• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA BAHASA DAERAH NIAS

N/A
N/A
Suka Nikmat Zebua

Academic year: 2024

Membagikan "KERANGKA BAHASA DAERAH NIAS "

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KERANGKA BAHASA DAERAH NIAS

A. PENDAHULUAN

Sebelum kita masuk pada pembahasan menurut judul materi ini, saya ingin mengemukakan beberapa hal yang saya rasa dirasakan oleh kita semua malah turut yang 529.000 jiwa merasakannya pula.

Orangtua yang tetap memperhatikan kemajuan pendidikan anak- anaknya di sekolah, pernah mengajukan pertanyaan kepada guru, katanya "Pak Guru, mengapakah tidak ada nilai Bahasa Daerah dalam rapor anak-anak sekolah?" Pak Guru menjawab secara jujur bahwa pelajaran Bahasa Daerah di sekolah masih belum ada buku untuk menyeragamkan pelajaran Bahasa Daerah dan buku pedomanpun masih dikelola oleh instansi yang terkait.

Pada masa yang telah berlalu seolah-olah kita menyerah kepada takdir. Bagaimana timbul tenggelamnya Bahasa Daerah ini. Dan akhir- akhir ini kita sadar bahwa milik kita yang tak ternilai harganya, warisan leluhur yang harus kita pelihara mungkin suku Nias menjauh dari pemiliknya Bahasa Daerah adalah bagian dari Kebudayaan Nias, dan suku Nias salah satu suku bangsa diantara 362 diseluruh Indonesia Hal itu turut mewarnai motto Bhineka Tunggal Ika. Bahasa Daerah Nias perlu dilestarikan, ditumbuh-kembangkan sebagai jawaban kepada generasi yang akan datang.

Di daerah Nias banyak tokoh yang berhasrat menulis Buku Bahasa Daerah Nias, namun dapat diumpamakan mereka-mereka itu seperti nelayan yang bangun pukul empat siang mengangkat sampah menuju laut. Tetapi sesampai di laut, mereka mendayung untuk maju, keringat dingin membasahi seluruh tubuh, sampan tidak mau maju, nelayan tidur kecapean terlena sampai timbul matahari pagi nelayan bangun dan memeriksa apa yang menyebabkan tidak maju. Rupanya tali tambatan di darat belum terlepaskan. Pertanyaan yang timbul berdasarkan perumpamaan di atas, "Siapakah yarg melepaskan tali tambatan di darat supaya nelayan mengayuh sampan ke laut dalam?"

Misal kedua :

Beberapa orang petani, ingin membawa hasil jerih-payah mereka, untuk dipasarkan. Mereka beruntung sekali hari ini, yang punya taksı sekaligus supirnya orang dermawan tanpa bayar ongkos, petani-petani disuruh naik ke taksi dan diantar sampai ke terminal. Ini pula timbul pertanyaan mengapa petani tersebut tetap menjunjung beban mereka, padahal bukan berjalan kaki sampai ke terminal bus? Mari kita pikir bersama jawabannya.

(2)

Ada satu bait bentuk puisi yang berbunyi “FALI'ERA LAMBILAMBI FALI'ERA TALIMBO: TAFAZAWA MANEKAORO. TATOU’Ȍ TOU TEBOLOSO"

untuk kita heningkan bersama.

Bahasa Daerah Nias tak ubahnya seperti putri bernama Siwae yang disambar burung Ganȍwȍ. Cerita Rakyat ini darı Boto Mazingö Lawindra.

Siwae adalah putri kesayangan saudaranya laki-laki yang bernama SAHOLE’ALISI, MAERAHȌMI dan MALIFA'A'ERE. Ketiga saudaranya mempunyai keahlian masing-masing.

Sahole'alisi adalah Penembak yang tidak pernah meleset.

Bagaimanapun jauhinya dan sekecil apa sasarannya, pasti kena. Alatnya ialah "SUMPITAN"

Maerahõmi adalah Penyelam yang tahan napas. Kata orang, setengah hari menyelam di dalam air, Maerahõmi timbul dengan selamat.

Malifa'a'ereadalah seorang dukun tradisional yang sangat dikagumi dan

dihormati. Alat yang selalu dibawanya adalah FONDRAHI dan mantera yang telah lama diamalkannya.

