• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP PEMBUATAN PERIKATAN JUAL BELI YANG TERINDIKASI WANPRESTASI DAN AKIBAT HUKUMNYA TESIS. Oleh. SELLY / M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP PEMBUATAN PERIKATAN JUAL BELI YANG TERINDIKASI WANPRESTASI DAN AKIBAT HUKUMNYA TESIS. Oleh. SELLY / M."

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

SELLY 137011023 / M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SELLY 137011023 / M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

(3)
(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Anggota : 1. Dr. T.Keizerina Devi A, SH, CN, MHum

2. Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn 3. Notaris Syafnil Gani, SH, MHum 4. Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS

(5)
(6)

i ABSTRAK

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya sebagaimana dimaksud dalam UUJN.

Dalam menjamin kepastian hukum dan pelayanan yang profesional, seorang notaris dalam menjalankan tugasnya diperlukan suatu perjanjian. Perjanjian mana yang mengikat notaris dengan pihak yang bersangkutan agar menimbulkan hubungan hukum dengan tujuan agar hak dan kewajiban masing-masing pihak terlindungi dan kepentingan masing-masing pihak terlaksana sesuai dengan yang sudah diperjanjikan.

Dalam praktek pelaksanaan pembuatan perjanjian juga tidak membuat efek jera bagi notaris masih banyak sekali Notaris yang melakukan wanprestasi terhadap perjanjian yang telah disepakati sehingga merugikan pihak lain secara material dan immaterial hal ini juga bisa disebabkan karenakan lemahnya regulasi. Permasalahan yang teliti yaitu, bagaimana tanggung jawab notaris terhadap pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi, bagaimana proses penyelesaian pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi, bagaimana sanksi terhadap notaris dalam pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi.

Untuk menentukan jawaban dari permasalahan tersebut maka penelitian ini bersifat deskriptif analisis, maksudnya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti.

Analisis dimaksudkan menganalisa fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat untuk menjawab permasalahan.

Tanggung jawab notaris terhadap pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi adalah tanggung jawab notaris secara perdata. Dalam hal ini Notaris X dikategorikan melakukan wanprestasi karena didahului dengan adanya perjanjian, dimana notaris telah membuat kesepakatan dan menyanggupi akan menyelesaikan pekerjaan tersebut, proses penyelesaian juga mengalami kendala terhadap lambatnya proses penyelesaiannya yaitu lemahnya pengaturan hukum dan terbatasnya pemberian kewenangan terhadap MPD menjadi salah satu hal yang menyulitkan proses penyelesaian terhadap kasus Notaris X. MPD DS menyarankan adanya penguatan dasar hukum terhadap kewenangan dalam memberikan sanksi yang tegas terhadap notaris yang melakukan pelanggaran, setiap bank menerapkan sistem menahan dana dari notaris yaitu dana retensi dan diberlakukan secara efektif BPN online sehingga memudahkan MPD maupun para pihak untuk memonitor pekerjaan dari notaris, dan sanksi terhadap notaris dalam pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi adalah sanksi keperdataan. Sanksi ini berupa penggantian biaya, ganti rugi dan bunga merupakan akibat yang akan diterima oleh notaris dari gugatan para penghadap apabila notaris terbukti melakukan kesalahan.

Kata kunci : Tanggung Jawab, Perikatan Jual Beli, Sanksi

(7)

ii ABSTRACT

A Notary is a public official who has the authority to draw up authentic deeds and the other authorities as it is stipulated in Law No. 2/2014 on Notarial Position. In following legal certainty and professionalism, a Notary, in undertaking his job, enters into a contract/agreement which bounds him with the stakeholders that causes legal relation so that each party is legally protected and the goal can be achieved as what has been agreed. In practice, many Notaries breach the contract which has mutually been agreed so that it harms other parties materially and immaterially; it is also caused by the weaknesses of regulations. The problems of the research are as follows:

how about a Notary’s responsibility for drawing up a sales contract which is indicated as default, how about the process of the settlement of drawing up a sales contract which is indicated as default, and how about the sanction which is imposed on a Notary in drawing up a sales contract which is indicated as default.

The research was descriptive analytic which was aimed to get the description in detail and systematic about the problems. Description and facts would be analyzed carefully in order to answer the problems.

A Notary’s responsibility in drawing up a sales contract which is indicated as default is in the civil case. In this case, Notary X is categorized as the person who breaches the contract (default) since he has made an agreement in which he confirmed that he will draw up the contract. The process of settling it is also impeded probably because of the weakness of the regulations and the limitation in giving the authority to MPD. These have made it difficult to settle the case of Notary X. MPD DS proposes the enforcement of legal basis on MPD’s authority which can impose a sanction to a Notary who violates the law. Each Bank applies a system of restraining retentive funds done by BPN Online effectively so that a Notary’s work can be controlled effectively, and the sanction imposed upon a Notary in drawing up a sales contract which indicated as default is civil sanction such as compensation for the cost, indemnity, and interest which must be fulfilled by the Notary because of the complaint from the persons appearing when it is evident that the notary has been guilty.

Keywords: Responsibility, Sales Contract, Sanction

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera bagi semua pembaca

Tiada kata-kata indah yang pantas diucapkan selain puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebab dengan rahmat, nikmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Walaupun dalam bentuk dan isi yang sederhana yang terangkum dalam tesis berjudul “Tanggung Jawab Notaris Dalam Pembuatan Perikatan Jual Beli Yang Terindiksi Wanprestasi Dan Akibat Hukumnya”.

Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi Pasca Sarjana Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

Dalam penyusunan tesis ini tentunya banyak sekali kekurangan-kekurangan dan keterbatasan yang terdapat dalam diri Penulis. Oleh karena itu Penulis sangat mengharapkan koreksi, kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini menjadi lebih baik lagi, tidak sedikit bantuan dari berbagai pihak yang diberikan kepada Penulis baik dari segi moril dan segi materil. Oleh karena itu dengan segala ketulusan hati Penulis mengucapkan beribu-ribu terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang selama ini Penulis terima sampai selesainya Penulisan tesis ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini, Penulis dengan segala kerendahan hati menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D, selaku Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan yang diberikan dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum, Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan dalam menyelesaikan pendidikan ini.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN. selaku Ketua Program Studi Dekan Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan

(9)

iv

juga selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, arahan dan bantuan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan Penulisan tesis ini.

4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M. Hum, dan Bapak Syahril Sofyan, SH, Mkn masing-masing selaku Pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan kepada Penulis untuk kesempurnaan Penulisan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta ilmu yang sangat bermanfaat selama Penulis mengikuti proses kegiatan belajar mengajar dibangku kuliah.

6. Seluruh staff/Pegawai di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bantuan kepada Penulis selama menjalani pendidikan.

7. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, angkatan tahun 2013 khususnya untuk group A yang telah banyak memberikan motivasi kepada Penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

8. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pemberi motivasi terbesar dalam hidup Penulis yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, dukungan dan doa yang tidak putus-putusnya kedua orang tua serta saudara-saudariku yang telah memberikan semangat dan doa kepada Penulis.

