Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUJN disebutkan bahwa Notaris adalah pegawai negeri yang mempunyai kewenangan membuat akta otentik dan kewenangan lain sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Notaris adalah pejabat yang berwenang membuat akta otentik dan mempunyai wewenang lain menurut undang-undang ini.”
Kewenangan Notaris Atas Transaksi Elektronik
Maka dalam hal ini Notaris untuk dokumen-dokumen transaksi elektronik dalam bentuk apapun tetap dapat membuat akta otentik dengan syarat Notaris tersebut harus berhubungan langsung untuk mendampingi wakil dan saksi yang membubuhkan tanda tangan dan inisialnya pada pencatatan. Oleh karena itu, wacana dokumen publik dalam bentuk elektronik untuk transaksi elektronik belum bisa dilakukan, karena tidak bisa langsung berhadapan dengan pengusul dan saksi, sebagaimana diatur dalam undang-undang, hingga ada perubahan pasal.
Konsep Cyber Notary di Indonesia
Beragamnya persyaratan yang harus dipenuhi untuk membuat suatu akta autentik menjadikan penerapan konsep Cyber Notaris di Indonesia semakin sulit. Sehingga apabila terjadi perubahan suatu akta otentik menjadi akta di bawah tangan maka akan merugikan para pihak.
Landasan Hukum Cyber Notary di Indonesia
Dengan konsep Cyber Notaris, proses penandatanganan akta dapat menggunakan tanda tangan digital atau bahkan dapat dilengkapi dengan sidik jari digital (Pasal 16 ayat 1 huruf c UUJN)80 serta stempel dan stempel digital81. Cyber Notaris dapat mengoptimalkan kualitas waktu penyelesaian pembuatan akta dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan secara cepat dan akurat melalui teknologi informasi. Kata “dihadapan” ini harus diubah ketika ingin menjadi notaris siber karena jika tidak maka akta yang dibuat oleh notaris tersebut bukanlah akta autentik.
Sampai saat ini konsep cyber notaris selalu diidentikkan dengan layanan cyber sehingga perbuatan dapat dilakukan secara jarak jauh tanpa perlu kehadiran para pihak secara fisik di hadapan Notaris. Akta Notaris memerlukan stempel pada berita acara akta tersebut, sehingga dengan Cyber Notaris stempel yang dibubuhkan pada akta elektronik juga harus dalam bentuk stempel elektronik. Bahkan di Eropa dan Amerika, notaris siber yang menggunakan tanda tangan digital telah beroperasi dengan pesat selama beberapa tahun.
85 Privy Blogspot, Kesiapan Notaris Indonesia Sambut Cyber Notaris, 21 Mei 2018, https://blog.privy.id/kepsian-notaris-menyongsong-cyber-notary/.
Pengaturan Aset Kripto Dalam Perekonomian Indonesia
Deskripsi Aset Kripto (Crypto Assets) Barang Lainnya Bentuk/Bentuk Aset digital mempunyai bentuk yang nyata/fisik. Basis data disimpan dalam sistem komputer terpusat. Dasar penerbitan aset keuangan. Tidak ada aset tetap. Ada aset dasar. Perbedaan lain antara aset kripto dengan komoditas lain dalam kontrak berjangka adalah tidak adanya aset referensi (underlying aset) yang mendasari penerbitan sukuk, dimana dalam sistem ekonomi Islam, diperlukan persyaratan jaminan aset untuk setiap nilai penerbitannya.
Hal ini dikarenakan aset kripto tidak mempunyai wujud fisik/nyata dan bertentangan dengan prinsip syariah karena transaksi jual beli mengandung unsur ketidakpastian. Aset dasar adalah aset keuangan yang menjadi dasar harga derivatif, dimana kontrak derivatif merupakan instrumen keuangan yang harga berdasarkan aset yang berbeda-beda. 95 Jadi, dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa barang-barang lain dalam kontrak berjangka derivatif mempunyai aset dasar sebagai aset dasar. dasar harga mereka. . Misalnya, aset rupiah yang mendasari dalam aktivitas perdagangan dapat menggunakan Pesanan Pembelian atau invoice sebagai dasar transaksi dan komoditasnya.
Sedangkan transaksi aset kripto tidak mempunyai aset yang mendasarinya karena aset kripto merupakan mata uang kripto yang didasarkan pada keyakinan bahwa aset tersebut mempunyai atau akan memiliki nilai. 96 Aset Kripto tidak mempunyai Underlying Asset sebagai dasar penetapan harganya karena kemampuan teknologi seperti code base dan jaringan yang mendukungnya.97 Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa Bappebti bersama Kementerian Perdagangan melakukan transaksi aset kripto di termasuk bursa berjangka, untuk menghindari risiko fluktuasi harga akibat tidak adanya aset yang mendasarinya.
