• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Investigasi Epidemiologi KLB Keracunan Pangan di Kelurahan Bangkal

N/A
N/A
NURUL

Academic year: 2024

Membagikan "Laporan Investigasi Epidemiologi KLB Keracunan Pangan di Kelurahan Bangkal"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB

KERACUNAN PANGAN – KELURAHAN BANGKAL

NURUL AWLIYA, SKM, M.Kes. – EPIDEMIOLOGI KESEHATAN AHLI MADYA

(2)

1

LAPORAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB KERACUNAN PANGAN UBI GADUNG DI KELURAHAN BANGKAL, KECAMATAN CEMPAKA

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Penyakit yang disebabkan oleh pangan masih merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di Indonesia. Pangan merupakan jalur utama penyebaran patogen dan toksin yang diproduksi oleh mikroba patogen. Pangan juga dapat menimbulkan masalah serius jika mengandung racun akibat cemaran kimia, bahan berbahaya maupun racun alami yang terkandung dalam pangan, yang sebagian diantaranya menimbulkan KLB keracunan pangan.

Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan adalah suatu kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang sama atau hampir sama setelah mengkonsumsi pangan, dan berdasarkan analisis epidemiologi, pangan tersebut terbukti sebagai sumber penularan. KLB keracunan pangan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di perkotaan, pemukiman dan perindustrian.

Keracunan pangan secara umum disebabkan oleh bahan kimia beracun (tanaman, hewan, metabolit mikroba) kontaminasi kimia, mikroba patogen dan non bakteri (parasit, ganggang, jamur, virus, spongiform enchaphalopathies).

KLB penyakit akibat makanan dikenali dengan munculnya sejumlah penderita yang biasanya terjadi dalam waktu yang singkat dengan periode waktu yang sangat bervariasi (beberapa jam sampai dengan beberapa minggu) setelah mengkonsumsi sesuatu makanan, pada umumnya terjadi pada orang yang mengkonsumsi makanan bersama- sama. Ketepatan dan kecepatan dalam penanganan terhadap penderita dan kecepatan dalam melakukan pemeriksaan laboratorium merupakan hal yang paling penting untuk mendapatkan kepastian penyebab terjadinya keracunan tersebut (Chin, 2000).

Gejala dan tanda-tanda klinik keracunan pangan bervariasi tergantung pada jenis etiologinya. Secara umum gejala keracunan pangan dapat digolongkan kedalam 6 kelompok, yaitu :

(3)

2

1. Gejala utama yang terjadi pertama-tama pada saluran gastrointestinal atas (mual, muntah).

2. Gejala sakit tenggorokan dan pernafasan.

3. Gejala utama terjadi pada saluran gastrointestinal bawah (kejang perut, diare).

4. Gejala neurologik (gangguan penglihatan, perasaam melayang, paralisis).

5. Gejala infeksi umum (demam, menggigil, rasa tidak enak, letih, pembengkakan kelenjar limfe).

6. Gejala alergik (wajah memerah, dan gatal-gatal)

Untuk mengidentifikasi etiologi KLB keracunan pangan dapat dilakukan dengan mermeriksa spesimen tinja, air kencing, darah atau jaringan tubuh lainnya, pemeriksaan muntahan serta pemeriksaan sumber makanan yang dimakan. Dengan memperhatikan gejala dan didukung dengan hasil pemeriksaan laboratorium ini dapat diketahui penyebab KLB keracunan pangan.

Pada hari Senin, 14 Agustus 2023 pukul 21.32 Wita didapatkan laporan dari Puskesmas Cempaka bahwa telah terjadi kasus keracunan makanan pada pekerja sawmill karena mengkonsumsi Ubi Gadung, dari 5 orang yang bergejala sedang dan berat yang dibawa ke UGD Puskesmas, 1 orang meninggal dunia.

Atas informasi tersebut, Tim dari Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru (Kesling, Epidkes) Bersama Tim Puskesmas Cempaka mendatangi lokasi sawmill, pada pukul 21.50 Wita dimaksud untuk melakukan verifikasi sekaligus melakukan penyelidikan epidemiologi.

