24
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH BERLANDASKAN SEMBOYAN MURAKATA
Didi Susanto1, Annisa Ulfah2, Muhammad Ikhwan Ridhani3, Muhammad Rizky Azmi4 SDN 2 Haruyan Seberang Kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Submitted: 14 Nov 2023 Accepted: 29 Dec 2023 Published: 31 Jan 2024
--- --- ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji peran kepemimpinan Kepala Sekolah yang didasarkan pada semboyan Murakata dalam konteks pendidikan. Semboyan Murakata sebagai landasan kepemimpinan memberikan dasar filosofis yang memandu tindakan kepala sekolah dalam mengelola sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi implementasi dan dampak kepemimpinan Kepala Sekolah yang mengintegrasikan nilai- nilai Murakata dalam pengambilan keputusan dan interaksi di lingkungan sekolah. Metode penelitian yang digunakan melibatkan studi literatur dan analisis kontekstual, dengan fokus pada prinsip-prinsip Murakata yang diaplikasikan dalam kebijakan dan praktik kepemimpinan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang bagaimana kepemimpinan Kepala Sekolah yang berlandaskan semboyan Murakata dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan iklim sekolah secara keseluruhan. Studi ini dapat menjadi sumbangan penting dalam pengembangan teori dan praktik kepemimpinan pendidikan berbasis nilai.
Kata Kunci: Kepemimpinan Kepala Sekolah, Semboyan Murakata, Implementasi Pendidikan --- ---
ABSTRACT
The study examines the role of school principals' leadership based on the Murakata motto in the educational context. The Murakata motto, as the foundation of leadership, provides a philosophical basis guiding the actions of school principals in managing schools. This research aims to explore the implementation and impact of school principals' leadership that integrates Murakata values in decision- making and interactions within the school environment. The research methodology involves literature review and contextual analysis, focusing on the Murakata principles applied in leadership policies and practices. The findings of this research are expected to provide insights into how school leadership based on the Murakata motto can enhance the quality of education and the overall school climate. This study may contribute significantly to the development of theory and practice in value-based educational leadership.
Keywords: School Leadership, Murakata Motto, Educational Implementation
25 PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Sejak zaman prasejarah, manusia telah mengenal dan mengakui kebutuhan akan pemimpin dalam berbagai bentuk organisasi. Kepemimpinan tidak hanya menjadi inti dari kemajuan sosial, politik, dan ekonomi, tetapi juga merupakan faktor penentu dalam keberhasilan atau kegagalan suatu kelompok, hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Budiman et al, (2022, 87)
Perkembangan konsep kepemimpinan telah mengalami evolusi sepanjang sejarah, mencerminkan perubahan nilai, tuntutan masyarakat, dan dinamika organisasi. Dari model kepemimpinan otoriter yang dominan pada zaman kekaisaran hingga model kepemimpinan transformasional yang ditekankan pada pengembangan individu dan pencapaian tujuan bersama, setiap periode waktu membentuk persepsi dan ekspektasi terhadap peran seorang pemimpin.
Dalam era globalisasi dan kompleksitas yang semakin meningkat, kepemimpinan memiliki peran yang semakin penting dalam membimbing organisasi melewati tantangan yang muncul.
Pemimpin modern dihadapkan pada tekanan untuk tidak hanya mencapai hasil yang tanggung jawabnya, tetapi juga untuk membangun budaya organisasi yang inklusif, inovatif, dan berkelanjutan.
Menurut Meilani et al, (2022;4374) disebutkan bahwa Kepemimpinan tidak lagi hanya dilihat sebagai atribut individu, tetapi juga sebagai kemampuan untuk memotivasi, menginspirasi, dan membimbing anggota tim atau organisasi menuju visi bersama. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip kepemimpinan yang efektif dan adaptif menjadi esensial bagi mereka yang memegang peran kepemimpinan di berbagai sektor.