Sungguh suatu kebanggaan tersendiri dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga Papa Handoko Louis Losijana, Mama Suwarni kepada kakak beserta istri dan anaknya Penulis Samuel Louis Losijana beserta Yunita Lioni, Liam Neeson Louis dan kepada adik Penulis Ignatius Louis Losijana untuk semangat dan dukungan yang luar biasa kepada penulis.

Teristimewa Penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada Bobby Christeinzen, SST yang telah menjadi inspirasi dan memberikan semangat sehingga menjadi motivasi dalam kehidupan Penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari sepenuhnya tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun besar harapan penulis kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada

(10)

v

semua pihak, terutama para pemerhati hukum perdata pada umumnya dan ilmu kenotariatan pada khususnya. Demikian pula atas bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada Penulis mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa, agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah kepada kita semua.

Medan, Agustus 2015 Penulis

( SELLY)

(11)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : Selly

Tempat /Tanggal Lahir : Medan / 03 April 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Komplek Royal Sumatera No. 41 LK V Nama Orang Tua :

Ayah : Handoko Louis Losijana

Ibu : Suwarni

Saudara Kandung : Samuel Louis Losijana Ignatius Louis Losijana

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD Yayasan Perguruan Swasta Methodist Lubuk Pakam (lulus tahun 2003) 2. SMP Yayasan Perguruan Swasta Methodist Lubuk Pakam (lulus tahun 2006) 3. SMU Yayasan Perguruan Swasta Methodist Lubuk Pakam (lulus tahun 2009) 4. S-1 Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, Jawa tengah (lulus tahun

2013)

5. S-2 Kelas Reguler Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, di Medan, Sumatera Utara (lulus tahun 2015)

(12)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR ISTILAH ASING ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Keaslian Penelitian ... 12

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 14

1. Kerangka Teori ... 14

2. Kerangka Konsepsi ... 15

G. Metode Penelitian ... 17

1. Sifat dan Metode Penelitian ... 18

2. Sumber Data/Bahan Hukum ... 19

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 20

(13)

viii

a. Teknik Pengumpulan Data ... 20

b. Alat Pengumpulan Data ... 20

F. Analisis Data ... 21

BAB II TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP PEMBUATAN PERIKATAN JUAL BELI YANG TERINDIKASI WANPRESTASI ... 23

A. Hubungan Hukum antara Notaris dengan Para Penghadap 23 B. Kewajiban Notaris ... 30

C. Hak dan Tanggung Jawab Notaris ... 36

D. Wanprestasi ... 49

E. Tanggung Jawab Notaris Terhadap Pembuatan Perikatan Jual Beli Yang Terindikasi Wanprestasi ... 58

BAB III PROSES PEN YELESAIAN PEMBUATAN PERIKATAN JUAL BELI YANG TERINDIKASI WANPRESTASI DIKABUPATEN DELI SERDANG ... 69

A. Perikatan Secara Umum ... 69

1. Pengertian Perikatan ... 69

2. Sumber-Sumber Perikatan ... 71

3. Prestasi ... 72

4. Macam-Macam Perikatan ... 73

5. Hapusnya Perikatan ... 80

6. Perjanjian Perikatan Jual Beli ... 81

(14)

ix

B. Proses Penyelesaiaan Pembuatan Perikatan Jual Beli Yang Terindikasi Wanprestasi Dikabupaten Deli Serdang 84 BAB IV SANKSI TERHADAP NOTARIS DALAM

PEMBUATAN PERIKATAN JUAL BELI YANG TERINDIKASI WANPRESTASI DIKABUPATEN

DELI SERDANG ... 94

A. Sanksi-Sanksi Terhadap Notaris ... 94

B. Sanksi Terhadap Notaris Dalam Pembuatan Perikatan Jual Beli Yang Terindikasi Wanprestasi Dikabupaten Deli Serdang ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 118

A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 121

(15)

x

DAFTAR ISTILAH ASING

Ambelijke Acten : Akta Relaas

Partij Acten : Akta Para Pihak

Openbaar Ambtenaar : Pejabat Umum

Onrechtmatigedaad : Perbuatan melawan hukum

Lastgeving : Pemberian kuasa

Zaakwaarneming : Mewakili orang lain tanpa kuasa

Overmacht : Keadaan memaksa

Responsibility : Tanggung Jawab

Declaratoir : Putusan yang menyatakan suatu keadaan sebagai suatu keadaan yang sah menurut hukum

Discretionair : Berwenang untuk menilai wanprestasi

debitur.

Ultimum Remedium : Obat terakhir, apabila sanksi – sanksi atau upaya lain tidak bisa menyelesaikan permasalahan yang ada jalan terakhir satu-satunya adalah menggunakan hukum pidana

(16)

xi

Sui Generis : Perjanjian yang tidak termasuk didalam salah satu kontrak yang disebutkan didalam undang - undang sehingga pada dasarnya hanya dikuasai oleh ketentuan- ketentuan umum

Conditio Sine qua Non (Von Buri) : Menyatakan bahwa suatu peristiwa A adalah sebab dari peristiwa B (peristiwa lain) dan peristiwa B tidak akan terjadi jika tidak ada peristiwa A

Adequated Veroorzaking (Von Kries) : Menyatakan bahwa suatu peristiwa A adalah Sebab dari peristiwa B (peristiwa lain). Bila peristiwa A menurut pengalaman manusia yang normal diduga mampu menimbulkan akibat (peristiwa B).

(17)

xii

DAFTAR SINGKATAN

BW : Burgerlijk Wetboek

HIR : Herziene Indonesisch Reglement

UU : Undang-Undang

UUJN : Undang Undang Jabatan Notaris KUHP : Kitab Undang Undang Hukum Pidana KUHAP : Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana KUHPERDATA : Kitab Undang Undang Hukum Perdata PJN : Peraturan Jabatan Notaris

MPD DS : Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Deli Serdang MPW : Majelis Pengawas Wilayah

MPP : Majelis Pengawas Pusat

(18)

i ABSTRAK

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya sebagaimana dimaksud dalam UUJN.

Dalam menjamin kepastian hukum dan pelayanan yang profesional, seorang notaris dalam menjalankan tugasnya diperlukan suatu perjanjian. Perjanjian mana yang mengikat notaris dengan pihak yang bersangkutan agar menimbulkan hubungan hukum dengan tujuan agar hak dan kewajiban masing-masing pihak terlindungi dan kepentingan masing-masing pihak terlaksana sesuai dengan yang sudah diperjanjikan.

Dalam praktek pelaksanaan pembuatan perjanjian juga tidak membuat efek jera bagi notaris masih banyak sekali Notaris yang melakukan wanprestasi terhadap perjanjian yang telah disepakati sehingga merugikan pihak lain secara material dan immaterial hal ini juga bisa disebabkan karenakan lemahnya regulasi. Permasalahan yang teliti yaitu, bagaimana tanggung jawab notaris terhadap pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi, bagaimana proses penyelesaian pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi, bagaimana sanksi terhadap notaris dalam pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi.

