itu, yaitu para filsuf pada masa keemasan filsafat Yunani, yang mana mereka menggabungkan filsafat alam dengan filsafat manusia, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles. Menurut mereka ada kebenaran objektif bergantung kepada manusia. Socrates membuktikan kebenaran itu dengan menggunakan metode sederhana yaitu melalui percakapan atau dialog. Oleh sebab itu, menurut Socrates pengetahuan yang paling berharga adalah pengetahuan tentanjg diri sendiri. Ia menyatakan hal itu melalui semboyannya yang tertera di Kuil Delphi yaitu “kenalilah dirimu sendiri”. Menurut Socrates esensi dari realitas berada di dalam idea.
Plato (429-347 SM) berpendapat bahwa realitas kebenaran bukan terdapat didalam idea.
akan tetapi ada di alam empiris. Sebagai contohnya, ia mengemukakan bahwa kuda yang ada di alam empiris memiliki warna yang bermacam-macam, akan tetapi kuda memiliki unsur umum yang membedakannya dengan sapi atau kambing. Unsur umum inilah yang merupakan idea dan bersifat universal.
2 K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2001), hlm. 9-11.
Selanjutnya ada Aristoteles (384-322 SM). Ia adalah murid dari Plato dan seorang filsuf yang mencari jalan keluar yang mencari jalan keluar dari berbagai persoalan besar dalam filsafat dan mempersatukannya dalam satu sistem: logika, matematika, fisika, dan metafisika.
Logika aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang dikenal dengan silogisme (dua premis dan satu kesimpulan). Pada dasarnya silogisme terdiri dari tiga proposisi:
Semua manusia akan mati ( premis major) Aristoteles adalah manusia (premis minor) Aristoteles akan mati (konklusi)
Logika Aristoteles disebut juga sebagai dengan logika deduktif yang mengukur valid atau tidaknya suatu pemikiran. Ia merupakan filsuf pertama yang membagi filsafat menjadi dua aspek, yaitu aspek teoritis dan aspek praktis. Aspek teoritis mencakup logika, metafisika, dan fisika. Aspek praktis mencakup mecakup etika, ekonomi, dan politik. Dan juga hal ini menjadi pedoman dalam mengklasifikasikan ilmu. Aristoteles dianggap bapak ilmu karena ialah yang meletakkan dasar-dasar penelitian ilmiah melalui metode ilmiah secara sistematis.
Setelah zaman Aristoteles, filsafat Yunani berakhir, akan, tetapi sifat rasionalnya masih terus digunakan selama berabad-abad setelah kematiannya. Dan kemunduran filsafat Yunani karena kemunduran politik pada saat itu, yaitu sejalan dengan terpecahnya kerajaan Macedonia menjadi kerajaan-kerajaan kecil setelah kematian Alexander the Great.3
1.4. Perkembanagan ilmu pada kejayaan Islam
Sejak awal kelahirannya, Islam memeberikan penghargaan yang sangat besar terhadap Ilmu.
Kedatangan Nabi Muhammad SAW, yang kedatangannya bersama Islam memberikan cahaya kepada masyarakat yang hidup di zaman Jahiliyah yang penuh dengan keterbelakangan memasuki ke masyarakat yang berilmu dan beradab.
Selanjutnya pada masa kejayaan islam, Khususunya pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, ilmu berkembang sangat pesat. Dalam sejarah Islam, dikenal nama- nama seperti Al-Mansur, Al-Ma’mun, dan Harun Al-Rasyid, yang memberikan perhatian besar pada perkembangan ilmu di dunia Islam. Pada tahap selanjutnya, pemerintahan Al-Ma’mun (813-833) yang berjasa mengembangkan ilmu di dunia Islam, membangun Bait al-Hikmah.
Orang yang penting dalam Bait al-Hikmah adalah Hunain yang telah berjasa menerjemahkan buku-buku karya Plato, Aristoteles, galenus, Appolonius, dan Archimedes.
3 Ibid., hlm. 11-15.
Pada zaman keemasan Islam muncul ahli-ahli dalam berbagai bidang ilmu yang menaruh besar terhadap filsafat Yunani terutama Aristoteles, yang diikuti dengan munculnya filsafat Islam periode pertama yang ditandai dengan para filsuf muslim yaitu: Al-Kindi (806-873 M), Al-Razi (865-925 M), Al- Farabi (870-950 M) dan Ibnu Sina, ahli kedokter (980-1037 M).
pada periode kedua filsafat Islam, muncul aliran Mu’tazilah (aliran rasional dalam Islam).