TRANSAKSI JUAL BELI
Pengertian Perjanjian Jual Beli
Menurut Wirjono Prodjodikoro, jual beli adalah suatu perjanjian dimana salah satu pihak terikat untuk menyerahkan suatu barang dan pihak yang lain terikat untuk membayar harga yang telah disepakati keduanya. 99 - Menurut Suryodiningrat, jual beli adalah suatu pengikatan. kesepakatan antara satu pihak. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian antara satu pihak dengan pihak lain yang menimbulkan hak dan kewajiban para pihak berupa pengalihan barang, dan berupa pembayaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku. hasil perjanjian tersebut. Berdasarkan pengertian dan uraian tersebut, terlihat bahwa perjanjian jual beli menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang terlibat dalam perjanjian jual beli tersebut.
Hak dan kewajipan yang dikenakan kepada pihak-pihak bukan sekadar klausa yang disahkan dalam perjanjian. Ia adalah perjanjian apabila pihak yang membuat kontrak jualan bersetuju dengan klausa atau perkara penting kontrak. Dalam kes kontrak jualan, persetujuan hendaklah dicapai dengan kehendak kedua-dua pihak yang bersetuju, jika hanya salah satu pihak bersetuju, perjanjian itu dianggap tidak sah.
Dalam perjanjian jual beli konvensional, suatu perjanjian dianggap telah terjadi apabila ada jawaban atau tanggapan, baik tertulis maupun tidak tertulis.
Perjanjian Jual Beli Transaksi Elektronik
Dengan kata lain, pihak-pihak yang melakukan kontrak penjualan tidak bertatap muka, melainkan melalui internet. Sah atau tidaknya suatu akad jual beli online juga tergantung pada Pasal 1320 KUH Perdata yang menjadi dasar pembuatan akad. Perbedaan jual beli online dengan perjanjian jual beli biasa terletak pada media pelaksanaan transaksinya.
Kesepakatan dari perjanjian jual beli online diperoleh meskipun pembeli menyetujui harga yang ditawarkan penjual (merchant). Jual beli dalam perdagangan elektronik bersifat mengikat dan sah bagi para pihak apabila jual beli disepakati oleh kedua belah pihak, hal ini disebabkan sifat terbuka dari Buku III KUHPerdata. Jual Beli Secara Elektronik (e-commerce) Berdasarkan Hukum Kontrak di Indonesia menggunakan Pasal 18 ayat (1) UU ITE yang mana.
Transaksi jual beli aset kripto di Indonesia dan tinjauan hukum Transaksi jual beli aset kripto dalam hal ini bitcoin (sebagai aset.
Transaksi Jual Beli Aset Kripto di Indonesia dan Kajian Hukumnya Transaksi jual beli aset kripto, dalam hal ini bitcoin (sebagai aset
Untuk melakukan jual beli aset kripto, Anda harus mematuhi aturan hukum di Indonesia yang mengatur jual beli. Jual beli merupakan salah satu bentuk perjanjian dan sahnya perjanjian diatur dalam KUHPerdata. Peraturan yang mengatur tentang jual beli selanjutnya adalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, peraturan ini mengatur subjek dan objek dalam jual beli. Dan yang terakhir adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Aturan Perpajakan, dimana Pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 68 Tahun 2022 resmi mengenakan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai ( PPN) atas pendapatan dan pembelian dan penjualan aset kripto. . Begitu pula dengan transaksi jual beli aset kripto yang difasilitasi oleh platform, mereka selalu membuat kontrak sendiri dan calon anggota hanya perlu menerima kontrak elektronik tersebut dan transaksi dapat diselesaikan.
UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen hanya mengatur tentang subjek dan objek jual beli.
Akta Notaris atas Transaksi Jual Beli Aset Kripto
Akta Otentik
Oleh karena itu, sub bab ini akan fokus pada akta otentik yang diwajibkan oleh masyarakat dalam melakukan jual beli aset kripto. Berkenaan dengan jual beli barang kripto dan permintaan dibuatnya akta otentik untuk mencatat jual beli tersebut, maka Notaris harus memahami aspek formil dan substantif dari akta autentik tersebut agar apa yang dihasilkan tidak beresiko batal atau dapat batal. dibatalkan. Aspek formal dalam transaksi jual beli aset kripto adalah bukti kepemilikan penjual dan bukti pembayaran pembeli serta bukti perpindahan kepemilikan berupa akun dan password aset kripto.