Mansir, (2021;150), menyebutkan bahwa melalui eksplorasi makalah ini, kita akan menjelajahi konsep-konsep utama kepemimpinan, memeriksa dampak kepemimpinan terhadap budaya organisasi, serta mengeksplorasi perkembangan terbaru dalam literatur kepemimpinan. Dengan demikian, makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan yang mendalam tentang peran dan signifikansi kepemimpinan dalam konteks yang terus berubah ini.
PEMBAHASAN
1. Semoboyan Murakata Mufakat
Mufakat adalah suatu bentuk kesepakatan atau persetujuan yang dicapai melalui musyawarah
dan diskusi bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Konsep mufakat mencerminkan ide bahwa keputusan atau kesepakatan yang dihasilkan berasal dari kesetaraan, saling pengertian, dan penerimaan bersama. Mufakat memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari ranah politik hingga kehidupan sehari-hari.
Pada tingkat politik, mufakat seringkali dianggap sebagai dasar dari sistem demokrasi.
Dalam konteks ini, mufakat menciptakan ruang untuk menyatukan berbagai pandangan dan kepentingan dari beragam kelompok dalam masyarakat. Proses mufakat ini diwujudkan melalui musyawarah dan diskusi terbuka, di mana setiap pihak memiliki hak untuk menyampaikan pendapatnya. Keputusan yang diambil kemudian merupakan hasil dari kompromi atau titik temu yang dapat diterima oleh semua pihak.
Dalam kehidupan sehari-hari, mufakat seringkali menjadi landasan dalam hubungan antarindividu atau kelompok. Ketika terdapat perbedaan pendapat atau kepentingan, upaya mencapai mufakat dapat menghindarkan konflik dan menciptakan suasana kerjasama yang harmonis. Mufakat juga mencerminkan nilai-nilai seperti saling menghargai, mendengarkan dengan baik, dan bersedia untuk mencari solusi yang dapat diterima oleh semua pihak.
Proses mufakat tidak selalu mudah, dan kadang-kadang melibatkan negosiasi intensif untuk mencapai titik kesepakatan. Namun, hasil dari mufakat umumnya dianggap lebih berkelanjutan dan dapat diterima oleh banyak pihak, karena melibatkan partisipasi aktif dan pemahaman bersama.
Dengan demikian, mufakat bukan hanya sekadar pencapaian kesepakatan formal, tetapi juga mencerminkan semangat kerjasama, keadilan, dan kebersamaan dalam proses pengambilan keputusan.
Mufakat menjadi landasan penting untuk membangun hubungan yang harmonis, baik dalam skala individu, kelompok, maupun masyarakat luas.
Rakat
Masyarakat Banjar mengenal kata “Rakat”
yang berarti Akrab. Akrab adalah istilah yang menggambarkan tingkat keakraban atau kedekatan antara individu atau kelompok. Ketika seseorang atau sekelompok orang merasa akrab satu sama lain, itu mencerminkan hubungan yang hangat, dekat, dan erat. Kedekatan ini dapat muncul karena sejarah bersama, interaksi yang berulang, atau kesamaan nilai dan minat.
Dalam hubungan interpersonal, tingkat kedekatan akrab sering diukur oleh tingkat
26 kenyamanan, kepercayaan, dan pemahaman antara individu. Orang yang akrab satu sama lain mungkin merasa bebas untuk berbicara secara terbuka, berbagi cerita, dan saling mendukung. Akrab juga menciptakan suasana yang nyaman dan hangat di mana individu merasa diterima dan dihargai.
Keakraban, di sisi lain, adalah konsep yang lebih luas yang merujuk pada kondisi atau suasana yang menciptakan hubungan yang akrab.
Keakraban dapat terjadi dalam berbagai konteks, termasuk keluarga, teman-teman, tempat kerja, atau komunitas. Ini melibatkan proses saling mengenal, saling memahami, dan membangun koneksi emosional.
Keakraban di antara individu atau dalam suatu kelompok dapat menghasilkan manfaat positif, seperti dukungan sosial, perasaan keamanan, dan perasaan keterlibatan. Keakraban juga dapat menjadi dasar untuk kerjasama yang lebih baik dan pencapaian tujuan bersama.