Selanjutnya, Al-Ghazali (1065-1111 M) yang sangat berpengaruh di dunia Islam, merasakan ketidakpuasan dengan aliran filsafat Islam Rasionalime dan beralih ke tasawuf. Dan juga ia mengarang buku yang berjudul Tahafut al-Falasifah (kerancuan para filsuf). Dan pada tahap kedua ini juga muncul ilmuan muslim yang hidup di Eropa (Spanyol), yang mana Eropa pada saat itu masih dalam zaman kegelapan. Pada masa itu, ilmuan yang terkenal di Eropa adalah Ibnu Majah (1100-1138 M) dan di eropa dikenal dengan nama Avempace, Ibnu Thufail (1185 M), Ibnu Rusyd (1126-1198 M). Ibnu Rusyd menunjukkan sikap pembelaan terhadap aliran rasionalisme dalam filsafat Islam dan kemudian menulis buku yang berkaitan dengan hal tersebut yang berjudul Tahafut al-Tahafut (kerancuan kitab).4
1.5. Perkembangan Ilmu dalam Kristen
Sampai abad ke-12 orang-orang barat belum mengenal filsafat Aristoteles secara keseluruhan.
Berkat tulisan para filsuf muslim, terutama Ibnu Rusyd, orang-orang barat mengenal Aristoteles. Para filsuf muslim, seperti al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, dan yang lainnya memiliki peranan yang sangat besar terhadap kemjuan illmu pengetahuan di Barat.
Sebagian pemikir Islam menganggap bahwa filsafat aristoteles adalah benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat. Banyak buku filsafat dan sejenisnya yang menjelaskan bahwa kemajuan peradaban Barat disebabkan oleh pemikir- pemikir muslim, akan tetapi orang Barat tidak mengakuinya dan menyebunyikan fakta-fakta yang berkaitan dengan hal tersebut. Karya-karya non-Kristiani yang tersebar di Barat yang menyebabkan masa keemasan dalam perkembanagan filsafat Kristen pada tahun 120-1300 M, yang diikuti dengan munculnya beberapa Universitas dan ordo-ordo yang menyelenggarakan pendidikan ilmu pengetahuan.
Adanya pengaruh Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, sejak abad ke-12 hingga ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas. Dan pada tahun 1200 M didirikanlah Universitas Almamater di Prancis, yang menjadi embrio berdirinya universitas di Paris, Oxford, Montpleir,
4 Aceng Rahmat, dkk, Filsafat Ilmu Lanjutan, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2015), hlm, 118-121.
Cambridge, dan lainnya. Dan juag berdiri ordo-ordo karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan menimbulkan dorongan yang kuat di abad ke-13 dan selanjutnya berpengaruh pada kehidupan kerohanian. Pada tahap selanjutnya tokoh-tokoh filsafat dan teologi Kristiani seperti Thomas Aquina (1225-12274), yang memadukan pemikiran Yunani, Arab, dan Yahudi dengan melakukan sintesis dan mengambil manfaat dari karya filsuf dan ilmuan muslim sebelumnya seperti Ibnu Sina, dan lain-lain.5
1.6. Perkembanagan Ilmu pada Zaman Renaisans
Periode Renaisans terjadi pada abad ke-15-16 adalah zaman yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang sangat berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Zaman ini ditandai dengan tantanagn terhadap keemasan dan supremasi gereja Katolik Roma. Pada zaman Renaisans manusia Barat berpikiran lebih maju dan secara perlahan melepaskan diri dari kungkungan otoritas kekuasaan Gereja yang telah membelenggu kebebasan dalam dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu. Seperti Leonardo Da Vinci, penemuan percetakan, penemuan dunia baru (1492 M) oleh Colombus yang memberikan dorongan untuk meraih kemajuan ilmu. Pada masa ini,sastra mengalami kemajuan yang pesat, yang diwakili oleh karya Shakespeare dari Inggris. Dan juga perkembangan seni dan sastra juga terjadi di Prancis dan Spanyol yang diwakili oleh Spencer, Rabelais, dan Ronsand. Selanjutnya, ada penemuan dari ahli perbintangan, seperti Copernicu dan Galileo, temuan mereka menjadi dasar bagi munculnya astronomi modern yang titik balik dari ilmu dan filsafat. Temuan kedua ahli tersebut ditentang oleh penguasa gereja karena bertentanagan dengan keyakinan gereja. Teori Heliosentris temuan Nicolas Copernicus (1473-1543), yang menyetakan bahwa bumi dan planet-planet lainnya berputar mengelilingi matahari, bertentangan dengan keyakinan gereja yang menyatakan matahari berputar mengelilingi bumi atau dikenal dengan teori geosentris.