Suatu hari burung Ganȍwȍ melayang-layang di udara, mencari mangsa. Tepat waktu Ganȍwõ mencari mangsa, Siwae sedang barmain- main di halaman rumah Burung Ganȍwõ menukik dan dalam sekejap mata...Siwae melekat dikuku burung Ganȍwȍ yang panjang dan tajam itu. Penduduk desa Boto Mazingě pada panik, berteriak histeris.

Mendengar kegemparan di desa, Ganȍwȍ mempertinggi terbangnya Sebesar biji bayam barulah Sahole’alisi mempergunakan sumpitan dan pup .... anak sumpitan melayang mengejar Ganȍwȍ dan kedengaran bagai bunyi halilintar darı kejauhan, robohlah jantung Ganȍwȍ. Siwae terlepas dari cengkraman maut.

Tetapi kemana ia jatuh Bersama burung Ganȍwȍ, Siwae jatuh ke tenggelam, makin lama makin dalam sampai ke tubir. Maerahömi terjun ke menyelam untuk mencari kesayangan mereka .... dan kira-kira "alölő afo" muncul Maerahõmi bersama Siwae yang telah tiada. Ratapan seluruh rakyat desa Boto Ma- memenuhi udara pantai, ditingkah oleh bunyi gelombang laut yang menghempaskan diri di pantai landai.

Melihat kejadian itu, Malifa'aere menabuh ‘Fondrahi’ sambil komat- kamit membaca mantera berulang-ulang, menabuh dengan irama yang menyeramkan akhirnya Siwae mulai menggerakkan anggota badan, membuka mata dan hidup seperti semula.

(3)

Demikianlah cerita Siwae tersayang yang telah mengalami kematian dan hidup kembali, karena kerja sama saudara-saudaranya yang tak rela membiarkan Siwae hilang.

Marilah kita pikirkan bersama usaha apa yang harus kita lakukan untuk menumbuh-kembangkan Bahasa Daerah Nias. Kita semua sepakat agar warisan lelur bagian dari kebudayaan Nias lestari dari generasi ke generasi,

Sebagai bahan yang sangat sederhana, marilah kita tekuni bersama "KERANGKA BAHASA DAERAH" (TOMOSA) dengan tujuan melengkapi makna yang dirasa kurang. Di bawah ini saya susun menurut kemampuan yang ada, tentang "TATA BAHASA KESUSASTERAAN dan sedikit gaya Bahasa"

B. TATA BAHASA DAERAH NIAS (Famõfõ'õ ngawalō Li/Fehede) 1. Huruf (Famaedo Li)

Angolifa hurufo (abjad):

a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, z

Diantara abjad tertulis di atas, tidak ditemui huruf c, p, q, v, x dalam penulisan Bahasa Daerah Nias.

Dalam Bahasa Daerah Nias terdapat huruf vokal "Ȍ", dalam kata O’Ȍ’, mõmõ, kõkõ, tõdõ, te’efa, õ, btn.

Vokal rangkap seperti :

ae pada kata : ladae, badae, sa'ae, ongae, btn.

ai pada kata : lai, farai, tarai, tebai, bekai, btn.

ao pada kata : huru'ao, angao, sasao, fasao, btn.

aõ pada kata : tefaõ, saraõ, warað, fahaõ, btn.

au pada kata : telau, alau, anau, mukau, btn.

oi pada kata : soi, moloi, oroi, khoi, btn.

õipada kata : mõi, rõi, muzõi, akõi, btn.

ou pada kata : tou, lou, bou, gamandrou, btn.

õu pada kata : nõu, tugõu, dõrõu, akõu, btn.

Konsonan Rangkap seperti :

ng pada kata : ngafu, ngaroro, ngamohi, ngarõfa, btn.

ndr pada kata : tandri, tandro, ndrundru, fandru, sõndra, btn.

mb pada kata : mbumbu, tõmba, sõmba, ambõ, btn.

ch pada kata : kharu, khao, hakhi, sukha, btn.

Suku kata (Ngandroto Wehede/Li)

(4)

Suku kata yang terdiri dari satu huruf atau dua huruf, misalnya, i:

ndra- ndra; lõ; sa; mba; so-sou-'a, btn.