Dalam situasi kelompok, keakraban dapat memperkuat ikatan antaranggota dan menciptakan atmosfer yang menyenangkan. Pada tingkat yang lebih luas, keakraban dalam suatu masyarakat dapat menciptakan rasa solidaritas dan kebersamaan.
Baik "akrab" maupun "keakraban"
menciptakan fondasi yang kuat untuk hubungan manusia yang sehat dan membangun, memperkaya pengalaman hidup, dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu dan kelompok.
Seiya Sekata
Dalam bahasa Banjar istilah seiya sekata bermakna sepakat. Sepakat adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan adanya persetujuan atau kesepakatan antara dua pihak atau lebih.
Ketika orang atau kelompok sepakat, itu berarti mereka telah mencapai kesepakatan bersama mengenai suatu hal atau keputusan tertentu.
Proses sepakat melibatkan diskusi, negosiasi, atau musyawarah antara pihak-pihak yang terlibat. Ini seringkali mencerminkan adanya kompromi atau kesepakatan saling menguntungkan agar semua pihak merasa puas. Keberhasilan sepakat menciptakan dasar untuk kerjasama yang efektif dan hubungan yang harmonis.
Beberapa contoh situasi di mana sepakat sering terjadi meliputi:
1. Diskusi Tim: Anggota tim yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama seringkali harus mencapai kesepakatan mengenai strategi, alokasi tugas, atau pendekatan lainnya.
2. Hubungan Pribadi: Dalam konteks hubungan pribadi, sepakat dapat berkaitan dengan keputusan bersama mengenai masalah-masalah seperti rencana masa depan, keuangan, atau pemilihan tempat untuk liburan.
3. Keputusan Organisasi: Pada tingkat organisasi, proses pengambilan keputusan yang melibatkan berbagai departemen atau tingkatan manajemen sering memerlukan kesepakatan untuk memastikan konsistensi dan dukungan bersama.
4. Musyawarah dalam Masyarakat: Dalam konteks masyarakat, sepakat sering terlihat dalam proses musyawarah atau pembahasan di tingkat lokal atau nasional mengenai kebijakan, peraturan, atau isu-isu penting.
5. Persetujuan Hukum: Dalam konteks hukum, pihak yang terlibat dalam suatu perselisihan sering diharapkan untuk mencapai kesepakatan sebagai alternatif dari proses peradilan.
Sepakat bukan hanya tentang mencapai titik temu, tetapi juga menciptakan keterlibatan aktif dan penerimaan bersama terhadap keputusan atau peraturan. Ini membantu membangun kepercayaan, mengurangi konflik, dan mendukung implementasi rencana atau kebijakan dengan lebih efektif.
2. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan kepala sekolah adalah kepemimpinan yang fokus pada pengembangan kurikulum dan pembelajaran, pengembangan staf, supervisi pembelajaran, program pembelajaran, evaluasi program guru dan siswa, penelitian tindakan, penyiapan sumber daya organisasi, dan peningkatan mutu hasil dan proses pembelajaran secara terus menerus.
Menurut Sonedi et al., (2018;13) definisi kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan berkaitan dengan proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi aktivitas dan hubungan di dalam kelompok atau organisasi.
Menurut Muslim et al., (2020;149) Kepemimpinan adalah perilaku individu yang mengarahkan aktivitas kelompok untuk mencapai sasaran bersama. Sedangkan menurut Rukmana, (2018:81) Kepemimpinan sebagai kepribadian dan biografi yang merupakan pendekatan paling awal untuk memahami kepemimpinan.