Untuk menentukan jawaban dari permasalahan tersebut maka penelitian ini bersifat deskriptif analisis, maksudnya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti.

Analisis dimaksudkan menganalisa fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat untuk menjawab permasalahan.

Tanggung jawab notaris terhadap pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi adalah tanggung jawab notaris secara perdata. Dalam hal ini Notaris X dikategorikan melakukan wanprestasi karena didahului dengan adanya perjanjian, dimana notaris telah membuat kesepakatan dan menyanggupi akan menyelesaikan pekerjaan tersebut, proses penyelesaian juga mengalami kendala terhadap lambatnya proses penyelesaiannya yaitu lemahnya pengaturan hukum dan terbatasnya pemberian kewenangan terhadap MPD menjadi salah satu hal yang menyulitkan proses penyelesaian terhadap kasus Notaris X. MPD DS menyarankan adanya penguatan dasar hukum terhadap kewenangan dalam memberikan sanksi yang tegas terhadap notaris yang melakukan pelanggaran, setiap bank menerapkan sistem menahan dana dari notaris yaitu dana retensi dan diberlakukan secara efektif BPN online sehingga memudahkan MPD maupun para pihak untuk memonitor pekerjaan dari notaris, dan sanksi terhadap notaris dalam pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi adalah sanksi keperdataan. Sanksi ini berupa penggantian biaya, ganti rugi dan bunga merupakan akibat yang akan diterima oleh notaris dari gugatan para penghadap apabila notaris terbukti melakukan kesalahan.

Kata kunci : Tanggung Jawab, Perikatan Jual Beli, Sanksi

(19)

ii ABSTRACT

A Notary is a public official who has the authority to draw up authentic deeds and the other authorities as it is stipulated in Law No. 2/2014 on Notarial Position. In following legal certainty and professionalism, a Notary, in undertaking his job, enters into a contract/agreement which bounds him with the stakeholders that causes legal relation so that each party is legally protected and the goal can be achieved as what has been agreed. In practice, many Notaries breach the contract which has mutually been agreed so that it harms other parties materially and immaterially; it is also caused by the weaknesses of regulations. The problems of the research are as follows:

how about a Notary’s responsibility for drawing up a sales contract which is indicated as default, how about the process of the settlement of drawing up a sales contract which is indicated as default, and how about the sanction which is imposed on a Notary in drawing up a sales contract which is indicated as default.

The research was descriptive analytic which was aimed to get the description in detail and systematic about the problems. Description and facts would be analyzed carefully in order to answer the problems.

A Notary’s responsibility in drawing up a sales contract which is indicated as default is in the civil case. In this case, Notary X is categorized as the person who breaches the contract (default) since he has made an agreement in which he confirmed that he will draw up the contract. The process of settling it is also impeded probably because of the weakness of the regulations and the limitation in giving the authority to MPD. These have made it difficult to settle the case of Notary X. MPD DS proposes the enforcement of legal basis on MPD’s authority which can impose a sanction to a Notary who violates the law. Each Bank applies a system of restraining retentive funds done by BPN Online effectively so that a Notary’s work can be controlled effectively, and the sanction imposed upon a Notary in drawing up a sales contract which indicated as default is civil sanction such as compensation for the cost, indemnity, and interest which must be fulfilled by the Notary because of the complaint from the persons appearing when it is evident that the notary has been guilty.

Keywords: Responsibility, Sales Contract, Sanction

(20)

1 A. LATAR BELAKANG

Jabatan notaris di Indonesia, pertama kali diatur dengan Instruktie Voor De Notarissen Residerende In Nederlands Indie Stbl. No.11, tanggal 7 Maret 1822.1 Kemudian pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 1 Juli tahun 1860, untuk mengatur notaris di Hindia Belanda, mengeluarkan Reglement Op Het Notaris Ambt In Nederlands Indie (Stbl. 1860: 3), Ordonantie 16 September 1931 tentang honorarium notaris. Setelah merdeka, pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan aturan umum, beberapa aturan umum tersebut dimasukan kedalam satu aturan hukum, yaitu UUJN (Undang-Undang Jabatan Notaris) misalnya tentang pengawasan, pengangkatan, dan pemberhentian notaris. Dengan lahirnya UUJN maka telah terjadi unifikasi hukum dalam pengaturan notaris di Indonesia.2

UUJN merupakan hukum tertulis sebagai alat ukur bagi keabsahan notaris dalam menjalankan tugas jabatannya. Agar dapat berjalan, maka harus ada pejabat yang dapat menjalankannya, sehingga untuk menjalankan jabatan notaris diangkat

1 R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat Di Indonesia Suatu Penjelasan, Jakarta : PT Raja Grafindo, 1982, hlm 24-25.

2 Habib Adjie, Sanksi perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Bandung : PT Refika Aditama, 2008, hlm 37-39.

(21)

mereka yang memenuhi syarat tertentu. Mereka (subjek hukum atau orang) yang diangkat sebagai notaris merupakan personifikasi dari lembaga notaris.3

Pasal 1 huruf 1 UUJN Nomor 2 Tahun 2014 menyatakan notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya.

Jabatan notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh aturan hukum dengan maksud untuk membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum. Dengan dasar yang demikian mereka yang diangkat sebagai notaris harus mempunyai semangat untuk melayani masyarakat dan atas pelayanan tersebut, masyarakat yang telah merasa dilayani oleh notaris sesuai dengan tugas jabatannya, dapat memberikan honorarium kepada notaris.4

Keberadaan jabatan sebagai notaris sangat penting dan dibutuhkan masyarakat luas, mengingat fungsi notaris adalah sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik. Akta otentik yang dibuat oleh notaris ada 2 (dua) macam, yaitu:

1. Akta Relaas atau Ambelijke Acten atau Akta Berita Acara yang berupa uraian yang dilihat dan disaksikan oleh notaris atas permintan para pihak, agar tindakan

3 Ibid., hlm 37-39

4 Habib Adjie., Op.Cit., hlm 32

(22)

atau perbuatan para pihak yang dilakukan tersebut dituangkan kedalam bentuk akta notaris. Akta jenis ini diantaranya akta berita acara rapat umum pemegang saham perseroan terbatas, akta pendaftaran atau inventarisasi harta peninggalan dan akta berita acara penarikan undian.5

2. Akta Para Pihak atau Partij Acten dimaksudkan sebagai akta yang dibuat oleh dan dihadapan notaris yang berisi uraian atau keterangan, pernyataan para pihak yang diberikan atau diceritakan di hadapan notaris. Para pihak berkeinginan agar uraian atau keterangannya dituangkan kedalam bentuk Akta Notaris. Akta jenis ini diantaranya akta jual beli, akta sewa menyewa, akta perjanjian Kredit dan sebagainya.6

Uraian diatas menjelaskan ruang lingkup kewenangan notaris adalah dalam rangka menciptakan kepastian hukum melalui akta otentik. Akta otentik sebagai alat bukti yang terkuat, sempurna dan penuh mempunyai peranan yang penting dalam setiap hubungan dalam kehidupan masyarakat.