2. Kata (ngawua Wehede)

Kata terdiri dari satu huruf atau dua suku atau lebih yang dirangkaikan tetapi mempunyai arti. Mari kita bandingkan suku kata ini : a. dagi; mugi; mira; sabe

b. tulõ; sua, halõ, noa.

Kata-kata Bahasa Daerah Nias ada yang terdiri dari satu suku kata saja, mis : a, o, ba, ha, na, wa, ma, te, me, le-si, go, gi, he, fu, li, do, khô, bu, di, so, bo, we. Kata-kata tersebut di atas, harus berdiri sendiri, dimanapun letaknya dalam kalimat.

3. Kata Dasar (tuho wehede)

Kata dasar yang terdiri dari satu suku kata, sudah tertulis contohnya, Kata dasar yang terdiri dari dua suku (ngandroto wehede):

contoh: ia, amo, tanõ, gõwi, haru, sondro, btn.

Kata dasar yang terdiri dari tiga suku (ngandroto wehede), contoh:

balugu, bölökha, idanõ, burusa, alitõ, btn.

Kata dasar yang terdiri dari empat suku (ngandroto wehede);

contoh harumani, hefuyu'a, heziwala, esuanõ, btn.

Dalam Bahasa Daerah Nias, terdapat juga kata dasar yang telah diauskan contoh: lõ'o ditulis lõ: no: ditulis no, ine ditulis i; salae ditulis ae; btn. Hal ini menurut kegunaan dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulisan

4. Imbuhan Kata (sahesahe wehede)

a. Imbuhan Awalan (sahesahe tanõ fõna wehede) b. Imbuhan Sisipan (sõlõsõlõ ba dalu wehede) c. Imbuhan Akhiran (sahesahe tanõ furi wehede) Awalan:

Dalam Bahasa Daerah Nias ada dua buah awalan istimewa, yaitu awalan G dan N. Kedua awalan ini hanya berlaku jika kata dasar yang diimbuhnya tidak terletak pada permulaan kalimat dan pemakaiannya terbatas hanya pada beberapa kata saja yang diawali huruf vokal.

Awalan G

a. Molayalaya gi'a (i’a) nası ba zihohou dalu nasi (asi), tohare hiu sogōtōgötö igōsō ifasoli.

b. Na lõ oroma nikhu (ikhu) gai, mauwu gi'a soya sibai, ladou lakhō bawa zasai.

(5)

c. Oroma atõnikhu gai, moloi gi’a soya sibai, oi zara fa'ala'alai d. Hulő akhozi go'o (o'o), lõ bo bawu.

Awalan N

a. Ono zalawa helanõ, ono duha terongo, aya namania (ama) lổ ibôhỏi, aya namania (ama) lõ ibato.

b. Me ya'ia nono (ono) fangali mbörösisi, fangali mbu'u kawono.

c. Aya nina (ina) ba waulu mbatõ, aya nina tuho nomo, ya'ia mbelu bola lahina, ya'ia mbelu bola nafo (afo). Da'õnayara (aya) na faondra zi hono, ayara nafaondra zato.

Awalan yang lain:

a. No + tumbu, mu + dadao, ma + nada (dada), te + lobi (obi), fa + gobi (obi), fe + dadao; ni + be'e; a + bua; e + bolo, o + bu’u, btn.

b. Mang+a; mang + ero; mang + ifi, btn.

Sisipan :

a. Lo pada kata: O+lo+masi (omasi); O+lo+la (ola), bin b. Le pada kata: e+le+zitő (ezítő)

c. La pada kata: ba+la+tu (batu) Akhiran

a.T a pada kata : aheta, hagita

b.Wa pada kata : töröwa, bawöwa c. Kh a pada kata : bõnõkha, bölökha d.Mõ pada kata : ndrundru

e.Nö pada kata: balunö

f. Fö pada kata : degu, tand g.Lö pada kata : khetelő; boto h.Õ pada kata : alakhaö

i. Sö pada kata : halö j. Töpada kata : faosa k. Gö pada kata: hašu C. PUISI

Puisi Daerah Nias, terdiri dari

1. Amaedola 6. Hoho ba göwasa 2. Hendrihendri 7. Hoho ba zimate

3. Lailő 8. Fa’öndru

4. Hubōlō 9. Fo'ere

5. Ngenungenu 10. ba tanöbö’önia (btn) Conton Puisi Daerah Nias

1. Amaedola:

Ciri-ciri Amaedola, harus biasanya dimulai dengan kata Hulö

(6)

a. Hulo mate manu ndrawa, mõi horō zogatagata.