Pada Senin, 14 Agustus 2023 pukul 14.30 Wita, pekerja sawmill (5 orang) merebus Ubi Gadung yang ditemukan dikebun sekitar sawmill dengan singkong dalam 1 panci, dan dimakan oleh 5 orang pekerja tersebut.

Pukul 15.00 Wita, mereka ber-5 mulai merasakan mual, muntah, pusing, nyeri perut, beberapa diberi minum susu beruang dan tingkat keparahan berkurang, namun masih muntah, sehingga pada pukul 15.30 Wita korban dibawa ke UGD Puskesmas Rawat Inap Cempaka, dari 5 orang tersebut kondisi tingkat keparahan berbeda-beda. Satu orang kondisi lebih parah dari yang lainnya. pemeriksaan saturasi oksigen masih normal (90%) dan masih bisa menjelaskan kronologis kejadian walau dengan kondisi seperti orang mabuk, yang bersangkutan diberikan IVFD RL, Ondancentron.

(4)

3

Pukul 16.00 Wita, korban yang kondisinya paling parah tersebut mengalami penurunan kesadaran secara tiba-tiba, dilakukan resusitasi serta upaya lainnya, namun saturasi oksigen turun sampai pada posisi 10% dan tidak bisa tertolong lagi, yang bersangkutan dinyatakan meninggal pukul 16.15 Wita. Sedang 4 pekerja lainnya kondisinya membaik dan dalam pengawasan petugas puskesmas.

Sisa ubi gadung, singkong dan wadah merebus serta muntahan dari korban telah di amankan oleh Tim INAFIS Polres Kota Banjarbaru. Dan pada Selasa, 15 Agustus 2023 pukul 08.30 Wita, sisa bahan pangan terduga penyebab dikirimkan ke BBTKLPP untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk racun/ toksisitasnya. Selain itu, Sebagian sisa bahan pangan tersebut juga diperiksa oleh BPOM Propinsi Kalimantan Selatan.

Dari informasi sementara maka tim menetapkan bahwa kemungkinan telah terjadi KLB Keracunan Pangan. Penyelidikan Epidemiologi dilakukan untuk mengetahui deskripsi dan penyebab KLB keracunan makanan pada pekerja sawmill tersebut yang mengakibatkan kematian 1 orang, termasuk factor risiko yang mempengaruhi terjadinya KLB. Penyelidikan epidemiologi dilakukan juga bersama-sama tim BBTKLPP Banjarbaru dan BPOM Propinsi Kalimantan Selatan.

2. Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui besarnya masalah keracunan makanan dan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap Kejadian Luar Biasa , sehingga dapat dirumuskan saran untuk menghindari kejadian serupa.

b. Tujuan Khusus

1) Memastikan diagnosis

2) Menetapkan kepastian adanya KLB

3) Mengidentifikasi makanan/minuman yang diduga menjadi penyebab KLB.

4) Mengetahui karakteristik penderita kasus korban keracunan menurut orang (person), tempat (place) dan waktu (time)

5) Mengetahui penyebab keracunan (causative agent) dan sumber dari penyebab (reservoir).

(5)

4

6) Menentukan faktor-faktor yang mendukung terjadinya keracunan makanan (contributing factors)

7) Mengetahui Attack Rate dan Case Fatality Rate

8) Menetapkan saran untuk mencegah terjadinya peristiwa serupa dikemudian hari.

B. Metode

Metode yang digunakan adalah Epidemiologi Deskriptif dengan desain case control study. Tekhnik pengumpulan data dengan wawancara dan observasi menggunakan kuesioner.

Definsi operasional kasus KLB keracunan pangan ini adalah pekerja sawmill di Kelurahan Bangkal, Kecamatan Cempaka yang mengkonsumsi Ubi Gadung pada siang hari Senin, 14 Agustus 2023 pukul 14.30 Wita.