Kewenangan notaris diatur dalam Pasal 15 UUJN. Berdasarkan Pasal tersebut notaris berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse,

5 G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Cetakan ke-5, Jakarta : Erlangga, hlm.

51-52.

6 Ibid.,

(23)

salinan dan kutipan akta, semua itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.

Notaris dalam menjalankan jabatannya memiliki kewajiban-kewajiban yang sebagaimana diatur dalam Pasal 16 UUJN. Seorang Notaris wajib bertindak amanah, jujur, saksama dan tidak memihak. Kejujuran merupakan hal yang penting karena jika seorang notaris bertindak dengan ketidakjujuran maka akan banyak kejadian yang merugikan klien bahkan akan menurunkan ketidakpercayaan klien terhadap notaris tersebut. Kesaksamaan bertindak merupakan salah satu hal yang juga harus selalu dilakukan seorang notaris.7 Selain itu juga dalam melaksanakan jabatannya notaris juga berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan klien, membuat dokumen atau akta yang diminta oleh klien,mambuat daftar akta-akta yang dibuatnya, membacakan akta di hadapan para pihak, menerima magang di kantornya.

Kewajiban notaris ini diatur dalam Pasal 16 Undang-undang Nomor 02 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris, selain mengatur mengenai kewenangan serta kewajiban notaris dalam melaksanakan jabatannya juga diatur mengenai larangan yakni diatur dalam Pasal 17 Undang-undang Nomor 02 Tahun 2014 yaitu ;

a. Meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7 (tujuh) hari kerja berturut-turut tanpa alasan yang sah;

b. Merangkap sebagai pegawai negeri;

c. Merangkap jabatan sebagai pejabat negara;

7 Ira Koesoemawati & Yunirman Rijan, Ke Notaris, Jakarta: Raih Asa Sukses, 2009, hlm. 41

(24)

d. Merangkap jabatan sebagai advokat;

e. Merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah atau Badan Usaha Milik Swasta;

f. Merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah di luar wilayah jabatan Notaris;

g. Menjadi Notaris Pengganti; dan

h. Melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan norma agama, kesusilaan atau kepatutan yang dapat mempengaruhi kehormatan dan martabat jabatan Notaris.

Atas dasar pengaturan tersebut, dalam menjalankan tugas dan kewajibannya notaris dituntut untuk memberikan jaminan kepastian hukum dan pelayanan yang profesional. Dalam mewujudkan 2 (dua) sisi pekerjaan yang mengandung banyak resiko tersebut sehingga diperlukan pengetahuan hukum yang cukup dan ketelitian serta tanggung jawab yang tinggi. Untuk itu dalam praktek sehari-hari notaris diwajibkan untuk senantiasa menjunjung tinggi hukum dan asas negara serta bertindak sesuai dengan makna sumpah jabatan dan mengutamakan pengabdiannya kepada kepentingan masyarakat dan negara bukan semata-mata kepada kepentingan pribadi.8

Adanya kewajiban kepribadian yang baik dan tuntutan untuk menjunjung tinggi martabat jabatan notaris, dengan demikian dalam pelaksanaan jabatannya

8 Agustiningsih, Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Otentik Yang Dibuat Dan Berindikasi Pidana, Tesis, 2010, hlm 24

(25)

notaris tidak dibenarkan melakukan hal-hal dan/atau tindakan yang tidak sesuai dengan martabat dan kehormatan jabatan notaris.9

Dalam menjamin kepastian hukum dan pelayanan yang profesional, seorang notaris dalam menjalankan tugasnya diperlukan suatu perjanjian. Perjanjian mana yang mengikat notaris dengan pihak yang bersangkutan agar menimbulkan hubungan hukum dengan tujuan agar hak dan kewajiban masing-masing pihak terlindungi dan kepentingan masing-masing pihak terlaksana sesuai dengan yang sudah diperjanjikan.

Perjanjian juga diatur dalam KUHPerdata Pasal 1313 yaitu suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang/lebih.

Singkatnya perjanjian adalah perbuatan hukum yang menimbulkan, berubahnya, hapusnya hak, atau menimbulkan suatu hubungan hukum dan dengan cara demikian, perjanjian menimbulkan akibat hukum yang merupakan tujuan dari para pihak. Jika suatu perbuatan hukum adalah perjanjian, orang-orang yang melakukan tindakan hukum disebut pihak-pihak.10

Ketika melakukan sebuah perjanjian, perlu diketahui dan dipahami terlebih dahulu unsur-unsur dalam perjanjian, unsur-unsur tersebut terdiri atas :

a. Kata sepakat dari dua pihak atau lebih

b. Kata sepakat yang tercapai harus bergantung kepada para pihak

9 Ibid.,

10 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2011,hlm 3.

(26)

c. Keinginan atau tujuan para pihak untuk timbulnya akibat hukum

d. Akibat hukum untuk kepentingan pihak yang satu dan atas beban yang lain atau timbal balik dan

e. Dibuat dengan mengindahkan ketentuan perundang-undangan.11

Perbuatan hukum dalam hal ini adalah perjanjian haruslah memenuhi unsur- unsur yang telah disebutkan diatas. Setelah terpenuhi maka dilakukan pemeriksaan keabsahan dari perjanjian tersebut yaitu sah atau tidaknya perjanjian ini dapat dipastikan dengan mengujikannya terhadap 4 (empat) syarat untuk sahnya suatu perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata,yaitu :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu hal tertentu dan

4. Suatu sebab yang halal

Pada poin 1 (satu) dan 2 (dua) disebut sebagai syarat subjektif sedangkan pada poin ke 3 (tiga) dan 4 (empat) disebut sebagai syarat objektif.

Dalam praktek pelaksanaan pembuatan perjanjian juga tidak membuat efek jera bagi notaris masih banyak sekali notaris yang melakukan wanprestasi terhadap perjanjian yang telah disepakati sehingga merugikan pihak lain secara material dan immaterial hal ini juga bisa disebabkan karenakan lemahnya regulasi sehingga kurang

11 Ibid., hlm 5

(27)

memberikan tamparan yang tegas dan keras bagi notaris. Terjadi peristiwa di daerah Kabupaten Deli Serdang yang melibatkan seorang notaris bernama X. Kasus ini bermula pada tahun 2005. PT. Y dan Notaris X melakukan suatu kesepakatan kerjasama kemudian dituangkan kedalam sebuah perjanjian kerjasama. Didalam perjanjian kerjasama tersebut berisi kesepakatan dimana Notaris X menerima pekerjaan yang diberikan oleh PT Y yaitu berupa penyelesaian pengurusan pemecahan tanah sampai proses balik nama sertipikat perumahan N yang berlokasi di kabupaten Deli Serdang sebanyak 1000 unit/kavling. Didalam salah satu kesepakatan mereka yaitu Notaris X menyanggupi untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam kurun waktu 1 tahun. Akan tetapi selang 5 tahun yaitu pada Tahun 2010 pekerjaan Notaris X tidak kunjung selesai. Akhirnya PT Y mengirim surat kepada Notaris X untuk mengetahui sejauh mana telah diselesaikannya pekerjaan tersebut. Dan Notaris X membalas dan menjelaskan yang telah dipecah sebanyak 142 (seratus empat puluh dua) sertipikat, proses NIB sudah diselesaikan sebanyak 262 (dua ratus enam puluh dua) sertipikat, dan sisanya 442 (empat ratus empat puluh dua) sertipikat yang akan diselesaikan selambat-lambatnya bulan Maret 2010.