b. Hulō malu dahõnagõ, sambua ihalō ba isaitagō; Hulō malu daföfögõ, sambu ihalo ba iföfölö.

c. Hulő mangerou zıgelo zõkha, samuza deu sambua ndrou.

d. Hulō mõrō zobu'u kera, ibe’e zigawa aðkö, ibe'e ngai afökhö.

e. Hulő harita olifu ia gulinıa.

2 Hendrihendri

Dalam upacara adat, kecuali pada acara kematian, hendrihendri ini ditampilkan Ketua-ketua adat dari tamu (tome), berhadapan dengan ketua-ketua adat dari pihak sipangkalan (sowatō). Pada saat itulah masing-masing pihak mengucapkan hendrihendri.

Contoh:

a. Dulu moroi yõu, molő sebua moroi raya.

mowazuzu mowaondra ba namő börő zabakha..

b. Andrõ lõ bua zahulő, andrō lõ bua wakhe,

no dumadao yaŵa baose, zahuwa mbekhu zimate c. Andro mowua zahulō, andro mowua wakhe,

no dumadao yawa bacse, zahuwa zibaya wakhe 3. Lailõ :

Sa’oi fõkhõ

a.Sa’oi fõkhõ niha ba danõ, sa’oi fõkhõ niha ba ndrao, Fõkhõ na salawahelanõ fõkhõ na Tuha terongo,

Manandrõnandrõu hõrõ zihõnõ, manandrõunandrõu hõrõ zato.

b.Fõkhõ gõi na nimana dõdõ, fõkhõ na akao mboto,

na ha samõsamõsa ba mbanua, na ha sambusambua ba mbarahao.

c. Fõkhõ na abõlõ dõla, Fõkhõ na alio mboto,

(7)

na ihandro mbõhõ sanau waha, na ihandro zimatua la’oyo,

sa’oi fõkhõ niha ba danõ, sa’oi fõkhõ niha ba ndrao.

4. Hubõlõ

a.Alai ndra’o zi tenga inagu, ibe’ gõ nononia lõ ibe’ gõgu, Fakhe gõ nononia gowi gõgu, ibe’ õgu zowõra ba zuzu, ibe’ õgu zongae ba dalosu.

b.Bõi fahalõhalõ ba hulu, bõi fa lõtõi na orudu,

Ha fatua iraono faodo khõu, satua ndra’o utõrõ lalagu.

c. Bõi fodoi manaze tetutu, bõi fodoi duna modetaru, Bõi fatõrõ zali fõnagu,

bõi fasalio wõnu gamaudugu, u’ila lumõ na saekhu khõgu.

5. Ngenungenu :

a.No mobõwõ gadulo manu, ha ba helehele orudu,

Fabali ba nina na ono manu, farõi ba nina na no aboto bu.

b.Ha waraõtõ zi tobali manu, so ni’a garawi ba ndru’u, so nikhai wõtõ ba hogu geu, so nitutu hõgõ ba lõsu,

(8)

so mate nilangõ mbaho geu.

c. Hiza me hino gumo golalu, fõna me hino ndroi dali’anu, ugohi ba wanõsõ zigõlu, ulafoyoi mba’e ba hogu geu.

6. Hoho ba gowasa (dimulai dengan beberapa syair pendahuluan) :

 Hadia zi’ugu’ugu, hadia zihõngõhõngõ, ama sirao yawa da’õ,

ambõ noronia mbanua, ifalaete tou danõ,

siwa nga’õtõ afatõ.

7. Hoho ba zimate :

 Laeduru ana’a laeduru firõ, no tagaõlõ ba mbatõ,

u’osisi’õ lõ manõ.

8. Fa’õndru :

 Hiza laosi ga’ia laosi ga’i, laosi side’ide sibai,

hiza me ifadekha ia baohi, oi adudu walõwalõ,

oi atoru zo’õli,

aleu zolõndru ba hakhi.