C. Penetapan Etiologi

1. Wawancara dan pemeriksaan fisik

Pada saat berada dilapangan, dilakukan wawancara dan pemeriksaan pada penderita (4 orang), dan pekerja lainnya yang berada di lokasi saat kejadian tapi tidak ikut memakan, untuk memperkirakan gejala dan tanda penyakit yang paling menonjol di antara penderita sehingga bisa ditetapkan diagnosis awal.

Dari hasil wawancara pada 4 orang yang mengkonsumsi ubi gadung dan singkong tersebut, semua menderita gejala dan satu orang yang meninggal tersebut mengalami gejala yang sangat berat. Gejala didapat setelah kurang lebih 30 menit setelah mengkonsumsi ubi gadung dan singkong tersebut.

Hasil investigasi pada penderita dan saksi mata didapatkan informasi bahwa : a. Ubi Gadung di ambil dikebun sekitaran yang memang banyak ditemukan.

b. Singkong juga diambil dikebun.

c. Ubi dan singkong dibersihkan dan direbus dalam 1 panci pada pukul 14.30 wita.

d. Gejala mulai timbul kurang lebih 15 sd 30 menit setelah memakannya, dan bervariasi tingkat keparahannya, semakin banyak memakan ubi gadung semakin berat gejalanya (pukul 15.00 Wita).

(6)

5

e. Sebelum dibawa ke UGD, penderita diberikan minum susu beruang untuk menetralisir racun, dari 5 orang yang bergejala tersebut satu orang kondisinya bergejala berat sampai tidak bisa lagi memasukkan minuman susu beruang tersebut.

f. Kelima penderita dibawa ke UGD Puskesmas Rawat Inap Cempaka pukul 16.00 Wita dengan kondisi sedang dan berat.

g. Pukul 16.30 Wita penderita bergejala berat dinyatakan meninggal dunia.

Tabel 1. Proporsi Berdasarkan Kondisi (N=5)

Status Kondisi

Jumlah AR (%) CFR Sehat Sakit Meninggal (%)

Makan 0 4 1 5 100 20

Tidak makan 0 0 0 0 0.00 0

Jumlah 0 4 1 5 100 20

Tabel 2. Proporsi Kesakitan Berdasarkan Jenis Kelamin (N=5)

Jenis Kelamin Kasus Meninggal AR (%) CFR (%)

Laki Laki 5 1 100 20

Perempuan 0 0 100 20

Tabel 3 . Proporsi Jenis Makanan Pada Kotakan Yang Dikonsumsi (N = 5) No Jenis Makanan Tdk makan

apa-apa

Tidak makan

Makan %

1 Ubi Gadung 0 0 5 100

2 Singkong 0 0 5 100

3 Semangka 0 0 3 60

(7)

6

Berdasarkan data tersebut, dugaan secara etiologi keracunan berdasarkan wawancara tersebut adalah : Sianida dengan masa timbul gejala 1 – 15 menit.

2. Distribusi gejala-tanda kasus-kasus yang dicurigai

Definisi kasus sementara adalah : semua penderita yang mengalami gejala sakit kepala, pusing, muntah, mata tidak focus, pupil mata melebar disertai mencret dan sesak nafas pada tanggal 14 Agustus 2023 setelah memakan ubi gadung, singkong dan semangka yang direbus saat jam istirahat sawmill di Kelurahan Bangkal, Cempaka.

Tabel 4 . Distribusi Gejala dari Kasus Keracunan Makanan (N=5)

No Gejala Jumlah Kasus %

1 Sakit kepala 5 100

2 Pusing 5 100

3 Muntah 5 100

4 Mata tidak focus 5 100

5 Pupil mata melebar 5 100

6 Mencret 3 60

7 Sesak Nafas 1 20

Dugaan etiologi keracunan berdasarkan distribusi gejala tersebut adalah : keracunan Sianida dengan masa timbul gejala 1 – 15 menit.

(8)

7 3. Kurva epidemic

a. Kurva epidemic KLB keracunan pangan sampai dengan saat penyelidikan KLB :

Gambar 1. Kurva Epidemic KLB Keracunan Pangan di Kelurahan Bangkal, Kec.