Menurut pengakuan dari PT.Y, pihak mereka telah membayarkan lunas semua biaya proses pengurusan pemecahan sampai proses balik nama kepada Notaris X sebesar Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah). akan tetapi, sebelum Notaris X menyelesaikan semua pekerjaannya, ia mengalami keadaan sakit yang tidak memungkinkan Notaris X untuk menjalankan tugas dan jabatannya sehingga

(28)

pekerjaan dari PT.Y tersebut tertunda dalam proses penyelesaiannya. PT.Y telah melakukan berbagai cara untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini. Akan tetapi, sampai saat ini keberadaan dari yang bersangkutan yaitu Notaris X tidak diketahui sehingga menyulitkan dalam proses penyelesaian ini.

Tindakan notaris dari kasus diatas, dapat dikategorikan sebagai wanprestasi atau perbuatan melawan hukum, perjanjian yang telah disepakati tetapi tidak dilaksanakan maka berdampak terhadap cacat yuridis dari pembuatan akta yang terindikasi wanprestasi dan sangat merugikan pihak-pihak yang berkepentingan.

Apabila perjanjian yang disepakati terjadi pelanggaran maka dapat diajukan gugatan wanprestasi, karena adanya hubungan kontraktual antara pihak yang menimbulkan kerugian dan pihak yang menderita kerugian. Apabila tidak ada hubungan kontraktual antara pihak yang menimbulkan kerugian dan pihak yang menderita kerugian, maka dapat diajukan gugatan perbuatan melawan hukum.12

Dalam UUJN diatur bahwa ketika notaris dalam menjalankan tugas jabatannya terbukti melakukan pelanggaran, maka notaris dapat dikenai atau dijatuhi sanksi, berupa sanksi perdata, administrasi, dan kode etik jabatan Notaris, dan sanksi- sanksi tersebut telah diatur sedemikian rupa, baik sebelumnya dalam PJN (Peraturan Jabatan Notaris), dan sekarang dalam UUJN dan Kode Etik Jabatan Notaris.

Pemeriksaan atas pelanggaran yang dilakukan oleh notaris harus dilakukan pemeriksaan dengan melihat aspek lahiriah, formal, dan material akta notaris, dan

12 Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Jakarta : Kencana, 2004, hlm 115- 116.

(29)

pelaksanaan tugas jabatan notaris sesuai dengan wewenang notaris, disamping berpijak pada aturan hukum yang mengatur tindakan pelanggaran yang dilakukan notaris, juga perlu dipadukan dengan realitas praktik notaris.

Notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya haruslah didasari atau dilengkapi berbagai ilmu pengetahuan hukum dan ilmu-ilmu lainnya yang harus dikuasai secara terintegrasi oleh notaris. Akta otentik yang dikerjakan oleh notaris mempunyai kedudukan sebagai alat bukti yang sempurna, dengan demikian notaris diharapkan harus mempunyai capital intellectual yang baik dalam menjalankan tugas dan jabatannya.13

Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, perlu suatu penelitian lebih lanjut mengenai tanggung jawab Notaris yang akan dituangkan ke dalam judul proposal penelitian tesis “TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP PEMBUATAN PERIKATAN JUAL BELI YANG TERINDIKASI WANPRESTASI DAN AKIBAT HUKUMNYA”

13 Habib Adjie Op., Cit., hlm 30-31

(30)

B. Permasalahan

Adapun permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tanggung jawab notaris terhadap pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi ?

2. Bagaimana proses penyelesaian terhadap pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi di Kabupaten Deli Serdang?

3. Bagaimana sanksi terhadap notaris dalam pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi di Kabupaten Deli Serdang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai tanggung jawab notaris terhadap pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis proses penyelesaian terhadap pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi di Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai sanksi terhadap notaris dalam pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi di Kabupaten Deli Serdang.

(31)

D. Manfaat Penelitian

Tujuan dan manfaat penelitian merupakan suatu rangkaian yang hendak dicapai bersama, dengan demikian dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat menambah bahan pustaka/literatur mengenai ketentuan tanggung jawab notaris terhadap pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi dan akibat hukumnya.

2. Secara praktis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang tanggung jawab notaris terhadap pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi dan akibat hukumnya.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang ada sepanjang penelusuran kepustakaan yang ada dilingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan, belum ada penelitian sebelumnya yang berjudul “Tanggung Jawab Notaris Terhadap Pembuatan Perikatan Jual Beli Yang Terindikasi Wanprestasi Dan Akibat Hukumnya”. Akan tetapi ada beberapa penelitian yang menyangkut Tanggung Jawab notaris antara lain penelitian yang dilakukan oleh:

1. Agustining, NIM: 087011001, Mahasiswa Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dengan judul: “Tanggung Jawab

(32)

Notaris Terhadap Akta Otentik Yang Dibuat Dan Berindikasi Perbuatan Pidana”, permsalahan yang diteliti yaitu:

1) Faktor apakah yang menyebabkan notaris diperlukan kehadirannya dalam pemeriksaan perkara pidana?

2) Bagaimana tanggung jawab notaris sebagai pejabat umum terhadap Akta otentik yang dibuat dan berindikasi perbuatan pidana?

3) Bagaimana fungsi dan peranan Majelis Pengawas Daerah terhadap pemanggilan notaris pada pemeriksaan perkara pidana?

2. M. Zunuza , NIM: 067011005, Mahasiswa Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dengan judul: Tanggung Jawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan Terbatas, permasalahan yang diteliti yaitu:

1) Bagaimanakah potensi konflik yang timbul dalam pembuatan berita acara RUPS perseroan terbatas?

2) Bagaimana upaya notaris mengatasi konflik yang terjadi dalam pembuatan berita acara RUPS perseroan terbatas?

3) Bagaimanakah tanggung jawab notaris dalam pembuatan berita acara RUPS perseroan Terbatas?

(33)

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Teori adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan biar bagaimanapun menyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.14

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.15

Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberi arahan atau petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati, dan dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif, maka kerangka teori diarahkan secara khas ilmu hukum, maksudnya penelitian ini berusaha untuk memahami tanggung jawab notaris terhadap pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi dan akibat hukumnya yang sesuai dengan aturan dalam perundang-undangan yang berlaku.

