Pertemuan 7 Pengantar Studi Islam AGAMA :
FAKTA DAN KEAGAMAAN
PENGERTIAN AGAMA
Agama dari segi bahasa antara lain menurut Harun Nasution, dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama, dikenal pula kata din dari bahasa Arab dan kata religi dalam bahasa Eropa. Menurutnya, agama berasal dari kata Sansekreta, demikian Harun Nasution mengatakan, kata itu tersusun dari dua kata, a = tidak dan gam = pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi secara turun-temurun. Hal demikian menunjukkan pada salah satu sifat agama, yaitu diwarisi secara turun temurun dari generasi ke generasi lainnya.
Menurut istilah agama adalah kepercayaan akan adanya Tuhan yang menurunkan wahyu kepada para nabi-Nya untuk umat manusia demi kebahagiaannya di dunia dan akhirat.
Agama memiliki tiga bagian yang tidak terpisah, yaitu akidah (kepercayaan hati), syari’at (perintah-perintah dan larangan Tuhan) dan akhlak (konsep untuk meningkatkan sisi rohani manusia untuk dekat kepada-Nya).
Meskipun demikian, tidak bisa kita pungkiri bahwa asas terpenting dari sebuah agama adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang harus disembah.
Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya.
Latar Belakang Perlunya Manusia Terhadap Agama 1. Fitrah Manusia
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan bahwa agama adalah kebutuhan fitrah manusia. Firman Allah Swt dalam QS.Ar-Rum:30,
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia
Karena disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan.
3. Tantangan Manusia
Karena manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan. Sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari Tuhan.
Urgensi Agama Dalam Hidup Manusia
Manusia sejak ada di atas bumi ini dengan diturunkannya Adam dan Hawa, Ibu manusia, dari surga negeri
keselamatan, membutuhkan hukum-hukum yang bisa menyeimbangkan keimanannya, mengatur perilakunya, membatasi kecenderungannya dan mengantarkan kepada kesempurnaan yang diciptakan dan disediakan untuknya pada kedua kehidupannya.
1. kehidupan yang dilalui manusia di atas bumii,
2. kehidupan yang terjadi pada alam yang lain dari bumi yang rendah ini, yaitu alam kesucian dan kebersihan pada kerajaan tertinggi, sebagaimana diberitakan oleh Allah melalui kitab-kitab-Nya yang Dia turunkan kepada para Rasul-Nya.
Pengertian Fakta Agama dan Keagamaan :
ada perbedaan yang cukup signifikan antara agama dan keagamaan:
- Agama merupakan nilai-nilai ajaran atau tuntunan pokok yang perlu dipatuhi dan diterapkan oleh penganutnya. Ajaran tersebut tidak lain dalam rangka terciptanya kemaslahatan dan kesejahteraan si penganut, baik secara individual maupun sosial, baik di dunia atau akhirat kelak.
- Sedang keagamaan lebih identik pada amaliah atau praktek dari para penganut agama. Biasanya lahir dari kebaikan pemahaman penganut terhadap nilai-nilai ajaran sebuah agama.
Islam sebagai agama penyempurna memiliki nilai-nilai ajaran yang teramat mulia.
Agama ini datang untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Hadir untuk merahmati seluruh umat manusia. Tidak eksklusif untuk kaum muslim saja.
Atau juga disebut Fakta Agama : Keadaan real atau realitas/kenyataan agama.
Sedangkan keagamaan disebutkan Fenomena Agama : gejala universal manusia beragama.
Agama sebagai gejala Sosial - Budaya
Ada 5 bentuk gejala agama :
1. Scripture atau naskah-naskah atau sumber ajaran/simbol- simbol agama.
2. Para penganut, pemimpin, pemuka agama; yakni sikap, perilaku dan penghayatan para penganutnya.
3. Ritus-ritus, lembaga-lenbaga, dan ibadat-ibadat, sprt shalat, haji, puasa, perkawinan dll.
4. Alat-alat sprt, masjid, gereja, lonceng, songkok dll.
5. Organisasi-organisasi keagamaan tempat para penganut
agama berkumpul dan berperan, spt NU, Muhammadiyah,
Persis Gereja jawi Wetan, syi’ah, Gereja Katolik dll.
Fenomena Agama adalah fenomena universal manusia.
1. Tidak ada masyarakat yang tidak memiliki konsep tentang agama.
2. Peristiwa perubahan sosial telah mengubah orientasi dan makna agama, tapi tidak berhasil meniadakan eksistensi agama dalam
masyarakat.
Agama adalah suatu fenomena abadi di sisi lain juga memberikan gambaran bahwa keberadaan agama tidak lepas dari pengaruh realitas di sekelilingnya.
Perkembangan agama dalam sebuah
masyarakat baik dalam wacana dan
praktis sosialnya menunjukkan adanya
unsur konstruksi manusia.
TIPOLOGIS BERAGAMA MANUSIA
1. Eksklusivisme adalah sikap yg melahirkan pandangan ajaran agama yang paling benar hanyalah agama yang dipeluknya, sedangkan agama lain sesat dan harus dikikis dan penganutnya harus dikonversi karena terkutuk dalam pandangan Tuhan.
Menurut Nurcholis Madjid, sikap ini melihat agama lain bukan agamanya, “ agama sendirilah yg paling benar, yang lain salah “.
Pandangan eksklusivisme ini merupakan pandangan yang
sangat dominan yang dimiliki oleh setiap umat beragama
dari zaman ke zaman hingga saat ini.
2. Inklusivisme adalah pandangan bahwa diluar agama yang kita anut juga terdapat kebenaran, meskipun tidak seutuh atau sesempurna agama yang dianutnya.
Menurut Nurcholis Madjid, sikap inklusif adalah memandang bahwa agama-agama lain adalah bentuk implisit agama kita.
Pandangan inklusivisme ini membawa
pengaruh besar terhadap sikap toleransi.
3. Pluralisme atau Paralelisme adalah pandangan setiap agama mempunyai jalan keselamatan sendiri.
Budhy Munawar Rachman menyebutkan istilah pluralisme dan paralelisme sebagai sikap yang bisa terekspresikan dalam macam-macam rumusan:
a. Agama-agama lain adalah jalan yang sama-sama sah untuk mencapai kebenaran yang sama.
b. Agama-agama lain berbicara secara berbeda, tetapi merupakan kebenaran-kebenaran yang sama sah.
c. Setiap agama mengekspresikan bagian penting sebuah kebenaran.
Komarudin Hidayat berpendapat bahwa sikap pluralisme lebih moderat dari sikap inklusivisme, apalagi eksklusivisme. Secara teologis pluralitas agama dipandang sebagai suatu realitas niscaya yang masing-masing berdiri sejajar (paralel).
Ada juga yang menganggap Islam pluralis merupakan pengembangan secara lebih liberal dari Islam inklusif.