Cempaka, 14 Agustus 2023

b. Periode KLB :

Tanggal dan jam mulai KLB : 14 Agustus 2023, pukul 15.00 wita, periode KLB terjadi + 15 menit

Tanggal dan jam akhir KLB : 14 Januari 2023, pukul 15.00

c. Penegakan diagnosis berdasarkan hubungan antara masa inkubasi, etiologi diagnosis banding dan periode KLB maka diagnosisnya adalah :

Tabel 5 . Diagnosis Banding KLB

No Nama Penyakit

Masa Inkubasi (menit)

Periode KLB

Disingkirkan sebagai Etiologi

Terpendek Terpanjang Selisih

1 Keracunan Sianida 1 15 2 1 belum

0 1 2 3 4 5 6

14.30 14.45 15.00 15.15 15.30 15.45 16.00 16.15 16.30

Jumlah Kasus

Waktu Makan sd Onset Gejala inkubasi terpendek

inkubasi terpanjang

(9)

8

d. Penegakan diagnosis berdasarkan hubungan antara paparan, kasus pertama KLB dan masa inkubasi terpendek etiologi diagnosis banding.

Perkiraan terjadinya paparan pada tanggal 14 Agustus pukul 14.45, sehingga masa inkubasi terpendek KLB adalah : 1 menit.

Tabel 6 . KLB Keracunan Makanan No Nama Penyakit

Masa Inkubasi Terpendek

Masa Inkubasi Terpanjang

Penyakit Disingkirkan

1 Keracunan Sianida 1 menit 15 menit belum

Waktu terpapar tanggal 14 Agustus 2023 mulai jam 14.45 s/d pukul 15.00 : 1) Median masa inkubasi 2 menit

2) Masa inkubasi terpendek = 1 menit 3) Masa inkubasi terpanjang = 15 menit 4) Masa inkubasi rata-rata = 2 menit

Dari masa inkubasi rata-rata dan gejala yang dominan 100% muncul sakit kepala, pusing, muntah, mata tidak focus dan pupil mata melebar, mencret 60% dan sesak nafas 20%, diduga penyebabnya adalah Sianida.

4. Gambaran Epidemiologi

KLB keracunan makanan ini banyak menyerang kelompok umur 21 sd 30 tahun (AR=

100%), dan jenis kelamin laki-laki (AR= 100%) dengan CFR 20% (1 orang).

5. Pemeriksaan pendukung

Sampel pada tanggal 15 Agustus 2023 dikirimkan ke BBTKLPP sebanyak 3 (tiga) sampel dan ke BPOM sebanyak 3 (tiga) sampel, dan pada tanggal 16 Agustus 2023 didapatkan hasil dari BBTKLPP dan tanggal 23 Agustus 2023 didapatkan juga hasil dari BPOM, sebagai berikut :

(10)

9

Tabel 7 . Hasil Pemeriksaan Sampel KLB Keracunan Pangan di Kelurahan Bangkal, Kecamatan Cempaka, 14 Agustus 2023

No Uraian

Hasil Pemeriksaan Sianida 1 BBTKLPP Banjarbaru :

a. Ubi Gadung Negatif

b. Singkong Negatif

c. Semangka Negatif

2 BPOM Prop. Kalsel :

a. Ubi Gadung Positif

b. Singkong Positif

c. Semangka Negatif

6. Penarikan kesimpulan

a. Berdasarkan masa inkubasi terpendek dan terpanjang etiologi, maka awal periode paparan KLB adalah : 14 Agustus 2023 pukul 14.45, dan akhir periode paparan KLB adalah 14 Agustus 2023 pukul 15.00. Karena awal periode paparan KLB berada sebelum akhir periode paparan KLB, maka type KLB adalah “common source”.

b. KLB keracunan pangan ini menyerang kelompok umur 21 – 30 tahun (AR= 100%), dan jenis kelamin laki-laki (AR= 100%)

c. Dari gambaran jenis pangan yang dimakan para penderita dapat diidentifikasi bahwa Ubi Gadung (100%), Singkong (100%) mempunyai risiko menjadi sumber keracunan. Makanan yang dicurigai adalah Ubi Gadung, berdasarkan wawancara menggali informasi dengan penderita dan masyarakat sekitar, dimana Ubi Gadung memang mengandung Sianida dalam konsentrasi yang tinggi, yaitu rata-rata 362 ppm (Sasongko, 2009), selama ini masyarakat yang memanfaatkan Ubi Gadung harus melakukan pengolahan dengan proses khusus dan memakan waktu lama sebelum dikonsumsi.