Dalam menjawab rumusan permasalahan yang ada kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis penelitian ini adalah teori Tanggung Jawab Hukum.

14 M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: CV. Mandar Maju, 1994, hlm.27.

15 Ibid.,.

(34)

Teori yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah teori dari Hans Kelsen tentang tanggung jawab hukum. Satu konsep yang berhubungan dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab hukum. Bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subyek berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan.16

Teori tanggung jawab hukum diperlukan untuk dapat menjelaskan antara tanggung jawab notaris yang berkaitan dengan kewenangan notaris berdasarkan UUJN yang berada dalam bidang hukum perdata. Kewenangan ini salah satunya adalah menciptakan alat bukti yang dapat memberikan kepastian hukum bagi para pihak, kemudian menjadi suatu sanksi atau perbuatan yang harus dipertanggungjawabkan secara perdata, pidana atau administratif sesuai dengan akibat hukum yang ditimbulkannya.

Kewenangan notaris yang diberikan oleh UUJN, berkaitan dengan kebenaran materiil atas akta otentiknya, jika dilakukan tanpa kehati-hatian dapat membahayakan masyarakat dan atau menimbulkan kerugian baik yang dilakukan dengan sengaja maupun tidak, maka notaris harus mempertanggungjawabkan perbuatan.

2. Kerangka Konsepsi

Konsepsi adalah suatu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menggabungkan teori dengan observasi, antara abstrak dan

16 Hans Kelsen (Alih Bahasa oleh Somardi), General Theory Of Law and State,Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif-Empirik, Jakarta, BEE Media Indonesia, 2007, hlm. 81.

(35)

kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut defenisi operasional.17

Adapun uraian dari pada konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

a. Tanggung Jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau ada sesuatu hal, boleh dituntut, diperkarakan dan sebagainya). Notaris sebagai pejabat umum (openbaar ambtenaar) yang berwenang membuat akta otentik dapat dibebani tanggung jawab atas perbuatannya sehubungan dengan pekerjaannya dalam membuat akta tersebut. Ruang lingkup pertanggungjawaban notaris meliputi kebenaran materiil atas akta yang dibuatnya.18

b. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya.19

c. Perikatan Jual-Beli adalah suatu perjanjian bertimbal-balik dalam mana pihak yang satu berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang pihak yang lainnya berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.20

d. Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini.

17 Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998, hlm.31.

18 Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan Etika, Cetakan Pertama, Yogyakarta, UII Press, 2009, hlm. 34.

19 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris.

20 R. Subekti., Aneka Perjanjian, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, Cetakan Kesembilan 1992, hlm 1

(36)

e. Wanprestasi adalah tidak adanya suatu prestasi dalam perjanjian, ini berarti bahwa suatu hal harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian. Dalam istilah bahasa Indonesia dapat dipakai istilah pelaksanaan janji untuk prestasi, sedangkan ketiadaan pelaksanaan janji untuk wanprestasi.

Adapun bentuk-bentuk dari wanprestasi yaitu :21 1. Tidak memenuhi prestasi sama sekali;

Sehubungan dengan dengan debitur yang tidak memenuhi prestasinya maka dikatakan debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali.

2. Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya;

Apabila prestasi debitur masih dapat diharapkan pemenuhannya, maka debitur dianggap memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya.

3. Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru.

Debitur yang memenuhi prestasi tapi keliru, apabila prestasi yang keliru tersebut tidak dapat diperbaiki lagi maka debitur dikatakan tidak memenuhi prestasi sama sekali.

G. Metode Penelitian

Sunaryati Hartono mendefinisikan bahwa:

“Metode penelitian adalah cara atau jalan atau proses pemeriksaan atau penyelidikan yang menggunakan cara penalaran dan teori-teori yang logis analitis (logika), berdasarkan dalil-dalil, rumus-rumus, dan teori-teori suatu ilmu (atau beberapa cabang ilmu) tertentu, untuk menguji kebenaran (atau

21 R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian, Jakarta: Putra Abadin, 1999, hlm.18.

(37)

mengadakan verifikasi) suatu hipotesis atau teori tentang gejala-gejala atau peristiwa alamiah, peristiwa sosial atau peristiwaa hukum tertentu.22

1. Sifat Penelitian dan Metode Pendekatan

Sifat dari penelitian ini adalah bersifat deskriptif analisis, bersifat deskriptif analisis maksudnya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti. Analisis dimaksudkan berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat untuk menjawab permasalahan.23

Penelitian ini termasuk ruang lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan serta menganalisa teori hukum yang bersifat umum dan peraturan perundang-undangan mengenai permasalahan tanggung jawab Notaris terhadap pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi dan akibat hukumnya yaitu : Bagaimana tanggung jawab notaris terhadap pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi, Bagaimana proses penyelesaian terhadap pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi di Kabupaten Deli Serdang, Bagaimana sanksi terhadap notaris dalam pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi di kabupaten Deli Serdang, menurut Perundang- undangan nasional yang berlaku.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif (yuridis normatif), yaitu penelitian hukum yang mempergunakan data sekunder yang dimulai

22 Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Bandung: Alumni, 1994, hlm.105

23 Ibid., hlm.101

(38)

dengan analisis terhadap permasalahan hukum yang baik berasal dari literatur maupun peraturan perundang-undangan.24 Penelitian ini termasuk ruang lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan serta menganalisa teori hukum yang bersifat umum dan peraturan perundang-undangan mengenai tanggung jawab notaris terhadap pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi dan akibat hukumnya oleh karena itu penelitian ini menekankan pada sumber-sumber bahan sekunder, baik berupa peraturan perundang-undangan maupun teori-teori hukum, disamping menelaan kaidah-kaidah hukum yang berlaku di masyarakat, sehingga ditemukan asas-asas hukum yang berupa dogma atau doktrin hukum yang bersifat teoritis ilmiah serta dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan yang dibahas,25 serta menjawab pertanyaan sesuai dengan pokok permasalahan dalam penulisan tesis ini.

2. Sumber Data/Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder melalui studi dokumen-dokumen, untuk memperoleh data yang diambil dari bahan kepustakaan, diantaranya adalah:

a. Bahan Hukum Primer,26 yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat sebagai landasan utama yang dipakai dalam rangka penelitian ini diantaranya adalah Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 Tentang

24 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010, hlm.37-38.

25 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1995, hlm 13

26 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990, hlm.53.

(39)

Jabatan Notaris, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris, dan peraturan-peraturan lain yang berkaitan terhadap tanggung jawab notaris.

b. Bahan Hukum Sekunder,27 yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, seperti hasil penelitian, hasil seminar, hasil karya dari kalangan hukum dan literatur-literatur.