Sedangkan kepemimpinan kepala sekolah adalah kepemimpinan yang fokus pada
27 pembelajaran dan perilaku guru dalam mengajar siswa. Pengaruh pemimpin ditargetkan pada hasil belajar siswa melalui guru. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan upaya kepala sekolah mempengaruhi atau menggerakkan staf, guru, siswa, orang tua siswa, komunitas dan stakeholders sekolah menuju pencapaian tujuan atau visi sekolah. Definisi ini berlandaskan pada esensi kepemimpinan yang disepakati oleh banyak ahli sebagai proses mempengaruhi.
ungkapan dari Santiari et al., (2020:2) bahwa kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu fungsi penting manajemen sekolah. Rencana pengembangan sekolah berikut sistem yang dibangun untuk memfasilitasi implementasinya dapat berjalan hanya jika seluruh warga sekolah memiliki pemahaman dan kesatuan pandangan atas visi dan misi sekolah, serta kemauan, dan kemampuan untuk merealisasikannya. Dengan kata lain, kepala sekolah dituntut mampu menjadi pemimpin disamping juga seorang manajer. Kepala sekolah sebagai pemimpin mengonstruksi budaya- budaya yang mempromosikan pertumbuhan atau pengembangan manajemen perubahan yang efektif.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan kepala sekolah adalah kepemimpinan yang fokus pada peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran melalui guru.
Kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa secara tidak langsung.
3. Cara Membangun Kepemimpinan Kepala Sekolah Berlandaskan Semboyan Murakata
Tujuan kepemimpinan kepala sekolah adalah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa. Mutu proses pembelajaran tidak terlepas dari campur tangan pengajar dengan berlandaskan semboyan Murakata.
Nilai mufakat merupakan prinsip fundamental dalam kepemimpinan kepala sekolah yang efektif. Mufakat mengacu pada kesepakatan atau persetujuan bersama antara pemimpin dan anggota komunitas sekolah dalam mengambil keputusan atau mencapai tujuan bersama. Dalam konteks kepemimpinan kepala sekolah, nilai mufakat memiliki peran penting dalam membangun kerjasama, keterlibatan, dan kepuasan anggota komunitas sekolah.
Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai nilai mufakat dalam kepemimpinan kepala sekolah:
1. Partisipasi dan Keterlibatan
Nilai mufakat mendorong partisipasi aktif dari semua anggota komunitas sekolah.
Kepala sekolah yang mempraktikkan nilai mufakat akan melibatkan guru, staf, siswa, dan orang tua dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab bersama terhadap keberhasilan sekolah.
2. Penciptaan Lingkungan Inklusif
Mufakat memperkuat budaya inklusif di sekolah. Kepala sekolah yang memprioritaskan nilai mufakat menghargai dan menghormati keragaman pandangan, pengalaman, dan ide-ide yang dimiliki oleh anggota komunitas sekolah. Dengan demikian, tercipta lingkungan yang mendukung kolaborasi tanpa adanya dominasi atau diskriminasi.
3. Pemecahan Masalah Bersama
Nilai mufakat memberikan landasan untuk memecahkan masalah secara bersama- sama. Kepala sekolah dapat mengajak anggota komunitas sekolah untuk berdiskusi dan mencari solusi yang dapat diterima bersama. Proses ini dapat menciptakan keputusan yang lebih baik karena melibatkan berbagai perspektif dan pengalaman.
4. Pembentukan Visi Bersama
Kepala sekolah yang mempraktikkan nilai mufakat akan berusaha untuk membangun visi bersama dengan melibatkan seluruh komunitas sekolah dalam proses perencanaan strategis. Hal ini memastikan bahwa visi dan tujuan sekolah mencerminkan aspirasi dan harapan semua anggota komunitas.
5. Kepercayaan dan Kepuasan Anggota Komunitas
Mufakat berkontribusi pada pembangunan kepercayaan antara kepala sekolah dan anggota komunitas sekolah. Ketika keputusan diambil melalui proses konsultasi dan mufakat, anggota komunitas merasa dihargai dan memiliki kepercayaan lebih terhadap kepemimpinan sekolah. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas terhadap kepala sekolah.
6. Pengelolaan Konflik
Mufakat dapat menjadi alat efektif dalam mengelola konflik. Dengan membuka jalur komunikasi terbuka dan memfasilitasi dialog, kepala sekolah dapat membantu anggota komunitas sekolah untuk menyelesaikan perbedaan pendapat atau konflik secara konstruktif.