 Duhu Simate nihalõ nemali,

ikhakha’ai dõdõu bõgi, Hia ba au.

9. Fo’ere :

Biasanya Fo’ere dimanterakan oleh Ere (pimpinan agama suku) dahulu sambil menabuh “fondrahi” ia bermantera untuk

(9)

memanggil arwah agar hadir dan mendengar apa yang menjadi keluh kesah orang yang bersangkutan.

Kebanyakan Fo’ere dilakukan jika terjadi kemalangan………

He adu gawe, he adu dua,

adu zarara alawa, adu zarara ebua.

Mabe’ zumange itaria alawa, mabe’ zumange itaria ebua.

Ya’e nono si fasumange, ya’e nono sangalungalulua.

Bõi fafera tõlõtõlõ, bõi fatõgi talosua.

Fahoi wõkhõ sanõrõi õsi, ezosi wõkhõ sihulua.

Contoh Prosa : Cerita rakyat :

a.Saŵa adu (Bertendeus/persatuan)

b.Mate Mbalugu Hambodau (Bertendeus) c. Hana wa moduru danõ (dongeng)

d.Hana wa telõmõ mbaŵa e.Laowõmaru (Legenda).

D. GAYA BAHASA

1. Ungkapan Pelembut (nimomo fanguma’õ) Sanau talu = Ulõ

Soya ahe = Alifa Si tenga awõ = Bekhu Si lõ hege = Bawi Zauzau = Alitõ

(10)

2. Litotes (ni’õnaigõ fanguma’õ) Tabadu nidanõ aukhu = Manga Ha bulu geu ndriwo = Diwo so tõi 3. Klimates dan anti klimates

Ezai tuturu – ezai hõgõ, ezai omo – ezai gokhõ 4. Sinis (Fehede nifadahõsi)

Contoh :

Bõi da’ida’i wofanõ, ma alau’õ = eluahania “Alio’õ”

Ehao si’ai ami ba nomo andre, hiza zalo afõnu sasao = eluaha

“Ta’unõ”

Demikianlah ceramah yang dapat saya kemukakan pada seminar hari ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua dan bagi generasi kita.

Atas perhatian terima kasih. Saran dan pendapat sangat dihargai, kritik dan petunjuk dijadikan pelengkap dari yang sedikit ini.

Amaedola zatua :

“Ha fangusu mbõrõ wanali”

Lailõ: Momo tobali

aŵõni, tobali ewo,

na lõ adagedage wangofõsi, na lõ awõliwõli wangehao,

talõlõ mbõrõnia sasao, tatuwu dõla na manaere, tatuwu dõla na aolo,

bõi fadõgõ ndraha na mobene, bõi teu mbua lõ asoso.

(11)

Dikutip dari Makalah FG. Harefa Disajikan pada Seminar HUT PGRI ke-46 tahun 1991, tanggal 25 November 1991.

(12)

Seni sastra Bahasa Daerah Nias masih tetap tersimpan diantara masyarakat Nias. Sastra Bahasa Daerah Nias tersimpan dalam bentuk sastra lisan. Dan hampir tidak pernah dipublikasikan dalam bentuk sastra tertulis, namun demikian dari dulu sampai sekarang tetap dipublikasikan dalam bentuk sastra lisan. Jenis-jenis sastra lisan tersebut antara lain ialah :

1. Fangowai ba Fame afo 2. Bõlihae

3. Hendrihendri

4. Fotu Ni’owalu (Bene’õ) 5. Olola mbawi

6. Famasao ono mbawi 7. Fanikha Era’era Mbõwõ 8. Amaedola

9. Nidunõdunõ/Hikaya 10. Hoho

11. Fo’ere

12. Famatõrõ Tõi Mbalugu 13. Ba tanõbõ’õnia (btn).

Selama ini wadah yang ada belum efektif memberi kesempatan untuk menuangkannya dalam bentuk tertulis, apalagi dalam bentuk sebuah buku sebagai kepustakaan bagi masyarakat Nias. Tetapi syukurlah Pemerintah Kabupaten Nias dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias sejak tahun 2002 telah memberi kesempatan kepada kami Tim Penata Karya Seni Budaya Nias.

Kesempatan yang dimaksud ialah mengumpulkan, mengkaji dan menjadikannya menjadi sastra tertulis sampai menjadi buku.