(11)

10

Dari masa inkubasi rata-rata dan gejala yang dominan 100% muncul sakit kepala, pusing, muntah, mata tidak focus dan pupil mata melebar, mencret 60% dan sesak nafas 20%, diduga penyebabnya adalah Sianida.

d. Dari hasil pemeriksaan laboratorium atas sampel pangan (Ubi Gadung, Singkong, Semangka) di BBTKLPP didapat hasil : Negatif semua (Menggunakan RDT), dari BPOM didapat hasil : Positif Sianida, dengan kadar pada Ubi Gadung 10,94 mg/Kg, Singkong 9,57 mg/Kg dan Semangka Negatif.

e. Ubi Gadung mengandung kadar Sianida rata-rata 362 ppm (Sasongko, 2009), sedangkan dosis fatal Sianida adalah 200 – 300 mg untuk dewasa, namun sejumlah 180 mg juga berakibat fatal. Jika jumlah yang masuk tergolong besar, Sianida dapat mematikan sel-sel tubuh dengan cepat setelah menghalangi penggunaan oksigen, karena fungsi jantung, system pernafasan dan system syaraf pusat terganggu dan terhenti dalam waktu yang singkat.

f. Attack Rate (AR) adalah 100%

g. Case Fatality Rate (CFR) keracunan makanan = 20%

D. Tindakan yang Sudah Dilaksanakan

Tindakan yang sudah dilakukan oleh tim Puskesmas Cempaka adalah : 1. Verifikasi rumor

2. Melakukan Penyelidikan Epidemiologi ke Lokasi oleh tim yang terdiri dari : a. Kepala Puskesmas

b. Dokter c. Surveilans d. Sanitarian

3. Mengumpulkan data penderita dan variable-variabel yang diperlukan sesuai dengan formulir penyelidikan keracunan pangan.

4. Menyimpan sisa makanan untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium (konfirmasi) oleh Tim INAFIS Polres Kota Banjarbaru.

5. Perawatan terhadap penderita, 5 (lima) orang penderita dilakukan perawatan dan penanganan di UGD Puskesmas Rawat Inap Cempaka selama kurang lebih 3 (tiga) jam,

(12)

11

diberikan IVFD RL, Ondancentron, 1 (satu) orang meninggal dan sudah dilakukan resusitasi karena mengalami sesak nafas.

6. Melakukan surveilans ketat dengan mengaktifkan pemantauan terhadap penambahan kasus melalui penderita yang berobat ke Puskesmas dengan keluhan yang berhubungan dengan kejadian keracunan pangan yang bersangkutan.

E. Kesimpulan

1. Telah terjadi KLB keracunan pangan pada pekerja Sawmill di Kelurahan Bangkal yang mengkonsumsi Ubi Gadung dan Singkong yang mengandung Sianida pada tanggal 14 Agustus 2023.

2. Penyebab keracunan pangan adalah Ubi Gadung dan Singkong yang mengandung Sianida yang direbus di pekerja Sawmill, dan berdasarkan hasil laboratorium pemeriksaan sampel makanan di BBTKLPP dan BPOM ditemukan adanya kandungan Sianida.

3. KLB keracunan pangan pada pekerja Sawmill di Kelurahan Bangkal yang mengkonsumsi Ubi Gadung dan Singkong yang mengandung Sianida pada tanggal 14 Agustus 2023 dinyatakan berakhir setelah tidak ditemukan tambahan kasus dari kasus terakhir ditemukan (2 x masa inkubasi tertinggi yaitu 30 menit tidak ditemukan kasus lagi).