28 Dalam keseluruhan, nilai mufakat pada kepemimpinan kepala sekolah menciptakan fondasi yang kuat untuk hubungan yang positif dan produktif di antara semua anggota komunitas sekolah. Penerapan nilai ini dapat membawa dampak positif terhadap prestasi akademis, iklim sekolah, dan pengembangan karakter siswa.
PENUTUP Kesimpulan
Kepemimpinan memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas pendidikan di sekolah.
Kepala sekolah bukan hanya sebagai administrator, tetapi juga sebagai pemimpin yang visioner, inspiratif, dan berorientasi pada pengembangan komunitas pendidikan.
Kepala sekolah yang efektif mampu menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif, mendukung, dan inovatif. Mereka mampu memotivasi staf, guru, dan siswa untuk mencapai potensi maksimal mereka. Kepemimpinan transformasional, di mana kepala sekolah mendorong perubahan positif dan memotivasi orang lain untuk melibatkan diri, terbukti menjadi model yang efektif dalam mencapai tujuan pendidikan.
Pentingnya kepemimpinan kepala sekolah tidak hanya terlihat dalam aspek akademis, tetapi juga dalam pembentukan karakter siswa dan kesejahteraan masyarakat sekolah. Kepala sekolah berperan sebagai agen perubahan yang memandu sekolah melalui tantangan dan peluang dalam dunia pendidikan yang dinamis.
Untuk mencapai kepemimpinan yang berhasil, kepala sekolah perlu terus mengembangkan keterampilan kepemimpinan mereka, beradaptasi dengan perubahan, dan membangun kemitraan yang kuat dengan staf, orangtua, dan pihak-pihak terkait. Pendidikan yang berkualitas membutuhkan kepemimpinan yang visioner, kolaboratif, dan berpusat pada pembelajaran.
Dengan demikian, investasi dalam pengembangan kepemimpinan kepala sekolah bukan hanya investasi dalam kemajuan sekolah, tetapi juga dalam masa depan pendidikan yang lebih baik, yang mempersiapkan generasi penerus untuk menghadapi tantangan global dengan kepercayaan diri dan keterampilan yang diperlukan.
Saran
Agar kepala sekolah terus mendorong dan mengambil bagian aktif dalam program pelatihan dan pengembangan profesional. Ini tidak hanya
dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan mereka tetapi juga memberikan dampak positif pada keunggulan sekolah.
kearifan lokal Murakata dapat diteliti lebih dalam agar kebermanfaatannya dapat tersebar lebih luas. pemahaman terhadap budaya Murakata juga dapat lebih mendalam dan dapat diterapkan dalam berbagai sisi kehidupan masyarakat, baik kepala sekolah, guru, insan pendidikan lain maupun khlayalak umum.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, A., Sudarno, S., & Putra, A. A. M. S.
(2022). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mewujudkan Sekolah Adiwiyata Nasional (Studi Kasus di SD Negeri 18 Pekanbaru). Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 8(1), 87-100.
Mansir, F. (2021). Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mewujudkan Pendidikan Humanis. TADBIR MUWAHHID, 5(2), 149-166.
Meilani, H., Lubis, M. J., & Darwin, D. (2022).
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di dalam Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jurnal Basicedu, 6(3), 4374-4381.
Muslim, B., Harapan, E., & Kesumawati, N. (2020).
Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Negeri 1 Indralaya Selatan. Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial dan Sains, 9(1), 149-158.
Rukmana, A. (2018). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru. Coopetition: Jurnal Ilmiah Manajemen, 9(1), 81-98.
Santiari, L.P., Sunu, I. G. K. A., & Dantes, K. R.
(2020). Kontribusi kepemimpinan kepala sekolah, iklim kerja, dan motivasi kerja terhadap kinerja guru. Jurnal Administrasi Pendidikan Indonesia, 11(1), 1-10.
Sonedi, S., Sholihah, T., & Dihasbi, D. (2018).
Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru: The role of principal leadership in improving teacher performance. Anterior Jurnal, 18(1), 13-22.