(13)

Nias tertuang dalam bentuk puisi

(syair), prosaliris dan prosa. Sastra Bahasa Daerah Nias mengandung hikmah yang sangat dalam yang dapat menjadi pedoman hidup.

Selanjutnya mengandung falsafah dan hukum moral yang baik untuk dipedomani.

Oleh sebab itu, sangat disayangkan bila terlambat menanganinya menjadi sastra tertulis, karena apabila hal ini dibiarkan terus, tidak tertutup kemungkinan suatu ketika akan hilang tanpa jejak.

Untuk itu kami menyampaikan kepada seluruh masyarakat Nias, baik yang ada di Pulau Nias maupun yang ada di perantauan, agar kita bahu- membahu untuk mewujudkan program ini menjadi suatu kenyataan yang pasti.

Pada saat ini, kami masih terbatas, baik dalam pengumpulan bahan maupun dalam penuangan menjadi sastra tertulis. Apa yang kami sampaikan ini baru sekitar 10 persen dan masih 90 persen lagi belum terkumpul dan tertuang. Disamping itu kami sebagai Putra Nias telah menulis dua buku yang kami anggap mendukung program ini yaitu : "Pe“gantar Tata Bahasa Daerah Nias” dan Kamus Nias Indonesia (hasil penelitian Bahasa Daerah Nias dari segi Morfologi), namun pada kesempatan ini kami masih tangguhkan karena ketiadaan biaya untuk mencetaknya dalam jumlah yang memadai.

Dengan demikian kami (Tim Penata Seni Budaya Nias) senantiasa mengharapkan bantuan moril dan materil dari berbagai pihak.

Akhirnya kami tetap mengharapkan dukungan moril dari berbagai pihak untuk kelanjutan tugas ini dan juga saran-saran yang sifatnya membangun selalu kami harapkan demi sempurnanya di masa yang akan datang.

Terima kasih, ‘Ya’ahowu’.

(14)

kita lakukan untuk menumbuh-kembangkan Bahasa Daerah Nias.

Kita semua sepakat agar warisan lelur bagian dari kebudayaan Nias lestari dari generasi ke generasi,

2. Siswa dapat di ajak untuk membaca sebuah cerita daerah Nias

berikut ini dan menemukan ide cerita “Laowomaru” serta menuliskan masing-masing 5 (lima) kata yang mengandung awalan, sisipan dan akhiran dari cerita di bawah ini.

Laoŵömaru

So föna niha sabölö sibai, so’öba lawa’ö, Laoŵömaru döinia. Lamane ŵanutunö ya’ia: Mo’ono Zirao, siwa nononia matua. Samösa Lahari.

Mangoŵalu Lahari andrö, Iŵaŵotonasi döi wo’omonia. Mo’ono da’ö, ono so’öba moroi ba dalu ninania, ya’ia Laoŵömaru. Ebua ia, ba mangoŵalu.

Sihoi ŵo’omonia. Ba samakao niha Laoŵömaru ba tebai lalawa ia. Anau sibai mbunia, lö mutöŵö, ba tebai i’a balatu.

Samuza ma’ökhö i’ila so noŵo ba nasi ba möi ia morabu. Fefu zi so baoŵo, aŵö gana’a, ahori ihalö, te’ai latimba ia. Ba furi-furi’ö, ba si manö-manö ia, ero so zoloyo, ba morabu ia.

Ba mamagölö ndraŵa fefu, lamane: Harumani ya’ia, tatema mbunu ia.

Ba oŵulo ira fefu, lara’u Laoŵömaru, larate. Omuso sa’ae dödöra ba latunu ia ba galitö. Ba ifangeŵe da’ionia Laoŵömaru ba a’oi aetu rate no mege. Ba ilau moloi, möi ia ba dögi, raya, ba mbalö Ŵodo, ba nasi, so na iada’e dögi andrö.

Ba i’ombakhaö Laoŵömaru khö ndrongania, Sihoi, mbörö ŵa’abölonia, imane: andrö abe’e sibai ndra’o, ba mbu kawa andre, ba högögu yawa, si siwa rozi. Na ladöni da’ö, ba taya ŵa’abölögu.