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kamus, ensiklopedia, dan sebagainya.28

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data a. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan (Library Research), studi kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan atau mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, asas-asas dan hasil-hasil pemikiran lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.

b. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan:

27 Ibid.,

28 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Loc.,Cit.,

(40)

1) Studi dokumen yaitu dengan melakukan inventarisasi dan sistematisasi literatur yang berkaitan dengan permasalahan tanggung jawab Notaris terhadap pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi dan akibat hukumnya 2) Pedoman Wawancara, hasil wawancara yang diperoleh akan digunakan sebagai

data penunjang dalam penelitian. Data tersebut diperoleh dari pihak-pihak yang telah ditentukan sebagai informan atau narasumber dari pihak yang terkait terhadap tanggung jawab notaris terhadap pembuatan perikatan jual beli yang terindikasi wanprestasi dan akibat hukumnya, yaitu Ketua Ikatan Notaris Indonesia, Majelis Pengawas daerah deli serdang, dan Developer. wawancara dilakukan dengan berpedoman pada pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu sehingga diperoleh data yang diperlukan sebagai data pendukung dalam penelitian tesis ini.

4. Analisis Data

Analisis data sangat diperlukan dalam suatu penelitian, hal ini berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Padanya terdapat regularitas atau pole tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman).29 Selanjutnya dianalisis untuk memperoleh

29 Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2003, hlm.53.

(41)

kejelasan penyelesaian masalah, kemudian ditarik kesimpulan secara deduktif, yaitu dari hal yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus.30

30 Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1998, hlm. 57.

(42)

23

JUAL BELI YANG TERINDIKASI WANPRESTASI

A. Hubungan Hukum Antara Notaris Dengan Para Penghadap

Hubungan hukum antara notaris dengan penghadap terjadi Ketika penghadap datang ke notaris agar tindakan atau perbuatannya diformulasikan ke dalam akta otentik sesuai dengan kewenangan notaris, dan kemudian notaris membuatkan akta atas permintaan atau keinginan para penghadap tersebut, maka dalam hal ini memberikan landasan kepada notaris dan para penghadap telah terjadi hubungan hukum. Notaris harus menjamin bahwa akta yang dibuat tersebut telah sesuai menurut aturan hukum yang sudah ditentukan, sehingga kepentingan yang bersangkutan terlindungi dengan akta tersebut.31

Notaris dalam menjamin pembuatan akta otentik, yang harus sesuai dengan aturan hukum yang sudah ditentukan, maka notaris mengklasifikasikan 3 (tiga) subyek hukum yaitu para penghadap, para saksi dan Notaris.

31 Habib Adjie, Menjalin Pemikiran – Pendapat Tentang Kenotariatan, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1998, hlm. 57.

(43)

Subjek hukum ini juga harus memenuhi persyaratan yang telah diatur dalam Pasal 39 UUJN yaitu :

1) Penghadap harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. paling rendah berumur 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah;dan b. cakap melakukan perbuatan hukum.

2) Penghadap harus dikenal oleh Notaris atau diperkenalkan kepadanya oleh 2 (dua) orang saksi pengenal yang berumur paling rendah 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah dan cakap melakukan perbuatan hukum atau diperkenalkan oleh 2 (dua) penghadap lainnya.

3) Pengenalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan secara tegas dalam akta.

Kedudukan para penghadap atau para pihak dalam suatu akta notaris dapat dibedakan dalam 3 (tiga) hal :

1. Para penghadap atau para pihak bertindak untuk dirinya sendiri. Apabila pihak yang berkepentingan hadir dan memberikan suatu keterangan dan atau kehendaknya untuk melakukan suatu perbuatan hukum yang dituangkan oleh notaris dalam suatu akta notaris di hadapan notaris dan saksi-saksi. Kemudian dalam akta tersebut juga dinyatakan bahwa penghadap datang dan meminta kepada notaris untuk dibuatkan akta tersebut guna kepentingan para penghadap dan akta tersebut menjadi bukti telah terjadinya perbuatan hukum dan di harapkan akta tersebut dapat memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi para penghadap yang berkepentingan, ahli warisnya maupun pihak lain.

2. Para penghadap atau para pihak bertindak untuk mewakili orang lain berdasarkan surat kuasa maupun ketentuan undang-undang. Hal ini dimungkinkan apabila pihak yang berkepentingan tidak dapat hadir sendiri di hadapan notaris, namun demikian undang-undang memberikan syarat bahwa penghadap harus membawa

(44)

surat kuasa dan bukti-bukti otentik yang menjadi dasar pelimpahan kewenangan pembuatan akta tersebut.

3. Para penghadap atau para pihak bertindak dalam jabatannya dan atau kedudukannya berdasarkan ketentuan undang-undang. Pihak yang hadir dan menandatangani akta di hadapan notaris dalam hal ini bertindak dalam jabatannya atau kedudukannya berdasarkan undang-undang, bukan atas dasar keinginannya ataupun kepentingannya sendiri tetapi untuk mewakili pihak lain.

Mengenai ketentuan para saksi diatur dalam Pasal 40 UUJN yaitu:

1) Setiap akta yang dibacakan oleh notaris dihadiri paling sedikit 2 (dua) orang saksi, kecuali peraturan perundang-undangan menentukan lain.

2) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. paling sedikit berumur 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah;

b. cakap melakukan perbuatan hukum;

c. mengerti bahasa yang digunakan dalam akta;

d. dapat membubuhkan tanda tangan dan paraf; dan.

e. tidak mempunyai hubungan perkawinan atau hubungan darah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah tanpa pembatasan derajat dan garis ke samping sampai dengan derajat ketiga dengan Notaris atau para pihak.

3) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dikenal oleh notaris atau diperkenalkan kepada notaris atau diterangkan tentang identitas dan kewenangannya kepada notaris oleh penghadap.

4) Pengenalan atau pernyataan tentang identitas dan kewenangan saksi dinyatakan secara tegas dalam akta.

Kedudukan saksi dalam pembuatan akta adalah sebagai saksi yang bertanggung jawab sebatas pada formalitas- formalitas peresmian akta / proses suatu akta, akan tetapi saksi akta tersebut tetap dimintakan kesaksiannya. Dengan kondisi tersebut, saksi dalam akta notaris merasa tertekan harus memberikan keterangan tentang isi / materi akta yang memang bukan tanggung jawabnya. Tanggung jawab

(45)

saksi yaitu melihat kehadiran penghadap, kebenaran penghadap membubuhkan tanda tangan serta melihat dan mendengar akta tersebut dibacakan oleh notaris. Jika akta tersebut tersandung dalam masalah hukum, maka saksi dapat memberikan kesaksian dalam pengadilan yang berkaitan dengan tanggung jawabnya.