F. Rekomendasi

1. Bidang Kesehatan :

a. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap cara pengolahan bahan pangan khususnya umbi-umbian yang secara umum dimasyarakat beracun.

b. Melakukan penyuluhan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) khususnya tentang sanitasi dan hygiene pengolahan makanan bagi masyarakat secara umum.

c. Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sector untuk melakukan pemantauan penyakit atau masalah kesehatan yang potensial menjadi Kejadian Luar Biasa.

(13)

12 2. Lintas Sektor :

a. Peran DKP3 dan Disperindag untuk melakukan sosialisasi tentang tata cara pengolahan bahan pangan yang berpotensi mengandung racun atau efek lainnya yang bisa mengganggu kesehatan masyarakat.

b. Sesegera mungkin melaporkan kepada pusat pelayanan kesehatan (Puskesmas) atau Dinas Kesehatan apabila ada peningkatan kasus atau kematian karena penyakit atau masalah kesehatan yang potensial menjadi Kejadian Luar Biasa.

G. Penutup

Demikian laporan lengkap hasil Penyelidikan Epidemiologi KLB Keracunan Pangan pada pekerja Sawmill di kelurahan Bangkal, Kecamatan Cempaka tanggal 14 Agustus 2023, untuk dapat digunakan sebagaiman mestinya.

H. Referensi

1. Permenkes RI No.1096 Tahun 2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga

2. Permenkes RI No.2 Tahun 2013 Tentang Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan 3. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular

dan Keracunan Pangan Edisi Revisi III Tahun 2020

Banjarbaru, 30 Agustus 2023 Pembuat Laporan :

Epidemiologi Kesehatan Ahli Madya,

Nurul Awliya, SKM, MKes NIP. 19741222 200003 2 004

(14)

13

DOKUMENTASI

(15)

14

Hasil Laboratorium BPOM

(16)

15

(17)

16

(18)

17

(19)

18

Jenis Sampel yang Diperiksa

(20)

19

Tanaman Ubi Gadung

Lokasi Penemuan Ubi Gadung

(21)

20

Tempat Kejadian (Sawmill)

Investigasi Kasus (14 Agustus 2023, pukul 22.10 Wita) Lokasi : Puskesmas Ranap Cempaka, TKP (Sawmill)

(22)

21

(23)

22

Penyelidikan Epidemiologi KLB (15 Agustus 2023)

(24)

23

Tim PE – Dinkes Kota Banjarbaru, Puskesmas Ranap Cempaka, BBTKLPP

______________

Gambar

Tabel  1. Proporsi Berdasarkan Kondisi  (N=5)
Tabel  4  . Distribusi Gejala dari Kasus Keracunan Makanan (N=5)
Gambar  1.  Kurva  Epidemic  KLB  Keracunan  Pangan  di  Kelurahan  Bangkal,  Kec.
Tabel  5  . Diagnosis Banding KLB
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dijabarkan, peneliti ingin mengetahui gambaran pengolahan makanan pada kejadian luar biasa keracunan pangan di Dukuh

Tujuan : Menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi ibu, tingkat konsumsi pangan dengan status gizi anak di bawah dua tahun (baduta) di Kelurahan Kestalan

konsumsi pangan dengan status gizi anak di bawah dua tahun (baduta) di. Kelurahan Kestalan Kecamatan Banjarsari

Menghitung tingkat konsumsi energi 9 bahan pangan di Kelurahan Banmati. Menghitung tingkat konsumsi energi 9 bahan pangan di

Judul Tesis : Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Konsumsi Pangan Ibu Hamil Keluarga Nelayan Kaitannya dengan Status Gizi Bayi Lahir di Kelurahan Labuhan Deli

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perilaku keluarga petani dalam penganekaragaman konsumsi pangan berdasarkan karakteristik keluarga di Kelurahan Baru Ladang

tentang konsumsi pangan di Kelurahan Pekan Tanjung Pura Kecamatan Tanjung Pura menunjukkan bahwa umumnya lanjut usia yang pengetahuannya berada dalam kategori sedang

Menganalisis Kondisi Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Nelayan Kelurahan Manggar Baru Kecamatan Balikpapan Timur Kota Balikpapan Menghitung jumlah konsumsi energi Aenergi dan