Ba me so ia ba dögi gara andrö, i’ölini hao mbitaha, ba so khönia zilatao, si miŵo na so zanuŵö, na irongo da’ö, ba ibini’ö ia ba dögi, lö möi ia baero.

Aefa da’ö, idöni hili ifa’ötö ba nasi. Ba so naŵönia, sanolo. Ba imane ba da’ö Laoŵömaru, boi ŵuŵu furi gaheu, fa lö aŵuŵu furi danö. Ba no fatiu dödö naŵönia andrö khönia, iŵuŵu furi gahenia, ba lö alua i’ila idöni danö Laoŵömaru.

(15)

ba dögi gara no mege.

Ba aefa da’ö, ba mo’ono ia khö Zihoi, ono matua. Ba ifo’öba nononia andrö, ifasisi ba mbaŵa ni’ogasö nilaugö, imane khönia: Böi fakhölö’ö.

Ba no a’oi afökhö dödö niha khönia, ba lamane khö nono andrö: Hiza kawa gi’a ba nasi, ba lö ifakhölö ia; ba lamane: Hiza noŵo soloyo. Aŵena ifakhölö ia, ba aetu mbagi.

Andrö ifakao sibai niha zui Laoŵömaru. Ibunu haria sitou ba nasi ba do haria andrö mböröta ndrulu nasi, lawa’ö. Ba lasuŵö ia zui, ba arakha larugi zinga göli, ba miŵo zilatao andrö khönia, ba lö möi ia baero.

Ba fahuhuo zui zanuŵö, lamane: Ha taŵisa khönia? Ba lamane aŵora ösa: Datafazaŵili rufia, aŵö hua suku, aŵö hua kete, barö hao mbitaha, me lö lala ba dögi Laoŵömaru. Ba ba zibongi, ba lafazaŵili.

Ba me moluo, ba möi baero Laoŵömaru, ba i’ila rufia andrö, iŵai

sanagö. Ba i’obö göli, ba me no oköli, itunu, ba ŵanga’i ana’a andrö. Ba lö’ö sa’ae naha manu, lö tugela. Ba na so zanuŵo no mege, me

i’ozaragö rufia andrö; lara’u ia, laböbö ba laböbözi.

Ba lara’u göi wo’omonia, lasekhegö, ena’ö na i’ombakha’ö, hadia

ŵangabölö Laowömaru, lamane khönia: Na lö ö’ombakha’ö khöma, ba mabunu’ö göi. Aŵena i’ombakh’ö khöra, imane: Ba högönia yawa so mbu, si hulö ŵalölöwa, ba da’ö so ŵa’abölönia. Aŵena ladöni mbu kawa andrö, si siwa rozi, ba taya ŵa’abölönia, ba mangarö-ngarö ia khö Zihoi;

ba labunu ia.

Referensi

Dokumen terkait

Sufiks {-a} tidak mengalami perubahan bentuk apabila melekat pada bentuk dasar. Dalam bahasa Nias, kosakata yang dapat dilekati oleh sufiks {-a} jumlahnya terbatas.. Pada contoh

Pengumpulan data dalam penelitian penulis dilakukan dengan mencari kosa kata dalam bahasa Inggris dan bahasa daerah Jawa dari buku-buku, kamus untuk dimasukkan ke aplikasi kamus

Pada bahasa hibrida yang dipakai oleh etnis Tionghoa di Telukdalam Nias Selatan terdapat kosakata yang sesungguhnya berasal dari budaya yang berbeda misalnya

Bahasa daerah adalah bahasa yang disamping bahasa nasional yang dipakai sebagai bahasa perhubungan intradaerah di dalam Wilayah Republik Indonesia, bahasa-bahasa

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pergeseran Bahasa Nias dialek Selatan di desa Hilindraso Raya kecamatan Toma kabupaten Nias Selatan, maka saran yang dapat

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kepedulian dan keingintahuan peneliti tentang bahasa daerah Nias karena setiap bahasa memiliki ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh

Disamping itu teknologi smartphone mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam penggunaan media komunikasi saat ini.Perancangan aplikasi kamus aneka bahasa daerah

1 Edisi Maret 2021 Universitas Nias Raya Peneliti telah menemukan beberapa konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif dalam bahasa Nias ragam Selatan di HilizihÕnÕ Kecamatan