Hal ini diartikan bahwa transaksi jual beli aset kripto sebenarnya dapat diterima secara hukum di Indonesia, dengan ketentuan transaksi jual beli tersebut menggunakan mata uang Rupiah. Untuk memenuhi syarat hakiki tersebut maka transaksi jual beli aset kripto harus tetap berpedoman pada pasal 1320 KUH Perdata dimana syarat formil dalam membuat suatu perjanjian adalah: perjanjian, ketrampilan para pihak, hal-hal tertentu dan klausul halal. Mengenai kewenangan untuk membuat akta jual beli aset kripto, peraturan hukum menyatakan bahwa aset kripto boleh diperdagangkan, namun dilarang digunakan sebagai alat pembayaran.
Namun apabila para pihak (penjual dan pembeli) dapat bertemu bersama di hadapan Notaris untuk meminta dibuatkan akta otentik, dan untuk itu telah terpenuhi kebenaran formil dan kebenaran materiilnya, maka Notaris dapat melaksanakan akta tersebut dengan kewenangannya. karena transaksi yang telah selesai telah memenuhi syarat kebendaan, sehingga notaris tidak dapat menolak untuk membuat akta otentik jual beli aset kripto tersebut.
Surat Di bawah Tangan
Legalisasi adalah suatu surat di bawah tangan yang tidak bertanda tangan, diberikan kepada notaris dan ditandatangani dihadapan notaris oleh para pihak yang bersangkutan, setelah isi akta tersebut dijelaskan oleh notaris. Surat pribadi dimana para pihak menandatangani kontrak di atas prangko (tanpa campur tangan pejabat pemerintah). Surat di bawah tangan yang disahkan dihadapan notaris merupakan suatu akta yang harus ditandatangani dan dilegalisir di hadapan notaris.
Surat pribadi yang ditandatangani (bersertifikat) adalah surat yang ditandatangani pada hari dan tanggal yang tercantum dalam surat oleh para pihak, dan tanda tangannya tidak di depan notaris/pejabat yang berwenang. Dilihat dari segi tujuan pembuatan akta, baik akta otentik maupun surat pribadi adalah akta yang dibuat dengan maksud untuk dijadikan alat bukti suatu perbuatan hukum. Dilihat dari aspek pembuktian akta kepada pihak ketiga, baik akta otentik maupun surat pribadi sama-sama merupakan alat bukti yang bebas (free proof).120.
Namun apabila kebenarannya disangkal, maka pihak yang mengajukan surat pribadi sebagai alat bukti harus membuktikan kebenarannya (melalui kesaksian atau saksi).121.
Surat Dibawah Tangan untuk Transaksi Jual Beli Aset Kripto
Kekuatan pengikatan suatu akta di bawah tangan terletak pada apakah tanda tangan pada surat itu diakui oleh orang yang hendak digunakannya surat itu, sehingga surat pribadi merupakan alat bukti yang dapat dibawa ke pengadilan apabila timbul perselisihan di antara para pihak. Sebelum surat perjanjian diberikan kepada notaris, para pihak yang bersepakat menandatanganinya dengan materai secukupnya dan surat perjanjian yang telah ditandatangani tersebut kemudian diberikan kepada notaris untuk didaftarkan dan diberi tanggal tertentu (waarmerking). Jaminan bagi notaris terhadap suatu akta penandatanganan adalah surat tersebut tidak menjelaskan siapa yang menandatanganinya dan apakah penandatangan memahami isi akta tersebut, hanya mempunyai tanggal tertentu dan tidak ada tanda tangan, sehingga notaris tidak dapat dituntut secara hukum atas pelanggaran yang dilakukan. akta yang dibuat oleh para pihak.
Jadi, akta yang dapat dibuat oleh notaris untuk memberikan kepastian hukum adalah transaksi jual beli aset kripto didaftarkan dalam bentuk hotmark sehingga walaupun status hukumnya bersifat privat, namun setidaknya memberikan perlindungan hukum bagi para pihak. . Tidak ada pengaturan mengenai pembuatan akta jual beli aset kripto dalam Undang-Undang Jabatan Notaris.
Tidak Ada Aturan Tentang Pembuatan Akta Jual Beli Aset Kripto di Undang-Undang Jabatan Notaris