Saksi dihadirkan dalam persidangan untuk memberikan kesaksian sebatas tanggung jawabnya dalam melaksanakan kewajibannya yakni dalam melaksanakan perintah atau tugas yang diberikan oleh notaris. Dari sifat kedudukannya sebagai saksi, maka para saksi turut mendengarkan pembacaan dari akta itu, juga turut menyaksikan perbuatan atau kenyataan yang dikonstantir itu dan penandatanganan dalam akta itu. Dalam pada itu, para saksi tidak perlu harus mengerti apa yang dibacakan itu, dan bagi mereka tidak ada kewajiban untuk menyimpan isi dari akta itu dalam ingatannya. Saksi tidak bertanggung jawab terhadap isi akta itu.

Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa kedudukan saksi sangatlah penting dalam proses penyelesaian sebuah akta. Selain itu juga, saksi dapat membantu Notaris, apabila akta tersebut tersandung dalam permasalahan hukum. Saksi akan diminta pertanggungjawaban berkaitan dengan melihat bahwa para penghadap hadir pada saat proses peresmian akta, melihat bahwa akta tersebut benar dibacakan dihadapan penghadap oleh notaris serta bahwa para pihak membubuhkan tanda tangan disertai oleh saksi-saksi.32

Kekuatan pembuktian dan tanggung jawab notaris hanya sebatas formalitas- formalitas akta tersebut. Namun, untuk isi dari akta tersebut merupakan tanggung

32 G.H.S. Lumban Tobing., Op., Cit., hlm 170.

(46)

jawab notaris. Notaris seharusnya mengerti isi atau klausul dalam akta tersebut dan telah diketahui oleh para pihak, sehingga terjadi sengketa, saksi hanya menjelaskan apa yang diketahuinya tentang formalitas tersebut. Isi akta tetap menjadi tanggung jawab notaris.33

Mengenai ketentuan notaris diatur dalam Pasal 1 ayat 1 yaitu notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini dan dijabarkan dalam Pasal 15 ayat 1 UUJN yaitu notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.

Setiap akta yang di buat oleh notaris disamping harus dihadiri oleh penghadap, juga harus dihadiri dan ditandatangani oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi, kecuali undang-undang menentukan lain. Sejak kehadiran penghadap di hadapan notaris untuk menuangkan tindakan atau perbuatannya dalam bentuk akta otentik, kemudian notaris membuat akta otentik tersebut sesuai keinginan para penghadap dengan memperhatikan syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh UUJN,

33 Habib Adjie., Op., Cit., hlm 11-12

(47)

maka sejak penandatanganan akta tersebut oleh para pihak, saksi-saksi dan notaris, disinilah telah terjadi hubungan hukum antara notaris dengan para penghadap.34

Kedudukan notaris dalam pembuatan akta adalah notaris harus menjamin bahwa akta yang dibuat tersebut telah sesuai menurut aturan hukum yang sudah ditentukan, sehingga kepentingan yang bersangkutan terlindungi dengan akta tersebut. Dengan hubungan hukum seperti itu, maka perlu ditentukan kedudukan hubungan hukum tersebut yang merupakan awal dari tanggung jawab Notaris.35

Landasan terhadap hubungan hukum seperti tersebut di atas, perlu ditentukan tanggung gugat notaris apakah dapat berlandaskan kepada wanprestasi atau perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad) atau mewakili orang lain tanpa kuasa (zaakwaarneming) atau pemberian kuasa (lastgeving), perjanjian untuk melakukan pekerjaan tertentu ataupun persetujuan perburuhan. Sampai saat ini di Indonesia, khususnya di kalangan notaris masih dianut ajaran bahwa pertanggungjawaban notaris dalam hubungannya dengan para pihak yang menghadap, disamping berdasarkan UUJN, juga berdasarkan perbuatan melawan hukum dan wanprestasi.

Hubungan hukum antara para penghadap dengan notaris dapat dimasukkan atau dikualifikasikan dalam bentuk sebuah wanprestasi jika terjadi hubungan hukum secara kontraktual, misalnya para penghadap memberi kuasa untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu untuk dan atas nama pemberi kuasa.

34 Agustining., Op., Cit., Hlm 65

35 Habib Adjie., Op., Cit., Hlm 55

(48)

Hubungan hukum dalam bentuk perbuatan melawan hukum yaitu tidak adanya hubungan kontraktual antara satu pihak dengan pihak lainnya. Perbuatan melawan hukum dapat terjadi satu pihak merugikan pihak lain tanpa adanya suatu kesengajaan tetapi dapat menimbulkan kerugian pada salah satu pihak.36

Notaris sepanjang melaksanakan tugas jabatannya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan yang berlaku dan telah memenuhi semua tata cara dan persyaratan dalam pembuatan akta dan isi akta telah sesuai dengan keinginan para pihak yang menghadap, maka berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata yaitu :

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut” tidak mungkin untuk dilakukan.

Apabila hal tersebut terjadi, maka tuntutan terhadap notaris terjadi dalam bentuk penggantian biaya, ganti rugi dan bunga berdasarkan adanya :

1) Hubungan hukum yang khas antara notaris dengan para penghadap dengan bentuk sebagai perbuatan melawan hukum.

2) Ketidakcermatan, ketidak telitian dan ketidaktepatan dalam : a) Tehnik administratif membuat akta berdasarkan UUJN

b) Penerapan berbagai aturan hukum yang tertuang dalam akta yang bersangkutan untuk para penghadap, yang tidak di dasarkan pada kemampuan menguasai keilmuan bidang notaris secara khusus dan hukum pada umumnya.37

Notaris sebelum diminta pertanggungjawaban dalam bentuk penggantian biaya, ganti rugi dan bunga, maka terlebih dahulu harus dapat dibuktikan bahwa :

36 Ibid.,

37 Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Adminstratif terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Bandung:Refika Aditama, 2007, hlm 103-104.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitiaan dalam artikel ini maka pandangan para nabi Tuhan terhadap nubuat palsu di zaman mereka hidup adalah bahwa nubuat palsu itu merusak hubungan

Sesar naik yang terdapat pada daerah pemetaan ini terjadi bersamaan dengan intrusi andesitporfir yang ada di daerah penelitian.. Sesar naik yang ada di daerah penelitian

MODEL ANALYSIS, DESIGN AND IMPLEMENTATION In the development process of decision support system for selecting the contractor on the auction Dinas Cipta Karya using data

Ketika tidak ada batas waktu dan pihak pemberi gadai dalam jangka waktu yang lama (menurut penerima gadai), maka pihak penerima gadai akan melimpahkan barang gadaian tersebut

Hasil sampel yang positif pada tes perkiraan dapat dilanjutkan dengan memasukkan sampel positif ke dalam media BGLB (Brillian Green Lactose Broth) untuk uji bakteri

Persepsi kepala sekolah terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 yang terbukti dari hasil penelitian bahwa SMK Negeri 5 Surabaya sudah sangat siap dalam melaksanakan

Siapa ayah yang lebih baik yang dapat kita miliki selain Bapa yang menunggu putranya kembali dari kehidupannya yang bodoh dengan tangan terbuka atau keluar

Rencana tersebut terdiri atas: 1) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pembelajaran menulis puisi bebas menggunakan model TTW melalui media picture and