Akibatnya penguasa gereja menghukum Copernicus yang juga merupakan seorang tokoh gereja ortodoks, dengan mengasingkannya ke suatu pulau terpencil. Demikian pula dengan Galileo, dengan menggunakan teleskop pertama hasil ciptaannya; ia dapat membuktikan teori Copernicus. Akibatnya ia mengalami hukuman oleh penguasa gereja.
Penemuan Copernicus mempunyai pengaruh besar dan luas dikalangn ilmuwan, antara lain Tyco Brahe (1527) dan Johannes Keppler (1571-1630). Dalam tahun-tahun berikutnya, Brahe berhasil mendirikan observatium yang lengkap dengan alat perbintanagan yang dilengkapi
5 Ibid., hlm, 121-123.
dengan perpustakaan dan tenaga ahli. Pada tahun 1577, ia dengan bantuan alat ciptaannya, dapat mengikuti pergerakan lintasan komet dan ia menetapkan bahwa lintasan yang diikuti komet lebih jauh dari planet Venus. Pada masa yang bersamaan dengan Kepler ditemukan Logaritma oleh Napier (1550-1617) dan Geometri oleh Desarque (1593-1662).6
1.7. Perkembangan ilmu pada Zaman Modern
Perkembangan ilmu pada zaman modern hanyalah perluasan dari perkembangan ilmu pada zaman Renaisans, misalnya temuan Brahe dan Keppler sampai saat ini masih digunakan di dalam bidang astronomi, walaupun dilakukan perbaikan seperlunya. Pada zaman modern pemikiran manusia bertambah maju dengan melakukan langkah-langkah besar, seperti penemuan mesin uap, penemuan listrik, penemuan atom, electron, televise, roket, dan penjelajahan ruang angkasa.
Pada zaman modern, Issac Newton (1643-1727) dan Leibniz (1646-1716) menemukan berbagai temuan yang berpengaruh pada perkembangan ilmu di zaman modern. Newton menemukan kalkukulus dan optika, kedua temuannya merupakan karya besar. Selanjutnya, teori gravitasi Newton menjelaskan permasalahan yang berkaitan dengan apakah matahari yang menarik bumi atau antara bumi dan matahari ada gaya yang saling Tarik. Perhitungan kalkulus, oleh newton dari Inggris dan Leibniz dari Jerman disebut dengan istilah differential integral, sangat besar manfaatnya. Tanpa kalkulus, ilmu matematika tidak dapat berkembang seperti sekarang ini.
Pada perkembangan selanjutnya, Joseph Black (1728-1799) yang melakukan yang melakukan penelitian kualitati, menemukan gas yang disebut CO2. Selanjutnya, Henry Cqvendish (1731- 1810) menemukan bahwa gas terjadi jika serbuk besi disiram dengan asam menghasilkan hawa yang dapat dinyalakan. Setelah itu, Yoseph Prestly (1733-1804) menemukan Sembilan jenis zat kimia dan oksigen antara lain dapat dihasilkan oleh tanaman. Dan masih banyak lagi temuan yang dihasilkan pada zaman modern. Dan yang terkenal juga, yaitu penemuan Albert Einsten (1879-1917), seorang ahli fisika, yang dikenal dengan teori Relativitas yang menjelaskan hubungan antara cahaya dan waktu. Berdasarkan teori Relativitas maka Einsten memahami dunia bukan berdasarkan peristiwa-peristiwa, akan tetapi, berdasarkan hubungan- hubungan yang terjadi. Temuan Einsten memberikan sumbangan yang besar terhadap angkasa
6 Ibid., hlm, 123-126.
luar, khususnya, melalui penerapan temuannya dalam pembuatan pesawat untuk menjelajah luar angkasa.7
7 Ibid., hlm, 126-129.